Jumat, 04 Maret 2016

[FBC] 016 - RILEY MIKOTO

BU MAWAR
[Tantangan NV3]
oleh: Denis Novendra

---

"PELAJARAN TERAKHIR RILEY MIKOTO"


Apa kau tau apa yang ada dalam pikira seseorang yang dalam keadaan koma?. Seseorang yang masih menghembuskan nafas tetapi tak pernah membuka matanya ataupun bergerak sekalipun?. Apa yang mereka lihat? Apakah ingatan mereka sebelum mereka tak sadarkan diri? Ataukah mimpi - mimpi mereka?.


Yah, sebenarnya itu tidaklah penting. Karena meskipun tubuhmu terlelap sampai waktu yang tak pasti. Ingatanmu dan pikiranmu akan selalu hidup, untuk mengenang semua impian, harapan, dan penyesalan. Itu benar kan? Kak Riley Mikoto...


Apa kau ingat apa yang membawamu ke mari? Ah tentu saja kau ingat. Bagaimana kau tidak ingat. Tindakan heroik untuk menyelamatkan adik tercintamu. Benar - benar heroik. Saat seorang musuh lama yang seharusnya membunuhmu malah berusaha melukai adikmu. Dan kau, tanpa memikirkan perasaan orang - orang di sekitarmu kau berlari ke arah adikmu itu dan... BANG!!! ...kau berakhir disini.


Dri dri drim~... tapi lupakan itu, sekarang kau disini di alam mimpi. Dan masih menyimpan dendam dan impian untuk mengalahkan orang yang menembakmu dan mencoba melukai adikmu. Maka sekarang, aku akan menyambutmu dengan cara yang benar....


"Halo.. Kau punya impian yang menarik.. Tapi aku baru saja melihat impian seseorang yang sangat tangguh.. Aku penasaran siapa di antara kalian yang lebih kuat.. Oh..? Kau ingin bertarung denganya? Apa kau yakin bisa mengalahkanya? Apa kau berani bermimpi untuk menerima tantangan ini?"


...........




Dan seketika itu juga Riley terbangun. Bukan di ruangan rumah sakit seperti yang ia duga. Melainkan di dalam sebuah ruangan putih dengan hanya kasur dimana ia bangun dari. Dan sebuah pintu di ujung ruangan aneh itu. Kepalanya terasa begitu sakit, meskipun ia masih mengingat dengan jelas kejadian yang telah membawanya ke tempat aneh ini.

"Sialan, tempat ini? Apa aku sudah mati? Ah itu tidak mungkin jika aku sudah mati tidak mungkin pemukulku ikut ke akhirat juga," kata Riley sambil mengambil pemukul kesayangannya yang tergeletak di pangkuannya.


"....tapi sebenarnya siapa tadi yang menyapaku saat aku belum sadar tadi? Malaikat kah?"


"Bukan kak Riley, itu bukan malikat. Melainkan aku adalah Ratu Huban, penguasa alam mimpi." Jawab sosok aneh yang tiba - tiba muncul. Riley cukup tertegun melihat sosok itu karena sosok tersebut bentuknya jauh dari kata manusia.


Sosok itu memiliki tinggi sekitar dua meter dan mengenakan jubah hijau yang menutupi seluruh tubuhnya sambil membawa payung yang terbuat dari cahaya kembang api. Dan yang paling mencolok dari sosok itu adalah, dia tidak punya kepala. Kepalabya tidaklah buntung, melainkan berbentuk seperti bantal besar berwarna ungu.


"Dari suaranya sepertinya dia wanita... Hn, Ratu Huban? Alam mimpi? Lelucon macam apa ini. Maaf saja ya tapi aku sudah tidak percaya akan hal semacam itu sejak lamaaaa sekali."


"Benarkah? Apa itu sejak orang tuamu meninggal? Apa sejak kau berpisah dengan adikmu? Hmmm..."


"Cih! Kau menyebalkan sekali! Kepala bantal sialan, kenapa kau bisa tau semua itu!?" Seru Riley geram sambil beranjak dari tempat tidurnya, bersiap menyerang Ratu Huban.


Tanpa diberi - aba Riley langsung berlari ke arah Ratu Huban dengan kecepatan yang luar biasa. Saat berada tepat di depan Ratu Huban, dia langsung mengayunkan pemukulnya tepat ke arah perut sosok aneh itu dengan semua kekuatan yang ia punya.


Namun sebelum pemukul Riley mengenai targetnya. Seluruh ruangan itu seketika berubah, begitu juga dengan Ratu Huban yang tiba - tiba sudah berpindah ke belakang remaja itu. Ruangan itu berubah menjadi tak berlantai yang menyebabkan Riley terjun bebas ke bawah bersama dengan Ratu Huban.


"Dri dri drim~... kau tidak akan bisa mengalahkanku di sini. Ini adalah Alam Mimpi, aku penciptanya dan aku bisa mengatur semua yang ada disini semauku. Atau mudahnya aku adalah tuhan di alam ini."


Tidak seperti Riley yang panik dalam keadaan terjun bebas ini, Ratu Huban nampak tenang bahkan sesekali ia menari kesana kemari yang hanya membuat Riley semakin kesal.


"Sialan... apa yang kau inginkan dariku? Kenapa kau menyeretku ke alam aneh ini?!" Tanya Riley geram.


"Itu karena... ada manusia lain yang ingin bertemu denganmu," jawab Ratu Huban, "Oh ya lebih baik aku beritahu aturan mainnya sekarang, kak Riley dengarkan baik - baik ya..."


Riley semakin penasaran. Bukan cuma karena kenapa dia diseret kemari, tetapi juga karena Ratu Huban bilang ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, "Oi Ratu Huban, memangnya siapa orang yang sangat ingin bertemu denganku?"


"Ehemm... skenario mimpi kali ini adalah 'Save The Princess' dimana kau harus menyelamatkan seorang putri yang dijaga oleh prajurit - prajurit kuat di Istana Raja Setan terbesar!! Dri dri dirm!!~... ah, maaf aku cuma bercanda soal istana raja setan. Yang penting, kak Riley harus bisa menyelamatkan tuan putri dari sana dan kembali hidup - hidup, cukup mudah bukan?"


Jelas Ratu Huban yang membuat Riley semakin tenggelam dalam kebingungan. Save the princrss? Prajurit? Istana raja setan!? Omong kosong macam itu!!!???. Itulah yang sekarang timbul dalam pikiran Riley.


"Kau belum menjawab pertanyaanku! Lalu bagaimana jika aku kalah?" Tanya Riley gusar.


"Dri dri drim!~... kalau kau kalah keberadaanmu di dunia nyata akan menghilang. Orang - orang di sekitarmu tidak akan pernah mengingat keberadaanmu, atau sekeras apapun mencoba mereka tidak akan pernah ingat dan sadar akan keberadaanmu," jawab Ratu Huban dengan nada santai seolah itu adalah hal enteng, "..dan untuk pertanyaanmu. Untuk apa aku menjawabnya jika kau mungkin akan menemuinya sendiri, oh! Dan titip salam pada kak Shion ya kak Riley!! Kalau begitu sampai jumpa dan semoga bergasil Riley Mikoto!!"


"Apa kau bilang?! Apa Shii ikut masuk ke alam sialan ini!???... oi jawab aku kepala bantal!!!"


Tanpa menghiraukan pertanyaan Riley. Ratu Huban menjentikkan jari tangannya, dan sekali ruang di sekeliling mereka berubah menjadi tepat di depan pintu gerbang sebuah sekolah. Sekolah yang sangat - sangat tidak asing bagi Riley.


Sekolah ini adalah Sourbunt Angelus Senior High School. Tempat Riley bersekolah di pulau TerraAngelus.


"I-ini.. Sekolahku? Bukan. Hawa dari sekolah ini lain, benar - benar lain.."


Hawa di Sourbunt Angelus benar - benar berubah. Berawal dari hawa sejuk yang berasal dari hembusan angin laut dan sinar matahari yang selalu bersinar terang. Berubah menjadi sunyi senyap penuh kehampaan dengan hanya bulan sebagai satu - satunya benda yang ada di langit. Seperti suasana dari sebuah kota hantu.


Bukan cuma itu, bentuk Sourbunt Angelus juga berubah. Karena Riley mendapati sekolahnya kini telah berubah menjadi seperti bangunan - bangunan pada abad pertengahan.


"Dri dri drim~.. inilah tempat dimana kau harus menyelamatkan sang putri dan mengalahkan semua penjaga - penjaga jahat! Bagus bukan!" Ucap Ratu Huban dengan bangga sembari menari - nari di depan pintu gerbang sekolah.


"Cih... jadi aku harus masuk kesana dan menyelamatkan Shii. Oi kepala bantal!"


"Ada apa kak Riley?"


"Aku sudah tau hukumannya bila aku kalah. Tapi bila aku menang apa yang kudapatkan?"


Tanya Riley pada Ratu Huban. Ratu Huban membuat gestur seolah dia sedang tertawa kemudia berjalan mendekat ke arah Riley. Ia terus mendekat sampai ia berada tepat di depan Riley dan kemudian menyentuh pundak pemuda itu.


"Kau tau kak? Seharusnya kau baru bisa sadar dari koma setelah enam puluh hari dua puluh jam tiga belas menit dan empat detik lagi, tetapi..." Ratu Huban mendekatkan kepala bantalnya ke telinga Riley dan berbisik, "...jika kau menang, akan kubuat kau sadar hari ini juga dengan semua lukamu sembuh. Bukankah itu suatu hadiah yang adil dan menggiurkan?"


Riley hanya diam, di dalam pikirannya ia tidak percaya akan apa yang dikatakan Ratu Huban. Tetapi di sisi lain, ia sendiri tidak punya pilihan dan juga sebuah kesempatan emas yang sayang untuk di lewatkan.


Dan akhirnya Riley pun memutuskan...


"Baiklah kalau begitu.. akan kuikuti permainan sialanmu. Dan sebagai gantinya, jangan pernah panggil aku lagi ke alam aneh ini. Tapi bagaimana aku tau kalau kau tidak berbohong?"


"Dri dri drim!~... baiklah baiklah aku tau kau pasti ikut dan tenang saja aku adalah mahluk yang selalu menepati janji, kalau begitu kak Riley... selamatkanlah putri dan, jangan mati. Oke?"


Kata Ratu Huban terakhir dan kemudian menghilang meninggalkan Riley di depan gerbang Sourbunt Angelus sendirian. Remaja itu menghela nafas dalam, kemudian memegang erat pemukulnya dan mulai berjalan menuju ke arah sekolah.


Suasana nampak sangat sepi, dengan tidak ada suara yang terdengar bahkan suara angin sekalipun. Sepanjang perjalanan menuju ke gedung utama sekolah, Riley terus bersiaga sembari melihat sekeliling dan sesekali mempercepat langkahnya untuk menuju ke gedung utama.


Dimana dia percaya disitulah tempat 'si putri' berada.


"Tidak ada kehidupan, sunyi sekali." Gumam Riley saat dirinya mulai memasuki lobi gedung utama. Di dalam gedung pun tak kalah sunyinya dengan diluar, "Untung udara di sini tidak sedingin yang kuperkirakan."


Yang ada hanyalah perabotan - perabotan sekolah yang terlihat berantakan dan beberapa tulisan aneh yang tidak dapat dimengerti oleh Riley. Tidak hanya lobi, namun seluruh gedung utam telah dipenuhi tulisan - tulisan tersebut.


Setelah menyusuri bagian demi bagian dalam gedung. Riley memicingkan matanya, saat mendapati ada tiga sosok remaja menggunakan pakaian ala pasukan abad pertengahan menghadangnya saat ingin menuju ke ruang kepala sekolah.


Ia berjalan mendekati ketiga sosok tersebut. Dan betapa terkejutnya dia saat menyadari salah satu dari mereka memiliki rambut merah menyala dan dua orang pemuda yang berambut kriting yang memiliki wajah sangat mirip alias kembar.


"Akasora? Kang & Kung?! Apa yang kalian lakukan disini?"


"Tidak sopan! Aku adalah Kapten Besar Akasora!! Pemimpin pasukan utama Bu Mawar!!!" Seru remaja yang diketahui bernama Akasora itu. Menyinggung nama seseorang yang belum pernah Riley dengar sebelumnya.


"...kau tidak akan menjadi tandingan bagi kerja sama tim kami!!"


"Kapten? Hmmm... bahkan di alam mimpi kebodohannya tetap belum hilang," Riley mulai memasang posisi siap bertarung sembari berjalan perlahan, "..Oi kau kapten aneh? Bisakah kau dan dua anak buah bodohmu itu minggir. Aku sedang terburu - buru."


Tapi seperti yang telah Riley duga, bukannya minggir. Mereka juga memasang posisi siap bertarung. Tanpa diberi aba - aba, Akasora langsung melesat menuju ke arah Riley sementara kang mengambil sebuah meja dan Kung mengeluarkan sebuah ketapel entah dari mana.


Riley tentu tak tinggal diam, ia juga berlari menuju ke arah Akasora sambil bersiap mengayunkan pemukulnya. Saat mereka berdua telah berhadapan, Riley langsung mengayunkan pemukulnya secara horizontal ke arah perut Akasora. Namun sebelum pemukul Riley mengenai targetnya, ada sebuah proyektil yang menghantam dan membuat pukulan Riley meleset sejauh beberapa senti meter.


"Cih... dasar keriting kembar sialan."


Bukan cuma itu, tak menunggu lama sebuah meja juga tiba - tiba melayang ke arah Riley ditambah pukulan tangan kanan Akasora yang telah menggunakan Bruss Knuckle bergerigi.


Dalam waktu beberapa detik saja, Riley menghindari kedua serangan itu menggunakan reflek yang mungkin tidak dimiliki anak - anak lain seusianya. Tetapi sepertinya itu juga tidak terlalu efektif, terbukti saat Riley sadar Knuckle milik Akasora telah menggores sedikit pipi kirinya, "....Huh! Seperti masa lalu ya rambut merah menyebalkan!"


"Sudah kubilang aku adalah Kapten pasukan utama Bu Mawar!!!.." katanya sambil bersiap menyerang kembali tetapi tak dapat menemukannya dimanapun.


"Kapten Akasora, awas!!"


"Menyingkirlah dari sana Akasora!!"


Peringatan Kang dan Kung terlambat. Karena sekarang Riley sudah berada di belakang Akasora dengan pemukul sudah siap meluncur. Akasora sontak membelakan matanya dan mencoba untuk menghindar. Tetapi dengan jangkauan yang dapat diraih pemukul Riley sepertinya tidak mungkin dirinya bisa lolos.


"Jangan terlalu percaya diri, Riley Mikoto.." Kata Akasora sambil menatap wajah Riley, "..terlalu percaya diri akan membawamu menuju kehancuran."


"Ap-.. UuaaAgha!!!...." belum sempat Riley bereaksi, sebuah meja tiba - tiba menghantamnya keras dari belakang yang membuatnya terpental hingga membentur dinding. Ditambah tiga proyektil yang menyusul di belakangnya yang mengenai perut dan dada Riley.


Meskipun tubuh Riley biasa menerima serangan yang lebih berat. Sepertinya di alam mimpi ini, Ratu Huban telah mengatur sesuatu agar ketahanan tubuh Riley menurun menjadi seperti manusia normal. Dengan sedikit kesulitan untuk berdiri, ia mengambil pemukulnya yang tergeletak di lantai.


Sambil menyeret pemukulnya Riley bergerak menuju ke arah mereka bertiga dan kemudian mengacungkan pemukulnyake arah mereka.


"K-kepala bantal sialan... sepertinya dia memang benar - benar dewa."


"Selama ini kau selalu percaya diri karena dirimu bukanlah manusia biasa. Namun berbeda dengan sekarang, karena di alam ini kau hanyalah seorang manusia biasa seperti kami. Ilmu - ilmu dari Bu Mawar pasti membimbingmu ke jalan yang benar Riley."


Dibalik rasa sakit yang ia terima, Riley menyeringai. Tanpa ragu ia beralan ke arah mereka bertiga sambil membisikan sesuatu, "...aku tidak tau siapa sebenarnya Bu Mawar ini. Tapi hanya satu yang pasti.." tanpa aba - aba Riley langsung berlari melesat ke arah mereka bertiga. Berniat melawan mereka sekaligus.


"Cih! Bukankah sudah kubilang jangan terlalu percaya diri!! Kang Kung!"


"Maaf saja, aku bukannya percaya diri. Melainkan aku yakin pada diriku sendiri!!!.."


Akasora segera mengkomando kedua anak buahnya dan bersiap menghadang Riley. Saat Riley telah berada di depan mereka bertiga ia segera menghindari pukulan tangan kiri Akasora dengan cara membungkuk dan langsung menyodok dagu Akasora dengan ujung pemukulnya. Hal itu membuat Akasora merasakan tekanan besar di tengkoraknya yang langsung membuatnya tumbang.


"URrgghhHh!!... R-Riley-.."


"Dasar tidak berguna! Apa yang kau lakukan pada kapten Akasora!?" Kata Kung tidak terima sembari mengarahkan ketapelnya kearah Riley.


Dengan sigap Riley segera berbalik, bukan untuk lari melainkan malah menuju ke arah Kung. Tentu saja Kung terkejut, karena ia sama sekali tak berpengalaman dalam pertarungan jarak dekat ia segera melepas tembakan ke arah Riley yang ia perkirakan akan tepat mendarat di kepala remaja itu.


Selang beberapa detik saja Riley menggeser kepalanya ke kiri dan meraskan sebuah benda telah mebggores pipi kanannya yang tak lain adalah peluru dari Kung. Namun ia tetap tidak berhenti, Riley malah mempercepat gerakannya ke arah Kung.


"Sialan... itu hampir saja," ucapnya pelan dengan mata masih menatap tajam Kung.


"A-apa!?? Ka-kang apa yang kau lakukan cepat serang dia!!" Kata Kung panik.


"Itu percuma, si raksasa bodoh itu sudah pingsang gara - gara pelurumu mengenai lehernya tadi."


Mata Kung membelak dengan keringat dingin mengalir di seluruh tubuhnya. Ia melihat Kang yang kini telah tergeletak tidak jauh darinya dengan posisi masih membawa meja, "kau bajingan, jadi ini alasanmu berlari ke arahku! Dasar licik!!" Umpat Kung pada Riley yang sudah berada satu meter di depannya dan siap menyerang.


Dimana Kung tidak akan bisa melakukan apa - apa dengan ketapelnya.


"Jika dewa mengambil kekuatanku, setidaknya aku masih bisa menggunakan otakku. Sekarang... pergilah tidur." Riley langsung menyodokan pemukulnya layaknya sebuah pedang tepat ke perut Kung hingga membuat remaja itu memuntahkan air liur dari mulutnya dan tersungkur di lantai.


"B-bajingan... kau memang hebat Riley, kau pantas untuk pergi ke level selanjutnya."


"Level selanjutnya?"


"Pe-pergilah ke ruang kepala sekolah, dan kau akan bertemu dengan 'Si Pengajar.. Bu Mawar."


Sebelum Riley dapat bertanya tentang siapa itu Bu Mawar. Kung terlebih dahulu pingsan. Tanpa adanya pilihan lain. Riley mengikuti perintah Kung untuk menuju ke ruang kepala sekolah yang berada di lantai paling atas gedung ini.


........


Beberapa menit kemudian Riley telah berada di depan pintu yang bertuliskan 'School Chairman'. Tetapi ia melihat ada yang aneh, karena plakat nama yang harusnya bertuliskan nama seseorang. Telah digores menggunakan benda tajam hingga tak terlihat lagi.


Riley menghela nafas dalam. Sambil mempersiapkan dirinya lengan kiri remaja itu meraih grendel pintu dan bersiap membukanya.


"Fyuhhh.... sialan, kenapa aku malah jadi gugup begini. Kepala bantal itu memang benar - benar.."


"Apa kau sedang membicarakanku, kak Riley?" Ratu Huban tiba - tiba telah berdiri di belakang Riley.


"Sial!? Kau mengejutkanku dasar kepala bantal!" Bentak Riley yang terkejut kemudian kembali menatap pintu di depannya, "...dan jangan panggil aku 'kak', aku bukanlah kakakmu!" Katanya dengan dingin.


Ratu Huban membuat gerakan seolah dia tertohok oleh perkataan Riley, "Kau ini dingin sekali ya?.. ya meskipun begitu kalau kau kalah disini kau akan tinggal di alam mimpi dan menjadi kakakku. Dri dri drim!~..."


Riley hanya diam, dirinya tak berniat membalas pernyataan Ratu Huban. Karena ia tau bahwa dirinya PASTI akan menang dan keluar dari alam yang aneh nan sialan ini. Dengan tanpa keraguan ia memutar grendel pintu untuk segera melihat apa yang berada di baliknya.


Dan saat pintu itu terbuka.. mulutnya sedikit ternganga, karena Riley di dalam ruang kepala sekolah ia mendapati seorang perempuan yang mengenakan pakaian layaknya orang dari luar negeri dengan seluruh lengan kanannya di balut perban. Dan seorang lagi, yaitu gadis berumur lima belas tahun yang terbaring pingsan di atas meja kepala sekolah.


Riley segera mengenali gadis yang berperan sebagai 'si putri'. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kazama Shion, adik angkat dari Riley di dunia nyata. Kemarahan remaja itu langsung memuncak tak terbendung saat mengetahui adik kesayangannya juga ikut terseret ke alam mimpi.


"BAJINGAN KAU KEPALA BANTAL!! Kenapa Shii bisa berada disini!!??" Riley berbalik untuk melihat Ratu Huban dan mendapati mahluk itu telah menghilang kembali. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke arah tubuh Shion dan berjalan ke arahnya. Namun saat baru beberapa saja sebuah suara menghentikan langkahnya.


"Dik Realy... amarah tidak akan menyelesaikan masalahmu begitu saja lho.. dan satu lagi siswa sepertimu tidak sepatutnya berbicara kotor seperti itu."


"Berisik sialan namaku Riley bukan Realy! Lagi pula siapa kau?! Apa kau teman dari kepala bantal sialan itu?!"


"Ah, tidak sopan sekali saya. Perkenalkan nama saya adalah Bu Mawar dan kau pasti adalah dik Riley Mikoto, bukan?" Katanya dengan senyum tersungging.


"...anak yang dikenal sebagai kelas hiu di Sourbunt Angelus. Atau lebih tepatnya murid paling nakal di sekolah."


Riley memicingkan matanya, "Jadi kau yang namanya Bu Mawar. Ternyata orang yang katanya sangat ingin bertemu denganku adalah ibu - ibu sepertimu?!" Ia mengeratkan genggaman pada pemukulnya, bersiap menyerang.


Walaupun tau remaja itu akan menyerang dirinya. Bu Mawar hanya diam di tempat dengan senyum tersungging dan kedua tangan meyilang di dada yang membuat Riley semakin kesal. Beberapa detik kemudian Riley berlari ke arah Bu Mawar.


Amarah sedang menyelimuti pemuda itu, hingga ia memustuskan untuk menghajar Bu Mawar walaupun ia tidak menunjukkan suatu ancaman. Setelah berada dua meter di depan Bu Mawar, Riley mengangkat tongkatnya tinggi - tinggi dan langsung mengayunkannya ke bawah secara vertikal ke arah kepala Bu Mawar.


Membiarkan gravitasi melakukan tugasnya saja cukup untuk membuat Bu Mawar terluka parah. Apalagi jika di tambah kekuatan dari Riley, kepala Bu Mawar mungkin akan berhamburan di seluruh ruangan ini.


"DASAR SIALAN!!! AKU PASTI AKAN MENINGGALKAN ALAM TERKUTUK INI BERSAMA SHII!!!..." ucap Riley dengan sangat keras dan pandangan tajam ke arah Bu Mawar.


"Ya ampun Dik Riley tidak ada sopan santunya sama orang tua, saya kan sudah bilang. Amarah itu tidak ada gunanya!"


"Berisik! Ternyata ada satu lagi yang menyebalkan!"


Riley mengayunkan pemukulnya, bersamaan dengan itu Bu Mawar segera memasang kuda - kuda mengangkat lengan kanannya dan menggunakannya sebagai tameng melawan pemukul Riley yang datang dengan cepat. Namun Riley tetap tak peduli, dengan kekuatan seadanya ia mengayunkan pemukul baseballnya ke arah lengan Bu Mawar dan...


...suara benturan antar logam yang sangat keras pun terdengar.


Pemukul Riley berhasil dihentikan. Riley meneguk ludahnya, saat ia melihat pemukulnya ditahan oleh sebuah lengan besi yang memercikan listrik, "Kau.. apa semua guru itu harus punya lengan robot seperti itu?"


Bu Mawar menaikan sebelah alisnya, "Semua guru? Oo tentu tidak dik Riley, lengan ini saya dapatkan karena melawan sebuah robot berna-..."


"Itu tidak penting!" Ia memotong perkataan Bu Mawar, "...yang penting sekarang adalah kenapa kau ingin bertemu denganku!!??"


Bu Mawar mengibaskan tangannya pelan dan membuat Riley mengambil beberapa lamgkah ke belakang. Matanya masih setia menatap tajam Bu Mawar, namun Ibu - ibu tak mau kalah dengan menatap balik mata Riley.  Tapi Riley tetap tak gentar dan sekarang malah bersiap menyerang kembali.


"Hmmm... ternyata benar, dik Riley adalah anak yang nakal. Maka dari itu.. saya harus mendidik kamu agar kembali ke jalan yang benar."


"Sialan, jangan menghalangi jalanku!"


"Berhenti!..."


Bu Mawar menaikan nada suaranya beberapa oktaf. Meskipun terdengar seperti teguran biasa, namun itu cukup untuk membuat Riley berhenti dan merinding. Biasanya Riley tak gentar mendengar perintah seperti itu. Tetapi baginya ini adalah sesuatu yang lain, perintah dari Bu Mawar sama seperti ombak yang langsung menghantam jiwanya, "Errggh!! Sialan... sepertinya dia bukan wanita biasa."


"Dik Riley, saya datang kemari karena saya dengar kamu adalah murid paling nakal di pulau TerraAngelus. Dan sepertinya itu adalah benar.." Katanya kemudian posisi siap menyerang, "..kemudian dari situlah, saya putuskan untuk mengambil jalan keras untuk mendidik dik Riley."


"Padahal yang kuinginkan cuma hidup tenang bersama Shii," gumam Riley sambil menundukan kepalanya.


"Jika kamu jadi murid yang baik, pasti kehidupan yang tenang akan mendatangimu. Dan saya yakin, pasti tidak akan  ada orang lain yang ingin menyakiti dik Riley dan orang - orang disekitar dik Riley."


"Murid yang baik kah... Cih! Maaf saja Bu Mawar, tapi di duniaku yang baik biasanya mati paling awal!!!"


Seru Riley langsung menerjang ke arah Bu Mawar dengan tatapan yang tajam. Setelah berada di depannya Riley langsung melayangkang sebuah pukulan swing horizontal ke arah kepala Bu Mawar yang dihindari wanita itu dengan cara membungkuk.


Bu Mawar langsung melancarkan serangan balasan. Yaitu dengan melepaskan sebuah pukulan uppercut dengan tangan bionicnya ke arah dagu Riley sama persis dengan yang remaja itu lakukan pada Akasora beberapa saat lalu.


Dalam sepersekian detik Riley menggeser kepalanya beberapa sentimeter kebelakang sehingga pukulan Bu Mawar gagal mengenai targetnya, "Aku tidak akan terkena serangan ku sendiri.." remaja itu langsung mengangkat lutut kirinya untuk menghantam perut Bu Mawar yang membuatnya kembali menjaga jarak dengan Riley.


Bu Mawar menyeka keringat yang menglir di pelipisnya dengan lengan kirinya, "Fyuuhh!... oh ya dik Riley, sebenarnya saya ingin membuat kesepakatan denganmu."


"Kesepakatan?" Riley menaikkan sebelah alisnya.


"Benar, kesepakatannya adalah. Jika kamu menang maka saya akan menyerah untuk mendidikmu dan membiarkanmu pergi bersama dengan adikmu. Dan jika kamu kalah... saya akan memasukannmu ke dalam program pendidikan paket pintar! Yang artinya kamu tidak boleh pergi dari sini sebelum menjadi pribadi yang lebih baik," Jelas Bu Mawar panjang lebar.


"Sebenarnya aku sudah membuat kesepakatan dengan kepala bantal sialan itu... arrggh!! Masa bodoh! Yang perlu kulakukan hanya menang dan keluar dari tempat terkutuk ini."


"Baiklah... kalau begitu bersiaplah Dik Riley. Saya akan memberikan pelajaran pertama dan terkahir pada kamu."


"Hn, oke. Ayo kita selesaikan semua ini!"


Riley hanya menatap Bu Mawar dengan tajam dan mempererat genggaan pada pemukulnya. Dan setelah itu...


Ya bayangkan saja kalian seperti sedang menonton film - film laga China.


........


Sudah lima menit sejak Bu Mawar dan Riley saling menyerang satu sama lain. Dan dalam jangka waktu itu saja Riley sudah terlihat kelelahan dan babak belur sementara Bu Mawar hanya kelelahan dan terkadang memegangi kepalanya sendiri.


"Sepertinya kau cukup pintar meniru gaya bertarung orang lain ya, Bu Mawar."


"Hosh~ hosh~... saya tidak begitu bisa bertarung. Jadi saya meminjam gaya bertarung beberapa kenanalan kamu dik."


Menurut yang Riley lihat dan ingat, dalam lima menit telah meniru gerakan free style dari Akasora Ryo dan gaya boxing milik Rival sekaligus temannya Nikolai Kalashnikov.


"Dik Riley, sebenarnya saya ingin tau. Kenapa kamu bisa jadi sekelam ini? Kenapa anak baik sepertimu bisa menjadi anak tak bermoral seperti sekarang?" Tanya Bu Mawar mencoba mendapat kejelasan tentang masa lalu Riley.


"Taukah kamu kalau sifat mu itu malah membawa mara bahaya ke pada orang - orang yang kamu pedulikan!"


Riley menghela nafas panjang, "Dengar ya Bu Mawar, aku tidak tau informasi apa yang telah kepala bantal sialan itu berikan padamu. Namun, kepala bantal sialan itu tidak akan pernah akan masa laluku. Masa lalu yang telah membuatku menjadi seperti ini, remaja nakal bermulutu kasar, tidak punya sopan santun, dan tidak peduli pada apapun. Tapi Bu Mawar... ada beberapa hal yang aku ingin kau tau.."


"Apa itu dik Riey?" Bu Mawar agak ternganga mendengar penjelasan Riley. Ia tidak menyangka ada seorang murid yang berani berkata jujur dan blak - blakan seperti ini.


"Aku.. aku.... Hanya ingin hidup damai bersama dengan Shii dan teman - temanku. Dan.. aku bukannya tidak mau menjadi orang baik, aku hanya tidak bisa. Setidaknya sampai semuanya benar - benar selesai. Dan maka dari itu.."


Pandangan Riley masih tetap dingin dan tajam, namun bibirnya telah membentuk sebuah senyuman kecil. Yang membuat Bu Mawar juga tersenyum dan berpikir, "Anak ini, pasti bisa berubah!"


"Aku harus keluar dari alam sialan ini dan menyelesaikan semuanya! Agar aku tak lagi membebani orang - orang yang aku sayangi dan pedulikan."


"Semangat yang bagus Dik Riley! Bu Mawar yakin pasti kamu bisa melakukannya. Tapi sebelum itu. Kamu masih ingat dengan kesepakatan kita bukan?"


"Ya, tentu saja. Jadi ayo lanjutkan!"


"Kurasa pengajaran kali ini tidak akan sia - sia."


Mereka pun kembali melanjutkan pertarungan mereka tetapi kali ini. Mereka melakukannya bukan karena amarah ataupun nafsu belaka.


Melainkan niat untuk menjadi manusia yang lebih baik dan niat tulus mengajar dengan penuh kasih sayang.


Keduanya saling bertukar serangan dengan kekuatan yang bisa dibilang 'abnormal'. Suara - suara benturan logam juga terus mengiri pertarungan mereka yang diakibatkan oleh benturan lengan robot Bu Mawar dengan pemukul Baseball Riley.


Tentu saja, keduanya juga telah menderita luka - luka mulai dari memar hingga pelipis yang berdarah.


"Sepertinya kau tidak punya teknik bertarung selain memakai pemukulmu ya dik Riley!" Kata Bu Mawar saat meneliti cara bertarung Riley sambil melancarkan sebuah pukulan jab dengan tangan kanannya ke arah kepala Riley.


"Hn.. kau juga tidak punya teknik bertarung selain mengambil gaya bertarung orang lain," balas Riley sembari mengayunkan lengan kirinya dari kiri ke kanan untuk menangkis pukulan Bu Mawar, yang anehnya juga menimbulkan suara benturan antar logam.


"..dan lagi, sepertinya kau juga nampak tidak sehat. Apa sebaiknya kau mengaku kalah agar ini cepat selesai?"


Tawar Riley saat melihat hidung Bu Mawar mulai mengeluarkan darah dan nafas yang mulai terengah - engah, "T-tidak apa - apa, lagi pula jika kita berhenti sekarang akan ada jin yang akan-.."


"Akan apa? Lagi pula apa itu-.." potong Riley yang kemudian terpotong oleh hawa dingin yang tiba - tiba menyerebak ke seluruh ruangan dan membuat Riley langsung berlutut di lantai sambil memegangi dadanya.


Bu Mawar yang melihat itu segera berdiri untuk menolong muridnya itu, namun baru beberapa langkah saja ia berjalan tubuhnya sudah limbung dan kemudian jatuh terduduk di lantai tidak jauh dari Riley.


"Dri dri drimm~... aku tidak akan membiarkan kak Riley pergi dari alam ini.. karena kak Riley yang akan menjadi kakakku untuk selamanya~"


Sebuah suara tiba - tiba juga menyeruak di dalam ruangan yang tak lain dan tak bukan adalah suara dari Ratu Huban. Amarah Riley kembali memuncak saat mengetahui Ratu Huban lah sumber dari semua itu, "Kepala bantal sialan! Apa yang kau lakukan!?"


"Sepertinya Ratu Huban tidak akan membiarkan mu pergi begitu saja, dik Riley."


"Aku tidak peduli walau kau dewa sekalipun, aku akan membunuhmu!!" Seru Riley sambil memasakkan dirinya untuk berdiri dan melihat sekeliling untuk mencari keberadaan Ratu Huban.


"Aduh aduh kak Riley..." dengan tiba - tiba Ratu Huban telah berdiri di depan Riley, "..kenapa kau sangat tidak ingin menjadi kakakku?" Tanyanya sambil menatap Riley yang bahkan kesulitan untuk berdiri.


"Aku bukan kakakmu! Adikku cuma satu, yaitu gadis bernama Kazama Shion!!!..."


Sebenarnya hawa dingin yang dikelurkan Ratu Huban tidaklah sedingin itu. Namun akibat penyakit aneh yang di derita Riley, dirinya hanya memiliki waktu beberapa menit untuk bertahan itupun dengan pandangan yang kabur dan dada yang sesak. Sebelum akhirya jatuh pingsan atau mungkin kematian jika ia tak dibawa ke tempat hangat segera.


Bu Mawar tentu juga tau akan hal itu, tapi toh ia juga tidak begitu percaya karena selama dirinya nenjadi guru dirinya tak pernah mendengar ada penyakit seperti itu. Dan sekarang...


"T-tu-tunggu Bu Mawar apa yang kau lakukan!?" Tanya Riley pada Bu Mawar yang sekarang mengarahkan telapak kanannya ke arah Riley.


"Tentu saja untuk memenuhi tugasnya sejak ia datang ke alam ini. Untuk mengalahkanmu dan memberikan pelajaran bahwa tidak semua dapat kau kalahkan, dri dri drim!~..."


"Benarkah itu? Bu Mawar."


"Sayang sekali itu memang benar, jadi maaf ya dik Riley.. waktunya perpisahan." Kata Bu Mawar diiringi kemercik listrik yang semakin besar di lengan robotnya ditambah kumpulan energi yang berkumpul di telapaknya, " X... Blast."


Mata Riley membulat saat ia melihat sebuah kilatan cahaya keluar dari telapak Bu Mawar dan langsung menuju tepat ke arahnya. Saat semburan energi itu hampir mengenainya entah apa yang terjadi dalam sepersekian detik itu. Riley menghilang...


Benar - benar menghilang dari hadapan Bu Mawar dan telah berpindah di belakang Bu Mawar atau lebih tepatnya di depan meja dimana 'kesadaran' adiknya terbaring.


Oleh larena itu juga, semburang energi Bu Mawar sekarang malah mengarah ke Bu Mawar yang tadi berdiri di belakang Riley dan langsung mengenai dan menembus tubuhnya.


"Itu tidak ada gunanya Bu Mawar, kau tau kan? Tidak ada serangan yang dapat melukai ku." Kata Ratu Huban santai saat tembakan Bu Mawar hanya menembusnya dan melubangi dinding di belakang Ratu Huban.


Bu Mawar tersenyum kecil, "Saya juga tau itu, tapi apakah anda tau Ratu Huban? Kalau setiap guru berkewajiban mendidik dan melindungi setiap murid - muridnya?" Ucap Bu Mawar yang membuat Ratu Huban sadar akan jebakan yang dibuat Bu Mawar.


"J-jangan - jangan!? Kau menipuku Bu Mawar! Tembakan energi itu bukan untuk melumpuhkan Riley. Melainkan untuk mengelabuiku agar Riley bisa memnggunakan matanya untuk menghindar dan pergi ke tempat adiknya."


Seru Ratu Huban dengan kesal saat sadar dirinya telah ditipu. Senyuman Bu Mawar nampak semakin lebar mendengar itu. Sementara Riley? Dirinya bahkan kesulitan untuk tetap sadar.


"Untunglah anda orang yang selalu menepati janji, Ratu Huban. Dan sekarang saya Bu Mawar menyatakan kalah dari Riley Mikoto dan sesuai kesepakatan yang dibuat oleh saya dan Ratu Huban. Riley berhak pergi dari alam mimpi bersama dengan adiknya dengan seluruh keuntungan yang dijanjikan!!"


"Dasar...guru kurang ajar!!!" Rutuk Ratu Huban pada Bu Mawar.


"Berjanjilah pada saya satu hal dik, kalau kamu akan benar - benar berubah menjadi manusia yang lebih berguna di masa depan." Kata Bu Mawar yang melirik Riley dari balik bahunya.


Sementara itu, tubuh Riley dan adiknya mulai berubah menjadi pecahan - pecahan berbentuk kupu - kupu yang menandakan bahwa sudah waktunya kesadaran mereka pergi dari alam mimpi. Riley mencoba memanggil dan mengucapkan terima kasih pada Bu Mawar. Namun apa daya, dirinya terlebih dahulu pingsan bersamaan dengan tubuhnya yang telah menjadi pecahan berbentuk kupu - kupu seluruhnya.


"Terima kasih, Bu Mawar. Kau memang benar - benar guru yang baik."  Kata Riley yang hanya terdengar sebagai gema di kepala Bu Mawar.


"Tidak perlu berterima kasih dik, itu sudah menjadi kewajiban guru. Hehe~.. cukup berjanjilah pada saya bahwa ini adalah pelajaran terakhir yang patut dik Riley terima."


"Ya.. aku berjanji.."  tutup Riley mengakhiri pembicaraan sebelum akhirnya benar - benar hilang dari alam mimpi.


"TIDAK!!!" Itulah yang dapat Ratu Huban teriakkan saat melihat kepingan - kepingan kesadaran Riley melayang bebas keudara untuk kembali ke alam nyata.


........


EPILOGUE...


Apa yang berada di dalam kepala orang yang sedang koma? Untuk sesaat mungkin aku tidak tau jawabannya. Namun setelah mengalami semua itu akhirnya aku menjadi sadar. Bahwa selama ini aku telah menjadi seseorang yang terlalu naif..


Karena bukan cuma kegelapan dan rasa sesal yang dapat kau lihat dan rasakan. Tetapi juga sebuah cahaya walaupun itu cuma seperti sebatang mawar yang tumbuh di tengah gurun pasir. Durinya mungkin akan melukaimu, namun keindahannya pasti akan menghapus luka itu dan merubahnya menjadi sesuatu yang lebih berarti.


Mungkin ini adalah pelajaran pertama dan terakhir dari Bu Mawar. Tapi aku yakin, guru sialan itu pasti akan kembali. Dan pada saat itu tiba..


Aku ingin menjadi seseorang yang lebih baik, bukan hanya untuk dirikku sendiri namun juga untuk Shii, Alexi, paman Takahashi, dan semua orang - orang yang ku sayangi dan pedulikan.


<END>






10 komentar:

  1. Dri dri drim~
    Saya lebih suka Drip... Drip... Drip...
    Well... Efek suara seperti itu memang berbeda di pikiran orang-orang, tapi memberi karakter pada Ratu Huban. Namun ada juga efek suara yang menurut saya mengganggu, semisal erangan kesakitan "UuaaAgha!!!" dan juga penggunaan tanda seru dan tanda tanya yang terlalu berlebihan.


    Saya juga bingung dengan pola pikir Riley tentang... menjadi berandal karena ingin hidup damai? Sepertinya saya melewatkan banyak hal atau penulis yang kurang pandai menjabarkan alasan di balik ini.

    Pertarungan kurang bisa dinikmati karena setting kurang dieksplor. Semisal pulau dan sekolah Riley, yang saya ketahui hanyalah nama. Saya tidak tahu bagaimana kondisi pulau atau sekolah tsb. Sama halnya dengan isi sekolah, lorong atau ruang kepala sekolah yang menjadi tempat pertarungan tidak tergambar.

    Nilai saya tahan dulu karena saya nggak bisa baca Charsheet Riley. Kalau saya tahu lebih lanjut soal kekuatan Riley, mungkin nilai bisa bertambah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udh dibuka kok CSnya

      Hapus
    2. Karena CS sudah dibuka, saya jadi mengerti si Riley ini tipe penyerang jarak dekat dan punya ketahanan diluar kemampuan bisa, tapi dinegasikan dalam cerita.

      Nilai 6. Kemampuan Riley masih kurang tereksplor, seperti Mikoto Eye Special dan implant armnya.

      Hapus
  2. "Jika Kedamaian tidak bisa menciptakan kedamaian, maka jadi berandal aja sekalian"
    Dunia udh jahat, dibikin jahat aja jadinya. Kayaknya itu jalan pikirnya Riley.

    Typo dan beberapa kata yang menggantung. Awalnya terganggu, tapi setidaknya kata selanjutnya cukup "menolong" word-hole di beberapa paragraf.

    Tipikal berandalan/preman sekolah, nentengnya baseball bat.
    Well, antara suka dan gak suka sih. Heheh

    Dan nilai Pending, karena CharSheet Riley gak bisa dibuka. (Harusnya diset publik kan kalau di note FB?)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah cek CSnya
      Well, rada Standart. Impact Savingnya didasari Siscon semata :P

      8

      Hapus
  3. Sudah saya beritahukan ke si penulis dan privasinya sudah diganti menjadi publik. Silakan berikan penilaian :D

    BalasHapus
  4. OC: Ghoul :=(D

    Prolognya dah bikin penasaran sih… tapi langsung kepeleset ama typo tersajikan secara jreng jreng jreng…Langsung kepeleset lidahku ama eyedenya…

    Embus bukan hembus, napas bukan nafas.

    Diksinya dah bagus—nyastra ringan, tapi eyedenya misalnya kalo kalimat bertanya akhiri dengan tanda yang pantas.

    Ceritanya dah menarik sejak awal, aku jadi bingung mo enjoy baca2 aja ato baca dengan otak bagian kamus eyedeku. Akhirnya kuputusin tuk enjoy reading aja have fun,

    Astaga ne entri bagusnya diramu kalo aja eyedenya eye catching. Pasti lebih keren karna dah didukung ama plot n diksinya.

    Kirain ratu huban tinggi anak 8 tahun kok 2 meter?

    Bagus imajinya. N sepertinya seru sejak baca dari awal karna seting sekolahan yang mudah diimajinasikan oleh banyak orang.

    Tanganku gemes mo perbaikin tulisanmu (kebiasaan jadi editor even indie). Banjir typo plus minim eyede.

    Yang paling baek mati paling awal, sip! Suka ungkapan itu.

    Plot twistnya bagus karena bu mawar ternyata baek, thanks for that cus aku suka karakter bu mawar hehe n ga ooc bu mawarnya

    Endingnya bagus n ada pesan moralnya

    Sebenarnya mo kasi 9 karna aku suka banget entri ini hanya aja jangan ampe authornya merasa cepet puas dulu karna eyedenya masih berantakan plus banjir typo tergenang sana-sini, jadinya turunin pangkatnya jadi 8 aja… :=(D

    BalasHapus
  5. Mas Riley sakit apa? :') Bertahanlah Mas, ketampananmu telah membuatku jatuh hati ♥

    sudah banyak diulas di atas #diusir
    Karakter Mas Riley ini kuat dan gahaarr. Kasar tapi manis sama adiknya. Juga kadang terkesan tsundere

    Pertaruangannya dengan Bu Mawar enak diikuti, pun dengan Akasora. Agak tidak rela sewaktu Akasora kalah. Endingnya? Jangan ditanya

    8 untuk Mas Riley

    OC Rea Beneventum

    BalasHapus
  6. Hmm...

    Cerita yang cukup solid. Masalah gak gitu ada sih kalau buat saya, baik karakterisasi, pembawaan ama eksekusi plot udah oke.

    Tapi masih kerasa kurang aja sih karena bagian latar yang masih ambigu menurut saya dan mungkin sudah ditunjukkan beberapa rekan di sini.

    Untuk impact di bagian akhir, saya kasih cerita ini 8 dari 10.

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru, atas permintaan Zarid Al-Farabi.

    BalasHapus
  7. Barangkali yang paling mengganggu buat saya adalah karakterisasi Ratu Huban di sini. Mungkin para peserta agak "tertipu" dengan nama dia yang ada unsur Ratu-nya. Tapi sejauh konsep yang saya dengar dari authornya dan yang saya tuliskan di charsheet Ratu Huban, dia bukan penguasa Alam Mimpi. Dia hanya satu dari sekian banyak makhluk mimpi. Kekuatannya terbatas. Dan sifatnya juga ... semestinya
    tidak se"jahat" di sini. Dia cuman ingin melihat mimpi-mimpi orang lain sehingga dia bisa mendapatkan mimpinya sendiri~ (dan tinggi 2 meter-nya itu juga kayaknya ajaib sekali)

    Oh well, segitu aja intermezzo-nya. Dari segi cerita lumayan straight. Lurus saja dari awal sampai akhir. Untuk saja sedikit twist di ending membuat ceritanya jadi lebih baik. Karakterisasi Riley masih bisa digali lagi. Dia pastinya tidak serta-merta jadi berangasan gitu. Dan hubungan dia dengan adiknya juga tentu sangat bisa dieksplorasi. Dan yang paling penting tentu kekuatan dan teknik bertarungnya.

    Ponten 7-

    - hewan -

    PS: Tapi saya suka dengan Bu Mawar di sini~

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.