ASEP CODET (ALEX ALDUIN)
VERSUS
SANELIA NUR FIANI
FATANIR
LAZUARDI
[Tantangan NV6]
VERSUS
SANELIA NUR FIANI
FATANIR
LAZUARDI
[Tantangan NV6]
oleh: Dendi Lanjung
---
---
Peringatan: Cerita ini dibuat penulis tanpa melihat kembali charsheet OC yang bersangkutan. Semua OC ditampilkan berdasarkan gambaran kasar karakterisasi dan garis besar kemampuan khususnya.
[$1]
Semua Yang Terjadi Di Dunia Ini, Diawali Dengan Ledakan
DUAAARR!!
Begitulah cerita ini dimulai.
Bersamaan
dengan suara ledakan, sebuah lubang tercipta dari ketiadaan, menciptakan sebuah
jalan tembus yang merobek ruang dan waktu.
Dari
lubang tersebut, sesosok pria bertubuh besar, berambut kelabu, terlempar dengan
kasar dari ujung sana.
Ah,
ralat, rambutnya ternyata bukan kelabu, tapi ubanan.
Walau
terlempar di tanah yang keras, si pria seperti tak merasakan apa-apa. Tangannya
yang besar, menepuk-nepuk debu dan kotoran yang menempel di tubuh atasnya yang
tak tertutupi kain apapun. Pria itu bernama Alex Alduin, atau lebih dikenal
orang-orang dengan nama...
Asep
Codet.
Preman
Bandung itu pun mengarahkan pandangannya ke sekeliling tempatnya berada. Dia
terkejut. Tempatnya sekarang berada adalah sebuah hutan lebat penuh dengan
pohon-pohon besar yang menjulang, hampir menutupi langit cerah berwarna hijau.
Matahari terik menyinari tempat tersebut, sementara di bagian langit lain, dua
bulan tampak menghiasi.
''Langit
hijau? Bulan kembar? Ini pasti bukan Bumi.''
Tapi
Asep kemudian semakin terkejut ketika menyadari bukan hanya dirinya yang berada
di hutan tersebut.
Di
samping kiri dan kanannya, berdiri dua pasang manusia yang saling
berhadap-hadapan. Keduanya seperti akan bertarung, tapi melihat wajah mereka,
mereka juga sepertinya terkejut melihat kedatangan Asep yang muncul entah
darimana.
Dua
pasang yang pertama, satu perempuan dan satu laki-laki. Keduanya berwajah
hampir serupa, menandakan mereka mungkin bersaudara. Mereka masing-masing
memegang senjata yang sepertinya selalu digunakan setiap saat, si laki-laki
memegang busur, sementara yang perempuan memegang sepasang belati di kedua
tangannya. Sosok mereka terlihat sangat muda, mungkin belasan tahun. Asep sama
sekali tak mengenali kedua remaja tersebut.
Namun
Asep mengenali sepasang yang lain, dua orang wanita berbeda usia yang terlihat
seperti ibu dan anak. Wanita yang lebih tua berambut biru cerah, sementara yang
lebih muda berambut pirang.
''Maria
Fellas, terus kau, Sanelia kan?'' tanya Asep tak berbasa-basi. ''Tapi kok jadi
tua?''
Semua
orang terheran-heran ketika Asep mengetahui nama mereka, kecuali wanita yang
disebut Sanelia. Wajah Sanelia justru ketakutan.
''Kamu
siapa? Apa kamu juga bermaksud memisahkan Fely dari Mama?!'' ucap anak gadis
yang disebut Maria Fellas.
Asep
hanya bisa bengong mendengar ucapan gadis berambut pirang tersebut.
''Kak
Fely!'' bentak remaja perempuan sembari mengacungkan belatinya ke arah wanita
berambut biru, ''Kak Fely bukan anak penyihir itu!''
''Kakak
anak Tante Mawar, Kak Fely adalah kakak sepupu kami!'' tambah remaja laki-laki
di sebelahnya.
''Bukan,
aku tidak kenal Mawar, aku juga tidak kenal kalian!'' teriak Fely. ''Berhenti
memanggilku kakak!''
''Fely,
mundurlah, mundur ke belakangku!'' ucap Sanelia.
Mendengar
ucapan ibunya, Fely menatap bingung. ''Kenapa Ma? Aku bisa mengalahkan mereka,
aku bisa menggigit semuanya sampai mati!''
Tapi
Sanelia tak memperdulikan ucapan Fely, dia kemudian menarik tangan si gadis dan
membiarkannya berdiri di belakang.
''Siapa
kau?'' tanya Sanelia kepada Asep.
''Loh,
kau lupa ya? Ini aku, Asep.''
''Bohong!''
bentak Sanelia. ''Kau bukan Kang Asep, siapa kau?!''
Pandangan
Sanelia begitu tajam terhadap Asep, tak memperdulikan sekitarnya. Bahkan
sepasang anak yang sebelumnya berseteru dengannya pun menyadari kalau pria yang
disebut Asep itu membuat Sanelia seperti ketakutan.
Namun
Asep hanya tersenyum.
''Matamu
tajam seperti biasanya, Sniper!'' jawab Asep. ''Kau benar, aku bukan Asep, aku
Alex.''
''Mana
Kang Asep?''
''Dia
mati. Aku membunuhnya.''
•••
''Bagaimana caranya ngebedain Asep asli dengan yang lain?''
''Gampang,'' ucap Asep Hijau. ''Semua klon Asep, Alex,
termasuk saya, masih memiliki tato Ballista. Sedangkan Tuan Asep asli, sudah
kehilangan ajian Ballistanya saat ronde dua.''
''Iya, waktu itu teh saya terpaksa ngebunuh si Nobu, dan
ajian Ballista akan menghilang kalau penggunanya membunuh orang.'' ucap Asep
original.
''Ta-Tapi, bagaimana kalau si Alex berani membunuh dan
kemudian kehilangan ajian Ballista-nya juga, atau, Kang Asep tiba-tiba
mendapatkan kembali ajiannya?'' tanya Nely.
''Gak mungkin bisa kembali...'' Asep asli terdiam sejenak.
''Tapi kalau itu terjadi, ingatlah bahwa saya akan selalu memanggilmu 'Neng
Nely'.''
Itulah
ingatan terakhir Nely sesaat sebelum pertarungan antara kaum pemberontak dan
rezim Alex dimulai. Ingatan saat dia masih berada di Alforea, ingatan yang
telah tersimpan lima belas tahun lamanya. Saat itu usianya masih delapan belas
tahun, sekarang dirinya sudah menjadi wanita dewasa yang kenyang pengalaman
''Tidak
mungkin! Tidak mungkin Kang Asep kalah!'' bantah Nely dengan tegas. ''Apalagi
dari orang sepertimu!''
''Tapi
itu kenyataannya, aku membunuhnya dengan tanganku sendiri!'' ucap Alex sambil
tertawa. ''Dia merengek minta ampun, tapi aku tak peduli, aku hantamkan saja
tinjuku ini ke wajahnya—''
''Diam
sialan!'' Nely yang terpancing emosinya, seketika merentangkan kedua tangannya.
Dari kedua telapak tangannya, masing-masing muncul semacam kabut sihir serupa
api dan es.
Fely
yang sedari tadi berdiri di belakang Nely hanya bisa memandang khawatir ibunya
tersebut. Sepanjang ingatannya, tak pernah dia melihat Nely yang begitu kalap
terhadap seseorang. ''Ma, siapa lelaki itu?''
Tapi
Nely tak menghiraukannya, pandangannya kemudian beralih ke sepasang remaja di
sampingnya.
''Kalau
kalian masih sayang dengan nyawa kalian, sebaiknya kalian cepat pergi.'' ucap
Nely.
''Memangnya
siapa kau berani menyuruh kami!'' balas si remaja perempuan.
''Bawa
Fely juga, pergilah kalian sejauh mungkin!''
''Ma,
aku gak mau ninggalin mama!'' ucap Fely. ''Siapa pria itu?''
Sepasang
remaja itu saling berpandangan, selama ini usaha mereka untuk merebut sang
kakak sepupu selalu gagal karena tindakan Nely yang gigih menghalangi mereka.
Tapi di hadapan pria misterius tersebut, si penyihir malah tanpa pikir panjang
menyerahkan Fely kepada mereka berdua.
''Ya,
pergilah kalian semua, lari secepat mungkin, ini bukan tempat buat bocah
ingusan seperti kalian!'' ledek Alex.
''Apa
katamu!'' si remaja perempuan pun ikut-ikutan terpancing emosinya, sembari
menyiagakan dua belati yang sedari tadi digenggamnya. ''Aku bisa mengalahkan
pria sepertimu dengan mudah!''
''Buktikan
kalau begitu!'' tantang Alex.
''Philia,
jangan terpancing!'' seru si remaja laki-laki, tapi si remaja perempuan, Philia
tak menggubrisnya.
Remaja
tersebut menerjang Alex dengan kecepatan kilat, sama sekali tak memperlihatkan
usianya yang masih belia. Dengan ganas kedua tangannya menyabetkan sepasang
belati berbeda warna ke arah si preman palsu. Tapi Alex tanpa keluar keringat
bisa menghindarinya dengan mudah, bahkan sempat menyarangkan dorongan ke badan
Philia yang lebih kecil, membuat remaja tersebut sempat kehilangan
keseimbangan.
Mencoba
memamfaatkan celah yang ada, Alex mengambil ancang-ancang untuk menyarangkan
tinju terkuatnya, [Dragon Vod''ka].
''DRAGON
VODKA—''
Tapi
belum sempat Alex bergerak, sebuah panah melesat dan menancap tepat di bahunya.
Alex tersentak, serangan itu berasal dari busur si remaja laki-laki.
''Anjing,
kalian sukses bikin aku marah!'' ucap Alex murka. ''Mampus kalian semua!!''
''Orlick, nice
shot!'' seru Philia. ''Tapi harusnya kau menembak kepalanya saja
tadi.''
''Aku
memang mau menembak kepalanya!'' jawab Orlick. ''Tapi dia bisa menghindar.''
''Sudah
kubilang, kalian berdua, pergilah, bawa Fely bersama kalian!'' seru Nely.
''Aku
gak mau pergi Ma!'' balas Fely, ''Biar kulawan si berengsek itu, darahku
menguap hanya dengan melihatnya!''
Tapi kemudian
sesuatu terjadi, langit di sekitar mereka berubah gelap, lebih tepatnya berubah
warna menjadi biru gelap. Bukan hanya langit di atas hutan tempat mereka
berada, tapi di langit seluruh planet itu berubah warna. Mau tidak mau, mereka
berlima mengarahkan pandangannya sejenak ke arah langit.
Apa yang
sebenarnya terjadi?
•••
[$2]
Sebuah Planet Bernama Krismon
Pada
zaman dahulu kala, di gugusan bintang yang sangat sangat jauh, tersebutlah
sebuah planet bernama Krismon. Sempat disebut sebagai saudara kembarnya Bumi,
Krismon yang berwarna dominan hijau, disebut-sebut sebagai planet terkaya
seantero Galaksi Auramandie. Konon saking kayanya, ada yang mengatakan kalau
seluruh permukaan tanah Krismon mengandung unsur emas 24 karat. Tapi tentu saja
itu berlebihan.
Krismon
sebenarnya adalah planet tempat berdirinya bank terbesar sealam semesta. Hampir
semua bangsa-bangsa kaya yang mendiami ribuan planet di Galaksi Auramandie,
menyimpan kekayaannya, dan segala harta berharganya di planet tanpa satelit
ini.
Bank
yang dimaksud adalah Bank Tamon, dan selama ribuan tahun pengelolaannya
dipegang oleh Kekaisaran Tamon Receh. Saking besarnya, Bank Tamon memang lebih
mirip sebuah negara serikat daripada sebuah perusahaan.
Selain
Kekaisaran Tamon, di Krismon berdiri pula 'kerajaan-kerajaan' kecil yang
berfungsi sebagai negara-negara penyokong. Ada kerajaan yang khusus mengelola
makanan, kerajaan pakaian, kerajaan konstruksi, dan tentu saja ada juga
kerajaan yang didirikan khusus untuk menjaga keamanan seluruh Planet Krismon.
Nama kerajaan tersebut adalah Mercenaria. Pemimpinnya adalah Prabu Weasel dan
Mahapatih Mimashiki.
Selain
menjaga keamanan planet dari kejahatan maling luar angkasa, Kerajaan Mercenaria
juga bertugas menjaga keamanan dari kejahatan para penduduk Krismon sendiri.
Salah satu kelompok penjahat yang setiap minggu merongrong ketertiban Krismon
adalah pasangan suami istri bernama Mawarepulsa dan Doktor Fata. Ironisnya,
Mawarepulsa adalah adik kandung Mimashiki.
Dan
seperti minggu-minggu sebelumnya, episode ini pun Mawarepulsa kembali berusaha
mencuri gudang penyimpanan harta Bank Tamon di Gunung Celeng Bagong. Terjadi
pertempuran dahsyat antara pasukan Bearserker-nya Mawarepulsa dan tentara
penjaga Mercenaria. Namun pada akhirnya, pasukan dipimpin langsung oleh
Mahapatih Mimashiki berhasil memukul mundur para Bearserker.
''Keluar
kau Mawar!!'' teriak Mimashiki sembari menembakkan pistol lasernya ke kepala
seorang Bearserker. ''Di manapun kau bersembunyi, aku akan menemukanmu, dan
akan membunuhmu!!''
''Mahapatih,
anda dipanggil untuk menghadap Sang Prabu.'' ucap seorang prajurit
tergesa-gesa.
''Mau
apa dia?'' tanya Mima.
''Suami
anda—Maksud saya, Prabu Weasel membutuhkan anda di istana.''
Mima
hanya mendengus, sebelum bisa menangkap Mawar, dia tak mau direpotkan oleh hal
yang lain, termasuk suaminya sendiri. Tapi titah raja adalah absolut, dan mau
tidak mau harus dituruti.
''Kau
urus sisanya, Mawar sialan itu sepertinya tak ada lagi di sini,'' ucap Mima,
''Jangan ada yang selamat, habisi semua Bearserker itu!''
''Siap
Mahapatih!''
Dengan
kesal Mima pun menaiki Swallow dan terbang meninggalkan medan pertempuran, dan
pulang menuju Istana Mercenaria.
•••
Mimashiki
Pancawarna, atau dikenal sebagai Mima Sang Pembantai, adalah prajurit terkuat
di seluruh galaksi. Kekuatannya setara dengan Chuck Norris dan Kang Yayan
Ruhian. Sementara adiknya, Mawarkusuma Pancatunggara, atau dikenal sebagai
Mawarepulsa Si Guru Pembunuh, adalah penguasa dunia kegelapan, ratu kejahatan
yang tak mengenal belas kasihan, wanita paling kejam di planet Krismon.
Keduanya
sebenarnya kembar, namun saat kelahiran, terjadi komplikasi. Mawar dilahirkan
secara cesar, sementara kakaknya Mima justru lahir secara normal. Sejak kecil,
bayi Mawar tak pernah beruntung, tangan kanannya harus diamputasi karena tak
terbentuk normal. Kebotakan, mata minus, disorientasi kaki, hanya menambah
daftar panjang hal yang bisa membuat Mawar iri terhadap Mima. Dibanding Mawar,
Mima memang tumbuh menjadi gadis yang sempurna, mata hijau yang langka, fisik
yang kuat, sifat yang tegas dan kecantikan alami yang tak dibuat-buat
mengantarkan Mima berada di posisinya sekarang sebagai Mahapatih Mercenaria.
Sementara Mawar sendiri, disamping kekuranganya, sebenarnya dikaruniai
kepintaran yang luar biasa. Di usia yang sangat muda, Mawar telah dikenal
sebagai seorang jenius dan mengepalai kementerian teknologi di Mercenaria.
Semuanya
seharusnya berjalan di jalurnya masing-masing, Mima di dunia politik, sementara
Mawar di dunia ilmu pengetahuan. Tapi satu hal terjadi di saat usia mereka
beranjak dewasa. Mereka menikah.
Diawali
dengan sayembara yang diadakan sang pewaris tahta Mercenaria, Pangeran Weasel.
Sang Pangeran berniat mengambil permaisuri bukan dari kalangan bangsawan, tapi
dari rakyat biasa. Singkat cerita, sayembara itu pun menyisakan Mawar dan Mima
sebagai dua finalis, dan pada akhirnya Weasel pun memilih Mima yang saat itu
masih menjabat Mahamenteri untuk menjadi istrinya. Hal itu meninggalkan luka
yang perih di hati Mawar, timbul kebencian terhadap dua pengantin baru
tersebut.
Namun tak
berlangsung lama, Mawar pun mendapatkan tambatan hatinya sendiri di sosok
seorang insinyur berambut kribo yang usianya terpaut jauh darinya. Nama
insinyur muda tersebut adalah Fatanir.
Mereka
pun menikah, menyusul sang kakak yang sudah lebih dulu berumah tangga. Sebagai
hadiah pernikahan, Fata bahkan membuatkan tangan robotik untuk menggantikan
tangan kanannya yang hilang sejak bayi. Mawar pun hamil. Keberuntungan akhirnya
mulai berpihak padanya, begitulah pikir Mawar saat itu. Karena di saat yang sama,
pernikahan Mima yang bertaut tiga tahun dengan pernikahan Mawar, malah belum
juga dikarunia seorang putra. Padahal sebagai pasangan Raja dan Ratu,
melahirkan keturunan itu sama pentingnya dengan menjaga keamanan kerajaan.
Hari
kelahiran tiba, dan insiden itu pun terjadi. Bayi perempuan Mawar yang baru
saja lahir, tiba-tiba saja menghilang. Kuat dugaan bahwa seseorang menculiknya.
Mawar yang marah, tak berpikir panjang untuk menuduh Mima sebagai dalang
penculikan. Mima dengan kedudukannya sebagai ratu dan mahapatih tentu saja tak
terima, pertengkaran hebat antara dua saudari pun pecah. Keduanya sama-sama tak
mau mengalah, saling tuduh dan saling menyalahkan. Mawar akhirnya diusir dari
Mercenaria.
Sejak
saat itu, Mawar pun mengganti namanya menjadi Mawarepulsa. Dia juga mengucapkan
sumpah bahwa dia tidak akan berhenti untuk mengganggu keamanan di seluruh
Planet Krismon, satu hal yang tentu saja menjadi tugas Kerajaan Mercenaria
untuk menjaganya.
Sampai
saat ini, perseteruan antara keduanya tak pernah surut. Sementara itu, kabar
tentang keberadaan bayi Mawar yang diculik, seperti hilang ditelan angin. Apa
benar dia disingkirkan Mima? Atau seseorang yang lain yang menculiknya? Masih
hidup atau sudah mati? Tidak ada yang tahu.
Entah
kebetulan atau tidak, setahun setelah Mawar diusir dari Mercenaria, Mima pun
melahirkan sepasang anak kembar yang diberi nama Orlick dan Philia.
•••
Equilibrium,
istana Kerajaan Mercenaria.
Kendaraan
terbang yang dikendarai Mima akhirnya tiba di balkon istana. Tergesa-gesa Mima
berjalan ke arah ruang tahta untuk menemui suami sekaligus rajanya, Prabu
Weasel.
''Mahapatih
Mima telah tiba!'' seru sang penjaga.
Tak
memperdulikan protokol, Prabu Weasel yang melihat kedatangan Mima, dengan cepat
menghampiri istrinya tersebut. Pria paruh baya itupun kemudian memeluk dan
menciumi bibir dan wajah Mima. Diperlakukan seperti itu Mima gelagapan.
''Ja—jangan
di sini, sekarang bukan waktunya untuk gituan,'' ucap Mima sambil ke arah
penjaga yang juga terlihat salah tingkah.
''Tapi
aku khawatir, sayang, setiap minggu kau pergi untuk berperang dengan Mawar,
setiap minggu pula jantungku serasa copot,'' ucap sang prabu bernada pilu.
''Aku tidak ingin terjadi kau terluka.''
''Kamu
tau kan aku gak akan semudah itu terluka, apalagi kalah dalam pertempuran.''
balas Mima, ''Jadi kenapa kau memanggilku ke sini?''
''Eh,
kamu gak mau bersantai dulu?'' tanya Weasel, ''Mandi dulu yuk, barengan.''
Mima
sama sekali tak menjawab, dan hanya diam menatap suaminya tersebut.
''Ah,
baiklah,'' ucap Weasel mengerti, ''Mungkin ini bukan apa-apa, tapi ada kabar
kurang mengenakkan dari Kerajaan Ilmiah, Raja Hewanurma mengatakan ada
sebongkah besar asteroid yang menuju Krismon!''
''Apa
beliau yakin?''
''Hasil
pengamatan awal menunjukkan bahwa jalur asteroid itu tepat menuju Krismon. Saat
ini sedang ada pembicaraan khusus di Kekaisaran Tamon. Tapi skenario
terburuknya, akan ada evakuasi untuk seluruh keluarga kerajaan Planet
Krismon.''
''Bagaimana
dengan perkiraan waktu tabrakan asteroid? Kapan batas waktu evakuasi harus
dimulai.''
''Perhitungan
kasar, paling cepat sehari dua hari, penampakan asteroid itu terlihat oleh
kasat mata, perkiraan waktu tabrakan sekitar lima hari.''
''Mana
sempat!'' ucap Mima. ''Tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu seluruh penduduk
bisa dievakuasi!''
''Makanya,
evakuasi akan diprioritaskan untuk keluarga kerajaan saja, tidak mungkin
seluruh penduduk Krismon bisa diselamatkan.''
''Apa?!''
ucap Mima yang terlihat geram, tapi kemudian dia teringat sesuatu. ''Mana
Orlick dan Philia?''
''Tenanglah,
anak-anak sekarang sedang bersama Jade.''
Sekonyong-konyong
seorang robot berbentuk manusia mendatangi mereka berdua. ''Tuan memanggil
saya?''
Baik
Mima maupun Weasel terkejut melihat kedatangan si robot. ''Jade, mana
anak-anak?''
''Loh,
bukannya mereka bersama Prabu Weasel?'' jawab Jade dengan polos. ''Me—Mereka
minta ijin untuk menemui Yang Mulia Prabu.''
''Uh,
sudah kubilang jangan gampang tertipu ucapan mereka, dan jangan melepaskan
pandanganmu!'' bentak Mima. ''Mereka pasti sedang pergi lagi ke Hutan Jutawan,
mencari lagi keberadaan anak si Mawar!''
''Tenanglah,
sayang,'' ucap Weasel, ''Jade, bawa beberapa prajurit, jemput mereka
sekarang!''
''Baik
tuan.'' balas Jade sambil buru-buru pergi meninggalkan mereka berdua.
Mima
hanya bisa mengurut dada, mencoba menahan emosinya. ''Sudah kubilang beberapa
kali supaya mereka melupakan Mawar, atau anaknya, tapi mereka sama sekali tak
mau mendengar.''
''Sifat
keras kepala mereka menurun darimu.'' ucap Weasel sambil tersenyum.
Tak lama
berselang, seorang penjaga datang menghampiri mereka. ''Lapor Yang Mulia.''
''Ada
apa?''
''Langit
Yang Mulia, terjadi sesuatu yang aneh dengan langitnya.''
''Apa maksudmu?
Bicara yang jelas!'' bentak Mima.
''Mungkin
lebih baik kalau anda berdua melihatnya sendiri.''
Mima dan
Weasel saling berpandangan, namun kemudian mengikuti ajakan sang penjaga untuk
pergi keluar istana. Sesaatnya di luar, mata mereka terbelalak saat melihat
seluruh langit telah berubah warna menjadi biru gelap. Karena sejatinya warna
langit Krismon di siang hari adalah hijau. Mereka berdua langsung teringat
kepada asteroid yang dibicarakan sebelumnya.
Apakah
ada hubungan antara perubahan warna langit dan kedatangan asteroid?
•••
[$3]
Sesal dan Luka
Di suatu
tempat di tengah-tengah Samudera Dollars, di kedalaman tiga ribu meter di bawah
permukaan laut, berdiri sebuah istana yang tersembunyi di karang berduri. Nama
istana tersebut adalah Mawarenja. Pemiliknya siapa lagi kalau bukan pasangan
ilmuwan paling jahat seantero planet, Mawarepulsa dan Doctor Fata.
Segera
setelah pertarungan yang dengan kekalahannya, Mawar pun kembali ke istana dan
berdiam diri di ruang kerjanya.
Mawarepulsa
hanya bisa terdiam saat melihat layar monitor di depannya. Di monitor tersebut
terlihat ngit yang berwarna biru indigo. Seumur hidup belum pernah dia melihat
kejadian seperti itu. Sempat terpikirkan ide jahat untuk merubah warna langit
menjadi merah, tapi itu hanyalah sebuah wacana. Apa mungkin ada ilmuwan jahat
lain yang memikirkan ide brilian seperti itu dan berhasil mempraktekkannya?
''Sialan,
sepertinya aku keduluan!'' ucapnya geram. ''Seribu pasukanku mati dan sekarang
ini, hari ini benar-benar sial!''
Mawar
pun kemudian mencari-cari suaminya, ''Bang, di mana kau Bang?''
Setelah
menunggu beberapa detik, suami Mawar, insinyur kejahatan yang sekarang berjuluk
Doktor Fata pun datang dengan tergopoh-gopoh. ''Iya Dek Mawar?''
''Lama
ih!'' ucap Mawar sambil berkacak pinggang, jarinya kemudian menunjuk fenomena
langit biru gelap di angkasa. ''Bisa jelaskan?''
Fata
hanya bisa terperangah melihat fenomena tersebut. ''A—Aku gak tau apa-apa
sayang, keahlianku kan cuma di bidang teknik.''
''Uh,
aku tau itu! Maksudku, apa ada info tentang ini di Kerajaannya si Hewanurma?
Kita masih menyadap mereka kan?''
''Aku...
tak mendapat info apapun tentang langit indigo, dek.'' jawab Fata.
Mawar
pun tampak berpikir sejenak, matanya melotot saat teringat sesuatu. ''Alien
putih itu pasti tau sesuatu!''
''Eh,
ma—mana mungkin, dia tak mungkin tau tentang hal ini, dek.''
''Tak
ada salahnya mencoba.''
Mawar,
disusul suaminya, bergegas menuju elevator yang membawanya ke lantai paling
bawah Istana Mawarenja. Lantai tersebut ternyata khusus dibuat sebagai penjara
bawah tanah tempat para kelinci percobaan ditawan. Gelap dan lembab, begitulah
keadaan penjara bawah tanah tersebut, tapi Mawar dan Fata sama sekali tak
terganggu dengan kondisi ruangan ataupun rintihan dari para tawanan yang mulai
sekarat.
Namun
semakin ke tengah, kondisi ruangan justru semakin bersih. Tepat di tengah
ruangan, berdiri kokok sebuah penjara yang terbuat dari kaca serupa akuarium.
Di dalam penjara kaca tersebut, seorang wanita yang seluruh tubuhnya berwarna
putih, ditahan di sana.
''Kilatih,
apa yang kau tahu tentang langit indigo?'' tanya Mawar langsung.
Wanita
yang dipanggil Kilatih hanya diam menatap tajam dengan mata putihnya. Kilatih
bukanlah penduduk Krismon, struktur tubuhnya serba putih, dari mulai rambut,
mata, kulit, bahkan sampai organ intimnya pun berwarna putih. Ya, Kilatih
memang tak memakai sehelai benang pun, tak ada baju khusus luar angkasa atau
apapun. Bahkan saat dirinya terjebak oleh perangkap Mawar dan Fata, wanita luar
angkasa tersebut dalam keadaan telanjang bulat. Satu-satunya benda yang
dimilikinya saat dia tertangkap hanyalah sebuah selancar yang juga berwarna
putih.
''Tak
mungkin dia tak tau apapun kan, bang?'' ucap Mawar kepada suaminya. ''Sampai
saat ini dia selalu bungkam, padahal sudah kusiksa ratusan kali, tapi dia tetap
diam, makhluk menyebalkan!''
Fata
sendiri tak berkata apa-apa, matanya menatap langsung Kilatih. Entah kenapa
ekspresinya terlihat dingin.
TOK!
TOK!
Suara
ketukan pun terdengar dari balik penjara kaca. Kilatih tampak ingin berbicara
sesuatu.
Mawar
dan Fata sejenak saling berpandangan, namun wanita berkerudung itu pun kemudian
mulai mendekati dinding kaca tempat Kilatih berada. ''Kau mau bicara
sekarang?''
''Waktu
yang dijanjikan itu, sekaranglah saatnya.''
Bersamaan
dengan ucapan si alien putih, Mawar terpekik kaget. Sebilah pedang laser
menusuknya dari belakang sampai menembus dadanya, pelakunya ternyata adalah
suaminya sendiri, Doktor Fata.
''Ke—Kenapa?''
ucap Mawar pelan, darah segar mulai mengalir dari mulut maupun luka tusukan.
Saat Fata menarik kembali pedang lasernya, tubuh Mawar pun ambruk seketika.
''Itu
untuk Kana.''
•••
Mawar
masih tak percaya bahwa suami yang telah bersamanya selama lima belas tahun,
tega menusuknya dari belakang. Tubuhnya langsung kehilangan tenaga, wanita itu
pun terus terbaring lemas. Tak terasa air matanya mulai mengalir.
''Kana?
Serius?'' ucap Mawar, ''Kau masih mencintainya sampai sekarang?''
''Masih.''
jawab Fata singkat. ''Asal kau tahu, akulah yang menculik anakmu dan
membuangnya di Hutan Jutawan.''
''Anakku?
Maria itu anak kita, bang, kita bikinnya berdua!'' balas Mawar.
TOK!
TOK!
Suara
ketukan pun terdengar lagi dari balik penjara kaca.
''Sesuai
perjanjian, lepaskan aku, dan kupastikan Sang Nol akan mengabulkan
permintaanmu, apapun itu.'' ucap Kilatih bernada datar.
Fata tak
merespon, matanya sayu melihat detik-detik terakhir hidup istrinya. Begitu juga
dengan Mawar, pandangannya tertuju ke arah suaminya.
''Asal
abang tau juga, aku memang membenci Kana karena menculik Maria dan berniat membunuhnya.
Ya, aku tahu dialah yang menculik Maria.'' ucap Mawar lemah, ''Tapi bukan
aku... bukan aku yang membunuh Kana.''
Mendengar
itu alis Fata berkerut, ''Bohong, kau lah yang membunuhnya!''
''Bukan!''
bantah Mawar dengan sisa-sisa tenaganya, ''Saat aku mencari keberadaannya di
Hutan Jutawan, aku menemukan mayat Kana telah membeku. Seseorang telah
membunuhnya dengan senjata es atau semacamnya. Dan aku tak menemukan Maria,
sementara satu-satunya orang yang tahu keberadaan Maria telah mati membeku!''
Fata tak
bisa berkata apa-apa, dia tak bisa mempercayai ataupun membantah cerita Mawar.
''Setelah
itu aku merelakan Maria di tangan sang takdir, membiarkan 'dia' yang
menjaganya. Aku tak tahu apa alasanmu melakukan semua itu, membuatmu memusuhi
kakakku sendiri, menjadikanku... menjadikan kehidupan kita mengalir di jalan
kejahatan. Tapi satu hal yang pasti, aku membiarkan semuanya berjalan seperti
kehendakmu, itu karena aku...''
Ucapan
Mawar berhenti, pandangan matanya kosong. Wanita tersebut telah mati.
Fata
terdiam. Pandangannya sama kosongnya. Dirinya masih hidup, tapi sesuatu di
dalam hatinya seperti hancur berkeping-keping.
TOK!
TOK!
Sekali
lagi suara ketukan terdengar dari balik penjara kaca. Tapi kali ini Kilatih tak
berkata apa-apa, matanya menatap Fata tanpa ekspresi.
Namun
Fata hanya membalasnya dengan pandangan sepi. Tanpa berkata apapun, pria
berambut kribo itu menekan satu tombol dan menghilangkan dinding kaca yang
menahan Kilatih. Alien putih itu pun terbebas.
Kilatih
pun mendekati Fata, ''Aku akan menemui Sang Nol dan membicarakan tentangmu. Kau
boleh pergi sejauh mungkin. Atau membantu kami memanen sebanyak mungkin inti kehidupan
planet ini. Perjanjiannya masih berlaku. Tapi yang manapun keputusanmu. Planet
ini tetap akan mati.''
Selesai
berbicara seperti itu, sebuah selancar putih tiba-tiba datang entah darimana
menghampiri Kilatih. Kilatih dan selancarnya kemudian pergi dengan cepat
meninggalkan Fata dan mayat istrinya. Entah kemana tujuan Si Alien Putih, tapi
yang pasti kedatangan Sang Nol semakin dekat.
Fata
berjalan gontai menuju elevator, tujuannya bukan ke lantai atas, tapi semakin
jauh ke bawah. Pria itu membawa serta lengan robotik yang asalnya dipakai
Mawar. Sebuah ruangan lain tersembunyi jauh di dasar Istana Mawarenja. Ruangan
yang sangat luas, berisi jutaan sosok mahkluk berzirah besi warna pink.
Jutaan makhluk berwujud beruang tersebut berjajar rapi, diam tak bergerak.
Fata
kemudian munuju tribun tempat berdirinya lemari hitam. Lengan robotik yang
dibawanya dia benamkan ke arah lemari hitam tersebut. Seperti sebuah cairan,
lemari yang itupun berubah bentuk. Fata dengan kemampuan Tecknopath-nya telah menciptakan
sebuah zirah dengan teknologi nanomachine yang sangat canggih.
Zirah
yang berbentuk dari perubahan lemari hitam itu kemudian menyelimuti tubuh Fata
dan membuatnya seperti robot tempur setinggi tiga meter lebih. Tangannya
kemudian mengarah ke atas, dan bersamaan dengan itu, jutaan pasukan beruang
berwarna pink itu seketika menjadi hidup. Mereka meraung-raung, menggema ke
seluruh ruangan.
Tak
berapa lama, ruangan itupun bergetar. Sebuah mekanisme hidrolik mengangkat
seluruh Istana muncul di permukaan. Istana Mawarenja terbelah dan ruangan
tempat Fata dan jutaan pasukan beruangnya berada pun terbuka. Langit yang
semakin biru pun terlihat jelas oleh Fata.
''STROBEARYTROOPER!!''
teriak Fata. ''Kalian lakukan apa yang telah kuprogramkan, gagalkan rencana
evakuasi para penduduk Krismon, termasuk keluarga kerajaan itu. Bunuh mereka
semua!''
Dan para
beruang pink itu sekali lagi meraung, sebelum masing-masing dari mereka
kemudian menyebar ke seluruh penjuru Planet Krismon.
''Aku
tak peduli lagi.'' ucap Fata sebelum dia sendiripun terbang dengan memakai
zirah robotnya.
•••
[$4]
Sang Nol
Jauh di
luar angkasa, sebuah asteroid biru semakin mendekati planet Krismon. Sementara
kabut yang mengiringi asteroid itu justru tiba lebih dulu dan menyelimuti
seluruh Krismon, seakan memeluk, mengunci planet hijau tersebut.
Namun
sebenarnya, itu bukanlah asteoid biasa. Benda itu bahkan bukanlah sebuah
asteroid, dan sama sekali tidak terbentuk dari bebatuan. Benda itu adalah Sang
Nol. Dia hidup dan telah berusia milyaran tahun. Bergerak dari satu galaksi ke
galaksi lain, Sang Nol selalu mencari planet mati untuk dimakan. Itu adalah
caranya bertahan hidup. Si Pelahap Dunia.
Tapi
kali ini berbeda, Sang Nol datang dengan angkara murka. Pemandu jalan
kesayangannya, Kilatih, Si Alien Putih yang bertugas untuk mencari planet mati,
setengah dekade lalu telah mengirimkan sinyal SOS. Apapun yang telah membuat
Kilatih dalam bahaya, Sang Nol takkan memberi ampun. Itu artinya kematian bagi
seluruh planet.
Dan
planet yang 'bersalah' itu adalah Krismon.
Kilatih
mengendarai selancanya dengan cepat ke arah Sang Nol. Tanpa ragu, Si Alien
Putih masuk ke dalam lapisan kenyal Sang Nol.
Ya,
tubuh makhluk skala kosmik itu justru seperti ubur-ubur, atau sebuah gelembung
biru setara planet. Lapisan luar tubuh Sang Nol berbentuk seperti cairan kental
menyerupai putih telur. Secara kasar bisa dibilang, Sang Nol adalah telor
kosmik tanpa cangkang yang mengarungi alam semesta.
Ah iya,
ukuran Sang Nol sendiri adalah satu setengah besar Planet Krismon.
Di dalam
Sang Nol, Kilatih meluncur terus ke arah ke inti sang makhluk. Inti yang
dimaksud adalah sebuah gelembung berwarna hitam pekat seukuran bulan, dan
seperti sebelumnya, Kilatih pun tanpa ragu menembus lapisan inti hitam
tersebut.
Setelah
berada di dalam inti, barulah Kilatih berhenti. Sesosok mahkluk kerdil datang
dan menerjang Kilatih, namun wanita bertubuh putih itu hanya tersenyum. Makhluk
itu memeluk erat Kilatih dan terlihat gembira. Mereka pun berbincang dalam
bahasa yang tidak dimengerti manusia manapun di alam semesta, namun kemudian
pandangan mereka menuju ke arah yang sama, Planet Krismon. Mereka berdua
terdiam. Sementara itu Sang Nol, tak ada tanda-tanda akan berhenti.
•••
''Dia
terus mengikuti kita!'' seru Orlick panik, ''Mau sampai kapan dia mengikuti
kita?''
Nely
maupun Fely tak satupun dari mereka yang menjawab, sementara itu tangan Nely
terus memancarkan aura penyembuh ke arah Philia yang terluka parah. Fely yang
berada di sampingnya hanya bisa berwajah cemas.
Saat ini
mereka sedang menaiki Meja-Makan-Yang-Bisa-Berlari –semua bisa terjadi berkat
sihir Nely; dan melarikan diri dari kejaran Alex yang bergerak di luar akal
sehat. Alasan Philia terluka parah karena remaja tersebut memaksakan diri terus
melawan Si Preman Palsu.
''Apa
meja ini tak bisa lebih cepat?'' tanya Orlick.
''Aku
bisa saja men-summon sepeda, tapi itu hanya cukup satu sampai tiga orang.''
balas Nely sambil tersenyum kecut.
''Sudah
untung Mama baik hati dan membawa kalian, jadi diamlah!'' bentak Fely.
Tak jauh
di belakang mereka, Alex berlari seperti singa kelaparan, menerjang semua hal
yang ada di depannya. ''Berhenti kalian! Biar kuhabisi kalian sekarang!!''
''Mana
bisa berhenti, berengsek!'' umpat Fely.
Sementara
itu Nely hanya bisa menarap wajah si pengejar ayng terlihat buas. Itu memang
wajah Asep, tapi bukan Asep yang dikenalnya.
Singkat
cerita, mereka pun tiba di pusat Kerajaan Mercenaria.
Tapi
semuanya telah menjadi kacau balau. Ribuan pasukan robot terbang berbentuk
beruang berwarna pink menyerang membabi buta ke arah para penduduk dan para
prajurit Mercenaria, korban pun berjatuhan. Target utama mereka adalah
pesawat-pesawat evakuasi yang mencoba mengangkut para penduduk ke luar angkasa.
''Ada
apa ini?'' tanya Orlick kebingungan. ''Ah, pokoknya kita pergi ke istana
dulu!''
Menuruti
ucapan Orlick, mereka bertiga sambil terus menaiki Meja-Berlari, pergi menuju
Istana Equilibrium. Sesampainya di ruang tahta, mereka terkejut. Di ruangan
tersebut, mayat para prajurit Mercenaria bergelimpangan. Tubuh Sang Prabu
tergeletak di samping singgasananya. Sementara itu di dekat tubuh sang prabu
berdiri sosok hitam setinggi tiga meter, tangannya yang besar mencekik leher
seorang wanita.
''Bunda!''
teriak Orlick yang mengenali wanita yang dicekik, tanpa pikir panjang dia
menembakkan panahnya ke arah si sosok hitam. Panah-panah tersebut tepat
mengenai sasaran, tapi tak ada satupun yang mempan. Si sosok hitam yang
menyadari kehadiran Orlick dan yang lain, kemudian melemparkan tubuh Mima yang
sudah tak berdaya ke arah tembok.
''Lama
tak jumpa, keponakanku.''
Sosok
tersebut tak lain adalah Fata yang ber-armor. Rupanya kerajaan pertama yang
dikunjunginya adalah Mercenaria.
•••
Di
tempat lain di luar istana, Alex yang baru saja tiba melihat dengan takjub
pemandangan di sekitarnya. Ratusan robot beruang terbang yang masih bertahan
terus menyerang dan menghancurkan bangunan-bangunan yang ada di sekeliling
istana. Ketika salah satu Strobearystrooper itu menyadari kehadiran Alex dan
kemudian menyerangnya, Alex pun tanpa ragu menyarangkan tinju favoritnya.
''DRAGON
VODKA!!''
Robot
beruang itu pun hancur seketika. Si preman palsu tersenyum puas melihatnya.
Seakan melupakan Nely dan yang lain, Alex malah bertempur melawan pasukan robot
beruang terbang tersebut. Hingga tanpa disadari, dirinya telah berada di ruang
tahta. Di tempat tersebut, dilihatnya Nely yang tadi dikejarnya sedang
bertarung dengan satu sosok hitam menyerupai robot. Nely dengan kemampuan
sihirnya yang memiliki level tinggi dan Armored-Fata dengan laser dan segala
macama artilerinya. Orlick, Philia, Fely dan tubuh Mima tak terlihat di sana.
''Oi,
Sane, kemana bocah-bocah itu?'' tanya Alex, tak peduli kalau Nely sedang
bertempur mati-matian dengan Fata. ''Mereka akan membayar karena sudah
membuatku berdarah!''
Nely
sama sekali tak menghiraukan Alex dan terus melancarkan serangan sihir panah
esnya ke arah Fata. Fata sendiri membalasnya dengan menembakkan berbagai misil
ke arah Nely, namun si penyihir berambut biru itu memakai sihir tamengnya untuk
memantulkan misil-misil tersebut.
Misil-misil
yang berbelok arah tersebut menghancurkan atap istana sehingga memperlihatkan
langit Krismon yang semakin membiru. Tak berapa lama, sebuah roket besar
meluncur ke angkasa. Berbeda dengan roket biasa, roket besar tersebut
dilengkapi dengan persenjataan lengkap sehingga beberapa Strobearytrooper yang
mencoba menyerang dihancurkannya dengan mudah.
Fata
yang melihat hal itu mengarahkan meriam tangannya ke arah roket tersebut. Namun
sebelum bisa menembak, sebuah sihir es menutupi lubang meriamnya.
''Takkan
kubiarkan kau menghalangi mereka!'' ucap Nely tegas.
Alex
yang sedari tadi diam menyaksikan pertarungan keduanya, mendengar ucapan Nely
dan marah, ''Ja—Jadi mereka di sana!''
Alex pun
melihat ke arah Armored-Fata dan Mature-Nely, ''Kalian berdualah yang akan
membayarnya!''
Bersamaan
dengan terbangnya roket keluar dari orbit. Sang Nol pun menabrak Planet
Krismon, lapisan luarnya yang menyerupai putih telur pun mulai melapisi
atmosfir Krismon, seketika itu juga mengganti udaranya dengan lapisan yang
menyesakkan.
Bagaimana
nasib Nely, Fata ataupun Alex?
Tidak
ada yang tahu apa yang terjadi setelah itu. Hanya waktu yang menceritakannya.
[not]end
•••
Catatan penulis: Saya
minta maaf yang sebesar-besarnya. Karena bahkan setelah diberi tambahan waktu
satu minggu, saya tetap tak bisa memberikan ending yang pantas untuk cerita
ini. Memalukan.
Tapi ini percobaan saya
untuk menulis kembali setelah sempat WO di turnamen sebelumnya. Percobaan
menyembuhkan diri dari penyakit menyia-nyiakan waktu, walaupun hasilnya tetap
saya, deadliner. Lain kali, mudah-mudahan bisa. Harus bisa.
ini entri rasa Gintama! Seriously!
BalasHapusWhat the fuck... sejak kapan ada Prabu namanya Weasel, Mahapatih Mima.
saya ngrasa kesanjung Nobu dinotis juga ke sini.
hanya saja cara penarasiannya cenderung tell. dan plotnya kerasa khas drama keluarga TV. Anak hilang..anak tertukar
dan endingnya Fantastic Four!
Si kilat putih jadi silver surver, Sang Nol = Galactus life action
sayangnya diakhiri dengan cliff hanger, mungkin Akang ingin menjadikan sebagai canon di BoR kalo ikut
nilai 7
adam Cainable
Wogh, ini rupanya lanjutan dari "Dibuang Sayang"--- entry R4 Kang Asep yang ndak tuntas.....
BalasHapusyang sayangnya juga nggak tuntas di FBC ini...
Q_Q
Ini ceritanya gado-gado abis, wkwkwk
Asli na, penasaran nih sama hubungan Maria sama Fia, terus beragam misteri lain yang dibikin gantung gitu aja...
Q_Q
Banyak sekali cameo BoR sebelumnya ya, sampe Kilatih juga ada :D
Point 8
OC : Orchid Chocolatechan
Merombak kembali karakter dari BoR sebelumnya dan menyusun kembali dalam setting berbeda. Sama yang dibilang di atas, kebanyakan tell sama penjelasan background karakter. Tidak banyak aksi, mungkin karena belum sampai klimaksnya.
BalasHapusWalau nggak selesai sepenuhnya, setidaknya cukup menghibur melihat karakter BoRV menjalankan peran-peran yang berbeda.
Nilai : 8
OC : Begalodon
Banyak cameo, ceritanya digantung, tapi menghibur. Sama seperti Mas Begalodon, mungkin belum sampai klimaksnya. Karakterisasi antar OC belum dikeluarkan.
BalasHapusTapi aku suka di bagian deskripsinya. Seperti awal kemunculan Kang Asep, Planet Krismon, Mimashiki Pancawarna. Membuat imajinasi bermain main liar. Pertarungannya? Oke lah
8 untuk Kang Asep
OC Rea Beneventum
Hmm, begimana ya. Ini entrinya kerasa terburu-buru D:
BalasHapuseksekusi ceritanya masih kasar, meski rasa "setengah-serius-setengah-gendeng" bisa saya dapatkan di sini, tapi ya begitu. Dan battle-nya gak kerasa kalau buat saya, jadi ini juga nilai minusnya.
Jadi maap, terpaksa saya kasih 7 untuk eksekusi yang kurang halus di sini.
Salam sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi
Mawarepulsa, LEL~
BalasHapusSayang sekali ceritanya ndak sampai beres. Dan di ujung pun saya belum bisa melihat siapa yang sebenarnya jadi tokoh utama? Tak ada karakter yang benar-benar dikasih fokus, ceritanya menyebar begitu saja. Walau anehnya, saya bacanya tanpa berhenti juga. Ini bisa diacungi jempol~
Ponten 6+ (karena tidak selesai)
- hewan -
PS: hayuklah ikutan BoR6 dan hajar itu WB~~