oleh : Naurah Deatrisya Gitany
--
"Kesempatan Kedua"
Dimulai
Kabut, kabut, dan kabut.
Semuanya samar. Tidak ada detail yang jelas. Hanya kabut samar-samar. Gadis itu
memandang sekelilingnya. Tak ada tanda-tanda keberadaan orang, atau makhluk,
lain di tempat itu. Hingga dua siluet muncul di kejauhan. Yang satu terlihat
seperti seorang pria dewasa bermantel dan yang satunya terlihat seperti anak
kecil.
"… reveriers… Mahakarya…
Alam Mimpi…," ucap salah satu dari mereka sebelum menghilang.
Tempat itu seperti meluruh dan
menghilang. Berganti dengan kegelapan tidak berujung. Gadis itu mencoba menebak
maksud perkataan salah satu sosok tadi hingga hanya dapat berasumsi tadi
hanyalah racauan tidak jelas… hingga muncul titik terang.
Terkepung
"Yang Mulia, bangun! Yang
Mulia, bangun!" ucap seseorang hingga membuat gadis itu terbangun.
"Ada apa, sih, Gri?! Ini
masih pagi buta dan aku masih sangat ingin tidur. Sebentar, kenapa kamu
menyandang pedang?" tanya gadis itu setengah mengantuk dan kesal kepada
dayangnya itu.
"Yang Mulia, Khilyra dalam
bahaya! Sekelompok pemberontak yang ingin membangun Nefar kembali akan
menyerang kita hari ini. Temanku di Biro Kepenyihiran, bilang kalau
Erissa bangkit lagi dari kematiannya," jawab Griselda, dayang gadis itu.
"Gila kau! Erissa
hidup lagi?! Jiwanya sudah terpecah menjadi jutaan fragmen!" bantah gadis
itu, Serilda.
"Aku juga tidak mengerti,
Yang Mulia. Ada yang bilang ia hidup lagi karena simpatisannya mengadakan
upacara penyatuan roh dengan badan, tapi menurutku lebih baik kita bersiap
menghadapi skenario terburuk," ucap Griselda.
"Mereka melakukan upacara
penyatuan yang terlarang itu?! Sekarang cepat siapkan baju dan peralatan
perangku," titah Serilda.
"Baik, Yang Mulia,"
jawab Griselda sebelum bergegas mencari zirah, panah, dan perisai kulit milik
atasannya itu.
***
Serilda dan Griselda berjalan
cepat sepanjang lorong istana menuju ke lantai bawah tanah. Dari panel-panel
kaca di beberapa lorong, terlihat kepulan asap. Katanya dari Amaranth, ibukota
Khilyra. Jarak antara Amaranth dan istana lumayan dekat sehingga jika Amaranth
luluh lantak, istana akan diserang dalam waktu yang sangat dekat.
"Yang Mulia, ada kabar
bahwa beberapa mata-mata Nefar menyusup ke istana. Tandanya adalah lengkung
kehitaman yang berakhir di lengan atas mereka dan hanya dapat dilihat oleh para
veteran Perang Khilyra-Nefar. Ini informasi dari temanku di Biro
Intelejensi," bisik Griselda.
"Terima kasih atas
informasinya, Gri. Namun, sepertinya ada aura mencurigakan di sana," bisik
Serilda sambil menyiapkan belatinya.
"Oke, jadi tugasku adalah
membunuh si Ratu dan Mata Kabut. Tenang, akan segera ku-," ucap sosok
misterius itu.
"Maksudmu apa, hah?!"
seru Serilda sambil meringkus sosok itu dari belakang.
"Ah… jadi ini si Ratu.
Mirip sekali dengan Hippolyta. Tenang, jika kamu berlutut di depan Yang Mulia
Ratu Erissa dan menyerahkan takhtamu, kamu akan kami biarkan tetap hidup… sebagai
pengemis tentunya," hina sosok yang merupakan seorang gadis muda
anggota pemberontak.
Serilda menodongkan pisau itu
lebih dekat, nyaris mengenai leher. Jelas kalau sosok ini adalah salah satu
simpatisan Nefar yang menyusup ke dalam istana. Terlalu kurang ajar jika
diizinkan keluar dari istana tanpa mendapat pelajaran apapun.
"Kamu meminta aku
berlutut di depan ratu gadunganmu itu?! Kau tahu, tidak pernah tercatat
dalam sejarah satu orang anggota klan Artemia yang berlutut di depan musuhnya!
Segera beritahu semua informasi yang kamu ketahui atau belati ini akan mengiris
nadimu," ancam Serilda.
"Tidak akan
kuberitahu, Yang Mulia. Lagipula, memangnya kamu bisa mengiris nadiku,
hah?" tantang gadis itu.
Nyawa gadis kurang ajar itu
mungkin sudah melayang, seandainya ingatan Serilda tentang menggorok orang lain
masih jelas. Semuanya seperti hilang dengan perlahan. Sangat aneh bagi sosok
yang dikenal cemerlang dalam hal ingatan.
"Griselda, interogasi dia!
Jika kamu sudah mendapat informasi, segera ke ruang rapat. Pastikan dia tidak
dalam pengaruh siapapun, tidak melarikan diri, dan berkata jujur. Tidak lupa,
kamu menghapus memorinya tentang hal ini. Jaga pedangmu," titah Serilda
sambil berbisik.
"Baik, Yang Mulia,"
jawab Griselda sebelum memulai sesi interogasi bersama gadis itu.
Rapat
Serilda menyusuri tangga dengan
cepat hingga sampai di lantai bawah tanah istana. Tempat penyimpanan suplai dan
pusat pemerintahan sementara untuk saat ini. Agak gelap dan lembab, namun masih
memiliki ventilasi yang lumayan dan cukup bersih.
Serilda mencari pintu yang
berhiaskan lambang tentara Khilyra, ruang rapat antara dia dengan Menteri
Pertahanan dan Penasehat Peperangan. Menteri Pertahanan juga menjabat sebagai
jenderal untuk pasukan pria dan Penasehat Peperangan menjabat sebagai ahli
strategi dan jenderal untuk pasukan wanita.
Serilda memutar kenop yang ada
di pintu dan segera memasuki ruangan rapat. Terlampau sederhana dibandingkan
ruang kerjanya. Hanya meja panjang dan kursi dari kayu serta penerangan
menggunakan obor. Kedua pejabat yang bersangkutan sudah hadir menunggu
kedatangan pimpinan mereka itu.
"Aku sudah tahu kalau Nefar
bangkit kembali. Banyak yang bilang kalau Erissa juga berhasil dihidupkan
kembali. Apakah ada perkembangan dari peperangan?" tanya Serilda.
"Kami sudah menempatkan
pasukan pemanah di atap istana. Pasukan pengguna pedang juga sudah siap di
balik setiap gerbang benteng. Untuk pengguna sihir, kami meletakkan mereka di
daerah dekat istana dan di sekeliling ruang takhta agar Erissa tidak menjadi
ratu Khilyra, tanda pendudukan dan aneksasi, secara de facto,"
jelas Penasihat Peperangan, Cassida Bellonia.
"Maaf, Yang Mulia. Saya
sudah mendapat kabar bahwa diperkirakan pasukan pemberontak Nefar akan sampai
dalam waktu sekitar 5 menit. Ada baiknya kita segera bersiap akan hal yang
terburuk, Yang Mulia," ucap Menteri Pertahanan, Alastair Aresi.
"Apa?! Mereka sudah
nyaris sampai istana? Sekarang, kalian siapkan pasukan kalian dan kita akan
berperang habis-habisan dengan mereka," titah Serilda sebelum Griselda
datang membawa kabar.
"Yang Mulia, saya… tidak
berhasil mendapat… informasi dari… gadis itu… ia kehilangan kesadaran. Namun,
dari jendela… saya melihat… para simpatisan Nefar… sudah ada yang memasuki…
taman istana!" ucap gadis berambut abu itu sambil terengah-engah.
"Sudah memasuki taman?!
Kalian berdua, segera laksanakan perintah!" titah Serilda sebelum meninggalkan
ruangan rapat. "Griselda, kamu berjaga di posmu. Aku bisa menjaga diriku,
kok."
Pertempuran Istana Khilyra
Serilda segera berlari menuju
atap istana. Pemimpin pasukan pemanah segera memberi hormat. Serilda membalas
hormat dari komandan pasukan memanah dan mencoba mengamati situasi dari salah
satu bagian atap.
"Callisto, sepertinya panah
yang kita pakai agak kurang efektif. Segera ganti semua anak panah ini dengan
yang bermata seperti ini," ucap Serilda sambil memberikan salah satu anak
panahnya. "Mereka tahu mantra duplikasi, 'kan?"
"Baik, Yang Mulia,"
jawab Callisto, komandan pasukan pemanah.
"Bagus," ujar Serilda
sebelum kembali ke dalam istana.
***
Suara jeritan para dayang istana
yang bertugas di lantai bawah terdengar jelas. Intuisi Serilda berkata kalau
pasukan pemberontak sudah memasuki istana. Serilda segera menuruni tangga
hingga ke lantai dua yang memiliki balkon di dekat gerbang masuk.
Serilda segera menyiapkan
panahnya dan memasang kuda-kuda. Matanya harus jeli untuk melihat mana kawan
dan mana lawan. Genggaman tangannya juga harus kokoh agar anak panah bisa
melesat tepat sasaran, seperti yang ia lakukan saat Perang Khilyra-Nefar.
Beberapa orang prajurit berhasil
ia lumpuhkan, atau mungkin bunuh. Namun ada banyak yang lolos dan sepertinya
mengarah ke ruang takhta. Meskipun sudah dijaga dengan lingkaran sihir dan
beberapa petarung sihir, ruang takhta masih dapat dibilang sebagai titik
terlemah di istana. Seperti jantung bagi seorang manusia.
Ruang Takhta
Benar saja, saat Serilda sampai
di ruang takhta. Sedang terjadi pertarungan sengit antara para pemberontak dan
petarung sihir. Ya, hanya satu yang tersisa dari 8 orang yang mendapat tanggung
jawab untuk menjaga lingkaran sihir. Sangat berbanding terbalik meski petarung
sihir yang tersisa memiliki kekuatan dari ketujuh kawannya yang sudah gugur.
Sekali lagi Serilda menyiapkan
panahnya dan memasang kuda-kuda. Perisai kulit yang ia bawa dihadapkan ke
belakang untuk menghindari serangan assassin yang tidak dapat diduga. Setiap
panah yang ia lepaskan cukup untuk melumpuhkan seseorang dan membuat orang
tersebut mati kehabisan darah jika panah itu dicabut paksa.
Ia bisa saja menambah kefatalan
panahnya dengan membubuhkan racun yang ada di gelangnya, namun entah kenapa ada
rasa enggan yang lama kelamaan membuatnya lupa. Lagipula panah tanpa racun
sudah cukup mematikan.
Semuanya penyerang sudah
berhasil ia lumpuhkan, namun tidak sebelum petarung sihir yang terakhir mati.
Kini ruang takhta menjadi sangat rawan terhadap penyerangan oleh Erissa, walau
Serilda tidak tahu apakah wanita itu memang hidup kembali atau hanya sebagai
gelar untuk pemimpin baru Nefar. Ya, Nefar dan Khilyra sama-sama memiliki
sistem pemerintahan matriarkis.
Serilda membuka pintu raksasa
ruang takhta setelah bertahun-tahun tertutup. Sebuah singgasana beledru menjadi
pusat ruangan. Di dinding ruangan terdapat lukisan-lukisan para ratu beserta
patung mereka. Sebuah altar yang didedikasikan untuk Dewi Artemis ada di dekat
singgasana dan ada kursi-kursi empuk untuk para tamu kehormatan setiap ada
upacara khusus.
Namun, Serilda merasa ada hal
yang aneh di belakangnya. Benar saja, seperti ada bayangan-bayangan berbentuk
burung gagak yangmulai menjelma menjadi sebuah sosok. Sosok wanita yang Serilda
benci lebih dari para menteri-menteri paling pemalas di parlemen. Erissa
Daimona dari Nefar.
"Akhirnya kita bertemu
lagi, Serilda," sapa wanita itu dengan sedikit tekanan di kata
"Serilda". "Lama tidak bertemu."
"Mau apa kau?!
Bahkan sejengkal tanah pun tidak akan aku berikan padamu, Pembunuh Ibuku,"
tantang Serilda sambil menyiapkan panahnya.
"Singkat saja, takhtamu,"
ujar Erissa sebelum mengeluarkan semburan api dari tangannya.
Sial, aku baru ingat kalau
Erissa jago sihir, batin Serilda setelah berhasil menghindar.
Ruang takhta memiliki mekanisme
pertahanan dari sihir. Segala jenis karya seni dan patung para ratu akan
selamat tanpa bekas jika diserang dalam tingkat tertentu, begitu juga dengan
dinding dan karpet. Namun, untuk beberapa benda, gelombang kejut akan diterima
dan benda tersebut bisa hancur jika gelombangnya cukup intens.
"Diam kau, Jalang. Akan
kubalaskan dendam keluargaku padamu. Jangan harap aku akan berbelaskasih
padamu, Erissa," ancam Serilda sebelum menembakan panah pertamanya.
"Coba saja. Kau pikir kamu
dapat melukai seorang Erissa Daimona?" tantang Erissa sebelum menghilang.
Belasan anak panah melayang ke
arah Erissa namun Erissa selalu dapat menghindar dengan kekuatan
teleportasinya. Anehnya, Erissa seperti tidak dapat berpindah ke ruangan lain.
Entah apa yang ada di dalam pikiran Erissa.
Serilda mencoba memanah dari
celah di antara dua kursi. Dengan hati-hati, Serilda membidik Erissa yang
sedang menjelma setelah berteleportasi. Panah itu terlepas dari busurnya dan
mengarah langsung ke Erissa. Namun, Erissa segera menghilang. Serilda heran
melihat hal itu.
"Kamu pikir kamu bisa
membunuhku dengan mudah, Serilda?" bisik sesosok wanita di belakang
Serilda.
Bulu kuduk Serilda berdiri namun
badannya seperti membeku. Ketika ia menengok ke belakang, Erissa memandangnya.
Hanya dalam sepersekian detik, Erissa menutup mata Serilda dan membawanya
berteleportasi.
Memori Kelam
Ketika kesadarannya
berangsur-angsur kembali, Serilda menyadari tentang apa yang terjadi. Ia
berteleportasi bersama Erissa dan berakhir terbelenggu di singgasananya
sendiri. Ia mencoba untuk membebaskan dirinya namun belenggu sihir yang
menahannya sangat kuat. Erissa hanya menatap sanderanya itu dengan senyuman
mengejek.
"Lepaskan aku, Jalang!
Lepaskan!" seru Serilda sambil meronta-ronta melepaskan diri.
"Tidak semudah itu,
Serilda. Serahkan takhtamu dan aku akan melepaskanmu," ucap Erissa sambil
mendekatkan wajahnya.
"Takhta?! Mimpi apa
kamu semalam, Pembunuh Ibuku?" tantang Serilda setelah meludahi
wajah Erissa.
"Sepertinya Hippolyta lupa
mengajarimu untuk berlaku sopan kepada bibimu ini. Lagipula, jika bukan karena
kamu ibumu tentu masih hidup saat ini," ejek Erissa sambil mengelap ludah
di wajahnya.
"Apa maksudmu?!"
tanya Serilda.
"Kamu sudah lupa? Jika bukan
karena kamu, ibumu tidak akan mati, Sayang," jawab Erissa sambil
membelai pipi Serilda dan menatap netranya untuk mengakses pikiran. "Akan
kuceritakan padamu. Dengar baik-baik."
***
Seorang wanita dewasa
terbelenggu di kursinya. Hanya lampu temaram yang membantu penglihatannya. Ia
tahu dengan jelas di mana ia berada saat ini. Ruang interogasi di lantai bawah
tanah kastel adiknya. Ia meronta namun ia tidak dapat melepaskan dirinya.
"Akhirnya kita bertemu
lagi, Kak," sapa seorang wanita bergaun merah darah.
"Apa maumu sekarang,
Erissa?" tanya wanita itu.
"Hal yang sederhana,
Hippolyta. Sebuah pertukaran sederhana. Penjaga, bawa gadis itu," jawab
Erissa, yang kala itu masih lumayan muda.
Dua orang penjaga masuk ke dalam
ruangan itu membawa seorang gadis muda yang masih dalam baju perangnya. Gadis
itu langsung terduduk di lantai saat kedua penjaga melepas genggaman mereka. Ia
separuh sadar dan sepertinya baru diinterogasi, dengan selingan berupa
penyiksaan tentunya.
"Apa yang kamu inginkan,
Erissa?! Lepaskan putriku!" seru Hippolyta.
"Mari buat sebuah
kesepakatan dulu baru aku akan menentukan takdir putrimu," ujar Erissa
dengan senyuman licik.
"Sekali lagi aku tanya, apa
yang kamu inginkan, Erissa?" tanya Hippolyta menahan nafsunya untuk
menghabisi adik kandungnya itu.
"Jujur saja, aku sangat iri
denganmu. Ibu menjadikanmu penerus beliau sebagai pemimpin para Amazon. Kamu
juga ingat bahwa aku cinta mendiang suamimu itu sehidup semati. Namun, kau
malah merebutnya dan menjadi ratu Khilyra dan aku hanya berakhir jadi selir si
Setan Tua Bangka. Yang aku inginkan adalah kamu menyerahkan nyawa dan takhtamu
atau putrimu yang cantik jelita ini mati di tanganku," jawab Erissa.
"Biar aku klarifikasi. Jika
bukan karena dulu dia melamarku, aku tidak akan menikahi mendiang suamiku. Jika
bukan karena Ratu Penthesilea, nenek kita, memilihku, aku juga tidak akan mau
menjadi seorang ratu. Aku tahu kalau semua hal ini terjadi karena aku, jadi
akan kuserahkan nyawaku," jelas Hippolyta.
"Ibu, lebih baik aku saja
yang mati! Seharusnya aku lebih teliti saat merencanakan semua hal dan
memastikan tidak ada pengkhianat ataupun mata-mata di pasukan Khilyra. Ini
semua salahku. Lebih baik aku saja yang mati daripada Ibu," seru Serilda,
tentunya yang masih muda saat itu, ketika ia mendengar perkataan ibunya.
"Tidak, Nak. Orangtua
harusnya mati lebih dulu daripada anaknya," ucap Hippolyta menanggapi
ucapan anaknya, "Erissa, keputusanku sudah bulat. Aku yang akan
menyerahkan nyawaku. Namun untuk takhta, Serilda akan tetap mewarisi
Khilyra."
"Baiklah kalau begitu, Kak
Hippolyta. Penjaga, bawa mereka ke sel masing-masing!" titah Erissa
sebelum para penjaga membawa ibu dan anak itu ke sel masing-masing.
Di Atas Angin
Perlahan Erissa mengambil busur
dan anak panah Serilda dan membidik jantung Serilda. Serilda masih terjebak
dalam ilusi yang dibuat Erissa. Dengan perlahan Erissa menarik tali busur hingga
kencang dan memastikan kalau panah itu akan tembus hingga ke jantung Serilda.
Senyuman licik tersungging di mukanya.
Di balik pintu seorang gadis
berambut abu-abu mengintip ke dalam ruang takhta. Firasat yang membawanya ke
tempat itu. Ia memasuki ruang takhta sambil mengendap-endap agar Erissa tidak
menyadari kedatangannya.
"Katharizo!"
seru Griselda yang sontak menghentikan pengaruh sihir Erissa
Erissa menengok ke arah Griselda
dan mengumpulkan kekuatanb untuk melawan sesama pengguna sihir, walau Griselda
kadang menggunakan senjata biasa. Serilda segera mendorong Erissa hingga
terjatuh dan mengambil senjatanya.
"Mau ke mana lagi,
Erissa?" tanya kedua gadis itu bersamaan.
"Kalian pikir kalian bisa
mengalahkanku, hah?" tantang Erissa.
Kilatan-kilatan sihir dan
anak-anak panah melintasi ruangan. Perisai Catalana milik Serilda sampai rusak
parah. Nyaris tidak dapat digunakan karena memang dasarnya tidak dibuat untuk
menghadapi serangan sihir. Erissa sendiri terlalu cepat berpindah untuk
diserang secara akurat. Setidaknya Serilda tidak akan kehabisan anak panah
dalam waktu dekat berkat kekuatan duplikasi Griselda.
Demi Negeriku
Pertarungan ketiga wanita itu
masih sangat sengit. Walau kadang Serilda atau Griselda mendapat luka kecil,
mereka masih dapat terus bertarung karena sama-sama memiliki kekuatan
regenerasi. Hal yang aneh mengingat mereka, menurut Serilda, bukanlah kerabat.
Namun Serilda sendiri tidak peduli.
Serilda dan Griselda terus
berupaya menyerang Erissa. Mereka memang sudah berlatih mengenai skenario ini
berkali-kali sejak awal mas pemerintahan Serilda. Namun, perlahan namun pasti,
stamina mereka mulai berkurang. Setidaknya kemampuan regenerasi mereka agak
membantu dalam kondisi seperti ini, walau prosesnya agak lambat.
Gila! Staminaku berkurang
drastis entah kenapa. Rasanya seperti mau mati. Aku tidak tahan. Maafkan aku,
Ibu. Mungkin bukan hari ini, keluh Serilda dengan sisa staminanya.
"Yang Mulia, kita masih
bisa menang! Jangan menyerah dahulu! Ini demi negeri ini!" seru Griselda
dengan terengah-engah.
"Diam kamu, jika kamu masih
ingin hidup!" ancam Erissa.
"Lebih baik mati daripada
jadi budakmu, Erissa!" seru Griselda.
"Oh, jadi kamu lebih ingin
mati. Jika itu keinginanmu, baiklah, kau akan mati namun kematianmu tidak akan
aku buat mudah, Griselda," ujar Erissa sambil mendekati Griselda. "Agonia!"
Rasa sakit tidak tertahankan
menjalar di tubuh Griselda yang terkapar karena kekuatan mantra itu. Rasanya
seluruh saraf pendeteksi rasa sakit milik Griselda diaktifkan dalam waktu yang
bersamaan. Terkadang rasa sakit itu berhenti sebentar dan kembali berlanjut
ketika kilatan sihir keluar dari jari Erissa.
Sakit… Yang Mulia, tolong…,
batin Griselda dalam kesakitannya.
Serilda tahu kalau ia harus
bertindak. Demi nyawa kaki tangan yang sudah ia anggap sebagai adik dan demi
negerinya. Ia sendiri terlalu lemah jika harus menghadapi Erissa sendiri,
mengingat mekanisme sihir ruang takhta tidak mengizinkan seorang prajurit untuk
masuk jika lingkaran sihir di luar ruang takhta tidak aktif.
Setelah merasa memiliki cukup
stamina untuk bertarung, Serilda menyiapkan busur dan anak panahnya. Setidaknya
akan cukup untuk mengalihkan perhatian Erissa dan, jika Griselda bisa
menggunakan kekuatan sihirnya, membalikkan anak panah itu ke arah Erissa dan
membunuh wanita itu.
"Erissa Daimona?"
panggil Serilda sambil mengarahkan panahnya.
Ketika Erissa menengok, Serilda
melepaskan panahnya. Erissa bisa saja menjelma menjadi bayangan-bayangan
berbentuk burung gagak dan kabur, namun tangan Griselda, yang berangsur-angsur
pulih, menahannya dari berubah wujud.
"Reflecto sagittae,"
ujar Griselda pelan sambil menunjuk panah Serilda dan memutar jalur anak panah
tersebut.
Erissa tidak menyadari kalau
anak panah yang nyaris membunuhnya akan berputar arah kembali kepadanya.
Genggaman Griselda masih cukup kuat walaupun gadis itu nyaris pingsan.
Kombinasi kedua hal itu menyegel takdir Erissa. Ia akan mati di tangan
kemenakannya sendiri.
Serilda berjalan menuju ke arah
bibinya yang terkapar dengan anak panah menancap di dadanya. Misi Serilda untuk
menjaga kedaulatan negerinya selesai, namun ia akan menambah satu dua hal untuk
memuaskan sisi gelapnya, sisi pendendamnya.
"Maafkan aku, Bi. Namun
dosamu terlalu besar untuk kuampuni. Demi rakyatku, prajuritku, dan keluargaku,
rasakan pembalasanku, Erissa Daimona!" bisik Serilda kepada Erissa
yang sekarat itu.
Perlahan Serilda menggapai anak
panahnya dan akan menggunakan fitur paling mematikan dari panahnya: mata panah
yang tidak dapat dilepas. Serilda tahu jelas kalau anak panah itu dicabut paksa
secara utuh, maka akan terjadi pendarahan luar biasa dan kematian yang
menyakitkan. Kombinasi yang ia anggap pantas bagi seorang pelaku genosida.
Dengan segenap tenaga yang masih
tersisa, Serilda mencabut anak panahnya dengan paksa. Teriakan Erissa menggema
ke seluruh ruangan saat sedikit daging, saraf, dan kulitnya terbawa oleh anak
panah yang tercabut. Wanita itu meregang nyawa dengan luka menganga di dadanya.
Menyamai gaun merah darahnya.
"Sampai jumpa, Bi,"
ucap Serilda saat melihat tubuh Erissa terpecah menjadi jutaan fragmen kembali,
tanpa kesempatan untuk hidup untuk yang ketiga kalinya.
Semuanya Baru Dimulai
"Sebentar. Ada yang aneh.
Sejak kapan ada yang namanya upacara penyatuan roh dan sejak kapan ada
orang-orang yang menginginkan Nefar jaya kembali? Dan aku… telah membunuh orang
lagi. Ya ampun! Apa yang terjadi dengan otakku ini? Apa aku hanyalah seorang
wanita gila sekarang?" tanya Serilda kepada dirinya sendiri.
Gadis itu bingung dengan
keadaannya sendiri. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, Griselda, dan
sekelilingnya. Aneh dan… sinting. Itu yang dirasakan oleh Serilda. Ia sudah
berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak membunuh lagi namun sekarang ia
telah membunuh bibinya sendiri yang ia tahu telah mati.
Dua pendar cahaya membentuk
wujud dua sosok familiar bagi Serilda. Seorang wanita paruh baya dengan muka
yang terlihat muda dan sesosok lelaki seumuran dengan Serilda yang memiliki
rambut cokelat tua dan wajah, yang banyak wanita anggap, tampan. Hippolyta dan
Alexander. Ibu kandung dan tunangan Serilda.
"Nak, akhirnya kita dapat
bertemu lagi setelah sekian lama. Ibu dan Alexander ada di sini untuk
menyampaikan sedikit pesan kepadamu," ucap Hippolyta sambil membelai
kepala Serilda lembut.
"Aku tahu kamu merindukan
aku dan ibumu. Namun, aku tidka akan berbasa-basi di sini. Ini adalah awal dari
perjuanganmu untuk mengubah takdirmu. Perjalanan ini adalah kesempatan keduamu.
Manfaatkan dengan baik, ya. Namun untuk sekarang, nikmati perjalanan ini.
Sampai jumpa," jelas Alexander sebelum menghilang bersama dengan bayangan
Hippolyta.
Perlahan sekeliling Serilda
seperti menghilang dan berubah menjadi suatu ruangan putih yang tidak berujung.
Di sana terdapat 2 sosok makhluk menunggunya dan satu ekor… domba? Griselda
masih ada di dekat Serilda walau kesadarannya belum pulih. Rasa ingin tahu
mendorong Serilda untuk mendekati kedua sosok tersebut.
"Selamat, Kak. Kakak
berhasil melewati cobaan pertama. Ini domba untuk Kakak," ujar sosok anak
kecil berkepala bantal sambil menyerahkan seekor domba imut.
"Masih akan ada beberapa
babak selanjutnya sebelum impianmu terwujud. Selamat berjuang. Ngomong-ngomong,
namaku Mirabelle dan ini Ratu Huban," ujar sosok gadis berambut merah di
dekat makhluk berkepala bantal.
Sepertinya kegilaannya
dimulai dari sekarang, batin Serilda.
~BERSAMBUNG~
>Cerita selanjutnya : [ROUND 1 - 11K] 37 - SERILDA ARTEMIA | KALA ANGIN DAN API BERADU
Hmm. Secara umum lumayan menarik, tapi ada yang mengganggu aja secara logika. Istana (saya memandangnya sebagai kastil a la Eropa abad Pertengahan) terlalu cepat jatuh, yang menurut kurang begitu mungkin kecuali memang pihak musuh beroperasi di ibu kota itu sendiri. Pasukan yang dikerahkan juga terbilang... kecil? Atau tidak kompeten? Nampaknya seperti ada faktor lain yang nggak bisa saya liat dari paparan ini aja. Di bagian akhir juga koreografi pertarungannya agak kendor. Saya jadi nggak jelas siapa lagi ngapain.
BalasHapusWalaupun begitu, masih ada yang bisa digali dari dunia yang sedang dibangun. Masih ada pengembangan karakter yang bisa dilakukan. Konflik ini juga masih bisa dikembangkan.
Masih ada waktu.
6/10
Nazhme Kaikhaz
Writer Nightpen
Sebenernya entri ini lumayan menarik, pertama karena oc yang mainan long-range, kedua karena langsung disuguhin situasi pemberontakan yang udah sampe ke istana. Background dan kemampuan Serilda juga cukup kegambar jelas
BalasHapusCuma mungkin poin minusnya karena suasana hectic serangan ke istana itu berasa sekelebat aja. Begitu udah lawan Erissa, kayaknya jadi fokus di satu ruangan aja. Padahal mungkin bisa lebih epik kalo kekacauannya dieksplor
Nilai 7
Begitu baca, yang pertama kali saya notis adalah ... narasinya. Ini, entah saya aja yang merasa atau bukan, agak mengingatkan dgn novel ... terbitan Fantasteen //yea. Tapi itu nggak mengesankan keburukan. Cuma impresi pertama aja.
BalasHapusSaya lumayan suka konsepnya. Pemerintahan yg matriarkis, pejuangnya cewek-cewek. Unik juga. Dan Serilda juga lumayan tergambar jelas. Keren juga bayangin cewek-cewek tempur--apalagi kalo yg dilawan berupa kerajaan patriarki //plak
Sayang aja, sama kek kata suhu-suhu di atas, potensi ke-epic-an agak disia-siakan dgn pemberontakan yg sifatnya selintas doang. Coba kekacauannya dideskripsiin dlm beberapa paragraaaf aja. Kayak darah bertumpah, kepala-kepala terbang, kelebatan sinar berseliweran di udara mengincar jiwa, begitu. Mungkin jadi mantep.
Jadi saya titip 7.
-Sheraga Asher
?! ?! Italic. Sering banget lihat itu selama baca. Yang ganggu italicnya itu loh. Kenapa pakai italic buat panggilan? Mungkin itu gaya penulis, tapi saya kurang sreg lihatnya.
BalasHapusKonflik keluarga kerajaan yang terkesan epic, dan perpindahn tempat yang teratur jelas menjadi nilai plusnya. Tapi ceritanya terlalu singkat.
Katanya ada pertempuran besar yang terjadi, tapi kok tempurnya sama Erisa aja. Kemana bala bantuan Erissa? Si Serilda aja dibantu Griselda masa lawannya enggak. Ini perang besar buat ngerebut kerajaan kan?
6 dariku
-=AI=-
Kalau masukan dari saya, ga jauh sama tmn2 di ats sih, cuma lebih dari segi kengerian daripada kekacauan. Pasalnya, entri ini terasa lumayan cerah-cerah saja walaupun ada perang. Jadi mungkin bisa lebih ditambahkan rincian seperti gimana perasaan para karakter di sana, atau tindakan antisipasi mereka di tengah keadaan perang. Juga, kengerian pertarungan utama Serilda; seberapa parah akibat yang timbul kalo Serilda kalah.
BalasHapusOn a more positive note, sejak awal baca narasinya udah bisa nuntun gimana situasi yang ada di cerita. Gimana settingnya istana sentris dengan berbagai keperluan kerajaan yang Serilda sadari dan hadapi udah cukup terkoneksi. Battlenya pun bisa menghadirkan ketegangan tersendiri. Sehingga.
7/10
PUCUNG
Oke, komentar dimulai.
BalasHapusJadi entri Serilda ini epik juga keliatannya.
Tapi eksekusinya kurang epik. Selain kurangnya pemanfaatan situasi dan kondisi, saya rasa narasinya juga terlalu... optimis :s
bukan berarti harus disuramkan sih. tapi ya namanya keadaan perang besar berarti harusnya lebih kacau. Ya kurang lebih masukannya sama dengan teman-teman.
Premis cerita dan karakternya Serilda nilai plus tersendiri. Karena tida banyak yang pilih alignment Crusader, dan tantangannya terlaksana dengan baik.
Saya titip 8 buat Serilda ya.
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut
Entah kenapa aku ngerasa alurnya kecepatan... terus suasana perangnya kurang digambarkan jelas jadi berasa "lewat" aja...
BalasHapusLebih intens ke pertarungan Serilda ft Griselda vs Erissa mungkin,
Aku kasi 7 deh~ XD
Sign,
Lyre Reinn,
OC : Eve Angeline
Yep, kurangnya ada di dua aspek. Kondisi pemberontakan yang terkesan selintas begitu saja dan penarasian yang tak menggambarkan suasana mencekam sperti halnya suasana pemberontakan.
BalasHapusMungkin bisa dijelaskan suasana pertempuran di luar kastil bagaimana, atau tempat-tempat tertentu di dalam kastil dengan Serilda yang tentu membantu prajurit-prajurit yang sedang bertempur.
Dan selebihnya tentang suasana sudah dijelaskan oleh Pucung dan Mbah Amut.
Nilai 7
OC: Alexine E. Reylynn
sayang sekali aku tidak melihatnya beraksi di atas kuda
BalasHapusvvell
lnajut revievv
serlida ketiduran lalu masuk alam mimpi. kukira ini bukan peyerangan tapi lebih ke pemberontakan. Serlida ke ruang rapat bertemu petinggi buat ngatur pertahanan. Pergi ke pos masing masing dan... pertahanan runtuh. Serlida sendirian ke ruang tahta. dan.... jendralnya kemana ini? jendralnya mati. sisanya pertarungan epik antara ratu dan bibinya
> challange... check (melindungi griselda kan?)
> gaya bertarung masih samar-samar
1. yang menggangguku adalah ini lebih cocok ke pemberontakan. jendralnya ada mati. ga ada yang bisa mengetahui kelemahan kelemahan kastil selain orang dalam... kan? tapi itu gamasalah. memang sudah digambarkan ada mata mata di dalam istana
2. Narasinya... vvaktu bertarung yang sangat disayangkan. Seharunya bisa jadi adu sihir dan besi yang epik. tapi deskripsi koreografinya yang kurang. jujur saya kurang bisa bayangin. mungkin bisa ditambah panah melesat, tali busur bergetar, bola api meledak, tembok magis biru transparan dengan ukiran petagon... apapun itulah, menggelinding, melompat, nyaris terpanah, akan terlihat lebih keren
so 3 poin minus
buat aku sih masih 7/10
kedepannya masih bisa lebih keren kalau bisa mendreskripsikan 'siapa sedang apa' dengan lebih ekspresif
OC: Zia Maysa
Serilda memang jarang mengadakan open house, kecuali pada momentum tertentu. Narasi, ya. Memang agak susah bikin adegan battle karena senjatanya long range (sebenarnya Griselda nyandang pedang cuma tidak dipakai karena tidak ada yang ingat cara berpedang dan keduanya juga sedang malas memakai pedang).
HapusMakasih sudah mampir~
ceritanya menarik tentang pemberontakan dimana pihak Serilda yang jadi pihak yang diserang.
BalasHapusdisini skenarionya udah bagus dimana udah dijelaskan daerah sekitar istana diserang dulu baru istananya. tapi sayangnya eksekusi jalan ceritanya terlalu singkat. jadinya terkesan "numpang lewat". harusnya bisa dijelasin apa saja yang terjadi saat pemberontakan. bukan diserang terus ngelawan main boss.
well, nilai dari saya 7. semoga sukses..
Sepertinya harus benar-benar belajar lagi untuk narasi. Semoga tidak jatuh di lubang yang sama.
HapusMakasih sudah mampir~
Karakter Serilda ini unik, seorang ratu Amazon yang tegas dan pemberani. Walaupun demikian, dalam cerita ini karakterisasi Serilda sendiri belum begitu mencolok. Mungkin karena narasinya yang terkesan melompat-lompat, tidak terlalu runut dan beberapa kalimat bahkan sulit untuk dimengerti kalau tidak dibaca dua kali atau lebih.
BalasHapusPertarungan dalam ruang singgasana pun terkesan cepat banget, narasinya kurang mungkin ya? Kurang terasa suasana peperangan penuh dengan prajurit, jadi kurang kebayang aja.
Btw, Serilda dan Griselda itu hampir mirip pelafalannya, saya sering ketuker-tuker.
Oke, skor dari saya 7
Naer Sisra
OC: Ulrich Schmidt
Masalah di narasi akan aku coba rapikan. Ngomong-ngomong, nama mereka memang mirip karena termasuk nama dalam bahasa Jerman (meskipun untuk Serilda ada arti dari bahasa Yunani) dan artinya prajurit wanita. Kenapa mirip? Nanti akan saya kasih tahu.
HapusMakasih sudah mampir~
...ane bingung harus komentar apa untuk entry ini.
BalasHapusDibagian obrolan, narasinya ga lengkap sampai kurang paham kejadiannya. Dari cerita ratu Erissa kukira itu flashback. Eh, ternyata itu adegan asli?
Banyak narasi yang ke-skip gitu aja. Mungkin karena narasinya yang kurang.
Padahal dari segi karakter dan cerita ini cukup bagus. Cukup.
Sayang penjelasannya terlalu.. uhh..
----------------
Rate = 6
Ru Ashiata (N.V)
Oke. Jadi ada masalah di narasi. Semoga bisa aku perbaiki.
HapusMakasih sudah mampir~
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusEntrinya dari appetizer langsung masuk ke dessert.
BalasHapusMalah rasanya ini kayak necessary kill dibanding Protect the people.
Fokus Lawful.goodnya berubah.
Still a good story tho.
6/10 is good for this.
Nibelhero |Wamenodo Huang
Sepertinya harus bikin main course yang enak, nih. Awalnya mau pakai forgive the enemy, malah terlalu bertele-tele dan porsinya Serilda berkurang. Lagipula, dia mencoba ngelindungin negerinya, dan nyawanya, dari si Erissa.
HapusMakasih sudah mampir~
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussebagian besar udah disamapaiin oleh para komentator di atas.
BalasHapusporsi utk battlenya terbilang sedikit dan juga kadar epiknya sedikit, bukan berarti harus ada sihir menyambar di mana2
saran keepikan yg bisa diselipkan di entri ini dariku ialah mgkn pas battle berlokasi di dalam istana yg sedang rubuh dengan puing2 berjatuhan dan mereka masih tetap saling menyerang, di mana selain berurusan dgn lawan, mereka jg hrs berurusan dgn istananya sendiri.
jika oc tak memiliki kemampuan epik, maka ciptakan saja latar yg epik, sekian dariku untukmu.
7
Samara Yesta~
Jujur, saya sendiri agak menyesal bikin karakter memanah dan malah memakai setting indoor. Untuk ruang takhta, ruangan itu memang diatur sihir jadinya tidak bisa hancur tapi usulmu boleh juga.
HapusMakasih sudah mampir~
pacenya terlalu cepat..
BalasHapuskonsep long-range itu perlu diacungi jempol. cos saya sendiri gak pernah ambil, apalagi yang sitasinya skala kolosal. saya gak kuat dalam pembagian fokus karakter.
tp ekskusinya musti dipercantik lagi. di R1, ada kemungkinan Serilda bisa bersinar cos udah ada bocoran OC terlibat dalam kekisruhan :v
7