VERSUS
SANELIA NUR FIANI
MIMA SHIKI REID
BU MAWAR
[Tantangan NV6]
oleh: Ichsan Leonhart
---
Bukan Putih Salju Biasa
"Korek api… siapapun tolong beli… Korek api…"
Suara lemah itu sayup terdengar di tengah bisingnya kerumunan. Orang-orang hiruk pikuk berseliweran. Tak ada yang peduli dengan korek murahan meski berulangkali ditawarkan. Turunnya salju begitu dingin, selaras dengan sikap penghuni kota yang tak sedikitpun memedulikan.
Gadis itu berjalan ke sana ke mari mencoba keberuntungan. Namun keberadaannya sama sekali tak diacuhkan. Hatinya terasa pedih akan hebatnya penderitaan yang dirasakan. Mulutnya masih terbuka, walau tak ada ucapan terdengar dari sana. Ia menatap tinggi ke angkasa, bersiap menumpahkan kekecewaan.
"ANJING LAH, GUE GAK MAU JADI GADIS PENJUAL KOREK API!"
Dan begitulah, dua paragraph pembuka ini ternyata ditolak mentah-mentah oleh sang tokoh utama. Ia tak sudi memerankan tokoh miskin lahir batin, bertelanjang kaki hingga nyaris membeku.
"Jadi, settingan mimpi apa yang kau inginkan?" ucap ratu Huban. Dia muncul tepat di hadapan gadis penjual korek api tadi.
Tentu kalian sudah tahu siapa itu ratu Huban. Singkatnya, dia adalah panitia untuk Free Battle Challenge ini. Dialah yang bertanggung atas hilangnya kesadaran sang tokoh utama di dunia nyata. Jiwa gadis itu dibawa pergi jauh ke dalam alam bawah sadar, sementara tubuh aslinya terlelap dalam tidur cantik. Karena di waktu sebelumnya, wanita itu menawarkan pada tokoh utama kita tentang serunya berpetualang di dunia mimpi.
"Aku ingin menjadi seorang putri," ucapnya ketus, seraya berkacak pinggang.
Namanya Orchid, pakaian longgar berwarna hitam, sekilas terlihat seperti baju khas seorang pendekar silat. Hanya saja, pendekar silat tidak akan mengenakan sepatu bots pekerja lapangan, lengkap dengan tempurung besi di bagian ujungnya.
Ratu Huban akhirnya menyanggupi, "Sesuai keinginanmu."
Sebuah cermin lantas tercipta tepat di samping Orchid. Fungsinya sebagai pintu penghubung menuju dimensi lainnya, "Dan ingatlah Orchid," ucap wanita itu menegaskan, "Kau tidak akan pernah bisa kembali ke alam nyata jika tak sanggup melaksanakan misi utama. Kau harus membunuh tiga orang yakni; Sanelia Nur Fiani, Mima Shiki Reid, serta Maw…"
Ucapannya terhenti, karena Orchid sudah pergi memasuki cermin tadi.
…
..
…
Bab 1 : Putih Salju dan Ratu Kecantikan
Angin bertiup kencang, menerbangkan dedaunan dalam siraman mentari.Kumpulan awan terlihat indah menghias angkasa. Semilir angin pagi begitu sejuk terasa.
Seseorang mengacungkan lengannya tinggi, menguap lebar seraya menatap indahnya hamparan kota. Tak ada bising kendaraan bermotor karena peradaban di sana terlihat seperti di zaman pertengahan. Jadi irama siulan para burung terdengar jelas mengisi kesunyian.
Sayup di kejauhan, terdapat hiruk pikuk masyarakat perkotaan. Mereka sibuk berdagang, atau melakukan apapun demi mendapatkan makanan.
Gadis tadi menatap teduh segala sesuatu di kejauhan. Wajahnya terlihat sumringah, dengan gaun penuh renda berwarna gelap menutupi badan. Bagian rok sengaja dibuat mengembang sebagaimana penampilan seorang bangsawan, terlihat dari rok yang cukup panjang hingga nyaris menyentuh lantai.
Seorang putri kerajaan, dengan paras cantik jelita serta kemilau rambut hitam sebagai mahkota. Banyak desas desus terdengar, bahwasanya putri itu sering disiksa oleh ibu tiri yang iri akan kecantikannya. Ibu yang tak lain adalah ratu, seorang pemimpin kerajaan.
…
"Oh cermin ajaib, siapakah perempuan paling cantik di negeri ini?" ucap ratu itu. Penampilannya terlihat modis sekali, berbagai jenis pernak-pernik berkilau menempel di pakaian. Tubuhnya dibalut oleh gaun mahal terbuat dari sutra, termasuk bagian kepalanya.
Iya, ratu lalim itu nyatanya seorang wanita berkerudung. Mawar Kusumawardani Namanya. Salah satu kegiatan rutinnya adalah pergi ke salon. Di mana ia bisa menghilangkan kerut di wajah, madicure pedicure, make up sana sini hingga menjadi cantik. Lalu setelah terlihat sempurna, ia akan melakukan konfirmasi pada cermin ajaib. Cermin itu akan menjawab pertanyaannya lewat penerawangan di luar akal sehat.
"Oh yang mulia, Anda memang perempuan paling cantik, tapi saat ini tak ada yang bisa mengalahkan kecantikan dari Putih Salju, anakmu sendiri"
Jleb—
Mungkin itu yang dirasakan oleh Mawar. Tak ada yang bisa menyembuhkan rasa tertohok di hatinya. Rasa cemburu itu kini semakin memuncak, lalu dalam satu panggilan keras ia membentak keras, "Putih Salju, cepat kemari bangsat!"
Anak tiri, putri semata wayang itu memang memiliki kulit putih terawat. Itulah kenapa ia dipanggil dengan sebutan Putih Salju.
Walau pada kenyataannya, Putih Salju ternyata gemar mengenakan pakaian serba hitam. Ia terlihat bergegas menghadap ratu seraya membawa sepiring makanan.
"Nyahahahahaha, ada apa bunda? Pagi-pagi udah manggil, kenceng pula."
Bunda Mawar berkacak pinggang, matanya melotot tajam persis seperti adegan close up di dalam sinetron. Batinnya tiada henti meracau, mengutuk atas segala kekesalan, "Si Putih Salju ini, aku harus menyingkirkan dia dengan segala cara. Tapi bagaimana? Aku tak bisa membunuhnya begitu saja. Dia begitu dicintai oleh rakyatnya. Jika itu terjadi, bukan hal yang tak mungkin jika itu akan memicu pemberontakan. Aku tak mau dipenggal oleh rakyat jelata."
Putih Salju semakin keheranan, "Bu Mawar kenapa? Lagi sibuk melakukan monolog seperti di dalam sinetron?"
Ucapan itu sontak menyeret Ratu Mawar kembali menuju kesadaran. Dengan cepat ia menampik, "Ah nggak, ini aku ad… eeeeh..!?" Tubuh Ratu Mawar terentak, terkejut hingga ucapannya terhenti, kala menyadari Putih Salju sudah berada di hadapan.
Sang putri memasang wajah curiga, "Hee..? Bunda nggak bakalan nyuruh orang buat gebukin aku lagi kan? Bunda mau diingatkan kembali rasa tinju pemecah gigi ini?" Putih Salju mengintimidasi selayaknya preman, seraya mengacungkan kepalan tangan.
"Ng.. nggak kok, Bunda cuma mau minta tolong buat nganterin surat ke negeri tetangga." Ekspresi ratu itu terlihat kikuk. "Sialan, terakhir mau membunuhnya malah aku yang babak belur."
Wajah Putih Salju lantas berubah ceria, "Oh, itu aja? Ya sudah, mana suratnya?"
Sesungguhnya, di kerajaan itu sudah tersedia petugas khusus untuk mengantarkan surat. Putih Salju sama sekali tak curiga, ibu tirinya sedang menyusun semacam siasat jahat terhadap dirinya. Di tengah perjalanan nanti, dia sudah menyiapkan para penghadang berkualitas. Para pembunuh bayaran kali ini jauh lebih kuat, sesuai dengan harga yang ia bayarkan.
"Semoga Weasel Reid tidak mengecewakanku," begitu pikirnya. Topeng ekspresi kembali tercipta berbentuk senyum menawan, "Terima kasih ya Putih Salju," ucap Ratu Mawar. Padahal dalam hatinya ia sedang tertawa kesetanan, "Untuk transportasi, kamu bisa berangkat naik kuda bersama Fatanir."
Mendadak saja muncul seorang ksatria berbaju zirah menaiki kuda. Tiap lekukan logamnya mengkilat memantulkan cahaya. Lompatan besar ditunjukan sebagai adegan pembuka, walau pendaratannya terlihat kurang sempurna.
Karena detik berikutnya, ksatria itu tersungkur jatuh lengkap dengan kudanya.
"Ma, maafkan aku nona, hamba akan mengantarmu menjalani misi menuju negeri tetangga." Pria itu terlihat kikuk, seraya membuka helm pelindung di kepala. Sebuah gumpalan hitam—rambut kribo mengembang—terlihat melesak keluar dari dalam. Pria itu berkulit sawo matang serta masih muda.
Di lain pihak, Putih Salju malah menggaruk-garuk kepala, "Kenapa bisa ada kuda di dalam aula? Pantas saja dia tadi jatuh, lantai keramiknya licin sih."
…
Bab 2 : Putih Salju dan Pemburu
Dua orang itu pun memulai perjalanan. Bersama Fatanir, Putih Salju duduk di sadel belakang seraya bersiul indah. Kicauan burung di sekitar terdengar merdu selayaknya pengiring. Tapi alih-alih bertindak lembut nan anggun dengan membiarkan hewan lucu itu hinggap di jemarinya. Putih Salju malah menyiapkan ketapel, lalu menembaknya hingga pingsan.
"Sampai sini saja ya," ucap Fatanir. Kuda yang ia naiki terhenti tepat di tengah hutan.
Putih Salju menoleh, "Eh kenapa?" ucapnya heran. Karena sejauh ia memeriksa, hanya ada pepohonan rimbun menghalangi pandangan. Tempat itu begitu gelap, karena sinar matahari menembus padatnya dedaunan.
"Karena kau harus mati di sini." Fatanir menjawab dingin. Dengan cepat ia mencabut pisau dari saku, lantas mengayunkan bagian tajamnya tepat mengenai leher.
Putih Salju jatuh terjerembab, ia melakukannya setengah sadar demi menghindar di saat terakhir. Sebuah sensasi hangat ia rasakan sedetik kemudian, datangnya dari cairan kental kemerahan hasil dari sayatan.
Pisau tadi sukses mengenai sasaran, walau luka yang didapat tidak sedalam yang diperkirakan. Dengan tangan bergetar, Putih Salju sontak menutupi lubang di lehernya. Saluran tenggorokan dirasa masih utuh, karena udara yang terpompa dari paru-paru berhasil dikeluarkan lewat mulut dan hidung. Ia juga sanggup merintih kesakitan. Masalah lainnya adalah, apakah urat nadinya juga ikut terpotong? Mengingat tubuhnya saat ini benar-benar dalam kondisi bersimbah darah.
Raut wajah Putih Salju amatlah pucat. Ia kebingungan, "Kenapa? Bukannya ini alam mimpi? Kenapa sakitnya terasa sungguhan? Apa aku akan mati? Jika aku mati di sini, apa aku akan terbangun di alam nyata?"
Tiba-tiba saja ia teringat perkataan ratu Huban, "Kau tidak akan bisa kembali ke alam nyata sebelum memenuhi misi utama." Itu berarti, jika Orchid mati di sini, dia akan mati sungguhan. Bersamaan dengan berakhirnya hidup Putih Salju yang ia perankan.
Rasa takut pelahan menguasai seisi sanubari. Tubuhnya bergidik berusaha memompa adrenalin demi mencari jalan keluar.
Susah payah Orchid bangkit, hanya untuk menyadari, bahwa di belakang Fatanir kini muncul tiga sosok lain dari balik rimbun pepohonan. Sosok yang disewa oleh Bunda Mawar telah tiba.
"Ratu sinting itu membayar kita untuk misi sederhana seperti ini?" ucap pria dengan pistol di tangan. Asep Codet namanya. Penampilannya seperti remaja tanggung. Berbagai macam anting beserta tindikan terlihat memenuhi seisi telinga.
"Yang penting kita dapet wang," ucap sosok gadis berambut biru. Rambutnya panjang tergerai, dan dia menenteng senapan laras panjang.
Di sampingnya, ada sesosok perempuan membawa sebuah buku tebal. Pakaian longgar yang ia kenakan menyiratkan sosok seorang penyihir putih. Rambutnya pendek, dan dia terlihat ketakutan, "Anoo… boleh saya memutilasi dia? Memotong-motong tiap usus sepertinya menyenangkan."
"Sabar atuh Mima."
Batin Orchid dibuat bergidik detik itu juga. Ia sadar, situasinya saat ini merupakan persimpangan hidup mati. Gadis itu masih bisa memasang wajah ceria, meski terlihat agak dipaksakan. Tangannya lantas mengacung tinggi, "Hey, kalian suka cokelat?"
Keempatnya sontak memusatkan perhatian, "Cokelat?"
Orchid berusaha bangkit seraya merogoh saku kecil di balik gaun. Empat batang cokelat ia keluarkan, lalu dilempar dengan pelan.
Detik berikutnya, dentuman kecil tercipta dari tiap batang cokelat itu, bersamaan dengan meluapnya kumpulan asap putih. Zat yang terkandung di dalamnya terasa amat pedih di mata. Tiap tarikan napas yang terhirup juga menciptakan rangsangan hebat. Hasilnya, ingus beserta air mata meleleh tak terkendali.
"Anjeeng, apaan nih!?" umpat gadis berambut biru.
Orchid tentu tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia tak mau memulai pertarungan dengan leher setengah terbuka. Tubuhnya terus menerus kehilangan darah, jadi tiap detik yang terlewati merupakan waktu berharga. Ia harus segera mencari pertolongan. Kakinya melangkah jauh ke dalam hutan, menghindar dari jalan terbuka. Sekuat tenaga ia melakukan tekanan pada luka, walau sulit untuk menambal kebocoran dengan tangan saja.
Pohon di kanan kirinya mendadak tumbang dihantam tembakan. Sesekali Orchid menoleh ke belakang. Jauh di balik rimbunnya batang pepohonan, gadis berambut biru tadi tengah membidiknya dalam posisi setengah berlutut.
Jleb..!
Tubuh Orchid terentak hebat hingga terdorong sedikit ke udara. Bahu kirinya berlubang detik itu juga. Dia pun tumbang dengan sempurna. Suara tembakannya datang terlambat disbanding peluru yang menghujam.
Ah, matanya terasa amat berat. Rasa kantuk menyerang seketika. Pipinya mencium bumi, seraya pandangan nanar itu menatap dedaunan kering yang tersaji.
Sayup-sayup terdengar suara kelompok pembunuh tadi. Kedatangan mereka dirasa seperti pemburu yang mencari mangsa.
Tubuh Orchid lantas ditarik entah oleh siapa. Gadis itu terlalu lelah untuk bisa melihat ke sekeliling. Kesadarannya menurun seiring dengan menguatnya rasa kantuk di mata.
Tapi telinganya masih bisa menangkap jelas suasana. Sesosok kecil dengan suara imut berucap padanya, "Tenang saja, aku akan mengalihkan perhatian Sanelia. Kau tetap dia di sini saja."
Berikutnya, sebuah raungan hebat terdengar menggema hingga menggetarkan tanah tempatnya bersandar. Sekilas auman itu terdengar seperti suara beruang.
…
Bab 3 : Putih Salju dan Para Kurcaci
Di dalam kastil, Ratu Mawar terlihat bangga dengan pakaian barunya. Kilauan permata begitu indah menghiasi tiap sudut, "Bangsa Gnome hebat juga, aku harus memesan lebih banyak pada si Bun…"
Seperti biasa, setelah mencoba pakaian baru, Mawar pasti selalu melakukan pengecekan most beautiful girl's rank pada cermin ajaib, "Oh cermin ajaib, siapakah wanita paling cantik di negeri ini?"
Cermin ajaib itu aktif lewat sekelebat cahaya temaram, "Wahai yang mulia, tidak bosankah kau bertanya demikian?" ucapnya mengeluh, "Lagipula, yang tercantik tetaplah putrimu, Putih Salju."
Bagaikan disambar petir di siang hari, wajah Ratu Mawar berubah pucat pasi, "Anak jahanam itu masih hidup?"
Cermin itu lantas berubah fungsi menjadi layar LED. Sebuah peta google earth lengkap dengan kordinat sudah siap sedia menunjukan keberadaan Putih Salju. Ratu Mawar bahkan melakukan pembesaran pada touchscreen dengan kedua jemarinya. Di sana sudah tersedia street view dengan jarak pandang 360 derajat. Lebih seksama Mawar melihat, di sana terdapat plang kecil dengan tulisan tak jelas.
"Tavern of The Black Alley?" sesuatu terasa menggelitik pikiran Mawar, "Black Alley, Gang hitam? Tapi kan itu di tengah hutan, dan tidak ada gang di sana."
"Itu hanyalah nama, yang Mulia. Rumah itu adalah markas mercenary, penghuninya adalah arwah-arwah terkutuk dalam wujud boneka beruang."
Mawar lantas bertopang dagu, berpikir sejenak atas laporan yang ia terima, "Jadi begitu, rupanya Weasley salah, mereka kira si anak jahanam itu mati dimakan beruang. Ternyata beruangnya jadi-jadian, dan mereka malah menolongnya."
"Betul sekali yang mulia, dan sekarang Anda harus melakukannya sendirian. Menghabisi Putih Salju maksudnya…"
Ratu Mawar lantas terdiam, "Kenapa aku harus merepotkan diri melakukannya sendiri?"
"Karena plot kisah Putih Salju mengharuskannya demikian."
Sedikitpun Ratu Mawar tak mengerti. Akan tetapi, jika dipikir lebih lanjut tak ada salahnya untuk mencoba. Toh menurut penuturan cermin ajaib, para Beary senantiasa bepergian dalam misi. Putih Salju dikabarkan sendiri sepanjang hari. Mungkin berperan sebagai babu untuk menjaga rumah.
Sungguh, kekuatan intel-nya hebat sekali, bahkan mengalahkan satelit mata-mata sekalipun. Entah dari mana ia mendapatkan segudang informasi. Benar-benar cermin yang ajaib, sesuai dengan namanya.
"Baiklah, aku ada sedikit rencana…" ucapnya dengan tatapan menyeringai, "Para pembaca, aku tak akan mengecewakan kalian."
…..
Keesokan harinya, jauh di dalam hutan.
Sebuah bangunan terlihat bergetar oleh besarnya amarah di dalam. Suasana penghuinya begitu hiruk pikuk.
"BURRRAAAAA, siapa yang ngabisin stok makanan buat satu bulan!?"
Sesosok boneka beruang dengan kacamata hitam menjejakkan kakinya tanda tak senang. Ia memerintahkan bawahan untuk mencari siapa pelakunya.
"Pelakunya pasti dia." Salah satu beruang menyeret Orchid dari dalam kamar. Gadis berpakaian hitam-hitam itu terlihat basah kuyup setelah disiram air seember. Sebelumnya, Orchid terlalu menyibukan diri terlelap nyaman di dalam gudang.
"Bah, kenapa baru sadar aku." Salah satu beruang berucap dalam logat batak, "Sebelum si Leon mesum itu membawanya kemari, memang benar itu, kulkasnya masih utuh."
"Tidur nge'bangke, makan pun rakus kayak babi," umpat beruang dengan seragam militer.
"Ah, tunggu dulu!" ucap Orchid membela diri. Dia bangkit untuk berdiri, hanya untuk dibuat kesakitan kala kepalanya terbentur pada langit-langit ruangan.
Ukuran boneka-boneka ini memang kecil, itu sebabnya rumah ini juga berukuran mini. Orchid yang pendek saja bahkan harus menundukan kepala jika ingin berdiri.
"Nyahahaha, Kalian pasti berperan sebagai tujuh kurcaci." Orchid tertawa girang.
Para Beary saling bertukar pandang.
"Tapi kami ada sepuluh. Dan kami Beary, bukan kurcaci."
"Namaku Zani," ucap beruang berpenampilan imut.
"Manggale aku ni," lanjut beruang batak tadi.
"Nema."
"Cheriil, salam kenal yaa…"
"Sal, inget ya."
"Yvika."
"Reeh."
"Gue Leon, yang nolongin elu," ucap beruang dengan model rambut emo.
"Elle, nom~…"
"Udah woi, ngapain kalian memperkenalkan diri!?" Pimpinan para boneka itu kembali berteriak kesal seraya menjejakkan kaki, "lagian pembaca gak bakalan mengingat detail nama kalian satu per satu."
Orchid menanggapinya dengan wajah sumringah, "Nyahahaha~,"
"Jadi, ngapain elu di sini?" ucap beruang itu, "Elu udah ngabisin stok makanan, terus sekarang haha hihi gak tau malu."
"Dia terkapar di tengah hutan boss, jadi sasaran tembak si Nely. Jadinya gue tolong terus dibawa ke sini."
"Dia ketembak? Tapi keliatannya masih baik-baik saja," ucap Cheril terkesima. Sepertinya luka macam apapun akan sembuh selama Orchid sanggup menemukan banyak makanan.
"Leon, gaji lu gue potong!" hardik beruang berkacamata hitam.
Leon-beary terkejut luar biasa, "Eeeeeeh!?"
Zany-beary di samping Leon berkacak pinggang, "Kamu sih, masih aja nguntit si Nely. Yang udah lewat mah biarin berlalu aja. Kamu itu mati, udah beda alam sama anakmu itu. Gak usah ngikutin dia lagi. Dia udah gede, bisa jaga dirinya sendiri."
Leonbeary bertekuk lutut, "Iya sih… udah gede," timpalnya lesu. Padahal otaknya saat ini malah membayangkan ukuran 'gede' di bagian tubuh tertentu saja. Anaknya itu memang terlihat sangat ranum. Itu sebabnya dia merasa khawatir.
"Sekiranya apa yang hendak kita perbuat pada pelaku ini, wahai paduka Ursario?" ucap beruang bersorban.
"Tunggu dulu, gini-gini juga aku ini putri kerajaan. Kalian pernah dengar nama 'Putih Salju' kan? Itu aku loh~"
"Gak tau tuh." Para beruang itu menatap Orchid dengan tatapan meragukan, "Lagian, alih-alih jadi putri kerajaan, kamu lebih kelihatan kayak gembel di perumahan."
Orchid buru-buru menampik, "Ini gara-gara ibu tiriku sendiri, dia mau membunuhku, jadiinya ya begini." Otaknya kemudian berputar cepat, berusaha berkilah, "Gini aja, kalian butuh uang kan? Gimana kalo kalian ngebantu aku balik ke kerajaan? Di kastilku ada ruangan berisikan emas serta perhiasan."
"Bohong, nom~"
Orchid mengeluarkan kalung yang melingkar di lehernya. Tak hanya emas murni, benda yang menggantung di sana begitu berkilau memantulkan cahaya.
Ellebeary terkesima, matanya mengerjap berulang kali tak percaya, "Itu intan, nom~"
"Nyahahaha, di kastilku masih ada banyak yang seperti ini lho. Gimana? Mau kan ngebantu aku?"
Boneka yang dipanggil Ursario terlihat bertopang dagu, berpikir sejenak. Akan tetapi belum sempat ia mendapat keputusan, perhatiannya harus dialihkan oleh bisingnya alarm tanda bahaya.
"Ada penyusup boss!" Ucap Cheril, dengan suara imutnya.
Para boneka beruang sontak merapat ke jendela, mencari tahu siapa gerangan yang sudah melewati pagar pembatas di kejauhan.
"Siapa?"
"Nenek-nenek tua bangka," lapor Yvikabeary, lengkap dengan binokular di tangan.
"Orchiiiid, kau ada di sana nak?" Nenek-nenek itu mengenakan jubah, bagian tudungnya sukses menyembunyikan seisi wajah. Bagian kepalanya juga ditutupi oleh kerudung berwarna merah. Lengannya tampak menyodorkan sesuatu, "Aku membawakan apel untukmu."
"Terdengar mencurigakan," ucap Nema.
"Pasti ada racunnya," sambung Sal.
"Gimana nih?"
"Aku lapar nom," cetus Elle.
"Eh ada makanan?" Orchid setengah berseru, membuatnya menjadi pusat perhatian. Wajah gadis itu terlihat berbinar-binar menatap apel di kejauhan.
"Ini apel cokelat lho~" ucap nenek-nenek itu.
Mendengar kata cokelat, jelas akan melenyapkan akal sehat Orchid. Gadis itu mendadak menjadi beringas, lalu mendobrak pintu untuk menyambar cokelat berbentuk apel.
Di halaman rumah, Orchid tanpa sengaja menginjak ranjau. Ledakan besar tercipta sebagai hasilnya, suaranya menggema jauh ke dalam hutan.
"Dasar bodoh," umpat Ursario. Padahal ranjau tadi diperuntukan untuk para penyusup. Karena pintu masuk asli dari bangunan ini adalah lewat belakang rumah.
Tapi di luar dugaan, gadis itu ternyata sanggup bergerak lincah, hingga akhirnya berhasil menghindar dari serpihan ledakan.
"Hebat banget," komentar Leon. Beruang yang lain pun dibuat terkesiap. Ursario bahkan sempat memikirkan untuk merekrutnya sebagai bawahan.
Di sisi lain, Orchid sudah terlihat berdiri di hadapan nenek-nenek tua tadi. Wajahnya begitu sumringah menatap apel cokelat di tangan.
"JANGAN DIMAKAN…!" seru para boneka beruang.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat. Tanpa banyak berpikir Orchid sukses mendaratkan satu gigitan. Detik berikutnya ia pun jatuh pingsan.
"Tuh kan bener beracun," umpat Sal kesal.
"Jadi gimana boss, kita tolong atau gimana?"
Ursario masih bimbang, "Buraaa, kondisi kedai sedang bangkrut."
"Kita jelas butuh wang." Cheril berusaha memberikan masukan, "Dan kak Orchid sepertinya memang kaya raya."
"Jadi ayo selamatkan dia," tukas Leonbeary. Tanpa menunggu perintah atasan, dia bergegas pergi ke luar. Tak lupa gunblade mini ia keluarkan sebagai bentuk kesiagaan.
Tapi empat langkah ia berjalan, tubuhnya mendadak pecah diempas ledakan. Kakinya tak sengaja menginjak ranjau di halaman. Sisa-sia busa terlihat berhamburan di udara. Leon tak terlihat keberadaannya.
"Dasar bodoh," ucap Yvika ketus, "Jebakannya kan masih aktif."
Ursario akhirnya membuat keputusan, "Yasudah, selamatkan si Orchid dulu. Tapi jangan cari masalah dengan nenek-nenek di sana. Gue punya firasat gak enak."
"Tapi kan firasat boss selalu salah," timpal Sal.
Tembakan shotgun diberikan sebagai jawaban. Manggalebeary pun hancur berserakan, berubah menjadi serpihan kapas.
Para boneka beruang ini tak risih meski terjadi pembunuhan. Toh mereka itu aslinya Immortal, meski boneka tubuh boneka itu hancur tak bersisa, jiwa mereka tetap utuh ada di sana. Para Beary hanya cukup mencari boneka beruang lainnya.
Mereka akhirnya keluar dari sana, setelah terlebih dahulu mematikan jebakan ranjau (secara wireless) tentunya.
…
Bab 4 : Putih Salju dan Kedai Gang Hitam
Di halaman depan rumah…
Nenek-nenek tadi menarik keras lapisan sintetis di wajahnya. Topeng penuh keriput itu terlepas dari sana. Seperti yang sudah diduga, sosok sebenarnya itu tak lain adalah Bunda Mawar sendiri. Tawanya terdengar renyah membahana. Puas sekali rasanya melihat Orchid terbaring di tanah, "Kwekwekwekwekwekwek~ ♫ Sukurin, mampos lo."
Tapi tak pernah sekalipun ia duga, bahwasanya dari dalam rumah, muncul pasukan beary dengan senjata masing-masing.
"Woi nenek tua Bangka, lepasin kak Orchid sekarang juga."
"Burra, jangan bicara kasar..!" Ursario sang ketua, entah kenapa merasa segan pada sosok di hadapan. Terlebih ketika ia menyadari siapa sosok di balik topeng nenek-nenek tadi.
Bunda Mawar menyilangkan lengan seraya melayangkan tatapan merendahkan, "Oh, beruang-beruang malang. Kalian tak tahu siapa aku sesungguhnya."
Nema lantas berusaha menebak, "Nenek tua bangka?"
"Penjual korek api?" lanjut Cheril dengan suara polos.
Zany kemudian menambahkan, "Gembel tukang minta-minta?"
Seutas garis urat kemarahan tercipta di kening Ratu Mawar, "Kalian perlu diajari tatakrama."
"Buuraa..! Bukan begitu, maafkan saya. Mereka tidak tahu siapa Anda sebenarnya." Nada bicara Ursario mendadak sopan terhadap musuhnya.
"Emang dia siapa boss?" Sal sukses dibuat penasaran.
"Dia pemilik seisi negeri ini, jauh lebih kaya dari pada Orchid sendiri," jawab Ursa setengah berbisik.
Manggale sontak menepis kening, "Alamak, jadi benar dia ratu di sini?" tukasnya tak percaya.
"Betul sekali anakku sayang, dan sekarang kalian harus mati karena berani menghina seorang ratu."
"Tu-tunggu dulu." Ursario berusaha meminta kebijaksanaan.
Akan tetapi, Manggale di sampingnya mendadak hancur diterjang peluru entah dari mana. Seseorang tengah membidik lewat teropong senapan dari bukit di kejauhan.
"Hah, ada Nely!? Dia kerja sama Ratu ini?" Cheril terpekik tak percaya.
"Buraa, mundur semua! Di luar sini gak aman. Reeh, tarik Orchid ke dalam!"
Boneka bersorban itu menundukkan badan memberikan penghormatan, "Hamba bersedia melakukan apa yang engkau perint…" ucapannya tak pernah selesai, karena peluru Sanelia sudah terlebih dahulu mengoyak tubuhnya.
"Cheril!" perhatian Ursa dialihkan pada bawahan lainnya. Situasinya amat tak menguntungkan. Dia sadar, Sanelia bukanlah musuh yang bisa dilawan lewat cara seperti ini. Mereka harus segera mencari perlindungan.
"Siap boss..!" Boneka kecil itu lantas menarik Orchid sekuat tenaga. Pasukan Beary terlihat kocar-kacir mundur ke dalam bangunan.
Yvikabeary dengan sigap membalas tembakan. Tapi jangkauannya kalah telak jika dibandingkan dengan sniper di kejauhan. Pada akhirnya beruang itu pun jatuh sebagai salah satu korban.
Zany sempat menciptakan perisai anti kerusuhan. Tapi itu tak ada artinya di hadapan peluru berkecepatan supersonik. Tak ada yang bisa dilakukan untuk menahannya, beruang itu terpental jauh kala menjadi sasaran tembakan.
Target berikutnya Nema. Boneka itu juga menghilang menyisakan serpihan kapas sedetik setelah dihujam tembakan. Beruang itu gugur sebelum berhasil mencapai pintu masuk.
Satu-persatu boneka gugur diempas tembakan, tubuh mereka hancur tak bersisa. Rasanya seperti sedang berada di medan perang.
Pintu depan ditutup dengan keras, bersamaan dengan masuknya semua orang ke dalam sana. Sisa pasukan beruang kini hanya ada tiga. Ursario, Cheril, serta Elle sebagai penyintas berhasil mengambil perlindungan di balik tembok ruangan. Napas napas mereka terdengar memburu. Walau secara teknis, boneka itu tidak mempunyai paru-paru.
Orchid di lain pihak, masih terkapar tak sadarkan diri. Cheril berhasil menyeretnya masuk meski agak kesulitan.
Hujan tembakan itu terhenti. Suasana menjadi hening, kicauan burung tak lagi terdengar, angin pun enggan untuk bertiup. Lalu samar di kejauhan, sayup terdengar suara perempuan tengah mengucap mantra. Tiga beary yang tersisa saling melayangkan pandang dengan wajah pucat pasi.
"Natura iacet virtus mea , ego præcipio tibi , ut in malum insidiatoribus meis…"
"Gawat nom, itu mantra sihir!" Raut wajah Elle-beary berubah ketakutan. Ia sontak berlari menuju pilar besar di tengah rumah.
Ursario di lain pihak, terlihat begitu kesal seraya menatap keluar menuju Ratu Mawar. Pikirannya melanglangbuana memikirkan secuil kisah di masa silam. Batinnya terasa hampa, dirundung sejuta emosi memuncak kala menatap wanita berkerudung di kejauhan, "Buraaa.. teganya kau Mawar. Padahal kita berasal dari pengarang yang sama."
"Boss, ayo sini kita mengungsi ke ruang bawah tanah." Cheril dengan suara cemprengnya berhasil menyadarkan Ursario dari lamunan.
Di hadapan Cheril dan Elle, terdapat sebuah lift rahasia dengan pintu membuka. Di atasnya, terdapat sebuah papan bertuliskan, 'Bearry and the Chamber of Secret'.
Gema suara mantra terdengar semakin keras. Kaca di jendela bahkan dibuat bergetar olehnya. Di luar sana, rumput beserta pepohonan tengah dilahap oleh semacam energy jahat. Sinar mentari lenyap seutuhnya, tergantikan oleh kemunculan salju tebal berbalut aura gelap.
Susah payah Ursario menarik tubuh Orchid yang masih terkapar. Dibantu Elle, mereka berdua akhirnya memasuki lift itu, tepat sebelum pintu masuk kedai hancur dikoyak angin.
Di luar sana, amukan badai salju tengah menghancurkan segala sesuatu. Suhu udara menurun drastis. Tiap jengkal lantai dari pintu dibuat membeku. Runcingan es tercipta dari tiap kelembaban yang terkandung di udara.
"Seperti memerankan film 'The Day After Tomorrow' ya boss~" komentar Cheril dengan suara cempreng.
"Udah, buruan teken tombolnya!" ucap Ursario tak Sabar. Bersamaan dengan merapatnya dua pintu lift, Ursario bisa melihat kehancuran dinding terluar rumahnya. Semuanya tergambarkan jelas lewat celah kecil, sebelum akhirnya pintu itu menutup total.
"Anjeng lah, markas yang susah payah udah gue bangun. Sekarang ancur gitu aja."
"Setidaknya kita bisa selamat, nom~"
Pintu lift pun terbuka. Para Beary yang tersisa kini dihadapkan pada ruangan gelap penuh dengan kursi dan meja.
"Nyalain lampunya," perintah Ursario.
"Listriknya mati, nom.."
"Udah nunggak PLN tiga bulan boss, jadi pasti udah dilakukan pemutusan sepihak." Cheril berucap dengan suara cemprengnya.
Ursario tambah berang. Rasanya ingin sekali marah hingga membabi-buta. Tapi ia sadar, tak ada gunanya menghancurkan segala perabotan kedai ini. Apalagi semuanya belum lunas cicilan. Boneka beruang itu menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikiran, "Ya sudah, kita meeting di tempat biasa saja."
"Pake lilin?" Tanya Cheril. Suara cempreng seakan mengoyak keheningan yang ada.
"Terserah."
Mereka kemudian memulai sesi diskusi. Masing-masing berjongkok dalam formasi melingkar. Di bagian tengahnya terdapat peta sebagai bahan pembahasan. Ketiganya tak sedikitpun memedulikan Orchid yang masih terkapar di lantai.
"Jadi, kita mau menyerang kastil, terus merebut harta karun di dalamnya, nom? Sepertinya menyenangkan, nom~" ucap Elle bersemangat.
Cheril berubah bimbang, "Tapi yang tahu lokasi harta karunnya kan kak Orchid."
Ursario lantas berubah jengah. Ia bangkit dari posisinya, lalu menatap sejenak Orchid yang terbaring dalam posisi menyamping. Tanpa ragu boneka beruang itu lantas menendang belakang kepala Orchid dengan keras, "Woi bangun! Sampe kapan elu mau tidur!?"
"Bukannya dia udah mati, nom?"
Nyatanya tidak, selama ini Orchid hanya pingsan saja. Apel yang ia gigit tadi memang beracun, tapi racunnya tak cukup kuat untuk membunuh gadis itu. Lantas apa yang membuat dia pingsan?
Sedetik setelah ditendang, Orchid memberikan respon berupa batuk keras. Secuil potongan apel terlihat melontar dari dari mulutnya.
"Jadi dia cuma tersedak?" ucap Cheril dengan wajah malas.
"Aaaaaa… kenapa aku dibangunin di sini?" Gadis itu bangkit seraya mencari peti mati kaca yang seharusnya menjadi tempat peristirahatan, "Mana pangeran yang udah nyium aku?" ucap Orchid kesal.
"Nih cium sepatu gue!" Dengan kesal Ursa menjejakan telapak kaki pada wajah Orchid.
"Boss kejam ih."
Orchid lantas menggaruk-garuk kepala yang tak terasa gatal. Semuanya mulai terasa membosankan. Pikirannya kemudian teringat akan misi utama. Selain Sanelia, ada Mima, serta salah seorang lagi yang harus ia bunuh untuk bisa keluar dari dunia ini. Tapi sialnya, Orchid tidak bisa mengingat siapa orang ketiga yang harus dibunuh, "Oh iya, ini di mana?"
"Di bawah tanah," jawab Ursa kecut, "Rumah gue hancur gara-gara elu, dan sekarang elu harus tanggung jawab. Kita mau nyerang balik ke kastil, terus nyolong gudang harta karun.
"Nyahahaha, ya sudah jangan ngambek gitu atuh."
Ursario agak tak memedulikan tingkah Orchid. Perhatiannya kemudian teralihkan pada Elle, "Gimana status pemesanan boneka beruang, buat jasad hunian Beary lainnya?"
Elle kemudian mengechek handphone miliknya, "Udah dikirim pake JNE boss, besok juga nyampe. Hipstore-nya si Akii udah masuk ke list Reccomended Seller kok. Murah lagi, jadi gak usah khawatir barang gak nyampe."
"HipStore? Toko jualan pinggang?" Orchid memiringkan wajahnya tanda kebingungan, "Memangnya yang lain ke mana?"
Cheril mencoba menjelaskan, "Badan mereka ancur, tapi jiwanya masih ada di sini kok, memperhatikan kita semuanya. Mereka cuma bisa respawn kalo udah ada boneka beruang aja."
"Owh, jadi kita nunggu yang lain balik dulu, baru ke kastil aku?"
"Nggak," potong Ursario, "Kita akan menyerang sekarang. Mumpung mereka masih lengah. Counter strike: Global Offensive, itu nama operasi kita sekarang."
"Tapi boss,"
"Kalian semua ngerti ya," ucap Ursario seraya menerawang. Mungkin berusaha berinteraksi pada jiwa bawahannya yang sudah gugur, "Kalo boneka beruangnya udah nyampe, nanti kalian bantuin kita di kastil."
"Terus cara ke kastilnya gimana?" Orchid lagi-lagi dibuat bingung. Kedai ini tak memiliki pintu keluar selain lift di tengah ruangan.
Ursario lantas merebut kalung berlian yang dikenakan Orchid, "Kita gunakan ini."
Cheril mengacungkan tangannya, "Mau manggil 'dia' boss?"
Ursario menjawab dengan sebuah anggukan.
Orchid semakin bertambah bingung, "Terserah kalian ah, gaya bicaranya sok-sok misterius gitu."
Tanpa memedulikan celotehan Orchid, Elle lantas menelepon seseorang, "Halo Kai… iya, kita ada perlu lagi… Ada kok perhiasan bagus, lumayan sebagai pembayaran."
Lalu sedetik setelah telepon ditutup, orang yang dipanggil tadi secara ajib kini muncul tepat di hadapan Elle.
Namanya Kai, Makhluk paling IMBA di seisi Battle of Realms. Dia berasal dari dunia empat dimensi, jadi tubuhnya tak terikat oleh hukum fisika. Kai mampu bergerak ke manapun lewat kemampuan mapmaker-nya.
"Berlian asli nih… alhamdulillah," ucap Kai dengan wajah sumringah. Sebenarnya dia bisa saja mencuri tiap berlian di seluruh dunia. Tapi Kai yang sekarang sudah mendapat hidayah. Dia insyaf dari kehidupan sebagai orang songong. Rambut putihnya kini tertutup oleh peci. Penampilannya juga begitu alim seperti seorang ustad. Lengan pria itu dilebarkan sedikit, memberikan kode agar semua orang menyentuh dirinya, "Ayo kita pergi, Bismillahirrahmanirrahim…"
ZZZAAAP..!
Orchid dan para Beary pun menghilang tanpa meninggalkan jejak.
***
Bab 5 : Counter Strike : Global Offensive
Kelompok itu tiba di bagian terluar pintu kastil. Kemunculan mereka berlanjut dengan protes dari Ursario, "Bura..!? Kita ada di luar? Kenapa tidak langsung ke dalam aja!?"
"Nggak sopan namanya," ucap Kai dengan nada lemah lembut. Tiap perkataan yang ia ucapkan terdengar amat menyejukkan, "Dalam ilmu Fiqih, wajib mengetuk pintu dahulu setidaknya tiga kali sebelum masuk. Dan seseorang itu dilarang untuk ma…"
"Iya udah ngerti, stop..!" potong Ursario, "Kalo mau khutbah ntar aja waktu solat jumat, jangan sekarang." Boneka Beruang itu mengokang shotgun di tangan.
"Kalau begitu saya ijin pamit," ucap Kai dengan wajah teduh. Sedikitpun ia tak merasa tersinggung meski dibentak oleh Ursario. Kepalanya menunduk sedikit sebagai bukti kerendahan hati, "Assalamualaikum…"
"Wa'alaikumsalam," balas ketiganya bersamaan.
Orchid menggaruk kepalanya seraya memaksakan senyum kering. Batinnya kemudian teringat akan sesuatu, "Oh iya, kamu kenal dengan Ratu Huban?"
Langkah Kai terhenti, "Kenapa? Antum belum bisa menyelesaikan titah dari beliau?"
Ekspresi di wajah Orchid agak berkedut sesaat tadi. Kai sebagai makhluk dimensi ke empat sepertinya memiliki hubungan langsung dengan ratu Huban. Jadi tak ada salahnya untuk menanyakan target ke tiga di dalam misinya, "Selain Nely dan Mima, siapa lagi yang harus kulenyapkan?"
"Ibu tirimu sendiri, Ratu Mawar." Kai menjawab singkat. Tubuhnya lantas menghilang disapu udara.
Ursario di kejauhan mulai menggerutu tak sabar, "Woi, buruan ngapain lu sama Kai? Lu cinta dia?"
"Apaan sih," ucap Orchid risih. Meski dibuat bingung atas informasi tadi, setidaknya ia berhasil mendapatkan apa yang ia cari.
Perjalanan pun dilanjutkan. Kali ini Orchid merasakan ada sesuatu yang tak beres. Biasanya di depan gerbang selalu ada dua orang penjaga. Tapi sekarang tak ada siapapun di sana. Hanya ada tanaman bonsai dengan bagian bawahnya berupa tubuh seorang wanita.
Dari dada ke atas, benda itu terlihat sebagai pohon berwarna gading dengan banyak cabang. Semakin ke ujung tiap rantingnya semakin berwarna kemerahan. Tapi untuk bagian bawah, akar pohon itu malah menyatu dengan kulit manusia.
Ya, dia bertelanjang dada, serta tak mengenakan celana dalam.
"Apaan nih?" ucap ketiga Beary bersamaan.
[APA KALIAN BERNIAT MENYUSUP?]
Sebuah kalimat terdengar merasuk ke dalam kepala. Padahal Orchid yakin betul telinganya tidak menangkap suara apapun.
"Kalo iya kenapa?" Tanya Ursario. Sepertinya tanaman misterius ini ada di pihak Ratu Mawar. Tanpa sadar lengannya semakin mencengkeram shotgun tanda siap siaga. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
[KALIAN BOLEH LEWAT]
"Eeeeh? Kok gitu?"
[SAYA CUMA PENGEN NAMPANG AJA MZ, LAMA GAK EKSIS SOALNYA. UDAH LANJUTIN AJA CERITANYA]
"Oh, ya sudah terima kasih," ucap Orchid sopan. Ia sedikit menundukkan kepalanya, lalu melipir pergi dari sana.
Tak ada siapapun di kastil itu. Para pembantu dan bawahan yang menaruh simpati pada Orchid telah dipecat hingga tak bersisa. Sebagai gantinya, kini kastil itu dipenuhi dengan para Spiritia—Arwah panggilan bewujud gadis cantik mengenakan baju maid—panggilan dari seorang pria beralis tebal.
"Ada Stallza, nom!" Ellebeary berubah siaga. Pria itu merupakan salah satu finalis dari Battle of Realms 4, musuh besar dari Ursario atasannya.
"Dia musuh?" tanya Orchid dengan wajah polos.
Pria dengan alis tebal menggelengkan kepalanya. Senyum menyejukan terukir di wajah, seraya ia bangkit dengan mata terpejam tenang, "Tidak-tidak, saya datang ke sini hanya disewa sebagai bagian dari Cleaning Service. Tak kurang dan tak lebih."
Pantas saja para spirintia tadi malah mengenakan baju Maid. Mereka ternyata sibuk membersihkan seisi kastil, mengepel, atau mengelap kaca. Stallza sukses dalam usaha outsourcing yang ia kelola. Para spirintia dengan sepenuh hati melayani sebagai pekerja.
"Buraaa, kita mau gebukin ratu loh." Ursario terlihat berhati-hati dalam memilih kosakata.
Stalza menjawabnya dengan anggukan kecil. Senyum ramah disertai tindakan seorang gentleman itu terlihat amat bersahabat, jauh dari kesan permusuhan. "Terserah, itu bukan urusan saya. Saya hanya dibayar untuk membersihkan ruangan."
"Oke deh kalo begitu."
Baru saja lima langkah menapaki tempat selanjutnya, rombongan Orchid kini dihentikan oleh Mima sang penyihir putih.
"To-tolong kalian berhenti… Ka-kalau tidak… uhmm…" Gadis itu terlihat kikuk. Dia menyibukkan diri untuk merangkai kata sebagai salam pembuka.
"Tenang aja, dia pasti ngebiarin kita lewat seperti yang lainnya, nom~" ucap Elle penuh percaya diri.
Namun dugaannya salah. Karena sedetik setelah Elle maju, tubuhnya mendadak hancur menjadi kapas berserakan. Seseorang telah menembaknya dari kejauhan.
"Sialan, ada Sanelia di sini!?" ucap Ursario jengah. Kewaspadaannya meningkat berkali lipat, berusaha mencari sosok penembak jitu yang bersembunyi entah di mana. Bersama Cheril, dia sontak melompat ke balik pilar berusaha mencari perlindungan. Setidaknya ia bisa mengetahui dari mana arah tembakan.
Sementara itu Orchid malah tersenyum pada Mima, "Hehehe, kamu mau cokelat?"
"Nggak!" Dengan tegas Mima menolak, "Cokelatmu pasti beracun."
Orchid menggelengkan kepalanya, "Nggak kok, ini aku ada cokelat rasa kari, cokelat pedas, cokelat rasa sate, terus…"
Usario tak tahan melihat adegan ini terus berlanjut, "Woi, sadar diri dong situ lagi dibidik sniper! Buruan ngumpet di sini!"
Butuh dua tembakan menyerempet bahu, untuk bisa menyadarkan Orchid bahwa dia sedang ada dalam bahaya.
Ursario tak bisa tinggal diam begitu saja. Saat ini ada musuh yang jelas-jelas berdiri di tempat terbuka. Shotgun miliknya diarahkan dengan segera, untuk kemudian ditekan pelatuknya.
Suara tembakan pun terdengar menggema. Peluru miliknya menyebar ketika hendak menjangkau targetnya. Dalam jarak sependek ini, tentulah besar kemungkinan untuk bisa kena.
Tapi sayangnya, tembakan Ursario tak memiliki efek apapun selain terhenti di udara. Mima memutar-mutar tongkat sihir seukuran ballpoint seraya membaca mantra. Buku tebal di genggaman tangannya berfungsi sebagai database sihir yang bisa digunakan. Salah satunya adalah mantra untuk menciptakan perisai tak kasat mata.
Berikutnya, suara tepuk tangan terdengar sayup dari kejauhan. Sang ratu, Mawar Kusumawardani telah tiba di sana. Dia tertawa renyah seraya menatap Orchid dan Ursario di pojokan, "Kwekwekwekwekwek~ Lihat siapa yang ngumpet seperti cecurut? Kalian takut?"
Dihina seperti itu, tentu saja membuat Ursario menjadi berang, "Hey Orchid, di gudang perhiasanmu itu, apa jumlah emasnya bisa melebihi wang senilai 500.000.000 Gil?"
Orchid menjawabnya dengan anggukan kecil, seraya heran kenapa temannya ini bertanya demikian.
"Kalo gitu gue bisa ngorbanin duit sedikit buat berubah," gumam Ursario.
"Berubah jadi apa?"
Tanpa menjawab pertanyaan di benak Orchid, Ursario terlihat mengeluarkan sebuah handphone serta bola berwarna merah putih dari balik jaketnya. Kedua benda itu disambungkan lewat kabel USB.
"Oke, gak apa-apalah transfer wang sepuluh juta buat modal beli monster kuat."
Lewat satu sentuhan kecil, bola berwarna merah putih itu kini mengeluarkan sinar temaram. Ursario lantas melempar bola itu sejauh tiga meter. Dari dalamnya, muncul delapan monster imut dengan aura menyeramkan. Salah satu dari hewan itu berwarna kuning terang. Tubuhnya mengeluarkan listrik siap menyengat."
"Itu kan bola pokemon," ucap Orchid terkesima. Rupanya Ursario juga seorang kolektor monster. Hanya saja, dia malas untuk menangkap satu persatu. Sebagai gantinya, dia membeli monster orang lain lewat transaksi online di tok*bag*s.com.
Tapi alih-alih menyuruh hewan peliharaanya untuk bertarung, Ursario malah membuka resleting besar di bagian perutnya, "Your sour ish mine..!"
Hewan-hewan malang itu—termasuk pikachu—tampak tak berdaya ketika Ursario menyedot tubuh mereka. Dari sana, Ursario akhirnya mendapatkan pasokan energi untuk bisa berubah wujud menjadi Lord Mode.
Tubuh Ursario berubah wujud menjadi sesuatu yang tak solid. Keberadaanya hanya sebuah bayangan berselimutkan petir berwarna hitam. Peluru dari Sanelia bahkan hanya sanggup menembus lapisan aura saja. Letupan energi itu memaksa angin untuk menyembur dari bawah kaki hingga ke ujung kepala. Lengannya mengepal sebatas dada. Transformasinya bak seorang Super Saiyan saja.
"Burahahahahahahaha..!! This is not even my true form..!" Suaranya terdengar dalam dan menggema.
Detik berikutnya, Ursario menerjang keras hingga menerobos pertahanan Mima. Ratu Mawar bahkan berhasil dibuat terkesiap oleh tingkahnya.
Mima di lain pihak, juga tak kalah mengejutkan. Dibalik penampilan lemah serta penakutnya, gadis itu rupanya cukup ahli dalam pertarungan jarak dekat. Hal itu terbukti dengan berbagai kombo serta tindakan berkelit yang bisa ia lancarkan. Buku tebal berisikan mantra seolah hanya kamuflase saja. Dua petarung itu saling bertegur sapa lewat tendangan dan pukulan.
Di sisi lain, Orchid dan Cheril terlihat kegirangan. Keduanya malah menggelar tikar seraya menyantap makanan, menonton adegan pertarungan.
Mima dalam gerakan tarian Equilibrium-nya terlihat begitu indah. Dia terlihat seperti sedang menari, alih-alih terlibat dalam adu jotos penentu hidup mati.
Ratu Mawar di lain pihak, dia malah berlari menghampiri Stalza untuk mencari perlindungan. Raut wajahnya lantas berubah terkejut, kala mendapatkan penolakan sebagai jawaban.
"Hal seperti itu tidak tertuang di dalam MoU, atau surat perjanjian." Begitu argument dari Stalza.
"Hih! Dasar gak guna," umpat Bu Mawar. Dia lantas berlari menjauh dari lokasi pertarungan, berusaha untuk menyelamatkan diri.
Orchid tentu saja tidak mau kehilangan Ratu Mawar. Walau wajahnya senantiasa terlihat kekanakan, tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasakan sebuah kekesalan. Gadis berpakaian hitam itu lantas berlari mengejar dalam kecepatan yang tak wajar. Peluru dari Sanelia bahkan tak sanggup untuk mengenainya.
Tak butuh waktu lama bagi Orchid untuk bisa menarik kerudung Mawar dari belakang, "Mau ke mana Bunda?"
"Eh, nggak… ini…" Ekspresi Bu Mawar begitu pucat pasi. Keringat dingin bahkan mengucur dari keningnya, "Anu… itu…"
"Bacot…" tegas Orchid dengan wajah dipenuhi kemalasan. Tanpa pernah diduga siapapun—termasuk penulis sendiri—gadis itu ternyata mampu untuk bertindak bengis. Tanpa sedikitpun memberikan belas kasihan, ia hujam dada Bu Mawar hingga berlubang.
"Ah…" Wanita berkerudung itu begitu shock. Tatapan matanya kosong, untuk kemudian ambruk menuju tanah.
Cairan kemerahan menetes dari tangan Orchid, sebongkah daging masih berdenyut di genggaman tangannya. Jantung Bu Mawar ditarik begitu saja tanpa kesulitan yang berarti.
Retina mata Orchid menadak berubah menjadi kemerahan. Senyum sadis terukir lebar di wajahnya. Walau sedetik kemudian, kewarasannya kembali timbul ke permukaan. Ia tak sanggup memahami tindak kriminal yang diperbuat oleh kedua tangannya sendiri.
Pun begitu, misi tetaplah misi. Mau tidak mau ini memang harus dilakukan untuk bisa keluar dari alam mimpi ini. Mima tengah diurusi oleh Ursario, jadi targetnya saat ini adalah Nely.
Batinnya sedikit dibuat bimbang oleh rencana itu. Karena Nely adalah anak dari Leon sahabatnya.
Meski ini di alam mimpi, tapi Orchid memiliki keterikatan batin pada mereka. Itu sebabnya ia sedikit bahagia ketika bertemu Leon dalam wujud Boneka. Meski sayangnya, pria itu malah tak mengenalnya, begitupun dengan Sanelia. Padahal di alam nyata, ketiganya cukup dekat sebagai keluarga.
Lamunannya lantas terbuyar, kala menyadari beberapa spirintia tengah berjalan melewatinya. Mereka membawa sapu serta kain pel untuk mengelap darah yang berceceran di lantai.
Lebih lanjut lagi, kewaspadaan Orchid dipaksa aktif seketika itu juga. Karena di atas kepalanya, kini terdapat puluhan es tajam dalam wujud tombak siap menghujam. Nely sudah mengincarnya sejak lama.
Hujan tikaman terjadi detik itu juga. Sekuat tenaga Orchid memacu tiap otot di tubuh untuk berkelit. Beberapa ada yang berhasil menggores lengan, hingga kain hitam di tubuhnya itu terlihat compang-camping oleh beragam sayatan.
Dua spirintia tadi meninggal seketika.
Di jendela terluar, tepatnya di atas salah satu menara. Sesuatu terlihat mengeluarkan pendaran cahaya. Lingkaran sihir sebagai produk sampingan dari inkantasi seorang penyihir, menjadi kekuatan utama sekaligus kelemahan terbesar.
Orchid lantas bergegas lewat kecepatan geraknya yang tak wajar. Ia harus mencapai posisi Sanelia sebelum gadis itu menyelesaikan rapalan mantranya.
Nely sanggup menciptakan sihir perusak berskala bencana. Apapun yang hendak dia perbuat, hal itu harus dihentikan saat ini juga.
Sesuatu terasa janggal. Lingkaran sihir di atas menara sana mendadak hilang begitu saja. Di saat bersamaan, muncul seberkas cahaya tepat di belakang Orchid berada. Alangkah terkejutnya gadis itu kala menyadari teknik membokong dari Nely. Penyihir berambut biru lantas merapal mantra terakhir seraya ia menyelesaikan teknik teleportasi.
"Captus Flammeus."
Sebuah pusaran api tercipta secara instan. Lantai tempat Orchid berpijak mendadak berpendar terang dalam formasi ukiran hexagram. Beragam tulisan kuno serta simbol asing, menandakan bahwa cahaya itu akan mengawali aktivasi sihir penghabisan.
Tubuh Orchid tak sanggup digerakkan. Seakan waktu itu sendiri telah dihentikan.
Detik berikutnya, nyala terang dari api membara secara liar melahap segala sesuatu yang ada di sana. Orchid terperangkap di dalamnya, tak sanggup berbuat apapun selain tersiksa oleh kematian yang hendak menyapa.
Bab 6 : Nyanyian Penghianatan
Bagian timur kastil dibuat lenyap tak bersisa. Tiap perabotan yang mudah terbakar hangus dilalap si jago merah. Langit-langit terbuat dari kayu jelas tak akan sanggup bertahan. Hancurnya pondasi bangunan telah membuat seluruh konstruki gagal untuk berdiri.
Di hadapan reruntuhan itu, Sanelia berdiri sendiri dengan wajah tanpa ekspresi. Matanya kemudian berubah siaga, kala menyadari sesuatu melesat cepat dari dalam gelapnya abu pembakaran.
Lidahnya mendadak tercekat, napasnya tertahan, tenggorokanya dicekik kuat. Sanelia berusaha untuk melepaskan diri, walau semua usaha itu sama sekali tak berarti.
Orchid dengan mata semerah darah terlihat bernapsu untuk segera membunuh. Tak sedikitpun ia rasakan sakit yang menyiksa, meski tubuhnya dikoyak luka bakar. Diangkatnya Sanelia dengan satu tangan saja, sementara tangan lainnya siap sedia hendak mencabut jantung korbannya.
"Hentikan!"
Seseorang muncul entah dari mana. Kakinya menjejak keras hingga mendorong Orchid terlempar dari sana.
Nely sontak terpekik keras, "Papa?!"
Pria yang dipanggil papa adalah Leon. Salah satu dari para beary. Wujudnya saat ini tak lagi terikat dalam bentuk boneka beruang. Leon mampu berinkarnasi menjadi wujud asli hanya di saat kondisi mendesak, seperti ketika merasakan marabahaya pada sang anak. Di antara para Beary, hanya dia yang sanggup melakukan hal demikian. Bukti akan besarnya kekuatan cinta ayah terhadap putrinya.
"Kau baik-baik saja Nely?"
Gadis berambut biru itu menjawabnya dengan sebuah anggukan. Wajahnya menyiratkan ekspresi ketakutan.
Leon kembali mengalihkan perhatian pada Orchid. Tak lupa Gunblade sebagai senjata andalan diacungkan sebagai bentuk kesiapan, "Tak kusangka, jadi ini tujuan aslimu. Membunuh ibu tirimu sendiri, lalu melenyapkan siapapun yang menghalangi."
"Whoa, whoa, whoaaa… STOOOP..!!" Ursario dalam wujud gelapnya tiba di lokasi Leon dan Orchid. Dengan cepat beruang itu memposisikan diri di tengah mereka berdua, berusaha untuk meredakan ketegangan, "Time out, berhenti kalian berdua."
"Boss…" Leon tentu saja melunak, bilah Gunblade di tangan ia turunkan dengan perlahan.
"Orchid, stop! Sanelia ini, meskipun dia musuh, tapi dia anak si Leon. Dia bukan target, oke?" Ursario lantas mengangkat kepala Mima yang sudah dalam kondisi terpenggal, "Aku sudah mengalahkan anak buah dia, jadi cukup sampai di situ saja. Ingat perjanjian kita, kau tidak lupa kan?"
Yang dimaksud dengan perjanjian adalah harta karun di dalam kastil yang sejak awal Orchid ceritakan.
Gadis berpakaian serba hitam itu lantas mengukir senyum menyebalkan, "Mudah sekali kalian untuk diperdaya. Tak ada harta karun di sini, selain setumpuk cokelat kesukaanku."
Butuh waktu beberapa detik bagi Ursario untuk menyadari deklarasi penghianatan itu. Cukup bagi Orchid untuk menerjang maju, serta melayangkan tikaman keras lewat jemari sekuat logam. Letupan energi manna terkonsentrasi telah berhasil menetralisir keuntungan dari wujud Lord Mode. Beruang itu kini serapuh boneka sungguhan.
Tanpa kesulitan berarti, Orchid berhasil mengoyak satu-satunya pimpinan pasukan Beary.
Melihat itu, tentu saja Leon tersulut emosinya secara instan, "Bangsat!" Dengan cepat ia mengayunkan gunbladenya dalam gerakan menikam.
"Kau tak akan pernah bisa mengalahkan leluhurmu sendiri," ucap Orchid dalam suara menggumam. Dalam satu gerakan berkelit, ia menepis bagian samping pedang, untuk kemudian melayangkan totokan maut pada leher lawannya.
Pria itu ambruk hilang kesadaran.
Dan itu tak terhenti sampai di sana. Orchid dengan cepat berbalik seraya mengangkat kakinya tinggi. Tanpa sedikitpun keraguan ia injak saja kepala Leon hingga hancur berserakan. Gumpalan putih serpihan otak terlihat bercampur aduk dengan darah. Pria itu berhenti bergerak.
Berikutnya giliran Nely. Gadis berambut biru itu terlihat pucat pasi. Kakinya hilang tenaga, batinnya tak kuasa menahan oleh horor di hadapan mata. Linangan air mata tak akan sanggup menghentikan perbuatan keji dari penjagal di depannya.
…
***
Bab terakhir : Penutupan
Nyala kemerahan di retina mata Orchid kini menghilang secara perlahan. Gadis itu kembali mendapatkan kewarasan. Tubuhnya terentak hebat kala menyadari potongan kepala Sanelia tengah berada di genggaman tangan.
"Tenang saja, ini semua tidaklah nyata," ucap Ratu Huban. Sosok itu kembali muncul bersamaan dengan menghilangnya segala sesuatu, tertelan oleh kegelapan.
Orchid tak sedikitpun memberikan tanggapan. Matanya terlihat, gamang larut dalam sejuta penyesalan.
"Selamat, kau berhasil menyelesaikan tantangan Free Battle Challenge."
…
.
…
…
..
…
…
…
After Credit Scene…
"Ursaaa, Orchiiid, kalian ada di mana!? Woooooi, jangan tinggalin aku!"
Suara cempreng nan melengking terdengar sayup dalam gaung.
Di kejauhan, terlihat sosok boneka beruang sedang berjalan sendirian di lorong kastil. Ia kebingungan, tak tahu harus pergi ke mana. Bangunan ini amat kompleks hingga membuatnya tersesat.
Lalu di sudut kastil paling gelap nan dalam. Boneka itu berpapasan dengan sosok manusia jelly berwarna kebiruan di sebuah tikungan. Lazuardi namanya.
"Kenapa aku cuma nongol di aftercredit?" ucapnya mengeluh.
Komentar saya:
BalasHapusini Super OOC challenge, dengan rasa komedi aksi yang. . . .
ANCUR BERANTAKAN.
NGAKAK
PINGGANG SAYA SAKIT NGAKAK BAGIAN ""ANJING LAH, GUE GAK MAU JADI GADIS PENJUAL KOREK API!",
GUE KIRA ORCHID CWEK2 CAKEP TAUNYA,
AAHAHAHAHAHAHAHAH, FAK YUUUU~
Tapi gorenya, jdi agak disturbing sih (Coup de grace gk masalah sih, cma aftermatchnya kesannya, ._.
Dan krn saya belom pernah liat OC lain beraksi (tepatnya bru pertama kali banget masuk dunia BoR)jadinya saya cma bsa kasih 7 ajah.
Ichsan Leonhart,
(Klo gak salah yg ngedesain powernya Sanelia ya??)
OC saya: Kaede Hazuki
lebih tepatnya, nenteng kepala lawannya reminds me of God of War 3 (pala apollo ditenteng kemana2) which is sempet bikin nightmare. ._.
HapusWkwkwkwkw, maaf ya kalo ancur berantakan.
HapusNggak ada yang bilang kalo Orchid itu cakep, nyahahaha~
Iyah, beragam cameo ini tentu nggak bisa dinikmati oleh mereka yang nggak kenal dengan OC di BoR sebelumnya, jadi mohon maaf atas keegoisan saya menulis cerita dengan berbagai hal yang malah menimbulkan sejuta tanda tanya.
._.
Terima kasih atas apresiasinya
:D
Jujur, saya merasa komedinya banyak yang miss. Entahlah. Mungkin memang saya yang lacking sense of humour-nya. ._. Kebanyakan, komedi yang coba dibangun malah nggak menghasilkan perasaan tertentu. Saya flat aja bacanya.
BalasHapusCerita ini juga kurang fokus. Mima juga kemunculannya sedikit banget. Kebanyakan komedi sama jatah kemunculan beary mungkin. Tokoh-tokohnya juga terlalu penuh, jadi makin susah konsentrasi alurnya.
Aslinya nilai 7. Saya tambah karena usahanya sbg pertamax.
Titip 8~
Ohiya, OC: Rebecca Friedmann
HapusMohon maaf karena belum bisa menyajikan cerita yang cukup menghibur.
HapusCerita ini saya buat dengan autowriting, tanpa kerangka atau proof-read apapun, demi mengejar waktu karena hendak menghadapi UAS.
(Halah, alibi~)
Terima kasih atas nilai dan kesediannya untuk membaca :D
Hai.
BalasHapusSaya Anjar. OC Rakai Jae Ireng. Ijin komentar ya. Hehe.
Btw. Itu yang anjing2 komedi ya? Absurd banget. Kurang ngalir sih komedinya. Apalagi Orchid yang kena ranjau, lalu pohon aneh di kastil itu, dan lain2 yang gak bisa disebutin satu2.
Mending sih ini cerita judulnya ganti. BEARY BROTHERS FEATURING ORCHID - ATTACK ON MAWAR CASTLE.
Nilai 6.
Attack on Mawar Castle, sialan, kenapa saya nggak kepikiran sampe sana yak? Nyahahahaha~
HapusTpi ntar dikira attack on titans
HapusSetelah baca cerita milik Bang Ichsan ini, saya merasa ...
BalasHapus1. Komedinya kentang, gak nendang gitu. Hampa. Berkesan kayak maksa. Epic fail alih-alih epic win. Kayaknya bidang Bang Ichsan bukan di sini, tapi di ... stensilan ;) (walau akalu cerita ini stensilan juga saya gak bakal kuat baca).
2. Alurnya bisa ditebak, sih. Selain karena kita emang tahu konsep ceritanya didasari oleh apa :D Cuman yang paling ketahuan itu masalah penawaran Chocolate tentang imbalan sama sekumpulan tedy-bear, ketahuan banget kalau di akhir bakalan nipu.
3. Di beberapa bagian, jelas Bang Ichsan mencoba untuk memasukkan unsur Breaking the 4th Wall.
4. Terlalu banyak cameo, malah porsi untuk target si Chocolate sendiri berkesan cuma tempelan. Gak diekspos penuh, kalah porsi sama kehadiran tedy-bear. Saya ibarat makan nasi hangat sama pecel lele yang ukurannya kecil, tapi sambal dan lalapannya banyak gila.
5. Untuk porsi komedi gini, segala hal absurd bisa diangap wajar, sih ... dan saya agak terhibur waktu cermin sakti memaksakan kehendak agar plot cerita si Chocolate berjalan sesuai cerita putih-salju yang asli :D
Selebihnya, mungkin bisa dikaji lebih dalam oleh komentator yang jauh lebih cerdik dari saya :D
Titip nilai ... 6 (aslinya 5, karena sebagai entri pembuka, maka nambah 1) :D
OC: Fionn Coileáin na Claonaí
Wogh, salah satu pembaca stensilan saya kah?
HapusPadahal sesungguhnya, ada Nyasu-sama yang jauh lebih hebat dalam kepenulisan ero~
Ngancurin dinding ke empatnya dari dulu saya gak pernah berhasil
Q_Q
Iya, untuk ini benar sekali. Saya terlalu napsu masukin banyak cameo, apalagi OC yang dimasukin belum tentu orang paham itu siapa-siapanya. (Kecuali para penulis di Bor Sebelumnya, karena itu OC mereka)
Terima kasih atas nilainya.
:D
Bukan, saya malah gak suka sama stensilan. Saya cuma sempet baca awal Round 3 Nely di BoR dan langsung saya close. Gak kuat baca gituan ._.
HapusRound 3 BoR V di canon Nely itu memang salah satu sisi gelap dari BoR
Hapus._.
tidak terlalu gelap karena sudah terlalu dalam berkecimpung di dunia kelam tersebut #Gak
HapusHello, saya Lus, OC saya Arisa.
BalasHapusGilak, pertama ngirim. <3
Okay, saya terkesan sih ama Mas Ichsan yang bisa ngirim secepet kilat, tapi~ ada beberapa hal sih ...
kesannya kek ini bukan cerita dari si Orchid gitu, kerasanya malah kek ceritain bagaimana beruang-beruang unyu itu wafat dengan damai. //apasih
Dan ... komedi yang dimasukin rasanya garing--maaf.
Satu lagi, ini kebanyakan masukin tokoh atau gimana ya? Sampe-sampe tokoh Orchid, Sanelia, sama Mima cuma muncul kek dipaksa muncul gitu. Kalo Bu Mawar-nya sih oke banget, dan aku suka~ <3
Gitu aja sih, aku ga pinter ngasih komentar. Nitip angka 7 deh buat Mas Ichsan.
Dan pada akhirnya, para boneka beruang itu memang wafat dengan damai~
HapusYep, kebanyakan cameo. OC dari BoR sebelumnya sih, jadi mohon maaf bagi pembaca baru mungkin pada gak ngeh itu siapa-siapanya.~
Terima kasih atas kesudiannya untuk mampir di cerita garing ini~
:D
Pertama saya ucapkan selamat karena menjadi peserta pertama yang mengirimkan entrinya di ajang FBC ini.
BalasHapusKomentar dari saya sebagian besar sudah disampaikan oleh peserta lain, misal dari segi peran dan aksi Orchid yang kurang mendapat sorotan, ataupun tidak menonjolnya satu-dua OC yang semestinya dilawan. Kalau saya melihatnya, Nely dan Mima belum dapat banyak adegan. Kemudian peran OC tambahan (Ursario, dkk) yang agaknya memang terlalu banyak. Dan ada juga porsi komedi dengan gore yang di bagian akhir terasa begitu jomplang.
Bagaimanapun, jika melihat dari tantangan yang diambil, yaitu "Super OOC Challenge", entri ini sudah SANGAT menggambarkan apa itu yang dimaksud dengan super-OOC. Dan memang, tantangan ini berat sekali. Resikonya adalah pembaca tidak suka dengan modifikasi yang dilakukan penulis. Sejumlah jokenya bisa saya nikmati. Bagaimanapun, pembaca awam akan sulit mengerti cameo yang begitu banyak muncul di entri ini jika mereka belum akrab dengan tokoh-tokohnya.
Dan satu komentar penutup dari saya adalah klimaksnya. Sepertinya terlalu cepat?
Nilai dari saya adalah 7+
- hewan -
Dan saya memang menerima resiko terbesarnya, banyak yang nggak suka, nyahahahaha~
Hapus:'D
Semoga di BoR 6 nanti saya bisa menulis all out buat bayar hutang jebloknya FBC ini~
Halooo... '-'/
BalasHapusWih ngumpul pertama XD
Respect lah.. ^^b
Awal baca, udah mikir, ini komedi? '-'
Tapi lama-lama baca,saya gak dapat kesan humornya yang (maaf) agak dipaksakan..
Karakter yang muncul agak terlalu banyak, jadi musuh yang harusnya dapat porsi lebih banyak kelihatan kaya' tokoh sampingan aja, dan (maaf) gak meninggalkan kesan...
Soal karakter, udah cukup ooc. Gak bisa ngebayangin kalo Bu Mawar bisa jadi ibu tiri yang kejam.. XD
Yah sepertinya komentar saya kurang lebih sama seperti di atas, maaf kalo menyinggung... :""
Nilai 6 (+1 karena first entry, yey!) XD
Sign,
Lyre Reinn
OC : Altair Natsuki
Lupa...
HapusJadi, overall nilainya 7 XD
Maafkan hamba karena belum sanggup menyajikan cerita menghibur
Hapusm(_..)m
Banyak sekali kekurangan di sini yang harus diperbaikin di karya selanjutnya, terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca cerita garing ini.
:D
"ANJING LAH, GUE GAK MAU JADI GADIS PENJUAL KOREK API!"
BalasHapusSebuah pembukaan cerita yang memberikan impact positif bagi saya, yang membuat saya jadi duduk tidak tenang untuk membaca kelanjutannya XD
Ya, walaupun ada beberapa joke yang sekiranya miss, jumlah beruangnya kok juga banyak sekali, ya? (Gak nyambung)
Bikin bingung aja gitu mana yang udah 'mati' atau 'mati' lagi
Terus cerita ini bikin saya pingin ketemu ama Mbak Nely yang 'ranum'... jadi pingin ditembak ama dia berkali-kali, aw<3
Bu Mawar juga jadi jahat.. inget anak, Bu. Inget anak...
Dan overall buat story : 7
Sekian.
- GoldenRose -
OC : Mawar Mulia
Pasukan boneka beruang itu finalis dari BoR IV lho~
HapusMereka aslinya immortal, karena yah... mereka udah mati. (anggap aja jiwa di dalem boneka itu cuma arwah penasaran)
Iyah, joke-nya banyak yang missfire :'D
Mbak Nely pengennya ditembak mz~
Bu Mawar itu janda kembang, jadi dia belum punya anak~ Nyahahaha
Emm, cuma mau mengulang tanggapan author2 lain di atas.
BalasHapusPlus dari saya adalah,
Super OOC Chalenge bener-bener ditanganganin dengan baik oleh Bang Ichsan. Paling suka dengan Bu Mawar yang sebelumnya sebagai seseorang guru yang mulia, kini berubah menjadi ibu tiri yang kejam~
Tapi,
Sebagai tokoh utama, Orchid malah kalah porsi daripada tokoh-tokoh pendukungnya begitu pula dengan musuh utamanya, Bu Mawar, Sanelia, dan Mima. Tapi yang paling kentara adalah ibu dari dua anak itu, serasa kaya prajurit kroco.
Komedinya sebagian bisa membuat saya meringis, sebagian lagi tidak karena berkesan terlalu dipaksakan. Seperti saat menyindir JNE, tok*bag*s.com, Counter Strike, dll. Tapi memang melawak bukan hal yang mudah ._. duh bagiamana nasib saya yang mengambil tantangan parody, waaa~ *abaikan
Dan yang terakhir, mungkin terlalu banyak cameo yang membuat pembaca seperti saya kesulitan mencerna joke dari mereka. Untuk bagian klimaks cerita ini juga sepertinya terlalu cepat.
Nilai 6 + 1 karena sebagai entri pertama,
Jadi 7
~ OC : Dani Fajar Nugroho
Orchid jadi tokoh sampingan yak, nyahahahaha~
HapusIya, buat pembaca baru mungkin bakalan bingung karena cameonya OC dari BoR sebelumnya~
Makasih buat nilainya :D
Hallo Hallo~~
BalasHapusini kisaran dari Ane
Hmm beruang-beruangnya char sampingan kan? kok perannya banyak banget..
Ane suka bagian pas markas para beruang diserang Nely dan Mima disitu terlihat Badass..
Jokenya banyak yang miss..
Ah gila kematian Bu Mawar ngingetin gw sama Illyasviel pas dibantai Gilgamesh di fate stay night UBW..
Orchid sadis juga ya xD.. tapi mau bagaimana lagi, membunuh atau dibunuh~~
Nilai: 7
Oc: Rose Vinensine
Char sampingan serasa char utama yak, nyahahaha~
HapusIya, aye kebanyakan masukin si beruang.
Terlalu banyak missfire~ =3=a
Ah, jangan ingatkan lagi sama ending Illyasviel di UBW~
Q_Q
OC: Ghoul :=(D
BalasHapusBaru baca awalnya saja udah ngakak habis. Pas banget waktu itu habis nonton anime Texhnolyze rouge 2 yang bikin nangis bombay (maklum cewek nonton anime battle) , jadinya aku cari bacaan humor eh kebetulan entri inilah sebagai hidangannya.
Karakter Bu Mawar paling lucu, tapi seperti dipaksakan masuk sebagai bu tiri karena penampakannya yang lemah lembut.
Bagiku sih entri ini berhasil bikin aku ngakak sampe akhir karena aku orangnya juga humoris. Kecanggihannya juga lucu banget karena tak pada zamannya seperti cermin layar sentuh, wow!
Btw, kalau sapaan awalannya huruf besar seperti kata “Bunda” dan “Nona”.
Tapi sisanya banyak lah hal yang lucu kutemui di entri ini, pake merek dagang segala. Boneka-bonekanya mengingatkanku pada sistem kerja boneka Sasori.
Hm, kalau kalimat dialog seseorang dipotong oleh dialog orang lain, pake em-dash (--).
Endingnya juga gak kalah ngakaknya pas di credit title-nya. Tawa disturbing-ku pun membahana ke pelosok kamar dan cicak-cicak berjatuhan dari dinding begitu mendengar lengkingannya yang ajaib…
Pelawak disturbing ini kasih nilai 7 :=(D
Aaaaah, makasih buat nilainya.
HapusMembaca komen Anda bikin saya mesem-mesem, akhirnya ada yang juga yang menyukai cerita dengan humor garing ini :D
Sekali lagi, terima kasih :D
Jujur saya sangat menikmati saat-saat membaca entri ini. Kata-katanya dikemas apik seperti gado-gado. Ada bagian dimana saya jadi teringat dengan entri Ronie Stacato (maaf kalo namanya salah) yang sangat lucu.
BalasHapusMima dan Ratu Mawar terlihat keren di sini. Adoh bingung mau ngomong apa, pokoknya saya nyaman bacanya.
Putih Salju semakin keheranan, "Bu Mawar kenapa? Lagi sibuk melakukan monolog seperti di dalam sinetron?" >> entah kenapa ngakak di bagian ini dan dibaca berulang-ulang.
Langsung nilai aja ya....
8
OC : Anne Ezbari
Akhirnya ada yang satu spektrum soal sense humornya
Hapus:'D
Terima kasih udah menyempatkan diri untuk membaca dan memberi nilai~
:D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCerita ini berkonsep sandiwara belaka atau gimana ya?
BalasHapusPenokohan yang saya sejak awal masih kurang; Ratu tak berwibawa, menuruti MC seperti mengemis, harusnya sebagai ratu merasa tersinggung atau berbuat lain selayaknya seorang ratu.
Dialog dan narasinya belum berasa nendang.
Typo seperti spasi, tanda hubung, kapital yang seharusnya kecil dan sebaliknya, masih ada.
Pemilihan diksinya merusak "rasa" ceritanya.
Humornya garing.
5
IMHO, bagi saya udah bagus banget dikasih nilai segini, karena orang yang gak pernah baca buku akan lebih buruk lagi :)
Good Luck
WARNING dari admin:
HapusUntuk bagian penutupnya [IMHO, bagi saya udah bagus banget dikasih nilai segini] saya rasa tidak perlu. Terkesan merendahkan. Nilainya tidak saya anulir tapi ke depannya harap lebih diperhatikan soal ini.
Perihal konsep, ini saya rasa sesuai dengan Tantangan "Super OOC Challenge" sehingga Ratu tak harus bersikap sebagai ratu dan juga sebaliknya. Dan penulis tentu tahu resikonya mengambil tantangan ini karena akan banyak pembaca yang mungkin tak suka. Mari kita hargai.
Terima kasih
Wow, ada penulis pro wow~ Suka baca buku juga wow~
HapusAjarin dong cara menulis yang baik dan benar :D
Entri ini sangat menarik sampai saya benar benar ingin berkomentar
BalasHapusFirst thing first sebelum menilai, harus dilihat entri ini masuk ke dalam tantangan yang mana
Dan ternyata OOC Challenge
Dan perkenalkan saya Arya dengan OC Loctis
1 Menarik, entri ini masuk ke dalam 3 tantangan sekaligus yaitu OOC, Parody, dan Breaking the 4th wall. Saya suka OOC nya sanelia, mungkin dia kerasukan fata kali ya? “Anjeng” wkwkwk (ini titik pertama aku tertawa). Lalu mereka semua memerankan karakter sesuai dalam cerita Snow white— judulnya aja udah kayak sinetron tv yang copaste lol. Dan sesekali bu mawar dan main char berdialod dengan pembaca—yha
2 Untuk sebuah cerita komedi dan parody, tulisan ini entah hanya membuatku tertawa 5 kali. Saya bisa dapet maksud dari joke nya tapi kurang di-punch, punchline nya kurang. Kadang ada joke—lucu tapi langsung disambung ke alur yang lumayan serius. Jadi menurutku ga sampai kompor lpg—kompor minyak mungkin
3 sang penulis benar benar ingin membangkitkan karakter karakter di BoR. Usaha yang bagus sampai semua karakternya dari BoR ya? Saking banyaknya beberapa karakter munculnya terlalu dipaksakan. Mungkin juga vbener di komentar komentar sebelumnya, lebih cocok kalo judulnya 7 kerdil dan pemutih. Eh beary dan salju
4 Di akhir cerita kekuatan main char akhirnya keluar. Ya. Dengan asumsi pembaca belum membaca charsheet terlebih dahulu (saya termasuk), kekuatan orchid serasa kayak kamen rider. Tiba tiba berubah dari manusia biasa menjadi bisa lari secepat Vlad dan memukul layaknya wanpansmen. Jadi kerasa kayak dewa—tapi ternyata emang demigod
Akhirnya keseluruhan entri ini 10/20 untuk poin nomer 1
-1 untuk poin kedua, but nice try saya suka Kai jadi anak alim wkwkwk
-1 untuk poin ketiga karena yah… karena malah menyorot beary. (kalo boleh subjektif, saya suka sih :^)
-1 untuk poin ke empat. Ngedrop alurnya padahal sudah sampai klimaks
Cerita sangat sesuai dengan tantangan dibungkus dengan parody cerita lawas yang berhasil menjadi cerita humor.
Overall 7/10
Maaf kalo ada tulisan di review ini yang menyakiti hati. Terimakasih. Dan… oh really looking for a battle with your OC and these explosive things
Ralat :
HapusAkhirnya keseluruhan entri ini [10/10] untuk poin nomer 1
-1 untuk poin kedua, but nice try saya suka Kai jadi anak alim wkwkwk
-1 untuk poin ketiga karena yah… karena malah menyorot beary. (kalo boleh subjektif, saya suka sih :^)
-1 untuk poin ke empat. Ngedrop alurnya padahal sudah sampai klimaks
Waaaaah, makasih udah mau menyempatkan diri untuk membaca dan berkomentar panjang lebar soal cerita.
Hapus:D
Iyah, terima kasih untuk masukannya, saya harus lebih banyak belajar cara membuat banyolan yang mengalir dan enak buat dinikmati.
:D
Super OOCnya sangat terasa, terlebih Bu Mawar yang kontras dengan aslinya. Bagian-bagian Mima dan Orchid kurang mendapatkan perhatian. OOCnya Nely bikin ketawa ketiwi. Untuk humornya, saya rasa setiap orang punya sense of humor yang berbeda. Dan saya cukup nyaman dengan humor di cerita ini, jadi tidak ada masalah.
BalasHapus7 untuk Orchid
OC - Rea Beneventum
Ngelawak kalo terlalu asyik sama pikiran sendiri ya gini jadinya. Nggak kepikiran kalo ternyata orang lain belum tentu suka.
HapusIyah, Main char ke-overshadow sama tokoh pinggiran, wkwkwkwk
:D
Iri sama si beruang kebanyakan porsi tuh tpi humornya ok aq suka walopun harus belajar lagi dr suhu *bletak*
BalasHapusTapi overal sangat puas i am a demigod nyahahahhaa good job!
Orchid~chan
Point 10/10
Wogh, yang punya OC nongol dimari
HapusXD
**dijitak**
Orchii emang demigod, usianya kan ribuan tahun, leluhur dari si Leon dan Adiw pula, wkwkwk~ :V
Skill: C
BalasHapusKonsep: B
Karakterisasi: B
.
Skill
Weh, sebenernya sedikit ngarep sama kak Ichi, apalagi setelah pembukannya yg memukau. Saya nggak masalah sama gaya bahasa komedi ringan ala Raditya Dika atau si Juki, tapi ada satu yg saya gak bisa maafkan, yaitu *jengjeng*: riset!! Padahal kalo risetnya maksimal, ini bisa nambah ilmu karena kak Ichi pk gaya bahasa yg lebih mudah dimengerti. Tp yha sudahlah.
Awal2nya saya suka banget, karena kosakatanya yg bervariasi, pembukaan yg asik, karakternya yg nyolot wkwkwkw. Tapi, bau2 mencurigakan mulai tercium sejak kalimat ini: Bagian rok sengaja dibuat mengembang sebagaimana penampilan seorang bangsawan, terlihat dari rok yang cukup panjang hingga nyaris menyentuh lantai.
Memang baju2 bangsawan ngembang, tapi baju maid juga bisa dibilang ngembang lho kalo dibandingin baju pendekar silat. Kalo soal rok, ya semua juga bisa nyentuh lantai.
Saya lebih suka deskripsinya Mawar yg nyebut bahan gaunnya itu sutra.
Tapi, ya sudah. Itu bisa aye maapkeun krn ngga semua orang tertarik sama fashion.
Yang sy ngga bisa maapkeun: Retina mata Orchid menadak berubah menjadi kemerahan.
Walaa saya langsung kecewa :’( Coba tanya anak SD retina itu yg mana... apa bisa dilihat kalau matanya nggak dicungkil dulu...
Terus paragraf ini....
Tentu kalian sudah tahu siapa itu ratu Huban. Singkatnya, dia adalah panitia untuk Free Battle Challenge ini. Dialah yang bertanggung atas hilangnya kesadaran sang tokoh utama di dunia nyata. Jiwa gadis itu dibawa pergi jauh ke dalam alam bawah sadar, sementara tubuh aslinya terlelap dalam tidur cantik. Karena di waktu sebelumnya, wanita itu menawarkan pada tokoh utama kita tentang serunya berpetualang di dunia mimpi.
Ngomongin Ratu Huban, tetiba ada kata “gadis itu”... Yha pasti ngga ngira kalo yg dimaksud suda berubah orang. Kalo ngomongin Ratu Huban, ya Ratu Huban.. Kalo Orchid ya Orchid. Satu paragraf cuma punya satu pokok pikiran. Jah, bahasa indonesia banget, tapi mmg begitulah. Nemu bbrp kali yg spt ini.
Konsep
Saya sebenernya suka konsep cerita n dramanya n lawakan yg nyamain cerita ini kaya sinetron wkwkwkw. Tapi ketutup skill sama karakterisasi yg nurut sy kurang :(
Terus breaking the 4th wall nya (y) Ending yg tragis (y)
Karakterisasi
Kayanya bisa ditebak siapa char kesukaan sayah... Bu Mawar yg OOC!! -w- Wkwkwkw saya beneran nikmatin ceritanya sampe Fatanir nganterin si Orchid.
Tp mendadak loss setelah ketemu Beary2 di bab 4 >__<
Kayanya suda dibahas sama komentar2 sebelumnya.. mgkin kak Ichi terlalu berusaha masukin semua char di sini, tapi jadinya sy bingung @.@
Dan itu..... Leonnya kena deus ex machina.. wkwkwkwk
Total Skor: 6/10
Maaf kak Ichi, kayanya pas kak Ichi nulis serius malah aku ngga baca >~<
OC: Karenina (yg mudah2an bisa ikut FBC)
Waaaa~ makasih Ann, udah menyempatkan diri buat mampir di sini.
Hapus:D
Iyah, komedinya fail, autowriting plus ngebut karena ngejar sebelum UAS (kalo lagi UAS mah nggak bakalan bisa nulis sama sekali)
**plak**
(Ngeles mulu...)
Pembukaannya emang (sok) nyastra. Entry saya di BoR 5 juga semuanya (sok) nyastra. Tapi efek sampingnya, waktu buat nulisnya jadi lama, karena kudu proof-read, perbaiki, baca lagi, perbaiki, baca lagi, susun lagi, baca lagi, rapihin lagi~
Berhubung waktu udah mepet, ya udah nulis seenak jidatnya, wkwkwkwk
Maafkan hamba.. m(_.._)m
Eh, Retina itu warna mata kan? (nanya mbah google dulu)
._.
Hooo.. I see, bearti saya kalo nulis di dalam satu paragraf itu masih suka gak fokus ya... Noted, makasih buat masukannya.
:D
Iyah, saya niat awal cuma pengen ngelawak sama para veteran aja kok, dengan nongolin cameo mereka di sini. Tapi resikonya, ya pembaca yang baru pada nggak ngeh sama lawakan (garing) di sini, wkwkwk
(Orang yang pernah baca entry Kai tentu bakalan ngakak kalo tau cowok jutek, dingin, jahat, judes itu saya bikin jadi seorang ustad)
Iyap, meski trivia-nya, Leon di cerita BoR Nely emang sering ngandelin Deus ex Machina buat nyelametin Nely (dari perlakuan mesum si Dimas)
Tapi salah saya ya di sini, nggak semua orang baca Entry BoR V. :'D
Hayuk atuh selesaiin entry-nya
:D
Kesan pertama: "Orang ini gila banget!" yang pasti merujuk ke Author.
BalasHapusSecara keseluruhan cerita ini sangat menarik dan pas mungkin untuk OOC. itu bidang yang mungkin masih jauh dari penulis yang terfokus pada detail dan teori logis seperti saya.
mungkin hal yang kurang saya suka adalah "majas".. penggunaan majas di awal banyak banget mungkin kalo gak pake majas di awal itu cerita hanya ada setengahnya. tapi gak tahu juga, karena saya orang-nya lebih ke detail jadi kurang menggunakan majas.
Komedi ya? sebagian dapet sebagian gak... komedi terasa lebih lucu di awal..
Pesan: menurut gw Orchid lebih cocok jadi Gretel daripada meranin Putri Salju.. heheh
nilai overall: 7 (kalo boleh desimal pake nilainya jadi 7,5 seharusnya..)
OC: Satan Raizetsu
aahahahahahahaha... entry ketiga para veteran yang bikin saya terhibur hari ini, setelah baca Al Kane, Opi, dan akhirnya ini... ANCURRR MINA! Saya lupakan humor garing itu, itu kan memang ciri khas Ichs, saya lebih melihat entry ini kayak semacam reuni tokoh-tokoh BoR, yang saya kenal sih ada pasukan Beary, Ananda pohon, Leon, dan yang lain-lain banyak banget.
BalasHapussaya nggak menilai karakter deh, super OOC-nya bu Mawar dah parody yang aneh di sini, saya nggak terlalu peduli juga sama si Emak, meskipun harusnya adegan Battle bisa lebih detil.
7 + 1 untuk reninya.
total 8.
regards, Rakai A,
OC Mima & Franka Zaitsev
(titip pesan: kalau ikut BoR6 dan OC-mu cowok, Franka jangan diapa2in ya ...!!!!)
maksudya +1 itu buat reuninya, hehehhe
Hapuspenyakit typo saya masih serig kumat
maaf kalo baru sekarang ngasih penilaiannya. karena faktor kesibukan dan fakir kuota (malah curhat T^T)
BalasHapusoke, ada beberapa komen yang saya utarakan
1. komedinya di bagian premisnya agak maksa, jadinya bagian yang lucu agak garing.
2. di bagian cerita agak terlalu fokus sama para beary unyu yang ditembaki sama Nely.
3. gorenya lumayan lah pegang kepala, nginjek kepala sampe hancur, ngambil jantung ngena walau agak dipaksakan.
4. kenapa nggak ada fight antara orchid vs bu mawar? kesannya kaya bu mawar cuma berlindung di dua tokoh lain.
itu aja sih, dan hebat bisa ngirim pertama kali :v
nilainya 8
Dwi Hendra
OC Nano Reinfield
Oke, saatnya berkomentar setelah membaca.
BalasHapusSaya sih ga bakal banyak komentar ama nunjuk. Namanya entri komedi pasti bakal ada hit or miss. Untungnya buat saya, saya ngeh ama referensi joke-nya walau gak begitu ketawa di beberapa bagian.
Karena ini tantangannya Super OOC Challenge, semuanya sudah cukup sukses OOC-nya, meski sebenernya saya agak berharap lebih parah lagi OOC-nya :p
Porsi komedi ama battle serius udah oke, pembawaan juga simpel, jadi bisa enjoy lah bacanya.
Saya setuju si Orchid sendiri porsinya kurang, tapi gegara pas battle-nya bikin Masha Alloh jadi bisa dimaklumi lah.
Untuk nilai saya kasih 9.
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi.