oleh : Ramiza
AYAT 06
ENAM PERKARA TANDA PETAKA
Ayat 6 Potongan 16 dari Kitab Suci Varsakhtisav yakni tentang 'Enam
Perkara Tanda Petaka';
Pertama, terbukanya tabir akhirat.
Kedua, dekadensi keimanan.
Ketiga, bercampurnya impian para entitas.
Keempat, dimulainya bencana.
Kelima, perpecahan yang memicu perang besar.
Keenam, terbongkarnya permainan tuhan.
Ditutupnya kitab dengan sampul kulit berwarna hitam itu lalu ia menghela
nafas mencoba untuk menenangkan dirinya, keringat dingin menetes dari kulit
emasnya. Ganzo Rashura masih tak percaya apa yang telah terjadi barusan.
Awalnya ia memasuki Fase Koma lalu berhadapan dengan para nabi sebelumnya,
setelah bangun ia memasuki sebuah gerbang raksasa dengan 3 makhluk yang sudah
menunggunya membimbing ia menuju sebuah museum.
Disana ia dijelaskan mengenai Alam Mimpi, Reveriers serta Mahakarya. Tak
hanya dijelaskan, ia bahkan sempat dibuat tak berdaya dengan hadirnya sosok
agung yang menghilangkan inspirasinya…
SANG KEHENDAK.
Untuk pertama kalinya iman Ganzo terkikis dengan bayangan bahwa ada sosok
yang sama besarnya dengan Tuhan Varsakhtan. Bagaimanapun meski ia nabi, ia
tetaplah manusia biasa.
Dengan gontai ia melangkah keluar kuil, dijumpainya seekor domba yang
mengembik dengan tatapan polos menunggu ia didepan pintu kuil.
"Oh, kau lagi…" Ucap Ganzo dengan nada rendah sembari mengelus
bulu halus dari domba tersebut, suasana hatinya kini sedang dilanda banyak
pikiran.
Kuil Varsaria yang kini Ganzo tinggali bukanlah berada di bumi, melainkan
Alam Mimpi. Lebih tepatnya tempat ini adalah duplikat dari Kuil Varsaria yang
asli dan menjadi asrama bagi para Reveriers yang dinamai Bingkai Mimpi.
Bentuknya masih sama seperti aslinya, maupun itu sungai serta air terjun
yang mengalir mengapit sang kuil dari kedua sisi dengan pondasi bukit berbatu
dan dedaunan rindang. Hanya saja semua itu terbatas, seolah tanah yang dipijaki
Ganzo ini adalah sebuah dataran yang melayang diantara lautan cahaya dengan
langit berwarna emas berawan.
"Oh Tuhan Yang Maha Esa, sebenarnya apa yang sedang terjadi? Dari
semua cobaan yang engkau berikan, cobaan inilah yang pertama kali membuat hamba
meragukan keagunganmu" Ucap Ganzo sembari berlutut didepan kuil Varsaria
dengan menatap langit.
"Wahai Hambaku…" Suara bergema dari langit – langit bingkai
mimpi seolah ada banyak orang yang berbicara secara bersamaan.
"Masih terlalu dini untuk menjelaskan segalanya, jalani pertarungan
yang akan kau temui lalu mengadu lah kembali padaku…" Suara itu kembali
menggema, ia adalah Tuhan Varsakhtan yang mengikuti Ganzo ke Alam Mimpi.
"Kalau begitu mohon cerahi hamba mengenai 'Patung Otak' itu,
karena rasanya ia memiliki kuasa yang hampir menyamaimu wahai Tuhan yang maha
esa" Desis Ganzo.
"Ia adalah Sang Kehendak…"
Suasana hening menyelimuti Ganzo dalam percakapannya dengan sang Tuhan
Varsakhtan…
"A… Apa dia… Adalah…" Ucap Ganzo dengan terbata – bata.
"…Tuhan juga?" Lanjutnya.
"Kau meragukanku sebagai tuhan wahai nabi kelima, Ganzo Rashura? Buka
Ayat 1 Potongan 1 Kitab Suci Varsakhtisav mengenai eksistensi ketuhananku bahwa
Tuhan hanya ada satu yaitu aku sendiri…" Suara gema dilangit itu memberat.
"E-eh?! M-mohon ampunanmu wahai tuhan yang maha esa! Barusan hamba
berkata hal yang sangat tidak pantas!" Ganzo tersadar dari dirinya yang
kehilangan inspirasi.
Benar, Sang Kehendak pasti hanyalah sebuah entitas ciptaan Tuhan
Varsakhtan yang bertujuan untuk menguji kenabiannya. Itulah yang Ganzo Rashura
pikirkan.
"Errrr… Permisi wahai tuhan – tuhan dan hamba – hamba…" Sosok
imut berkepala bantal muncul dari gerbang raksasa diujung sungai yang
berhadapan dengan kuil Varsakhtan.
"Hmm? Kau kan yang memberikanku Si Botak ini kan?" Tanya Ganzo
pada Ratu Huban yang baru saja datang.
"Eh... Apa maksudmu dengan 'Si Botak' itu?" Tanya balik Ratu
Huban, sudah jelas yang Ratu Huban pikirkan setelah mendengar kata 'Botak' dari
orang 'Botak' ya kepala dari orang itu sendiri.
"Ini looh… Domba ini kuberi nama Si Botak" Jawab Ganzo sembari
tersenyum dan menggendong domba polos tersebut. Nama domba berbulu lebat nan
halus itu adalah Botak. Padahal domba tersebut tidaklah botak.
'Yang seharusnya bernama botak itu adalah kau sendiri, kakak nabi…' Gumam
Ratu Huban dengan nada ketus.
"Jadi… Ada apa, Ratu Huban?" Tanya Ganzo sambil menimang Si
Botak.
"Oh ya! Aku kemari untuk memberitahumu bahwa Ronde 1 dari turnamenmu
di alam mimpi ini akan segera dimulai! Untuk memasuki arena pertarungan kau
cukup menumpangi Si--- Errr… Si Botak, lalu ia akan mengantarkanmu ke
sana!" Kata Ratu Huban dengan jelas nan riang.
"Kali ini apa yang harus kulakukan?"
"Kau akan mengetahuinya setelah kau sampai, kakak nabi!" Ucap
Ratu Huban dengan riang lalu berbalik arah berjalan dengan riang.
"Kalau begitu aku pamit ya~" Ia pun menghilang ditelan gerbang
emas raksasa diujung Bingkai Mimpi.
Ganzo menurunkan Si Botak lalu mengambil tongkat kayunya, menutup kepala
dengan kupluk pakaiannya, membungkuk pada kuil yang menjadi tempat tinggalnya
dan berpamitan pada tuhannya.
"Hamba pamit…" Raut serius terpampang diwajahnya.
"Tunggu sebentar wahai hambaku!" Suara bergema dari Tuhan Varsakhtan
itu terdengar menghentikan Ganzo sebelum ia berangkat.
"Bawalah Kitab Suci Varsakhtisav bersamamu, kau akan membutuhkannya
nanti!" Lanjut sang tuhan.
"Baiklah." Jawab Ganzo lalu mengambil kitab suci sesuai perintah
sang tuhan dan menyelipkannya diantara pakaiannya.
---
AYAT 07
TRINITAS: RAJA SETAN, TUHAN, SANG
PENYELAMAT
Lambung Galiung Pasukan Iblis, Singgasana Raja Setan.
"WAHAI PARA PENGIKUTKU, PUJA RAJA SETAN YANG MAHA KUAT" Perintah
Angleria pada para prajuritnya untuk menyembah suatu benda yang diyakini raja
setan.
Ribuan pasukan iblis berwujud ikan dengan seekor pemimpin yang menjadi
komando mereka tunduk pada sebuah alat yang ditaruh diatas singgasana bak raja.
Galiung besar terbuat dari tulang itu berombang – ambing di lautan yang
sedang mengamuk, namun ruangan raksasa yang tepat berada di tengah lambung
kapal itu sama sekali tak merasakan ganasnya ombak dan air hujan yang
menghujam.
Ruangan raksasa itu benar – benar kering seolah dijaga dengan sedemikian
mungkin agar tetap terlihat suci.
"Oh raja setan, tolong bimbing apa yang harus kami lakukan"
Tanya Angleria sang pemimpin pasukan itu kepada benda yang diagung – agungkan
berduduk di sebuah singgasana tersebut.
"Bzzzttt…"
"Ka—zzttt… Err---"
"O-oh raja setan mulai berbicara!" Seru seekor ikan iblis yang
bertunduk diantara ribuan pasukan.
"K-kau benar! Semuanya tolong dengarkan apa yang akan dikatakan raja
setan!" Seru seekor ikan iblis lainnya.
Suasana pun sunyi menunggu sepatah dua patah dari sosok yang diyakini para
iblis adalah raja setan.
"Wa… Wahai para pengikutku…" Sang raja setan mulai berucap
dengan suara digital khas.
"…Ubah rencana…"
"Wahai raja setan! Apa rencana yang harus kami ubah?!" Tanya
sang panglima, Angleria.
"Kita akan musnahkan seluruh manusia daripada memperbudaknya, apa
kalian rela jika bangsa iblis selalu direndahkan sebagai bangsa yang teburuk?
Jadikan ini ajang pembuktian! JANGAN SISAKAN SATUPUN, INI ADALAH PERINTAH
MUTLAK!" Volume suara sang raja setan membesar di ruangan suci nan sunyi
tersebut.
"HIDUP RAJA SETAN AI!"
"HIDUP RAJA SETAN AI!"
"MUSNAHKAN MANUSIA!"
"MUSNAHKAN MANUSIA!"
Para ikan – ikan iblis berseru setelah perintah baru dilancarkan oleh sang
raja setan… Raja setan yang bahkan memiliki bentuk yang kurang pantas untuk
disebut seorang 'Raja'.
Ia adalah AI, Reveriers yang menjadi raja setan dengan merasuki benda tua
bernama radio.
---
Kapal Perang Kepala Perompak, Ruangan Kerja Baharuddin.
Namanya adalah Baharuddin pria dengan tubuh gempal berjubah hitam, kepala
dari geng perompak yang dipaksa untuk ikut berperang melawan para iblis oleh
kerajaan Arkaik. Ia sedang bermondar – mandir dihadapan sebuah kaleng pengharum
ruangan diatas domba dengan wajah cemas.
"Dasar wanita bertudung sialan! Aku masih tak percaya ia mengemban
tugas atas asas 'Kebenaran' !" Ketusnya dengan wajah sedih.
"Bukankah niat dari Siti itu bagus pak tua? Ia hanya ingin
menyelamatkan umat manusia maka ia meminjam kekuatanmu" Ucap kaleng
pengharum ruangan itu kepada Baharuddin.
"Ia tak meminjam kekuatan kami! Ia berniat mencuri! Bagaimana tidak?!
Kami dipaksa untuk ikut memerangi para iblis oleh kerajaan Arkaik, dan jika
tidak maka kami akan diperangi sama seperti para iblis!" Keluh Baharuddin.
"…Kekuatan kami memang jelas kalah jauh dari kerajaan Arkaik yang
memiliki teknologi modern" Lanjutnya.
"Kau berkata 'Mencuri' sedangkan kau sendiri adalah seorang perompak
pak tua… Terimalah, mungkin ini karma… Lagipula kenapa sebegitu tidak maunya
kau menolong agar umat manusia tidak dijajah iblis?" Tanya sang kaleng
pengharum ruangan itu lagi.
"Memang aku adalah perompak, namun bisa kau lihat sendiri bahwa anak
buahku adalah anak- anak yang tak memiliki orang tua, bahkan beberapa dari
mereka adalah orang - orang dengan keterbatasan fisik maupun mental… Masa bodo
umat manusia! Apakah umat manusia yang lain pernah menolong kami yang sedari
lahir sudah kesusahan?!" Ucap Baharuddin dengan mata yang berkaca – kaca.
"Hmm…"
"Kau tau pak tua…"
"Kau mengingatkanku pada seseorang, kau benar – benar bersikap mulia…"
"Baiklah, aku akan menerima tawaranmu untuk bergabung dengan para
perompak dan menyelamatkan para perompak dari kerajaan Arkaik dan pasukan
Angleria!" Ucap kaleng itu dengan mantap.
Mata Baharuddin berkaca – kaca, ia terbata kesenangan melihat kaleng
pengharum ruangan dengan tulisan Stalla tersebut.
Dia adalah 'Sang Penyelamat' para perompak, Stalla.
---
Galiung Utama Kerajaan Arkaik
Ganzo beserta Si Botak terdampar disebuah kapal galiung yang berombang –
ambing di lautan badai dengan puluhan orang bersenjata lengkap menodongnya,
mereka semua melihat Ganzo dan Si Botak dengan tatapan berbagai ekspresi.
"Jawab! Siapa kau wahai orang botak!" Celetuk salah seorang yang
menodong Ganzo.
"Bot--- Ah, maksudku mohon turunkan senjata kalian… Aku tak tau apa
yang sedang terjadi disini…" Dengan sopan Ganzo bangkit dengan tangan
diangkat keatas pertanda menyerah.
"Haaaaaah apa maksudmu kau tak tau apa yang terjadi disini… Jangan –
jangan kau adalah mata – mata para iblis ya?!" Celetuk salah seorang lagi
yang menodongkan senapannya lebih dekat ke Ganzo.
"Tunggu, aku jujur tak---"
"Tunggu sebentar kalian semua!" Teriak salah seorang gadis dari
belakang kerumunan.
"Kau… Ikut aku kemari…" Gadis itu adalah seorang android bernama
Eve Angeline, ia menarik Ganzo memasuki galiung.
Ia membawa Ganzo ke lambung galiung dimana semua kegiatan militer
dilakukan disini. Si Botak yang sedari tadi mengikuti Ganzo ditahan disebuah
kandang bersama domba lain yang mirip dengannya. Ada Reveriers lain disini? Apa
Android ini adalah Reveriers itu?
"Perkenalkan namaku Eve Angeline, seorang Humanoid yang menjadi
Reveriers sepertimu juga… Dan yang satu ini…" Ucap Eve berkenalan lalu
menunjuk ke seorang wanita berparas cantik mengenakan jilbab.
"Namaku Siti, aku adalah Musafir Fantasi yang memimpin galiung ini…
Bolehkah aku tau namamu, tuan?" Ucap siti dengan senyum menawan.
"Ah… Namaku Ganzo Rashura, seorang Reveriers juga dan seorang nabi
utusan tuhan…" Ganzo membungkuk member perkenalan. "Apa ada yang bisa
jelaskan situasinya disini?"
"Nabi? Hahahaha jangan bercanda tuan… Tapi, salam kenal ya… Baiklah,
kami sedang berada dalam masalah besar, para setan muncul ke permukaan untuk
memperbudak umat manusia… Aku dari utusan kerajaan Arkaik memimpin pasukan
untuk menghentikan mereka…" Jelas Siti.
"Semenjak kau berada di kapal ini, kau bersedia untuk bergabung
melawan para iblis bukan?" Tanya Eve datar pada Ganzo.
"Jawabannya… Tidak"
"Apa?" Eve menatap tajam Ganzo.
"Ini tak masuk akal… Kenapa pula para iblis ingin memperbudak
manusia? Bukankah mereka punya dunia sendiri?" Tanya Ganzo.
"Hehe, maafkan aku yang tak menjelaskannya secara rinci… Begini,
mereka para iblis adalah makhluk yang tak pernah puas akan apa yang mereka
dapat. Mereka selalu berperilaku jahat, mereka selalu menyakiti bahkan membunuh
manusia tanpa sebab dan saat ini mereka memulai invasi nya terhadap
manusia…" Jelas Siti pada Ganzo.
"Hmmm… Apa mereka memiliki dendam? Mengapa tak kau coba sadarkan
mereka bahwa mereka itu salah? Bukankah akan menyenangkan melihat manusia dan
iblis hidup berdampingan dengan damai?" Tanya Ganzo.
"Nabi bodoh, mana ada iblis mau hidup damai dengan manusia…"
Celetuk Eve.
"Nah itulah kenapa manusia tak pernah akur dengan iblis, sedari kecil
manusia dipojokan oleh ideologi bahwa iblis adalah makhluk jahat yang harus
dibasmi atas kedok kebenaran…" Tak mau kalah, Ganzo menatap balik Eve
dengan tajam.
"Hoo… Jadi kau adalah musuh?" Eve menjauhi Ganzo lalu memasang
kuda – kuda bertarung.
"Tunggu sebentar, Eve! Begini Ganzo… Semua sudah ada buktinya bahwa iblis
itu makhluk yang buruk, sudah banyak korban berjatuhan dibunuh iblis! Sampai –
sampai kami para umat manusia membuat Polisi Anti Iblis untuk antisipasi
melawan iblis di setiap kota – kota di dunia" Tanpa merendahkan argumen
Ganzo, Siti berbicara.
"Aku yakin akar dari iblis yang membunuh manusia itu adalah ketidak
sengajaan, buktinya? Tak sedikit manusia yang membunuh manusia karena tak
sengaja bukan? Apa itu sampai membuat kalian ingin memusnahkan bangsa kalian
sendiri?"
"…Berawal dari itu semua, manusia pun membuat organisasi – organisasi
anti iblis begitu juga iblis yang tak terima membuat perkumpulan anti manusia…
Disinilah semuanya dimulai, dan kalian sekarang bertarung satu sama lain dengan
nama membela umat masing – masing? Coba jelaskan dimana perkataanku yang
salah…" Ucapan Ganzo membungkam mulut Eve.
Suasana sunyi tercipta tepat setelah Ganzo berbicara…
"Hmm… Tapi semua perkataanmu itu sebetulnya cuma – cuma, Ganzo…
Sekarang para umat manusia dan iblis sudah saling berhadapan dan perang akan meledak
sebentar lagi… Kau boleh pergi jika kau tak mau berperang membela umatmu
sendiri…" Siti pun melangkah keluar dari ruangan tersebut.
Disusul Eve dengan tatapan ketus menatap tajam Ganzo.
---
Ganzo melangkah keluar dari pintu belakang galiung bersama Si Botak…
Ia melangkah melompati galiung besar kerajaan Arkaik menuju kapal – kapal
kecil para perompak, terlihat olehnya beberapa sekoci menggantung di setiap
kapal.
"Hupp!" Ia melompat lalu memotong tali sekoci tersebut dengan
tongkatnya lalu berlayar sendirian menjauhi medan perang secara diam – diam.
'Tuhan, apakah aku salah? Mohon bimbinganmu wahai tuhan yang maha esa…'
Ganzo terduduk bersila lalu memejamkan matanya, mencoba bermeditasi agar
dapat mencapai keadaan dimana ia berbicara pada tuhannya.
"Hamba meminta pertolonganmu, Tuhan Varsakhtan…"
Ini adalah salah satu mukjizat Ganzo, yaitu memanggil tuhannya dikala
keadaan sulit. Satu – satunya mukjizat yang ia ingat untuk saat ini selain
Varsakhta Sage Mode.
"Wahai hambaku… Ada apa gerangan sehingga memanggilku untuk ujianmu
ini?" Suara menggema dikepala Ganzo.
"Tuhan yang maha esa, mohon beritahu hamba pihak mana yang harus
hamba pilih karena setiap pihak sama – sama keras kepala memegang ideologi yang
menurut hamba salah… Jika masing – masing pihak bisa bertoleransi bukankah
lebih bagus?" Rintih Ganzo.
"Wahai hambaku… Aku tak akan berbicara banyak padamu untuk ujian kali
ini, tapi aku akan menurunkan 10 malaikatku untuk menolongmu… Dan satu lagi,
jika kau membutuhkan bimbingan bukalah kita suci Varsakhtisav, maka itu akan
membimbingmu disaat – saat seperti ini" Ucap suara sang tuhan yang
akhirnya memudar.
Sepuluh malaikat suci tuhan dengan kulit emas dan kepala botak bersayap
dan memegang berbagai senjata turun dari langit melayang diantara Ganzo dan
sekocinya.
"Baiklah… Sekarang kita coba lihat apa yang akan kita lakukan…"
Ganzo mengambil kitab suci Varsakhtisav yang sedari tadi ia bawa.
"[Aku melihatmu di museum semesta saat itu]" Suara robotik
terdengar dari belakang sekoci Ganzo yang terombang – ambing.
Ganzo menoleh dan didapatinya sebuah robot setinggi dua meter berdiri
diatas domba malang yang mengambang dilautan. 'Apa dia tak punya perasaan
terhadap domba malang itu?'
"Kau… Reveriers juga?" Tanya Ganzo
"[Benar, aku Iris Lemma. Sedang apa kau disini memisahkan diri dari
pasukan?]" Tanya balik Iris.
"Aku sedang bermeditasi untuk memikirkan langkah mana yang harus
kuambil selanjutnya "
"[Memangnya kau memilih pihak yang mana?]"
"Aku tak memilih pihak manapun, masing – masing pihak memiliki alasan
bertarung yang menurutku bisa diselesaikan tanpa bertarung…" Ucap Ganzo
sembari membuka lembaran demi lembaran kitab sucinya.
"[Aku pun tak memilih pihak di perang ini. Apa itu berarti kau dan
aku adalah 'Pihak yang tak memilih pihak' ?]"
"E-eh sejak kapan yang tak memilih pihak itu tergolongkan sebagai
pihak juga?" Ganzo menatap Iris dengan tatapan aneh. "Memangnya
kenapa kau tak memilih pihak untuk bertarung, Iris? Dilain pihak sepertinya
para pemilik Museum Semesta ingin kita untuk bertarung dan memusnahkan salah
satu pihak disini" Lanjutnya.
"[Itu tidaklah efektif. Kenapa kita harus memilih pihak jika nanti
ketika perang sudah berlangsung akan ada pihak yang terpojokan? Disaat itulah kita
bergabung dengan pihak yang unggul untuk memusnahkan pihak yang terpojokan agar
kita cepat menyelesaikan pertarungan ini.]" Jawab Iris dengan dingin.
"Lalu apa kau tak peduli dengan nasib pemenang atau yang kalah
disini? Para pemilik Museum Semesta itu menyerahkan takdir dunia ini pada
Reveriers." Ganzo semakin entusias untuk bertanya pada robot dengan
intelektual yang luar biasa ini.
"[Tidak. Sedari awal tujuanku adalah untuk mengetahui siapa
penciptaku, dan itu mungkin bisa ditempuh dengan memenangkan pertarungan ini.
Jadi fokuslah pada satu tujuanmu.]"
"W-woaah… Apa kau benar benar sebuah robo---"
BAAAAAAMMMMMMMMM
Ledakan mengguncang lautan yang menjadi semakin ganas.
Rupanya itu adalah tembakan meriam pertanda perang dimulai. Para pasukan
iblis melaju lebih dulu dengan ribuan pasukan dan ratusan kapal perang kecil,
disusul pasukan manusia yang mengirimkan pasukan dan kapal perang yang
lebih sedikit dari pasukan iblis.
Meriam ditembakkan dari sana – sini , beberapa pasukan iblis menyerang
pasukan manusia melalui jalur air dengan cara berenang lalu memanjat kapal –
kapal perang pasukan manusia.
Di sisi lain terlihat pergerakan aneh dari grup para perompak yang berada
pada kubu pasukan manusia, terlihat kapal – kapal perang mereka bergerak diluar
perintah dan mulai menjauh dari galiung utama kerajaan Arkaik menuju arah
tempat Ganzo sedang mendayung sekocinya.
Terlihat beberapa pasukan kerajaan Arkaik berusaha untuk menghentikan
pergerakan diluar perintah para perompak tersebut namun berhasil dipukul mundur
oleh ketua perompak yang memegang sebuah benda yang bisa mengeluarkan zat dan
benda aneh.
Sementara itu Ganzo sedari tadi masih membaca kitab suci nya mencari
pencerahan langkah selanjutnya untuk bergerak dan Iris yang menikmati
pertarungan seolah ia sedang menonton pertandingan di televisi.
Lambat laun perang ini berubah menjadi bencana yang menghancurkan kedua
belah pihak…
---
AYAT 08
CLASH OF THE TRINITY
Galiung Utama Kerajaan Arkaik.
"L-lapor! Kapal perang regu Alkahfi telah dikalahkan dan karam!"
"Lapor! Kapal perang regu Almanshaf telah diambil alih oleh panglima
iblis Angleria! Dan prajurit disana dijadikan iblis!"
"Lapor!!! Sebanyak 30 kapal perang kita sudah diambil alih dan
hancur!"
"Jangan menyerah! Kita pasti bisa memenangkan perang ini dan
menyelamatkan umat manusia!" Seru Siti pada para pelapor yang memberitau
kondisi perang saat ini. Kerajaan Arkaik benar – benar dalam kondisi yang tidak
menguntungkan.
"L-L-Lapor! P-para perompak… Para perompak…" Satu lagi pelapor
datang, kali ini dengan wajah takut sekaligus sedih.
"Katakan!" Tegas Eve dengan dingin.
"P-Para perompak berkhianat! Mereka menarik pasukannya menjauh dari
medan perang!" Dengan segenap suaranya ia melaporkan berita yang sangat
memukul batin Siti.
"Tak bisa dimaafkan… Sudah kuduga mempercayai perompak itu
adalah tindakan yang bodoh! Hei kau, perintahkan beberapa pasukan untuk
mengejar dan memburu mereka!" Eve menatap tajam pelapor dengan dingin
sekaligus memerintahkannya.
"Baik!"
BRAAAAAKKKKKK
Siti terjatuh dengan lemas sembari memegangi kepalanya.
"S-Siti!" Eve merangkul Siti yang terjatuh.
"Aku memberi Baharuddin dan anak buahnya kesempatan untuk menebus
dosa – dosanya yang hampir menyamai para iblis namun dia malah mengkhianatiku…"
Siti menatap Eve dengan nanar. "Sekarang pasukan kita benar – benar kalah
jumlah dengan perginya para perompak dari pasukan kerajaan Arkaik…"
"Kau sendiri yang bilang, Siti! Bahwa kau akan memenangkan
pertarungan ini dan menyelamatkan umat manusia!" Ujar Eve.
"Aku…"
"Aku akan maju ke garis depan…" Ucap Siti lalu bangkit.
"Apa kau bilang?" Tanya Eve tak percaya.
"Aku akan maju ke garis depan… Angleria sang iblis pun berada di
garis depan dan memperoleh kemenangan, aku tak akan kalah! Ikut aku, Eve
Angeline!" Dengan mantap Siti beranjak menuju garis depan.
"T-tunggu Siti!" Eve mengejar Siti dengan wajah cemas.
---
Lambung Galiung Pasukan Iblis, Singgasana Raja Setan.
"Hei kau ikan kotor! Laporkan kondisi peperangan!" AI sang raja
setan memerintahkan anak buahnya dengan kuasa absolut.
"Baik, Raja Setan yang agung! Panglima Angleria berhasil memukul
mundur pasukan kerajaan Arkaik dan membunuh para prajurit manusia tanpa
terkecuali!" Lapornya.
"Bagus!" Dengan nada digital nan khas terdengar jelas bahwa AI
sangat puas dengan kemenangannya.
"Namun setengah dari pasukan manusia memisahkan diri dari medan
perang, diduga mereka mengkhianati Siti dan sekarang sedang kabur!"
"Haaaaahh?! Dan meski itu membuat kekuatan perang kerajaan Arkaik
mengurang kalian tak mengejar mereka?!" Bentak sang raja setan AI.
"M-maafkan hamba baginda, hamba kira anda akan puas mendengar
kerajaan Arkaik berkurang kekuatannya…" Ucap anak buah dari sang raja
setan tersebut.
"Bodoh! Sekarang sampaikan perintahku pada panglima Angleria! Bagi
setengah pasukannya yang sedang memerangi Arkaik agar memburu para perompak
yang kabur dari medan perang tersebut!" Tegas AI.
"BAIK!"
.
.
.
---
Kapal Kepala Perompak Baharuddin, Diatas Kapal.
"Rasakan itu Siti! Itulah akibatnya jika kau terlalu arogan untuk
memaksa kami bergabung dengan pasukanmu!" Dengan senyum puas Baharuddin
menunjuk pasukan kerajaan Arkaik yang berada dalam situasi gawat.
"Kau tak boleh senang dulu pak tua, kedua belah pihak sekarang
mengincarmu… " Ucap Stalla si kaleng 'Sang Penyelamat'.
"Aaaaarrghhh kau benar, jadi apa yang harus kita lakukan
sekarang?!" Ekspresi Baharuddin berubah menjadi ekspresi panik.
"Tuan Baharuddin! Ada orang aneh yang datang ingin bertemu dengan
anda!" Salah satu perompak datang.
"Bawa dia kemari"
"Namaku Ganzo Rashura, nabi dari agama Varsakhta." Rupanya orang
itu adalah Ganzo.
"Bukankah kau yang menolak ajakan dari Siti untuk bergabung dengan
kerajaan Arkaik yang sedang melawan para iblis? Untuk apa kedatanganmu
kemari?" Tanya Baharuddin.
'Hei pak tua, dia adalah Reveriers juga sepertiku' Ucap Stalla pada
Baharuddin. Stalla hanya bisa bicara pada satu orang pada satu waktu.
"Benar, aku datang kemari untuk menawarkan kemenangan. Jika kita bisa
memenangkan seluruh pertarungan ini kenapa harus kabur?" Ucap Ganzo dengan
mantap.
"Tunggu sebentar… Bukankah kau sendiri yang menolak tawaran berperang
dan memilih pihak? Kenapa sekarang kau berubah pikiran?" Tanya Baharuddin
dengan tatapan ragu.
'Tunggu pak tua, mari dengar apa yang akan ia tawarkan' Ucap
Stalla.
"Benar awalnya aku tak berniat memilih pihak untuk bertarung… Namun
akhirnya aku bertemu Reveriers lain yang mengajarkanku untuk fokus terhadap
tujuanku yaitu menyelesaikan ujian ini, lalu aku membaca kitab suci ini…"
"…Disini dijelaskan bahwa 'jika tak ada jalan lain yang cocok untuk
di pilih, maka buatlah jalan sendiri'. Daripada mempertahankan bangsa – bangsa
keras kepala yang tak bisa berdamai, lebih baik dihancurkan saja agar bangsa
yang bertahan dapat menjadi bangsa yang lebih baik lagi. Teori evolusi makhluk
hidup." Jelasnya.
"Hmm… Bagaimana menurutmu, sang penyelamat?" Tanya Baharuddin
pada Stalla.
"Eh? Apa baru saja kau berbicara pada kaleng?"
"Dia adalah Reveriers juga sepertimu, hanya saja dia hanya bisa
berbicara pada satu orang pada satu waktu"
"Eeehh, begitukah…"
Dunia yang Ganzo tempuh sekarang jelas berbeda dengan dunia yang ia alami,
banyak hal yang tak ada di dunianya namun ada disini. Ia hanya harus lebih
beradaptasi akan hal itu.
'Hmmm aku sih tak masalah, coba kau tanyakan apa yang akan ia lakukan?'
"Lalu apa yang akan kau lakukan jika kami setuju?" Tanya
Baharuddin.
"Baiklah, pertama kita harus mengalahkan serangan dari bangsa iblis
dan kerajaan Arkaik yang menuju kemari tanpa merusak kapal mereka… Lalu setelah
mereka terkalahkan kita akan membagi pasukan menjadi dua menggunakan masing –
masing kapal dari dua belah pihak dan menyerang mereka dari titik paling
sensitif, tentu saja kapal – kapal kalian para perompak harus di hancurkan agar
memberi kesan bahwa kita telah kalah. Setelah memasuki medan perang aku
memiliki strategi lain, tapi lebih baik kita fokus terhadap hal ini
dahulu." Ganzo memberi Baharuddin tatapan yang penuh keyakinan.
"Whoaaah! Aku setuju dengan cara itu!" Seru Baharuddin.
"Bagus! Selamat tuan Baharuddin, tuan Sang Penyelamat yang terbuat
dari kaleng dan para perompak! Karena dengan menyetujui ini kalian telah
bersiap menjadi bangsa baru yang menghidupi dunia ini tanpa ada diskriminasi
antara iblis dan manusia!" Ganzo membungkuk pertanda pihak baru telah terbentuk…
Pihak 'Sang Penyelamat' Ganzo Rashura dan Stalla…
---
"Tuan Baharuddin dan Tuan kaleng akan menyerang pasukan manusia dari
titik paling sensitif, sedangkan aku dan 10 malaikat Varsakhtan akan menyerang
pasukan iblis. Masing – masing akan membawa 150 pasukan, setelah membuat
kekacauan di titik tersebut kita akan bertemu di tengah medan perang."
Jelas Ganzo kepada semuanya.
"Baiklah, mereka sudah semakin dekat! Semuanya serang!!!"
Seru Baharuddin mengkomandoi seluruh pasukan.
Terlihat para pasukan terbelah menjadi dua bagian, mereka saling melompat
kearah kapal perang pasukan iblis dan kerajaan Arkaik.
"Bantu kami, Sang Penyelamat!" Baharuddin menekan kepala Stalla
hingga membuatnya mengeluarkan air yang sangat deras membuat para pasukan
manusia jatuh kedalam lautan yang sedang ganas – ganas nya.
"Wooaah!" Salah seorang pasukan dari kerajaan Arkaik hampir
mengayunkan pedangnya pada Baharuddin jika saja ia tidak segera menghindar.
"Sekarang kelaurkanlah sesuatu yang lain, Sang Penyelamat!"
BAAAAAMMMMMMM
Keluar dari kepala Stalla sebuah tiang penyangga bendera dari kapal
perompak Baharuddin sehingga membuat kapal perang pasukan Arkaik sedikit goyah.
'Untuk mengatur apa yang harus keluar itu sulit pak tua!'
"Varsakhta Sage Mode!" Tubuh emas Ganzo menyala terang bak
cahaya, kecepatan serta kekuatan Ganzo bertambah berkali – kali lipat.
"Heeeeyaaah!" Dengan kecepatan yang sangat tinggi Ganzo
menerjang ujung kapal perang pasukan iblis dengan tongkat emasnya.
"Ruyisakhta Pillar Staff: Membesar!" Tongkat Ganzo berubah
menjadi sebesar tiang penyangga bendera yang sama seperti yang dikeluarkan
Stalla, lalu ia menghantamkannya ke kanan dan ke kiri sehingga membuat para
iblis terpelanting.
Tak lupa malaikat Varsakhtan, mereka tanpa ampun memenggal kepala para
iblis. Bagaimana pun juga serangan dari para malaikat sangatlah menyakitkan.
"Tuan Baharuddin! Apa kapal – kapal mu sudah dibocori lambungnya agar
tenggelam?" Tanya Ganzo yang berada di kapal berbeda dari Baharuddin.
"Sudah! Kita hanya tinggal melaju menuju medan perang!" Jawabnya
"Baiklah, sekarang saatnya maju! Semuanya sampai jumpa di tengah
medan perang!"
"YA!"
---
AYAT 09
MEDAN PENGORBANAN
Medan Perang Garis Depan, Kapal Perang Arkaik
Dengan penuh keyakinan Siti dan Eve melaju dengan kekuatan penuh sisa –
sisa kerajaan Arkaik menuju garis depan yang penuh teror bersama beberapa kapal
kecil di belakangnya. Meski Eve tidak yakin serangan all-out seperti ini
akan efektif tetapi ia tetap melaju karena sedari awal kubu manusia lah yang ia
pilih untuk bertarung.
Hingga akhirnya kapal yang ditunggangi Siti dan Eve membentur salah satu
kapal pasukan iblis dan membuka jembatan peperangan yang akan meledak kapan
pun.
"Perang sudah dimulai, mari kita maju Eve!" Seru Siti.
"Tentu saja… EVASIVE JET!" Suasana hujan badai tak membuat Eve
goyah, ia melesat menggunakan sepatu jet nya menuju kapal perang lawan dengan
ratusan iblis sudah menantinya.
"Natsuki Sword: Claymore" Eve mengeluarkan pedang berbentuk claymore
lalu menebaskannya pada para iblis. Eve unggul karena ia bertarung menggunakan
sepatu jet nya hingga sangat mudah untuk menghindari serangan para iblis.
"SIAPA ITU YANG BERANI MEMBUNUH PRAJURITKU!" Suara berat nan
lantang terdengar menggema di langit – langit peperangan sehingga membuat
prajurit manusia maupun iblis berhenti sejenak mencari sumber suara tersebut.
Sosok iblis setinggi 2,5 meter dengan perawakan kekar bersisik tajam
datang, kehadirannya memberi kesan intimidasi yang sangat menyeramkan.
"H-hei…"
"Itu b-bukannya Angleria si Panglima Iblis?"
"Kenapa… K-kenapa dia ada di garis depan?!"
"M-mundur! Aku tak mau berurusan dengan dia!!!"
Para prajurit manusia langsung mundur perlahan tertekan hanya karena
melihatnya. Angleria sang Panglima Iblis benar – benar sesosok mimpi buruk bagi
siapa pun yang melawannya.
"Aku yang membunuh anak buahmu…" Tanpa ketakutan, Eve yang
sedari tadi melayang pun mendarat di hadapan Angleria dengan dingin.
"BOCAH…" Geram Angleria, nafasnya mengeluarkan asap – asap panas
pertanda ia sangat murka.
"Tunggu Iblis biadab!"
Suara lain muncul. Rupanya ia adalah Siti, medan perang semakin panas
dengan masuknya tokoh – tokoh utama dari perang ini ke garis depan. Melihat
Siti datang, Eve mundur ke samping Siti untuk melindunginya.
"Jika aku berhasil membunuhmu maka perang akan selesai karena musuh
akan kehilangan pemimpinnya! Bersiaplah Angleria!" Seru Siti dengan penuh
percaya diri.
"Bodoh… Kau pikir aku adalah pemimpin pasukan iblis? KAU SALAH!"
Bentak Angleria dengan suara yang menggema.
"Apa?!"
"Pemimpin kami adalah raja setan yang maha agung, AI! Bahkan jika kau
bisa mengalahkanku, kau akan berhadapan dengan yang mulia raja setan,
HUAAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" Angleria tertawa dengan keras disusul dengan
ratusan anak buahnya yang ikut tertawa.
"Aku tak tau mereka memiliki pemimpin selain Angleria…" Ucap Eve
pada Siti.
"Aku pun sama, tapi ini semua berarti cobaan yang kuasa… Tetap saja,
kita harus menang!"
"Muncul lah Sabit Keyakinan!" Sebuah sabit muncul dari ketiadaan
di tangan Siti. "Tak peduli berapapun pemimpin kalian, aku akan menumpas
iblis dari muka bumi ini!" Seru Siti dengan memasang kuda – kuda dan
memegang sabit tajamnya.
"Semangat yang bagus wanita bertudung!" Wajah Angleria berubah
menjadi semakin seram. "Trisula Setaniyah!" Sama seperti Siti,
Angleria memunculkan senjata dari ketiadaan namun kali ini berupa trisula.
Dengan munculnya Trisula Setaniyah, ombak lautan pun menjadi semakin ganas
sehingga bahkan membuat beberapa kapal tenggelam dimakan ombak.
Namun Siti serta Eve tetap tegak tak tergoyahkan oleh ombak. Dan nafsu
membunuh Angleria meningkat.
---
Galiung Utama Kerajaan Arkaik, Geng Baharuddin.
Kapal perang yang baru saja dikirim untuk memburu perompak yang berkhianat
telah kembali dengan tuan kapal yang baru. Orang – orang dengan keterbatasan
fisik dengan seragam kerajaan Arkaik berada di atas kapal, namun sejauh ini tak
terlihat Baharuddin dan anak buahnya sehingga para penjaga Galiung Utama tak
ada yang curiga.
"Laporkan situasi wahai prajurit!" Salah seorang pengintai diatas
Galiung Utama berteriak pada kapal perang yang baru saja kembali.
"Kami berhasil menumpas perompak – perompak itu! Bahkan sampai harus
kehilangan tangan, kaki atau bagian tubuh kami yang lain!" Balas salah
satu pria dengan keterbatasan fisik berupa tangan kiri yang sudah diamputasi.
"Kerja bagus! Sekarang naiklah! Kalian akan kami obati!" Ucap si
pengintai tersebut lalu memberikan beberapa tali untuk dipanjat menuju Galiung
Utama.
"SEKARANG, SERAAAAANNGGG!!!" Dari dalam kapal perang itu muncul
lah Baharuddin, Stalla dan pasukan perompak yang lalu memanjat tali yang
diberikan.
"A-Apa?! Bagaimana bis---" Terlambat. Salah seorang perompak
memenggal kepalanya.
Galiung Utama Kerajaan Arkaik berhasil dipenuhi oleh orang – orang
Baharuddin. Sekarang ia tinggal membuat kekacauan untuk mengurangi semangat
juang para prajurit Arkaik sebelum akhirnya pergi menuju medan perang dan
bertemu Ganzo.
'H-hei pak tua!'
"Hmm ada apa wahai Sang Penyelamat?" Di sela – sela membuat
kekacauan Stalla yang dipangku oleh Baharuddin berbicara.
'Aku mendadak mengingat sebuah teknik…'
"Teknik apa maksudmu ?" Tanya Baharuddin.
'Sudahlah! Lebih baik kau dekatkan aku pada lampu petromaks itu! Tak
ada salahnya mencoba teknik ini…' Ucap Stalla.
"O-Oh baiklah…"
'Sekarang tekan kepalaku dan arahkan pada musuh!'
Baharuddin menekan kepala Stalla.
BLAAAAARRRRRRRRRRRRR
Minyak bercampur api menyembur keluar dari kepala Stalla membakar musuh
serta Galiung Utama. Meskipun hujan badai menerjang, volume minyak serta api
yang disemburkan sangat lah besar sehingga api tersebut tak mudah padam namun
malah cepat terbakar karena angin laut.
Galiung Utama Kerajaan Arkaik terbakar hebat.
"GYAAAAHHHHH!!"
"SEMUANYA KABUR!!!"
Maupun itu prajurit Arkaik dan perompak dari geng Baharuddin, semuanya melompat
ke dalam air dan beberapa melompat menuju kapal perang yang Baharuddin
tumpangi.
"Sang Penyelamat kau memang benar benar luar biasa!" Setelah
padam Baharuddin berlari sambil memegangi erat Stalla. Kemudian ia melompat
menuju kapal perangnya.
"Baiklah anak – anak , saatnya berlayar menuju medan perang terakhir!
Kita akan membuktikan pada dunia bahwa kita dapat merubah dunia menjadi damai
tanpa ada diskriminasi antara manusia dan ibli---"
SRAAAAAASSSSHHH
Tubuh Baharuddin terbelah oleh pedang tepat sebelum ia menyelesaikan kata
– kata nya. Sesosok makhluk membunuhnya…
---
Galiung Utama Pasukan Iblis, Singgsasana Raja Setan.
"Sial! Bagaimana bisa kita lumpuh hanya karena serangan
mendadak dari belakang?!" Suara digital khas raja setan membentak anak buahnya.
Suasana riuh terdengar dari luar ruangan singgasana raja setan. Ganzo
sudah berhasil membuat kekacauan besar di Galiung Utama Pasukan Iblis bersama
para perompak dan 10 malaikat tuhannya.
"Sekarang bawa aku kabur melewati jendela lalu pergi ke garis depan
menggunakan kapal perang kecil! Dan ingat jangan sampai aku basah! Gunakan
kapal perang yang memiliki ruangan beratap!" Perintah raja setan AI.
"Baik yang mulia!" Iblis itu melompati jendela dengan membungkus
AI yang berada dalam bentuk radio dengan kain lalu mencari kapal perang untuk
ditumpanginya menuju garis depan.
BRAAAAAAAAAAKKKKKKKKK
Pintu singgasana raja setan di dobrak oleh Ganzo.
"Hmmm? Tempat apa ini? Yah jika tempat ini kosong berarti sudah tak
ada lagi iblis di galiung utama ini…" Ucap Ganzo disusul beberapa perompak
dan 2 malaikat tuhannya yang tersisa.
"Wahai prajurit perompak, langkah kita selanjutnya adalah
mengemudikan galiung besar ini menuju garis depan! Tabrak semua kapal perang
kecil pasukan iblis yang menghalangi! Taruh beberapa pasukan di atas galiung
untuk mencegah ada pasukan iblis yang menaiki kapal ini!" Perintah Ganzo.
"Dimengerti!"
"Mari kita susul Baharuddin dan Sang Penyelamat menuju garis depan…
Oh Tuhan Varsakhtan yang maha esa, tolong bimbing kami pada kemenangan…"
---
Garis Depan.
Trisula serta Sabit saling beradu, ombak di garis depan terasa berbeda.
Gelombang air yang menggulung sangatlah dahsyat hingga membuat Siti yang
seorang manusia sempat jatuh berkali – kali kedalam air namun berterimakasih
kepada Eve yang selalu berhasil menangkapnya kembali ke atas.
"Lapooorrrrr!!!" Salah satu prajurit dari kerajaan Arkaik datang
melapor membuat pertarungan sengit Siti dan Angleria terhenti.
Siti mundur mendekati sang prajurit. "Ada apa?" Tanya Siti.
"G-galiung utama! GALIUNG UTAMA TERBAKAR HEBAT! Kita kehilangan
seluruh prajurit di belakang!" Ucap sang pelapor sembari menangis.
"Siapa… Siapa pelakunya!" Tanya Siti dengan amarah yang
menyulutnya, baru kali ini Siti terlihat marah semenjak pertama kali ia
terlihat.
"P-para perompak…"
"Baharuddin…" Siti menjatuhkan sabitnya tak percaya. Ia
tertunduk lemas.
"Mungkin kita harus kembali menuju kerajaan Arkaik, Siti… Aku akan
membantumu mencapai sana sembari melindungimu…" Eve berdiri di samping
Siti yang tertunduk lemas bagaikan pelindung dari sosok yang sedang rapuh itu.
BRAAAAAAAAGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHH
Tak lama kemudian tiba – tiba benturan sangat hebat terasa dari kedua
belah pihak. Rupanya itu adalah galiung utama dari pasukan iblis yang datang
dari belakang menabrak garis depan.
"GROAAARRRRHHH!!! APA YANG TERJADI DISINI?!" Angleria mengaum
penuh amarah melihat galiung utamanya berada di garis depan tanpa perintah
darinya.
"Wahai bangsa iblis dan manusia yang intolerir, aku adalah Ganzo
Rashura…"
"…Semua kekacauan dari kedua belah pihak akulah yang bertanggung
jawab…"
Dengan gagah Ganzo yang bercahaya terang berdiri diatas Galiung Utama
Pasukan Iblis.
"G-Ganzo?!" Siti tertegun melihat Ganzo, ia tak percaya bahwa
ternyata Ganzo ikut serta dalam pertarungan setelah apa yang terjadi saat Ganzo
menolak ajakan berperang.
"Nabi!!! Kami pun sudah melakukan apa yang kau katakan!"
Baharuddin dan Stalla datang dari arah pasukan kerajaan Arkaik.
"Jadi semua ini ulah Ganzo dan Baharuddin?" Tetap dingin, Eve
menatap tajam Baharuddin serta Ganzo.
"Kalian semua berhak menerima hukuman…"
"Tuhan sudah menciptakan Iblis serta Manusia untuk hidup di dunia ini
namun kalian malah berperang, padahal opsi berdamai masih bisa ditempuh jika
kalian semua berniat untuk membuat dunia yang damai…"
"Namun kalian malah memilih berperang, itu menunjukan bahwa pemikiran
kalian semua tak cocok untuk hidup karena hanya akan menimbulkan bencana yang
lebih besar lagi…"
"Maka dari itu aku adalah perwujudan karma, akan datang untuk memberi
hukuman tuhan pada kalian!" Ganzo menyelesaikan perkataannya dengan
melompat ke tengah – tengah garis depan.
Menyusul Ganzo. Baharuddin yang memegang Stalla berlari menuju Ganzo yang
berada di tengah – tengah antara Angleria dan Siti.
"Baiklah… Siapa yang mau mulai duluan?"
Srek. Sesosok ikan iblis yang memegang radio muncul, ia melempar radio
tersebut menuju Eve.
"HAAA! RAJA SETAN TELAH DATANG!" Angleria yang sedari tadi
bungkam tiba – tiba angkat bicara.
"Hmmm? Apa maksudny---" Sebelum Eve menyelesaikan perkataanya,
ia terpelanting jatuh dengan beberapa percikan listrik muncul dikepala Eve.
"Eve! Apa yang terjadi padamu?!" Siti terbangun dari lamunannya
menghampiri Eve yang tiba tiba terjatuh.
"U-Uh… S-siti…" Eve mengangkat bicara lalu memegang pundak siti.
"Katakan Eve! Kau kenapa?!" Siti merangkul Eve lebih dekat lagi
setelah merasakan genggaman tangan Eve di pundaknya.
"Errrr…" Rintihan Eve berubah menjadi sebuah seringai. "KE-JU-TAN!"
"Huh?"
Eve melempar Siti dengan satu tangan namun kuat ke arah Angleria. Disisi lain
Angleria sudah siap memegang Trisulanya untuk menusuk Siti yang terlempar ke
arahnya.
"Hm?!" Ganzo yang sudah siap untuk menyerang tiba – tiba
terkejut akan kejadian yang terjadi disini. Semua nya tiba – tiba berubah
dengan sangat aneh. Kenapa anak buah Angleria melempar radio pada Eve? Lalu
kenapa Eve mendadak menyerang Siti? Meski itu tidak mempengaruhi tujuan Ganzo
namun semua ini membuat banyak tanda tanya di kepala Ganzo.
"H-Huh? Kenapa?" Mulut Siti mengeluarkan darah, Ia menggantung
di atas Trisula yang menusuknya. "K-Kenapa kau melakukan itu
Eve?" Dengan gemetaran Siti memegangi perutnya yang ditembus oleh
Trisula, ia tak percaya mengapa Eve melemparnya pada Angleria untuk dibunuh?
"Kekalahan telak untukmu, bocah" Angleria memegang kepala Siti lalu
menarik tubuhnya dari trisula sehingga dapat terlihat jelas wanita malang ini
memiliki tiga lubang di tubuhnya.
"H-hentikan…" Rintih Siti, ia mulai menangis.
"Sihir Setaniyah…" Angleria menggenggam kepala siti ke atas
sehingga tubuhnya menggantung.
"A-astaga…" Ganzo terbelalak, Varsakhta Sage Mode nya pudar
karena dirinya mulai mengeluarkan sebuah emosi. Semua hal yang terjadi secara
tiba – tiba ini sangat sulit dipercaya.
"HA-HA-HA-HA-HA DASAR BODOH! Itulah jika kau melawan Raja Setan AI!
Manusia memang harus dimusnahkan!" Ucap Eve yang dirasuki AI sembari
tertawa. AI adalah sebuah program yang dapat merasuki apapun yang berbentuk
elektronik. Termasuk Eve yang berwujud Human-Android.
"Cepatlah habisi dia, Angler--- Eh? Ada apa dengan tubuh ini? Ia
meneteskan air mata?" Mata Eve meneteskan air mata melihat Siti yang
disiksa tak berdaya. Namun tetap saja kuasa berada di AI, ia tetap
menyeringai.
Tubuh Siti mulai dipenuhi sisik, otot – otot nya mulai mengembang. Siti
akan diubah menjadi iblis, sebuah ironi yang bahkan membuat Ganzo goyah akan
tujuannya.
"T-tolong…" Siti mulai terisak – isak menangis.
"Uuurggh…" Ganzo menggenggam erat tongkatnya yang kali ini
berwujud kayu karena Varsakhta Sage Mode sedang padam.
'Tuhan Varsakhta, baru saja aku menemukan apa yang harus kulakukan tapi
sekarang jiwaku mulai goyah… Seharusnya aku senang karena tujuanku akan dicapai
sebentar lagi, tapi hati ini entah kenapa ingin sekali menolong wanita malang
tersebut…' Ujar Ganzo dalam hati.
"Aaahhh?! T-tidak… Kumohon… AAAAARRRRHHHHHHH!!!" Siti meronta,
wujudnya kali ini sudah benar – benar seperti ikan. Kepalanya berubah menjadi
ikan dan seluruh kulitnya sudah menjadi sisik sempurna.
Siti berubah menjadi iblis. Hujan pun reda. Laut pun tenang.
Tudung serta terbang terbawa angin menuju hadapan Ganzo yang termenung.
"[Padahal seharusnya aku yang melakukan hal itu]" Baharuddin
angkat bicara, kali ini nada bicaranya mengingatkan Ganzo pada seseorang. Yaitu
Iris Lemma. Ia melempar Stalla ke tanah, sontak Ganzo segera memungutnya.
'IA BUKAN BAHARUDDIN!'
'IA MEMBUNUH BAHARUDDIN DENGAN MEMBELAH TUBUHNYA! LALU SETELAH ITU IA
MENIRU TUBUH BAHARUDDIN DAN BERNIAT MEMBUNUH SITI!' Ucap Stalla setelah
Ganzo memegangnya.
Wujud Baharuddin pun berubah menjadi wujud Iris Lemma. Rupanya Iris Lemma
memiliki kemampuan untuk meniru perwujudan dari seorang manusia.
"Apa… Kukira… Kukira yang sedang mengendalikan kondisi perang disini
adalah aku…" Ganzo tertegun, ia terduduk lemas tak percaya apa yang ia
lakukan bersama Baharuddin adalah sia sia.
Sia – sia. Tak berguna.
Para domba berdatangan dengan berenang, terdapat lima domba yang mengembik
saat itu pertanda bahwa tugas dari para Reveriers sudah selesai.
Tanpa ada ucapan perpisahan terhadap Angleria dan Siti yang sudah berubah
menjadi iblis, para Reveriers didatangi oleh domba masing – masing lalu cahaya
terang yang menghisap masing – masing Reveriers.
Meninggalkan Angleria yang penuh kemenangan dan Siti sang iblis yang baru
lahir…
---
AYAT 10
PENGORBANAN DARI SEBUAH KESIA – SIAAN
Ganzo terduduk lesu di koridor Museum Semesta. Pikirannya masih berada
dalam pertempuran sebelumnya. Apakah yang ia lakukan sia sia? Ia yang merasa
telah mengendalikan pertarungan lalu membawa – bawa nama tuhan Varsakhtan saat
pidatonya di garis depan rupanya lebih dipermainkan lagi oleh Reveriers
lainnya.
Lalu keadaan Siti yang mengenaskan membuat hati Ganzo lebih teriris lagi…
'Yang tadi itu adalah pertunjukan yang bagus wahai hambaku…'
"Wahai tuhanku mohon cerahkan aku darimana bagusnya seorang wanita
yang malang berubah menjadi bangsa yang ia sangat benci dan pria yang mengira
sudah menguasai medan perang namun pada akhirnya dipermainkan orang lain?"
Lirih Ganzo pada tuhannya.
'Itulah salah satu permainan tuhan wahai hambaku…'
"Wahai tuhan yang maha esa, hamba benar – benar putus asa mengenai
permainan tuhan… Hamba benar – benar tersiksa akan cobaan ini" Ganzo mulai
menitikkan air mata.
'Wahai hambaku seharusnya kau sudah paham dengan apa yang dimaksud
permainan tuhan kali ini…'
"[Apa aku mengganggumu?]" Di sela – sela pembicaraanya dengan
tuhannya Ganzo dikejutkan dengan kehadiran Iris Lemma.
"Tidak."
"[Aku memiliki banyak pertanyaan, bolehkah aku tanyakan
padamu?]" Suara khas robotik Iris tak memperdulikan suasana hati Ganzo yang
sedang dilanda depresi berat.
"Silahkan."
"[Kau bilang kau adalah nabi, bukan?]"
"Benar."
"[Menurutmu Tuhan itu apa? Seharusnya kau sudah sering berhadapan
dengan tuhan bukan?]"
"Tentu saja. Tuhan adalah pencipta segalanya, ia maha segalanya,
ialah yang menjadi pusat dari segalanya. Ia adalah segalanya." Meski
sedang dalam keadaan terpuruk, iman Ganzo tetap tidak goyah mendapati
pertanyaan dari Iris.
"[Lalu apakah tuhanmu ada disini?]"
"Ya."
"[Mana?]"
"Kau tak akan bisa melihat atau mendengarnya… Tak semua manusia bisa
berkomunikasi dengan tuhan yang maha esa…"
"[Kenapa? Apa karena ini bukanlah semesta ciptaan tuhanmu?]"
"Untuk itu sendiri aku tak tau ini semesta ciptaan tuhanku atau
bukan, tuhanku sendirilah yang menyuruhku untuk mencari tau sebagai ujian jati
diriku menjadi nabi."
"[Jadi ini bukan semesta tuhanmu?]"
"Bukan."
"[Jika ini bukan semesta tuhanmu, siapa yang menciptakan semesta
ini?]"
Ganzo terdiam.
"[Apa kau yakin tuhan itu hanya ada satu jika terdapat semesta yang
berbeda – beda?]"
Ganzo menoleh pada Iris, ia dikejutkan dari lamunannya…
Matanya menatap tajam besi dingin bernama Iris Lemma tersebut…
.
.
.
.
.
.
"[Kurasa tuhan yang kau anggap itu bukanlah tuhan. Melainkan sesuatu
yang sedang memainkan 'Permainan Tuhan']"
---
AYAT – AYAT PEPERANGAN
-GANZO RASHURA ROUND 1 BATTLE ENDS-
>Cerita sebelumnya : [PRELIM] 07 - GANZO RASHURA | DAKWAH PERTAMA SANG NABI
>Cerita selanjutnya : [ROUND 2] 19 - GANZO RASHURA | MAGNASHIYA
Yang ane kenal dari entry sang Nabi adalah, selalu diselipi material yang bikin lucu. Seperti, Iris ngambang di laut naik dombanya.
BalasHapus(Kasian amat dombanya...)
Tapi yg ane liat sekarang agak menurun. Terlalu banyak dialog sampai narasinya terlihat kurang sreg. Padahal waktu babak preliem bagus.
Sekian dari si gadis hitam
---------------
Rate: 7
Ru Ashiata(N.V)
Saya seneng sama cerita fantasi yg religius atau minimal yg menyangkut religi. Dan entri ini ketimbang prelimnya, lebih terasa nuansa agamisnya. Hehe.
BalasHapusSaya suka pemikiran Ganzo. Kirain dengan dia sebagai nabi, dia akan otomatis milih kubu manusia. Ternyata beda. Haha xD OC lain juga ada perannya. Lumayan. Selain Ganzo, saya suka bgt sm Iris walau dia munculnya sedikit aja. Terutama obrolannya di akhir. Semoga Ganzo lekas menemukan Tuhan YME yang sejati *aamiin* //eh
Tapi ntah kenapa banyaknya salah teknis bikin saya ngga nyaman bacanya. Misalnya preposisi 'di' yang disambung sama kata benda. Terus klo gak salah saya nemuin kata "sang kuil". Aduh o_o Pun battle di atas kapalnya kurang chaos. Dan bahkan ini minim narasi. Misalnya saat muncul sabit (lupa namanya) khas Siti dan gimana Siti berubah jadi iblis. Kalau agak diniatkan narasinya pasti bisa bikin bergidik sendiri.
Maka ... saya beri cerita ini 7.
-Sheraga Asher
==Riilme's POWER Scale==
BalasHapusPlot points : B
Overall character usage : B
Writing techs : C
Engaging battle : C
Reading enjoyment : B
Sebenernya plotnya lumayan asik. Dari pasukan perompak yang membelot, bikin pihak ketiga, sampe AI ngerasukin Eve dan Baharuddin ternyata Iris itu lumayan oke. Saya malah kagum kamu udah make kemampuan kamuflase Iris, padahal saya baru kepikiran bakal makenya di ronde berikutnya
Tapi masih agak terkendala di teknis penulisan, kayak terlalu fast-paced dan ngandelin dialog sepenggal" buat ngejelasin situasi. Meski ga salah juga karena toh maksudnya sampe ke yang baca, tapi masih ada ruang biar lebih baik lagi
Bisa dibilang Ganzo dapet bad end di ronde ini ya. Dan yang paling menarik, entah kenapa dia malah keliatan mulai mempertanyakan Tuhannya sendiri di sini, bikin saya penasaran gimana perkembangannya kalo dia maju nanti
==Final score: B (8)==
OC : Iris Lemma
lagi-lagi AI ya yang dijadiin sumber konflik penjahatnya. jadi paham kalo AI tu bener2 jahat. dan dia itu seperti virus komputer yang merusak program kemudian mengendalikan sesuka hati.
BalasHapusjadi di sini tuh pertikaian tiga kubu ya. baharudin, siti, sama iblis. dan dimenangkan pihak iblis.
dan lagi-lagi di ending ganzo ditinggal wanita yang sempat mencuri perhatiannya. kasian ganzo. 8
Wow...
BalasHapusAku nangis di akhir... baper ._.
Aku suka line nya iris "Apa kau yakin tuhan itu satu jika ada semesta yang berbeda?"
Bikin merenung juga. Plot nya asik, cuman rada kecepatan aja...
Aku kasi 8 karena aku sportif (halah)
Sign,
Lyre Reinn
ah, ga ada pengajiannya, neh #plak
BalasHapusBetewe, jujur aja seh... narasi penggambarannya scene kolosalnya belum kerasa. Cuma nilai plusnya di sini adalah pendalaman karakternya gak maen-maen. Terutama si ganzonya yang mulai gundah gulana saat keyakinannya goyah. Apalagi pas ketemu Iris.
Dan finising endingnya benar-benar di luar harapan. Di sini pertama kalinya, pihak yang dilabeli jahat jadi pemenang dalam kisah ini... andai lebih diperdalam lagi, pasti akhir kisah ini bakal lebih berkesan
Nilai 7
@_@:
BalasHapus“Hy, aku authornya OC GHOUL, mau singgah omelin EYD-nya nih…
“…mengenai Alam Mimpi, Reveriers, serta Mahakarya (pake koma sebelum kata ‘serta’ atau ‘dan’ dll).
“Masih banyak salah typo di pada kata yang menunjukkan kata tempat lokasi.
“dialog taq pada kata ‘Ucap’ pake awal huruf kecil.
“dengan menatap langit? Lebih enak ditulis sambil menatap langit, kan?
“A-Apa dia… adalah: pake tanda hubung karena masih 1 kata, kecuali kalau gagapnya beda kata baru pake titit2…
“Duh typonya banyak banget
“Kalo 1 pembicara digabung aja paragrafnya
“Kau meragukanku sebagai tuhan, wahai nabi kelima—Ganzo Rashura: em dash.
“'Yang seharusnya bernama botak itu adalah kau sendiri, kakak nabi…' Gumam Ratu Huban dengan nada ketus. = kok gumam, kurang tepat ne kan dalam hati.
“Tuan, siti: awalan huruf besar, kan nama/sapaan.
“seorang Reveriers = ga pake huruf ‘s’ karna hanya 1 orang.
“Ketahuan banget nih buru-buru banget nulisnya plus ga sempet di proffread pula. EYD 6.”
GHOUL: :=(D
“Sekarang zamannya maling teriak maling, botak teriak botak!
“Sama komentarku di entri Iris, kasian dombanya kan robotnya berat haha. Ternyata pikiranku sama ama Ganzo.
“Ebi-nya masih agak rusak, perlu banyak diperbaiki, tapi KEJUTAN! Dapat 1 poin dariku jadi 7.”
Subhanallah, ini entri barokah sekali.
BalasHapusCerita twist yang wah dengan premis dan konsep yang lebih wah dibanding prelim. Sayang seribu sayang, kalau eksekusinya ternyata masih di bawah harapan saya.
Tapi walau begitu, saya seneng bahwa Ganzo di sini kelihatan sekali diuji dan dipermainkan. Dan jadi agak baper juga pas menuju akhir.
Saya kasih nilai 8 deh. Kalau tembus R2, yang lebih wah lagi dong ceritanya!
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut.
saya sempet sepichless abis baca ini.. twistnya itu loh.. dan endingnya.. this manly tears wont stoppp.. @3@ ganzo... kamu yang makin tabah yah.. *puk puk* //ehh
BalasHapusbut still... bagian depresinya Ganzo ngena banget saya terharu..
dari saya 8
Airi Einzworth
Dialog yang
BalasHapussepenggal penggal
begitu bikin saya
bacanya kecepetan
dan kaget apa yang barusan sebenarnya
terjadi
hehehehe. Meski plotnya bisa saya acungi jempol dan Ganzo ini asik banget karaktenya.
Ini mah sengaja bikin pembaca mikir. hiks....
Nilai dari William A. Anderson : 7
Plot twist, sedih juga baca akhirnya.
BalasHapusMenurutku seorang nabi seharusnya imannya tidak pernah goyah.
Nilai 8
Penulis Dadakan / Arca
Beberapa dialog/narasi yang kadang langsung mengarah ke satu poin penting cerita, tapi ditulis lewat gitu aja. Jadi saya harus ngulang baca sekali-sekali. Cara ngomong antar karakter kayaknya hampir sama yah? Saya rada susah ngebedain siapa ngomong apa kalo ngga dibantu dialog tagnya. Ini berlaku buat Ganzo juga malah.
BalasHapusHubungan antara Tuhan dan Nabi sebenernya masih bisa dibikin lebih spiritual lagi kayaknya, misalnya dgn sering2 “bertukar pikiran”, ngomongin banyak hal yg keren.
Nilai 7
Hmm...
BalasHapusSebagai seorang nabi, terutama setelah menjalankan ujiannya di prelim, saya sedikit berharap kalau Ganzo bisa lebih bijak dan lebih mampu dalam bersilat lidah. Sayangnya dia malah terkesan kalah argumen dengan robot...
Sebagai nabi, Ganzo masih terkesan terlalu naif di sini.
Tapi selain di plot, saya tidak ada masalah lain dalam tulisan ini.
8 poin
Asibikaashi
twistnya keren dan bikin baper /cry
BalasHapusalurnya bagus tapi kok pembagian karakternya masih agak nggak jelas karena nggak dibantu dialog tag.
untuk Ganzo, lumayan bagus dalam hal gundahnya. mungkin dunia mimpi ini sedikit menggoyahkan keimanannya.
nilai dari saya 8
Dwi Hendra
OC : Nano Reinfield
Astaga... apakah ini kebetulan? Saya masukkan kepercayaan "YOLO" di entry saya terinspirasi dari Varsakhtan, dan koq di sini aaya menemukan kemiripan pola Ganzo dengan entry Shade, dimana si tokoh utama justru mengalami kekalahan yang memalukan... bukannya ge-er aih, cuma senwng aja kok ada kemiripan begini.
BalasHapusSaya seneng dengan konsepnya, dari awal,san di R1 ini pun masih suka dengan konsep rwliginya yang serasa menertawakan secara metaforik kita2 yg terlalu sempit meyakini sesuatu. Chara development Ganzo menarik juga di sini, dimana dia udah mulai goyang keyakinannya, menarik buat disimak kelanjutannya.
Selebihnya, teknik.oenulisan, dialog, scene.. udah lumayan sip. Tinggal konsistensinya aja ke depan Ganzo bakalan gimana, tapi dia bakal aalah satu yang akan selalu kubaca.
Worth 9/10
Rakai Asaju
OC Shade