oleh : Luna Love
--
Sebuah hutan tropis di bagian tengah benua
Utereu sedang mengalami perubahan cuaca akibat perpindahan letak bulan terdekat
dari Planet Animalia yang bernama Bliss Lunar. Hujan yang tidak terlalu deras
dan angin dingin yang berhembus menyelimuti kawasan hutan tersebut. Suasananya
yang gelap ditambah dengan cuaca yang tidak mendukung membuat sebagian penghuni
hutan lebih memilih untuk bersembunyi dari basah dan juga beristirahat.
Danau besar yang berada
di tengah hutan terlihat berkilauan hitam kebiruan akibat sinar bulan yang terpantul
di balik awan besar yang berkumpul. Pepohonan seperti sedang sibuk berbisik
akibat tetesan air hujan. Suara makhluk malam pun juga ikut meramaikan.
Di dalam sebuah gubuk
kayu di tepian danau, terlihat dua orang yang sedang duduk di depan perapian.
Sabba Salamander sedang
sibuk memasak makanan untuk makan malam mereka berdua dengan ekor panjangnya
yang bergerak-gerak santai. Terlihat jelas di wajahnya terdapat sepasang
janggut tipis yang berbentuk kipas menyatu dengan leher, sebenarnya itu
merupakan kulit tipis yang merupakan ciri khas dari Ras Salamander. Kulitnya
yang berwarna cokelat gelap membuatnya terlihat sedikit menyeramkan, namun
jangan lihat seseorang dari wajahnya. Karena kita tidak tahu hati sesorang
bagaimana jika belum mengenalnya.
Di dekat perapian juga, seorang
anak kecil bernama Uno Fibri di samping Sang Salamander terlihat sedang asyik berguling-guling.
Tubuhnya yang mungil berkulit pucat dan memiliki mata besar dengan iris
berwarna merah terang yang menggemaskan. Sudah berapa kali mata pria salamander
itu menangkap wajah lucu anak angkatnya itu yang sedang menguap beberapa kali. Mungkin
karena akibat dari cuaca di luar dan udara yang dingin, sehingga situasi
seperti itu sangat pas jika digunakan untuk tidur.
“Uno kalau kamu mengantuk
tidur saja dahulu.” Pria itu mencoba membujuknya agar mau beristirahat.
Tangannya tetap sibuk membalik-balik makanan yang dia panggang.
Bibir mungilnya mengerucut
dan berguling mendekati Ayahnya sembari berkata, “Tapi Uno mau temani Ayah
masak kwok.” Matanya yang besar terlihat berair karena terus menguap dan kedua selaput
matanya terlihat menutup beberapa kali saking mengantuknya.
“Jangan memaksakan diri,
sudah sana tidur kakkakkakk.” Pria itu tertawa kemudian dengan pelan mengusap
kepala anaknya satu-satunya itu dengan lembut.
“Ya Ayah.” Kedua tangan mungilnya mengusap-usap matanya
yang terasa sedikit perih karena memaksanya agar tetap terjaga. Terlihat jelas
di sela jari-jari kecilnya terdapat selaput tipis yang merupakan alat berenang
alami yang dia miliki sejak lahir sebagai keturunan Ras Ampibia.
Pangeran mungil dengan
wajah menunduk berjalan menuju ranjangnya yang hangat untuk merebahkan diri.
Hujan di luar sana masih lumayan deras bagaikan lagu ninabobo yang dinyanyikan
oleh alam untuknya. Terlihat tangannya menggenggam sebuah kincir angin yang dia
beri nama ‘Walla’.
Uno segera memejamkan
mata menikmati hangatnya selimut yang membungkus tubuhnya.
•U•
Pangeran kecil mendengar
beberapa orang terlibat perbincangan serius. Namun dia tidak tahu dengan pasti,
apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Yang terdengar di telinganya hanyalah beberapa
kata saja yang jelas. Reveriers, mahakarya dan alam mimpi. Ketiga hal itu dia
baru dengar dan tidak dia pahami sama sekali.
Apa
sedang ada tamu yang datang? Pria mungil itu mencoba
membuka matanya namun ntah kenapa terasa sangat sulit dan berat? Dari sela-sela
celah di antara kelopak matanya, dia melihat ada dua bayangan samar yang seakan
tertutupi berkabut. Salah satunya berwarna hitam tinggi sedangkan yang lainnya lebih
pendek berwarna ungu dan putih. Siapa
meweka?
Saat akhirnya dia bisa
membuka matanya, Uno tidak mendapati satu orang pun ada di sana. Pembicaraannya
pun juga terhenti. Apa tadi itu hanya
mimpi? Matanya berkedip beberapa kali dan tangannya mengusap perlahan namun
tetap saja tidak terlihat ada seorangpun di sana. Bibir mungilnya bergerak
mengucap kata-kata samar yang dia dengar barusan. “wepewiews?”
Mungkin saja jika dia
bertanya kepada Ayah, dirinya akan mendapatkan jawaban. Kedua kaki kecilnya
yang tidak pernah mengenakan alas kaki berjalan menuju ke arah perapian dan
mencari sosok yang dia hormati itu.
Saat dia melihat punggung
ayahnya. Bocah itu langsung melompat mencoba mengejutkan Ayahnya. Namun dengan
sigap Sabba menghindar dan menangkap lengan anaknya sebelum menabrak dinding
kayu.
“Anak ini, sudah berapa
kali diberitahu masih saja bandel.” Pria paruh baya itu membimbing bocah nakal
itu untuk duduk dengan tenang.
“Maaf kwokkwok!” Dia
tertawa. Mata besarnya jika sedang tertawa menjadi terlihat segaris.
“Ini makan dulu. Ayah
memasak serangga racun untukmu.” Tangannya menyerahkan beberapa tusuk serangga
untuk Uno.
“Ya Ayah.”
Rumahnya ini memang berada tepian hutan. Sehingga
jika hanya untuk menemukan serangga sebagai makanan tidak akan sulit. Tapi jika
Uno disuruh untuk memilih, di antara semua serangga dia lebih suka belalang
panggang atau mentah menurutnya itu sangat enak.
“Nah ayo kita makan dulu, nanti keburu
dingin.” Tangan besarnya memberikan beberapa sate serangga racun untuk pangeran
katak.
“Tewimakasih Ayah, tapi kapan Uno makan
belalang panggang lagi?”
“Uno kamu makan saja ini dulu ya.”
Serangga ini memang cukup enak tapi karena
terlalu sering memakannya membuatnya menjadi bosan. Ayahnya tidak ikut makan
serangga racun karena beliau tidak bisa makan makanan seperti itu. Tidak
seperti dirinya yang masih keturunan Dart Poison Frog. Tubuhnya dapat menerima semuanya
karena tidak akan mempengaruhinya. Beberapa kali ular terkadang jadi santapan
jika tertangkap dan itu merupakan salah satu makanan lezat lainnya yang jarang dapat
dia makan kerena jarang ada di sekitar hutan tempat mereka tinggal.
Karena terlalu menikmati makanan dia
hampir lupa untuk bertanya kepada Ayahnya tentang siapa tamu yang datang dan
apa saja yang Ayahnya bicarakan dengan mereka?
“Ayah!”
Ketika Uno ingin memulai pembicaraan, tiba-tiba
saja pria paruh baya tersebut meletakkan mangkuk makanannya dan terdiam sembari
memejamkan matanya.
“Ssst!” Dia mengangkat sebelah tangan
kirinya ke wajah Uno.
Melihat wajah ayahnya yang serius, Uno sudah
paham jika beliau sedang mendengarkan suara dari luar rumah yang mungkin dirasanya
aneh. Seseorang atau sesuatu pasti yang sedang mendekati rumah mereka.
Sabba dengan gerakan jari menunjuk ke arah
jendela belakang. Segera saja mereka mematikan semua lampu dan juga perapian
untuk melompat keluar dari jendela dan kemudian berpisah. Ini merupakan salah satu
ajaran dari mantan assasint tersebut kepada Uno untuk bersembunyi.
Di luar sangat gelap dan masih basah oleh
hujan. Petir beberapa kali terdengar di angkasa yang tertutupi oleh awan hujan.
Kaki dan tangannya memiliki alat penghisap
alami, sehingga Uno dapat menaiki pohon dengan mudah. Dia lebih memilih pohon
yang tertinggi untuk bersembunyi dan agar bisa lebih luas mengawasi sekitarnya.
Air dari danau yang menghantam bebatuan
pinggir danau membuat suara germericik. Daun-daun yang gemerisik bergesekan
satu sama lain akibat angin yang berhembus. Rintik hujan yang terjatuh di tanah
dan pepohonan. Bahkan suara serangga malam terdengar biasa saja.
Dia mencoba mengedus bau udara di sekitar,
bau tanah basah, bunga lavender, dan bau khas hutan lainnya. Namun hidungnya
belum menemukan aroma aneh yang mencurigakan.
Apa
ayah salah dengaw Kwok? Pikirnya sedikit bingung. Bocah katak
itu mencoba mendengarkan sekali lagi, siapa tahu Ayahnya tadi memang benar
mendengar sesuatu? Dia mendengarkan suara kembali dengan lebih seksama dan
akhirnya dia menemukan suara pergesekan tanah yang asing. Sepertinya ini bukan
seseorang yang sedang berjalan, melainkan suara ini lebih mirip dengan cara
berjalan mangsanya yang melata.
Apa yang sebenarnya sedang mendekati rumah
mereka?
Beberapa saat kemudian matanya melihat
sebuah bayangan besar yang memasuki rumah mereka. Terdengar suara barang-barang
dilempar dan berjatuhan.
Tangan terlihat mengeluarkan kincir angin
yang selalu dibawa dari dalam bajunya. Gagang pegangan yang berbentuk silinder
dia lepaskan dari kincirnya. Sedangkan kincirnya dia simpan di balik bajunya
kembali.
Matanya menatap ke arah rumah kayu yang
baru beberapa bulan ini dia tinggali dengan Ayahnya. Mereka memang suka
berpindah-pindah tempat dengan alasan Sang Ayah hanya ingin lebih banyak
mengumpulkan tanaman obat dan menghindari kelompok Destroyer, yang merupakan sekumpulan
penjahat. Salah satu di antara lima yang terkuat bernama Lord Geoda L.
Epinephelus.
Karena penasaran Uno memutuskan untuk
menlompat ke pohon yang lebih dekat dengan rumahnya. Kedua kakinya terlipat dan
katak kecil bersiap untuk melompat ke pohon tinggi lainnya yang berjarak lebih
dekat dengan halaman depan rumahnya untuk melihat ke dalam rumahnya.
Saat dia mengintip ke dalam, tidak
terlihat seorangpun atau bahkan sosok dari pemilik bayangan yang dia lihat tadi.
Dengan perlahan dia menurunkan tubuhnya dari pohon.
“Flamo!”
Tiba-tiba sebuah cahaya melesat ke
arahnya. Uno segera melompat ke samping untuk menghindarinya namun sebagian
kecil bajunya terkena dan terlihat gosong dan pohon yang dia tempaati terbakar.
Dia segera melompat dan bersembunyi kembali di semak-semak yang tinggi dekat
rawa-rawa.
Dia benar-benar tidak tahu siapa dan apa
yang menyerangnya tadi? Uno segera berenang masuk ke dalam air dan mengawasi di
antara tanaman rawa yang terapung di tepian danau.untung saja tidak mengenai
tubuhnya. Sekarang dia harus lebih hati-hati.
•U•
Terdengar suara pertarungan dari atas
tanah. Lebih tepatnya suara tembakan-tembakan cahaya membabi-buta ke segala
arah yang membakar sebagian dari tepian hutan. Karena sebagian hutan terbakar
membuat Uno dapat melihat sosok asli dari bayangan besar tadi. Makhluk tersebut
memiliki tiga kepala dengan tubuh memiliki sepasang tangan dan tubuh yang panjang
yang melata.
Makhluk
apa itu? Apakah benaw itu salah satu makanan lezat yang pewnah Uno makan?
Kenapa kepalanya ada tiga? Wujud ular besar itu membuat bocah
katak sedikit menggigil ngeri, karena dia belum pernah memakan ular berkepala
tiga dan dia jadi penasaran apa rasanya enak jika dimakan? Pemikiran dari bocah
pemakan segala itu.
Uno mencoba melihat lebih dekat dan lebih berhati-hati.
“Hei Orang tua, aku tahu kamu ada di
sini!”
Makanan berkepala tiga itu
berteriak-teriak sembari membakar hutan.
Tidak ada sahutan sama sekali dari orang
yang dimaksud.
“Sabba, aku tahu beberapa tahun yang lalu
kamu telah mengambil barang milikku. Sebaiknya kamu kembalikan segera dan
mungkin saja aku bisa mengampunimu.”
Bagaimana
dia mengenal ayah? Uno mencoba mendengarkan dulu agar lebih
mengerti. Tidak mungkin dia bertanya kepada ayah atau ular itu untuk saat ini
kan?
Hutan yang terbakar sekarang hanya
menyisakan sebagian kecil kebakaran karena hujan yang masih mengguyur wilayah
tersebut sehingga api padam di beberapa tempat.
“Tidak akan, karena itu juga bukan barang
milikmu!”
Suara gema yang terdengar di penjuru hutan
membuat sang ular semakin kesal karena jawaban yang diberikan oleh pria tua itu
tidak sesuai dengan yang dia harapkan.
Uno tetap menenggelamkan diri di dalam air
dengan kepala mengintip ke atas dan kaki-tangan tetap bergerak pelan, agar
tetap bisa mengawasi.
Ketiga kepala ular itu menjulurkan
lidahnya secara bergantian mencoba membaui alam. Tubuhnya yang besar tidak
menghalangi gerakannya yang gesit. Dia
melata mencari di setiap bagian hutan untuk mencari salamander.
“Kembalikan telur katak yang kau ambil itu
Cicak!” Sang ular sepertinya sudah kehabisan kesabaran. Saat dia mencium bau
dari Salamander berada di salah satu pohon, dia segera menyerang tempat
tersebut dengan ratusan bebatuan yang dia terbangkan dari sekitarnya.
Lidahnya terjulur kembali mencoba membaui bau,
namun yang dia dapati hanya tanah basah dan tanaman busuk bukan bau anyir darah.
“Sial!” Itu tadi hanya tipuan ternyata.
Salamander itu memang meninggalkan
beberapa lendir di sekitar pepohonan hutan agar mengacaukan penciuman dari sang
ular.
“Dasar Cacing, pengecut sepertimu hanya
bisa menyerang penduduk Poisont Dart Frog dengan cara licik.”
“Segala cara akan kulakukan untuk menjadi
kebal dan abadi.”
Pangeran katak terkejut mendengar daerah
tempat asal dan keluarganya disebutkan dalam pembicaraan ini. akhirnya dia tahu
kalau ular di hadapannya itu adalah sang Lord Geoda. Segera dia meniupkan jarum
racun dari dalam silinder gagang kincir angin tadi ke arah musuh. Kemudian
menyelam.
Ular besar itu sedikit terkejut karena
salah satu kepalanya yang paling kirinya terkena oleh jarum. Dia langsung
mencabut dan membuangnya. “Hahaha Trik seperti ini tidak akan membunuhku.”
Bocah katak itu menunggu beberapa saat
untuk melihat apa racunnya akan bekerja atau tidak. Namun yang dia dapati musuhnya
itu seperti tidak terkena dampak apapun. Bagaimana mungkin?
Uno bingung melihat dia masih bisa berdiri
tegak dengan tubuhnya. Yang dia tahu racunnya ini tidak ada penawar karena
terbuat dari lendir yang ada di tubuhnya yang mengandung racun mematikan. Jika
saja ada orang yang terkena maka pasti akan membuat seseorang bertahan hidup tidak
lebih dari satu menit. Satu-satunya yang dia tahu hanya Ayahnya yang memiliki
obatnya. Bagaimana mungkin ulaw itu tetap
berdiri?
“Sial, apa yang kamu lakukan?” ucap Sabba
sepertinya sama terkejutnya akrena dia tahu siapa yang menyerang Lord Geoda
tadi.
“Sssllttt, aku hanya memakan mereka dan
rasanya lumayan nikmat.” Tawa mengerikan bergema di seluruh hutan dan menampakan
deretan taring mengerikan milik ular berwarna hitam kehijauan tersebut.
Lidahnya terjulur beberapa kali tatap berusaha menemukan Sabba.
Cahaya bulan tampak semakin jelas dengan
seiring menghilangnya awan hujan di langit danau Urria. Hutan-hutan yang
terbakar meninggalkan asap mengepul di beberapa tempat.
Lord Geoda memiliki tubuhnya yang lebih
mirip seperti sebatang pohon Oak bersisik yang memiliki ekor dan tiga kepala
dengan jubah hijau mewah.
Makhluk itu memakan kakak-kakak dan
adik-adiknya dan tanpa rasa iba. Uno mencengkram Walla dengan erat. Rasanya
dadanya sesak karena amarah. Mulutnya terbuka lebar untuk mengumpulkan air liurnya
di belakang lidah dan segera ingin menyudahi nyawa dari ular congkak yang ingin
mati tersebut. Namun kepalanya seperti dihantam benda berat, dia menjadi lupa
aapa yang harus dia lakukan?
Dia merasa pusing dan linglung. Ludah,
seharusnya ada yang harus dia lakukan selanjutnya tapi seakan hal yang ingin
dia kerjakan tadi menguap dari otaknya. Dia benar-nemar bingung. Apa ini akibat
dari serangan pertama yang mengenai tubuhnya tadi?
Tidak, dia harus membunuh ular karnivora
itu. Dia sudah mengambil nyawa keluarganya! Air mata menetes dan menyatu dengan
air danau. Rasa kesal semakin bertumpuk di hatinya.
Uno mengeluarkan kincir dan melepaskan
menjadi dua bagian yang merupakan sepasang pedang kembar yang dapat membelah
apa saja. Kemudian dia menyelam ke dalam air untuk melakukan lompatan kejutan
dengan menyerang langsung. Namun saat dia menatap ke atas kembali, air
bergejolak dihantam oleh tubuh ular besar yang menyelam ke arahnya
Makhluk berkepala tiga itu pun sudah berada
di atasnya dengan ketiga mulutnya yang terbuka. Taringnya itu terlihat
mengerikan. Katak kecil sama sekali tidak punya kesempatan mengelak, sehingga
mengakibatkan bahu kiri, tangan kanan dan kaki kiri tertangkap gigi ular tanpa
bisa bergerak sama sekali. Darah pekat membuat air menjadi keruh.
Permukaan air danau tersentak kembali oleh
sebuah bayangan ramping yang menceburkan diri ke dalam danau. Saat Uno melihatnya
ternyata ayahnya yang sedang menceburkan diri dan berusaha mencoba melepaskannya
dari gigitan. Ekor ular tersebut mencoba mencengkram tubuh Sabba namun dengan
gesit dia berenang menghindar menggunakan kaki tangannya yang berselaput tipis.
Salamander itu mencoba menyerap energi sang
ular dengan menyentuh tubuh bersisik sang ular pada bagian ekornya. Namun saat
dia mencoba menyerap lebih banyak tiba-tiba saja prosesnya terhenti. Matanya
yang besar berkedip beberapa kali karena heran dengan apa yang terjadi.
Dia tidak mampu melepaskan tubuh kecil Uno
masih berada di dalam terkaman mulut ular.
Salamander tua itu tetap berusaha
menyelamatkan nyawa anaknya, sehingga dia terpaksa menggunakan ‘KARAM’ sepasang
pedang pendek yang sangat jarang dia gunakan karena ketajamannya. Dengan
menggunakan salah satu dari karam memotong leher kanan salah satu dari tiga
kepala sang ular sehingga gigitan pada tangan katak kecil bisa terlepas.
Tanpa buang waktu Sabba segera berenang
menggapai tubuh anaknya yang tidak berdaya dan berusaha secepat mungkin keluar
dari dalam danau sebelum mereka tertangkap kembali. Tubuh katak kecil semakin pucat
dengan darah yang mengalir dari lukanya.
Mantan assasint tersebut menggendong tubuh
kecil itu di punggungnya sembari berjalan melalui bebatuan besar dan mencari
tempat persembuyian. Dia berjalan cukup jauh sampai akhirnya menemukan sebuah
pohon besar sehingga dia segera naik dan bersembunyi.
Dia segera mengambil sebuah botol kaca kecil
berwarna biru dari tas kulitnya yang merupakan obat mujarap untuk menyembuhkan
luka. Tangannya dengan perlahan mengoleskan salep obat tersebut untuk menutup
luka anaknya.
Katak kecil merasakan sakit saat obat itu
beraksi dan menutup lukanya. Dia mengerang kesakitan beberapa saat. Obat ini
cukup berguna untuk menutup luka bukan untuk memulihkan energi sehingga dia
masih belum bisa bergerak banyak. Sabba mengeluarkan serangga racun panggang
yang belum sempat dimakan oleh Uno dan menyuruh anaknya itu memakannya. Meski
hanya sedikit, kalau makanan ini bisa mengembalikan sebagian tenaganya yang
hilang.
•U•
Dari tengah danau Urria, air terlihat bergejolak
memperlihatkan seekor ular marah raksasa berwarna hitam kehijauan yang ukurannya
semakin besar dan besar saja hingga mencapai tinggi mencapai 100 Meter di atas
permukaan air. Yang terlihat hanya dua kepala sedangkan satu kepala yang hilang
terpotong terlihat seperti cabang kayu yang terpotong rapi. Asap hitam terlihat
mengepul dari lubang hidung dan kedua mulutnya yang besar seakan-akan terdapat lahar
aktif dari dalam tenggorokannya itu.
Perwujutan dari Lord Geoda tersebut
menyemburkan nafas apinya ke segala arah seakan ingin membumi hanguskan
segalanya dan meratakannya. Hutan yang sebelumnya sudah padam sekarang terbakar
kembali. Bahkan rumah kayu di pinggir danau.
Uno merasakan bumi sedikit berguncang. Karena
dia tenaganya sudah sebagian kembali, dia berusaha bangun untuk duduk dan
melihat apa yang terjadi. Mata besarnya menyaksikan danau yang sedang kacau
balau dengan kebakaran di mana-mana.
Sabba tampak tidak percaya dengan penglihatan
matanya karena ular sebesar itu hanya merupakan makhluk mitos yang ada di
animalia saja dan hewan itupun sudah lama punah.
Danau seakan diaduk oleh sebuah sendok
raksasa dan airnya meluap-luap ke sekitar danau membuat tsunami kecil. Hutan
dibanjiri oleh air bah. Sehingga membuat Burung-burung berterbangan dan
makhluk-mahkluk hutan berlarian menjauhi tempat kejadian ketakutan dan menyelamatkan
diri.
Untungnya mereka bersembunyi di tempat
yang tinggi agar tidak tersapu oleh air.
“Ayah ini di mana?” Pangeran kecil
mengerutkan dahinya saat melihat goresan yang bertuliskan namanya di kulit
pohon besar tempat mereka bersembunyi sekarang.
Seingat bocah katak satu-satunya yang
terdapat goresan tangannya itu merupakan pohon bekas rumah mereka beberapa
bulan lalu. Dan pohon itu letaknya di selatan gunung dengan jarak sebulan
perjalanan dari danau dan harus melewati tebing curam. Bagaimana bisa dari
tempat ini dia dapat melihat ke arah danau dengan jelas?
Mulut katak mungil tersebut terbuka dan
membentuk huruf ‘O’ karena takjub.
Namun saat ini hal yang perlu mereka
perhatikan terlebih dahulu adalah makhluk besar yang mengamuk di tengah danau.
“Ayah ulaw itu mewusak hutan.” Mata
besarnya sedikit berkaca-kaca karena melihat kerusakan hutan yang ditimbulkan
oleh Lord Geoda.
“Ya sebaiknya kita cepat hentikan dia
segera. Apa kamu siap?”
Uno mengeluarkan pisau Walla dan Sabba
mengeluarkan Karam miliknya. Mereka bersiap untuk berlari menuju ke arah danau
bersama-sama. Dengan tetap berhati-hati keduanya berlarian bersama menuju ke
hutan yang tidak terbakar.
Hutan benar-benar seperti neraka. Ular
besar masih menyemburkan api ke segala arah. Api di mana-mana, warna merah
menyala mendominasi dari warna gelap malam hari yang memperlihatkan siluet
makhluk besar yang mengamuk.
Mata besar ular itu menangkap pergerakan
dari keduanya sehingga mencoba membakar mereka hidup-hidup. Namun mereka punya
sepasang kaki alami yang bisa bergerak lebih cepat untuk menghindari serangan yang
mengarah ke mereka.
Uno melompat dari pohon ke pohon sedangkan
Sabba berlari dengan cepat melalui darat. Beberapa ikan dan penghuni air terlihat
mengglepar di tepian danau. Hutan hampir setengahnya sudah terbakar habis.
Pangeran katak melihat semua kerusakannya
menjadi semakin marah. Mereka langsung terjun masuk ke dalam air dan berenang
dengan cepat menuju ke arahnya. Namun saat mereka berusaha mendekat gelombang
air yang dibuat oleh ular besar terlalu kuat sehingga sangat sulit untuk
mendekatinya.
Dari ke dua mulut ular itu bergantian menyemburakan
api ke arah air dengan membabi-buta karena melihat pergerakan dua bayangan di
dalam air. Namun mereka terlalu cepat sehingga semuanya tembakannya meleset.
Air di dalam semakin panas karena semburan
api yang bertubi-tubi sehingga membuat mereka berdua semakin terdesak. Jika
tidak melakukan sesuatu mereka pasti akan menjadi daging rebus.
“Sebaiknya kalian menyerah saja.” Suara
berat dan mengerikan terdengar dari salah satu mulut ular yang tidak
menyemburkan api.
Mereka berdua pun menggunakan alat
penghisap di kakinya untuk menempel pada batu besar di bawah danau yang tidak
terlalu terkena dampak hempasan gelombang supaya bisa mendekat secara
perlahan-lahan. Tanpa banyak membuang waktu mereka menebas tubuh bagian bawah
dan menghasilkan luka yang tidak terlalu besar namun dalam hingga mengenai nadi
utama. Meski demikian Ular itu masih bisa bergerak dan juga semakin marah.
Karena mereka sudah terlalu letih sehingga
pergerakannya melamban. Ular besar itu melihat kesempatan tersebut dengan
memanfaatkan ekornya yang besar dan panjang dengan mencambukannya ke dalam air.
Keduanya hempas keluar dari air dan terbang melambung di udara.
Mulut besar ular sudah bersiap dengan
membuka mulutnya lebar-lebar menerjang, melahap dan menelan mereka
mentah-mentah. Matanya tertutup. Senyuman puas tersemat bibirnya yang penuh
taring. Abadi adalah sebuah kata yang merupakan tujuan hidupnya.
•U•
Dia mendambakan saat ini akan terjadi
dalam hidupnya dan akhirnya harapannya terwujud juga.
Tawanya pun meledak membuat semua makhluk
di sekitarnya merinding dan ingin lari.
Namun sesuatu terjadi. Dia berhenti
tertawa. Perutnya yang berwarna hijau terlihat benjolan-benjolan besar
bergejolak. Darah segar dimuntahkan dari mulutnya. Tubuhnya langsung ambruk ke
dalam danau dengan kepala berada di tepian danau.
“Makanan sialan, diam kalian di perutku!”
Dia berguling-guling beberapa kali menahan sakit.
Rintihan dan teriakan kesakitan terdengar
mengerikan ke seluruh penjuru dunia.
Tubuhnya sudah tidak sanggup lagi
bertahan. Perutnya terbelah. Darah mengalir membanjiri danau. Dua makhluk
keluar dari luka tersebut. Ternyata mereka berdua masih hidup dan bekerja sama
membelah tubuh sang ular sehingga raksassa mitos ini tidak dapat bergerak sama
sekali.
Air danau berubah menjadi lautan darah dan
berbau anyir mengerikan. Ikan-ikan beberapa pingsan atau mati terapung di atas
air karena keracunan.
Mereka segera berenang keluar dari danau dan
memutahkan air bercampur darah dari perutnya agar tidak ada hal buruk yang akan
tertinggal di tubuh mereka.
“Ayah ulawnya gak enak kwokkwokkwok.”
“Jangan ditelan kalau begitu Kakkakkak.”
Tawa puas terdengar dari mulut mereka
berdua.
Mereka berbaring beberapa saat untuk
memulihkan tenaga mereka yang terkuras habis. Tubuh penuh dengan luka dan
beberapa bagian tubuh terdapat lebam. Wajah mereka saat ini sangat kacau.
Mereka mengatur nafasnya dan mencoba
mengembalikan tenaganya yang hilang.
Namun ketenangan mereka terganggu oleh
suara tepuk tangan membuat mereka waspada kembali. Uno mengusap wajahnya
perlahan dan menghembuskan nafas kesal. Dia tidak tahu apa masih sanggup untuk melawan
atau bergerak lagi?
Dia berusaha menegakkan tubuhnya perlahan.
Saat dia bisa berdiri, kedua matanya melihat sesuatu hal yang aneh. Seorang
pria dengan pakaian rapi berdiri di hadapannya.
Makhluk
apa dia? Apa dia salah satu kelompok Destroyer?
tanyanya dalam hati.
“Pertunjukan yang sedikit menjijikan
sebenarnya.” Pria berpakaian hitam tersebut merapikan rambutnya kemudian
melanjutkan perkataannya, “Omnivora sepertimu ternyata tidak terduga.”
“Ya, aku kira dia katak yang manis dan
imut, ternyata jadi mengerikan mimpi ini.” Sebuah suara datang dari makhluk
lain yang muncul dari punggung pria berstelan rapi tersebut. Dan dia berwarna
ungu dengan kepala kotak putih dengan payung yang dia pegang.
Mata Uno hanya berkedip dengan perasaan
bingung. Dia melihat dunia tempat dia berpijak seakan bergetar dan bergelombang
kemudian perlahan berubah padang rumput hijau yang luas dan waktu pun juga
berubah menjadi siang hari secara sekejab. Tubuhnya pun menjadi terasa ringan
seperti tidak terluka sama sekali.
“Ayah kita di mana?” Saat dia bertanya
kepada ayahnya. Namun tidak ada tanggapan sama sekali sehingga Uno menoleh ke
arah pria tersebut. Dia terkejut melihat salamander itu berdiri mematung dan
tidak bergerak. “Apa yang kalian lakukan?” Bocah katak mencoba melindungi
ayahnya.
“Tenang saja, ini hanya dunia mimpi dan
ayahmu ini hanya bagian dari memorimu yang aku masukan ke dalam mimpi.” Makhluk
ungu tersebut berjalan ke arah salamander dan menembusnya.
“Mimpi?” tanya Uno terkejut dan sedikit
ada perasaan takjub. “Lalu siapa kalian ini?”
“Perkenalkan aku Ratu Huban, panggil saja
Huban.” Makhluk ungu tersebut tersenyum sembari menggiring seekor makhluk putih
seperti gumpalan kapas ke arah Uno. “Dan dia ini Zainurma.”
Uno memperhatikan makluk kapas yang ada di
kakinya dan dengan telunjuknya menyentuh hidung domba tersebut. “Ini apa?” kemudian
menarik-narik telinganya, namun tidak ada reaksi sama sekali dari makhluk
tersebut dan tetap mengunyah sesuatu di mulutnya.
“Domba, dia yang akan membantumu selama
pagelaran ini berlangsung.” Hewanurma tempak sedikit kesal karena bocah katak
ini terus saja bertanya. Satu tangannya berada di kantung celananya.
“Pagelawan itu apa?” tanya Uno sembari
mengelus-elus bulu putih hewan yang baru dia tahu bernama domba. “Ini boleh Uno
makan?”
“Pagelaran untuk bertarung dalam mimpi,”
jawab Huban menggantikan Zainurma karena tahu pria itu gampang kesal. “Tentu
tidak bisa.”
“Kenapa? Tewus kapan Uno bangun?”
“Untuk saat ini kamu tidak akan pernah
bisa terbangun sampai acara ini selesai, sebaiknya sekarang ikut kami ke museum.”
Huban berjalan dengan memutar-mutar payungnya dan melompat-lompat ringan menuju
sebuah pintu.
Uno ikut saja karena mendapat domba dari
huban dan mungkin dia bisa bermain-main. Dan ini hanya mimpi kata mereka. Dia
berjalan mengikuti huban sembari terus bertanya. “Tewus kapan Uno bisa makan?” Domba
yang dia berikan kepadanya tadi dengan
setia mengikuti di belakangnya.
“Tenang saja nanti ada hidangan lezat yang
bisa kamu makan di sana.”
“Benarkah?”
“Tentu.”
Zainurma juga mengikuti dari belakang
sembari menggelengkan kepala perlahan. “Bagaimana bisa Huban tahan menjawab
semua pertanyaan bocah katak itu?”
Mereka keluar dari pintu. Suasana berubah
dan sebuah ruangan luas dengan lorong-lorong penuh dengan karya seni lukisan
menghiasi dinding yang bergerak dan mungkin bisa di katakan hidup, beberapa
juga ada patung besar dari batuan granit putih yang indah atau baju-baju zirah
yang berada di dalam kaca transparan. Pilar-pilar besar menopang atap yang
terdapat lukisan cantik yang bergerak.
“Ini dimana?”
“Museum.” Huban massih saja menjawab
pertanyaan bocah yang penasaran tersebut.
Mereka tiba di aula yang dipenuhi oleh
beberapa orang yang berdiri di hadapan sebuah patung besar berbentuk seperti
bagian tubuh dari makanan yang dia buka kepalanya.
“Kami tinggal dahulu ya?” Huban berpamitan
Uno mengangguk perlahan.
Zainurma mengikuti huban menuju ke hadapan
patung otak tersebut.
Bocah katak itu mutuskan untuk duduk di
atas punggung domba yang di berikan kepadanya. Karena bosan menunggu dia
memainkan Walla dan meniup baling-balingnya. Sebagian orang yang berkumpul
mengobrol. Tapi dia hanya mendengarkan tapi tidak tertarik untuk ikut menggobrol
dengan orang-orang di sana karena tidak ada yang menarik.
•U•
Gaya ngomongnya berasa ngingetin kayak keponakan donal bebek
BalasHapusTypo, assasint >> assassin, poisont >> poison. Sisanya typo bahasa indo yang kebolak-balik kayak akrena atau apaa.
Perwujutan >> perwujudan. Saya juga ngerasa di entri ini rada kebalik, sekejap jadi sekejab, mujarab jadi mujarap.
Sepanjang entri ini banyak kalimat yang saya liat agak ganjil pas dibaca, contohnya :
"Lord Geoda memiliki tubuhnya yang lebih mirip seperti sebatang pohon Oak bersisik yang memiliki ekor dan tiga kepala dengan jubah hijau mewah."
^kalimat ini rasanya strukturnya rada aneh. Mungkin lebih tepat kalo 'memiliki tubuh' aja tanpa '-nya'
"Makhluk itu memakan kakak-kakak dan adik-adiknya dan tanpa rasa iba."
^sebelum 'tanpa rasa iba', 'dan' kedua diilangin aja
"Dengan menggunakan salah satu dari karam memotong leher kanan salah satu dari tiga kepala sang ular sehingga gigitan pada tangan katak kecil bisa terlepas."
^kurang kata subjek, mungkin tepatnya 'ia memotong leher' biar jelas dan ga ngebingungin
"Keduanya hempas keluar dari air dan terbang melambung di udara."
^terhempas?
Overall ceritanya sendiri ga masalah, cuma pembawaannya masih agak datar buat saya
Nilai 7
Terimakasih sudah menyempatkan komentar Sam ^-^/
Hapussaya akan berusaha memperbaiki cerita saya di kemudian hari kalau lolos
Terimaksih dan maaf belum sempat mampir ke tempat kamu ^-^
Luna
zweite: hwahahaha. kalo arsa magna-nya kuro aktif. si uno bisa ngiler tuh.
BalasHapuschou: hush! jangan dibocorin dulu. si kuro lolos nggaknya aja masih tanda tanya. eh tp kali ni gua stuju ma lu. pasti uno bkal mikir 'ini terenak dari yg terenak'
zweite: belum juga nyicipin, si uno udah dilahap duluan, thor!
chou: kalo itu mah nggak bkal dibiarin ma kuro. dia kan nggak kaya lu, zweite.
zweite: ck. dasar author pilih kasih! wih sama2 pengguna pedang kembar
chou: halah. lu sendiri pedang. jangan bnyak bacot dah. pdang kan nggak bs bcr. ok mari kita komen ceritanya.
ehm. jd, stelah membaca ini, memang sih ada beberapa typo dan kalimat jika kita pahami benar2 dan kaitkan dg kejadian yg ada akan terasa ganjil. sbg contoh, saya ambil satu adegan saja. 'si ular membakar seluruh hutan dan trus menyemburkan api'→dr kejadian ini dapat diimajinasikan (disimpulkan) kalo api sdang membara membakar pepohonan. pastinya panas. iya kan. akan tetapi, 'uno melompat dr pohon ke pohon untuk mendekati musuhnya'→ apa nggak panas tuh? menginjak api? tubuhnya ngiak kebakar? berarti uno kebal sama api? ya yg paling masuk akal memang 'uno punya kemampuan yg membuatnya kebal terhadap api'. hmm...mungkin hbis ini harus bc charseetnya. tp saya suka ini cerita karna ringan dan mudah dipahami, apalagi uno-nya imut. jd, bolehlah saya kasih 8. hehehe.
Uno: Memang magna itu apa? makanan jenis apa?
HapusSabba: Uno, jangan makan sembarangan nanti kamu sakit!
Uno: katanya "pasti uno bkal mikiw 'ini tewenak dawi yg tewenak'" Ayah pasti enak wasanya
Maaf ini saya tulis dalam kondisi labil/ sakit xD plus deadliner. semoga saya bisa lebih baik untuk ke depannya.
Terimakasih sudah mampir ^-^
Ketawanya jelek banget, kwokwokkwokkwok~ ♫
BalasHapusSi Uno ini rakus yaaa~
Ini karakter-karaternya pada non human semua~ Jadi serasa baca fabel, tapi suasananya suram~
uuuu... babehnya heroik, berantem mati-matian demi sang anak~
btw, ceritanya udah letih, terus kena caplok ular, tapi masih punya tenaga buat ngerobek perut dan keluar dari perut.
._.
Luna keseringan pake kalimat langsung yang beranak pinak. Jadinya saya sulit untuk mengikuti pace cerita, karena rasanya si narasi jadi terlalu cepat.
Point : 7
OC : Venessa Maria
Ichannnnn makasih udah mampir
HapusSoal ceritanya udah letih, terus kena caplok ular, tapi masih punya tenaga buat ngerobek perut dan keluar dari perut.
itu karena Uno udah makan serangga racun dari ayahnya sebelum mulai pertarungan
Maaf kalau kurang nyaman pakai kalimat majemuk, aku coba biar gak githulah
Terimakasih sekali lagi ^^
.U.
BalasHapus^Jeda pembatas ini unyu banget sumpah #OotAbis
Dialog Uno ini bikin gregetan juga ya, apalgi cadelnya itu XD ngomongnya jadi lucu. Khas anak balita.
Tapi, disepanjang cerita saya lihat banyak sekali kalimat yang tidak koheren. Pengulangan kata yang amat sering dalam satu kalimat. Bacanya kadang harus diulang baru ngeh.
Ide finishing musuhnya keren. Ngobok-ngobok perut si ular XD. Sayangnya image Uno jadi berubah di benak saya, dari balita kodok unyu jadi anak kodok genosida wkwkwk
Skor 7
OC: Ulrich Schmidt
Maaf soal kalimat yang tidak sesuai dan bikin bingung, semoga saya dapat kesempatan buat lanjutin ceritanya dan bisa memperbaiki gaya tulisan saya
Hapusterimakasih sudah mampir ^^
Aku datang Mbak LL! /plak
BalasHapusPemilihan katanya agak-agak gimana gitu, bikin saya bacanya agak jenuh, jujur aja.
Tapi abaikan itu, ceritanya sendiri menurutku unik. Sejarahnya lebih baik sedikit dikorek lagi.Seperti komentator-komentator diatas bilang, pertarungannya juga agak aneh. Tapi, aku pribadi pingin lihat lanjutannya, perkembangannya.
Jadi,
6/10
Semangat! ^o^)9
OC : Takase Kojou
Ya maaf saya baru belajar, jadi kalau saya dapat kesempatan untuk memeperbaiki di cerita lanjutannya saya akan usahakan ^^
HapusTerimakasih sudah mampir ^^
Baca cerita ini bikin saya .w.
BalasHapusNuansa fabel untuk anak-anak entah kenapa kerasa di sini. Hmm... mungkin kalau diterjemahin maksud saya itu dunia-dunia seperti dunianya Kirby, Klonoa, atau Tomba yang memang ringan dan ga perlu banyak mikir.
Konfliknya jelas gimana-gimananya. Paling yang menurut saya kurang itu adalah pembawaannya aja sih. Kalau bisa dibuat jenaka, saya harap lakonnya Uno ini dibuat lebih jenaka aja. Soalnya nuansa cerita yang saya dapat dari Uno ini cerita untuk anak-anak banget. Unyu unyu gitu 0w0
Tapi akhir pertarungannya malah kayak gim Mother/Earthbound www.
Nilai saya kasih 8. Ceritanya solid sebenarnya, sayangnya penyajiannya kurang mantep.
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut
terimakasih sudah mampir, maaf saya belum bisa mempir ke tempat kamu ^^
Hapusinsyaallah kalau saya diberi kesempatan lanjut saya akan perbaiki
terimakasih ^^
nuansa fabelnya kewasa banget. cewitanya sangat halus dan wuntut. Dawt poison fwog. ooo.. bikin takut..
BalasHapusnilai dari saya 8. semoga bewhasil..
Dwi Hendra
OC : Nano Reinfield
Terimakasih sudah berkesempatan mampir
Hapusmaaf soal ceritanya yang berantakan ^^ dan terimakasih sekali lagi
Kwokwokwokwok~
BalasHapusLucu ceritanya. Asik dinikmatin buat aku. Kayak yang diatas omongin, kerasa kayak cerita Fabel. Saya sebagai yang masih termasuk anak-anak yang lucu /plak, ngerasa enjoy banget bacanya.
Saya kasih 8
Raditya Chema | Zauber Magi
Terimakasih sudah mampir ^^
HapusMaaf jika ada banyak kekurangan dalam ceritanya.
terimaksih sekali lagi ^^
Wah, masih kecil tapi dah jadi assassin, dan ga punya masalah buat bunuh musuhnnya secara sadis. Apalagi setelah dibunuh, mau dimakan sekalian. Tapi gara2 rasanya ngga enak jadi ngga niat untuk makan. Si Uno pun masih bisa berlaku polos setelah kejadian itu.
BalasHapusIni anak kecil bener2 badass banget, gila xD
Kayaknya cocok nih jadi tokoh utama Happy Tree Friends, wkwk
Secara cerita oke, namun pembawaannya masih bisa dimaksimalin lagi. Juga kadang ada kalimat yang saya sendiri ngga maksud apa artinya dan perlu membaca dua kali agar paham. Yang dimana kalimat2 itu sudah dijabarkan oleh Mas Sam.
Nilai 7
~ Alexine E. Reylynn
Terimakasih sudah mampir ^^
Hapusmaaf kalau pembawaan cerita saya kurang bagus, saya masih perlu banyak belajar ^^
terimakasih sekali lagi
Fabel rasa modern.
BalasHapusIncoherention of story. Sengaja kah?
atau tidak sengaja?
Gak usah banyak mikir baca tematik ginian. ENjoy dan habiskan sekali baca. Udah.
8 Deh. Karena cadelnya lucu. As a word.
OC: Kaminari Hazuki
Apa itu Incohewention of stowy?
Hapusterimakasih sudah mampir. ini tokoh Uno berasal dari karakter adekku yang masih 4tahun cadel huruf R=w dan f=p ^6 dan kalau dengar rasanya pengen makan pipinya yang tembem xD
terimakasih sekali lagi ^^
mulai dr bagian tengah susunan katanya bikin bingung sehingga ganjil bacanya.
BalasHapusbtw itu kwokkwok sama kakkakkak suara tawa ya? klw gitu fix, ayah dan anak ini otaknya senget alias sedikit gila
ularnya gk enak kwokwok < tawa
jgn dimakan klw begitu kakkakkak < tawa
pdhl keduanya baru lolos dr maut, kebanyakan makan serangga beracun jd gini efeknya
pesan moralnya kunyahlah mangsamu jgn ditelan bulat2 lol
seperti yg udah disebutkan di atas, entri ini masih sedikit datar, kurang wow dikit lagi
7
Samara Yesta~
mulai dr bagian tengah susunan katanya bikin bingung sehingga ganjil bacanya.
BalasHapusbtw itu kwokkwok sama kakkakkak suara tawa ya? klw gitu fix, ayah dan anak ini otaknya senget alias sedikit gila
ularnya gk enak kwokwok < tawa
jgn dimakan klw begitu kakkakkak < tawa
pdhl keduanya baru lolos dr maut, kebanyakan makan serangga beracun jd gini efeknya
pesan moralnya kunyahlah mangsamu jgn ditelan bulat2 lol
seperti yg udah disebutkan di atas, entri ini masih sedikit datar, kurang wow dikit lagi
7
Samara Yesta~
hawanya ada polos-polosnya gitu..
BalasHapussaya pikir banyak typo bertebaran di dialog uno, rupanya itu gaya khas omongannya dia..wokokwowkokowokw
hanya saja ceritanya kurang memberi efek yang mendebarkan buat pembaca. yah, meski ini fabel..akan sangat bagus jika konfliknya lebih diperhebat lagi.
6
Ketawa karakternya beda-beda ya kayak 'Kwokkwokkwok' atau 'Kakkakkakk' jadi gampang bedain siapa yang bicara. Terus bacanya berkesan kayak fabel tapi makin tambah seru jadinya. Pertarungannya seru meskipun akhirannya mainstream.
BalasHapusBeberapa kalimat sedikit bikin bingung seperti:
'Ikan-ikan beberapa pingsan atau mati terapung di atas air karena keracunan.' < mungkin lebih baik diganti 'beberapa ikan' atau 'ikan-ikan' saja.
Dari saya nilai 8, semoga sukses~
OC: Snow Winterfeld
Kalau nyebut nama makhluk ini bakalan nyangkul 7 kartu.
BalasHapusLangsung aja. Andaikata pertarungannya lebih ada thrill dan suspens yang bikin mendebarkan dan kesan berbahayanya bisa terasa, ini mungkin bisa jadi seseru adegan2 film disney atau pixar. Kelebihannya, agak unik memang musuh dan lingkungannya, jadi ngebayangin battlenya sambil menerka-nerka.
Kelebihan lain adalah ini salah satu entri dengan dialog paling lucu. Bukan lucu humoris sih. Tapi emang gaya bicaranya kayak gitu. Adegan keluarganya cukup hangat. Assassint sama Poisont itu sengaja disebutnya begitu? Berasa kayak si narator ini makhluk yang deket sama Uno. *nyangkul 7 kartu*
Dari segi alur lumayan banyak lubangnya. Jadi saya pengen lanjut untuk lihat gimana Uno Fibri ini beraksi di alam mimpi nanti.
7/10
PUCUNG
Hm...
BalasHapusDari segi teknis masih cukup banyak yang miss, tapi sudah ada yang komentar, jadi saya gak akan komentar lagi.
Dari segi pertarungan, cerita ini datar. Saya sama sekali gak ngerasain emosi karakternya. Rasa panik mereka, rasa takut mereka, rasa marah mereka ketika dihadapkan dengan situasi hidup dan mati.
Tapi dari segi strategi dan jalannya pertarungan sih udah oke, minus di teknis dan datarnya.
Untuk itu saya hanya akan kasih 7 poin.
Asibikaashi