VERSUS
BU MAWAR
SANELIA NUR FIANI
MIMA SHIKI REID
[Tantangan NV5]
[Tantangan NV5]
oleh: Mohamad Yusran
---
---
Jalan Membara
Suatu hari.
Di puncak gedung tertinggi.
Antara puing-puing kota mati.
Sesosok manusia kaleng bersandar sendiri, menikmati terbitnya mentari.
Maha Besar Tuhan yang menciptakan dunia ini. Dalam iterasi dimensi yang sudah tak terhitung lagi, masih ada keindahan bangkitnya mata sang hari menyambut pagi.
Sosok itu mendelik mata kuningnya, menikmati cahaya terang melimpah yang memancar ke tempatnya.
"Sayang sekali nona Tata tak ada di sini."
Zarid Al-Farabi sedikit menyesal berpisah dengan gadis berambut putih yang menyelamatkannya, namun ia tahu bahwa Takdir menginginkan mereka mengambil jalan yang berbeda. Saat Zarid masih ingin mencari rahasia dan kebesaran-Nya, Tata ingin berkelana ke dalam neraka, demi hiburan yang selalu ia damba.
"Jadi... kita misah?"
"Lebih tepatnya mengambil simpang yang berbeda."
"Bener gak mau ikut ke neraka?Padahal bisa ngobrol sama Iblis dan para pendosa."
"Maaf, nona. Saya takut dengan siksa neraka."
"Tapi neraka kan kebesaran Tuhan juga..."
"Dengan tubuh ini, saya tak yakin akan bertahan sampai bisa berbincang dengan Sang Iblis. Manusia badan rongsok seperti saya mana mungkin bertahan di sana..."
"Benar juga sih..."
"Uh, padahal pasti seru kalau ke Neraka bareng kamu... tapi kalau memang masih mau cari Huruf Semesta, aku gak keberatan."
"...Tapi kita bakal ketemu lagi, kan?"
"Kita pasti bertemu lagi. Saya yakin Takdir dari Tuhan sudah menggariskan pertemuan kita."
"Janji, ya?"
"Bila sudah takdir, pastilah akan terjadi."
Teringat saat terakhir Zarid sebelum berpisah dengan gadis yang menamakan dirinya Tata. Peluk cium dan sedikit tangis haru mewarnai perpisahan mereka. Keduanya lalu saling mendoakan keselamatan satu sama lain dalam perjalanan, sebelum mengambil jalan yang berbeda.
"Ya Allah, semoga ia baik-baik saja dalam perjalanannya."
Manusia robot itu menggumamkan harapnya sambil menatap limpahan cahaya yang ada di depan mata.
"Jadi, kau suka bertualang?"
Mendengar suara anak perempuan secara tiba-tiba tentu saja membuat Zarid terperanjat. Belum lagi asal suara itu berada persis di sebelahnya, datang dari seorang anak kecil dengan jas hujan dan kepala bantal yang ikut duduk santai begitu saja.
Saat seperti ini tentu saja harus waspada, walau sepertinya, gadis kecil itu bukanlah tanda marabahaya. Hanya kemunculannya yang tiba-tiba benar-benar tak disangka.
"Kiranya begitu, nona muda."
"Mmmm... apa yang kau cari dari petualanganmu?"
"Saya mencari rahasia-Nya, nona. Rahasia bagaimana dunia ini bekerja."
"Oh, aku juga senang bertualang. Tapi aku mencari mimpi yang sempurna."
Rupanya anak kecil ini menjelajah dimensi juga. Wajar bila ia muncul begitu saja. Namun ketika alam mimpi disinggung, kiranya Zarid Al-Farabimulai tertarik dengan makhluk satu ini.
"Apapun tujuannya, yang menyenangkan adalah pengalaman dari pencarian yang kita lakukan, bukankah begitu?"
"Ya. Aku melihat banyak hal yang menarik."
Padahal beberapa saat yang lalu mereka tidak saling kenal, namun dengan cepat mereka begitu akrab. Mungkin suka duka para pengelana tak jauh bedanya.
"Aku bosan diam saja. Kau mau petualangan yang seru?"
Gadis kepala bantal itu memperlihatkan sebuah tongkat berujung lengkung yang terlihat seperti permen tongkat warna-warni.
"Petualangan ke mana, nona muda?"
"Menujumimpi yang menarik, menyaksikan bagaimana mereka yang bermimpi berusaha mewujudkannya."
"Kenapa anda mengajak saya bertualang, Ratu Huban?"
"Aku ingin mewujudkan mimpimu! Agar kau mendapatkan petualangan yang seru!"
"...Anda tahu semuanya?"
"Ya, aku sudah melihatnya! Aku ingin... ah, tidak! Kau harus mendapatkan petualangan yang seru!"
Kebosanan dan kehampaan yang menempel di dalam benak Zarid luntur seketika, berganti semangat bertualang yang mulai bergelora.
"Nampaknya takdir sudah menghembuskan kehendak-Nya. Saya tak ada keinginan untuk menolak."
Bunyi derit logam aus jelas di telinga, bersamaan dengan bangkitnya sang sosok berjubah dari sandarannya.
"Ah, sebelum kita pergi, bolehkah saya mengetahui nama anda, nona muda?"
"Panggil aku Ratu Huban."
"Baiklah, Ratu Huban, mari kita bertualang mencari mimpi yang sempurna."
Tongkat gulali warna-warni itu diacungkan ke atas, mengeluarkan percikan cahaya indah bagai pelangi. Kemudian pusaran warna itu diacungkan ke depan, membuka sebuah lubang besar yang memperlihatkan sebuah ruangan tak berbentuk dengan berbagai warna dan bentuk melayang-layang.
"Ayo ikut aku, petualang!"
Zarid pun ikut melangkahkan kakinya yang sudah butut, berjalan mengikuti sosok kecil yang berjingkrak ke dalam portal tersebut.
Baru saja masuk ke dalam dimensi asing, Zarid sudah terombang-ambing. Bentuk dan warna itu terus berubah-ubah dan berputar-putar, membuat otak Zarid agak pusing tiga keliling, meski ia sudah sering menghadapi situasi yang seperti ini.
Gadis kepala bantal bernama Ratu Huban itu melayang, berenang di antara arus mimpi yang berwujud macam-macam. Tak butuh waktu lama untuk Zarid agar bisa menyesuaikan diri dan membuntuti Ratu Huban yang asyik menari-nari di awang-awang imaji.
"Ayo petualang! Jangan tertinggal!"
Zarid yang melayang mencondongkan badannya, berusaha untuk melaju lebih kencang agar Ratu Huban tak hilang dari jarak pandang.
Semakin lama, benda-benda, warna, bentuk, titik, dan garis yang lewat berlalu semakin cepat. Zarid juga merasa tubuhnya disedot sesuatu yang sangat kuat. Apakah ini pertanda keadaan yang gawat? Ataukah ini hanya sekedar selingan yang lewat? Biasanya saat-saat seperti ini adalah saat yang paling dahsyat.
"Sebentar lagi kita sampai, petualang!"
"Sampai ke mana?"
"Menuju mimpi yang kau dambakan!"
Zarid mulai penasaran, namun selama ia mendapatkan petualangan yang mengasyikkan, ia tak keberatan bila harus berhadapan dengan halang rintang yang akan menghadang.
Dimensi yang selalu berganti rupa itu mendadak menjadi ruang kosong berwarna putih. Benda-benda dan warna-warna sebelumnya menghilang begitu saja. Ratu Huban pun berhenti melayang, seakan ia berpijak di atas tanah. Sang manusia robot tentunya melakukan hal yang sama, melangkahkan kakinya di permukaan landai agar bisa berjalan berdampingan dengan si anak kepala bantal.
Setelah melangkah cukup lama, akhirnya di depan mereka muncul seberkas cahaya menyilaukan, lebih terang dibanding sinar matahari pagi yang tadi.
"Ayo kita melangkah ke sana! Kau akan menemukan petualangan seru di balik cahaya itu!"
"Benarkah?"
"Ya, benar!"
"Baiklah kalau begitu, mari, Ratu Huban..."
***
Betapa terkejutnya Zarid Al-Farabi.
Sesaat yang lalu ia masih berjalan di ketiadaan, namun sekarang ia sudah berdiri di tengah-tengah keramaian di kiri dan kanan. Kerumunan yang berupa manusia, manusia setengah-setengah, robot manusia, dan manusia robot begitu riuh dengan ingar-bingar menggelegar, menanti-nanti sesuatu dengan jantung berdebar dan adrenalin yang jadi liar.
Saat ini ia berada di tengah jalan perkotaan yang kumuh, penuh debu beterbangan. Petualangan seperti apa yang menanti di antara kerumunan orang yang penuh keributan?
Alangkah baiknya untuk bertanya pada saat seperti ini, daripada sesat di jalan.
"Salam sejahtera, saudara."
Sang manusia robot menghampiri seorang pemuda kecil berambut tembaga yang kebetulan berlalu di dekatnya sembari mengucap salam. Pemuda mungil nan dekil itu menjawab salam tersebut dengan suara yang kecil dan mata yang menggigil.
"A... ada apa tuan robot...?"
"Saya hanya ingin bertanya saja, tak usah takut."
"...Tanya apa, tuan?"
"Saya berada di mana? Dan apa yang sedang terjadi di sini?"
Bocah itu mengernyitkan dahinya, seakan-akan baru kali ini ia bertemu pendatang yang tak tahu sama sekali tentang tempat yang ia singgahi.
"Anu... tuan benar-benar tak tahu berada di mana?"
"Ya. Saya berkelana dari tempat yang jauh sekali, jadi saya tak tahu mengenai tempat ini."
"Oh... begitu ya... tapi mustahil ada orang yang tak tahu Jayakarta, tuan..."
"Jaya... karta?"
Mata kuning robot itu terang redup silih berganti saat kata "Jayakarta" masuk ke pendengarannya. Butuh waktu beberapa detik untuk mencerna kata tersebut, sampai Zarid menyadarinya dan tak percaya dengan apa yang baru saja disampaikan padanya.
"Saya berada di Jayakarta?"
"Iya, tuan."
"Jayakarta Nusa Antara?"
"Betul, tuan."
Ia kembali ke dunianya.
Ia pulang ke dimensi asalnya.
Setidaknya, begitu pikirnya. Karena Jayakarta yang berada di negara Nusa Antara tak ia temukan selain di bumi tempat ia bermula.
"Apa ada Inlander di sini?"
"Maksud tuan Inlander tukang tindas rakyat?"
"Ya, yang itu."
"Sudah berganti nama jadi Pribumi, tuan. Jadi lebih baik."
Ternyata ia berada di iterasi yang berbeda. Seharusnya ada korporat besar yang mendikte Nusa Antara dengan nama Inlander. Namun di sini adanya Pribumi, yang nampaknya tak sama. Mungkin lebih baik Zarid mencari tahu sendiri apa yang harus ia lakukan di Jayakarta yang beda versi.
"Ah... saya mengerti."
Anak kecil itu lalu balik bertanya, sekaligus menjawab apa yang terjadi di Jayakarta saat ini, sampai orang-orang begitu ramai di sana-sini.
"Tuan tahu di sini akan ada balapan?"
"Balapan?"
"Ya, tuan! Balapan Anak Jalanan! Start di Jayakarta dan Finish di Bandung!"
"Balapannya seperti apa?"
"Tuan bisa melakukan apa saja, yang penting sampai ke garis Finish yang sudah ditentukan."
Sosok berjubah itu mengangguk-angguk dengan nada suara yang terdengar sumringah. Sepertinya ia sudah memutuskan ke mana untuk melangkah.
"Begitu? Sepertinya menarik."
Sepertinya ada sesuatu di balik sayembara ini. Bukan Zarid Al-Farabi bila tak turun untuk ikut campur berasalan menyelidiki.
"Terima kasih sudah memberi tahu saya."
Zarid kemudian merogoh sesuatu dari balik jubahnya, lalu mengeluarkan sebuah kantung kulit yang gemerincing. Kantung itu berpindah tangan setelah keluar dari jubah usang sang manusia logam.
"Hanya itu yang bisa saya berikan. Semoga keselamatan selalu bersama anda. Salam sejahtera."
Setelah sosok itu melangkah lebih dalam menuju lautan kerumunan, anak rambut tembaga itu jadi penasaran dengan apa yang ditinggalkan sosok itu. Dan tentu saja ia kaget bukan kepalang ketika melihat uang asli dari negerinya dengan nominal yang bisa dipakai untuk biaya hidup selama tiga bulan berada di dalam kantung kulit usang yang ia pegang.
"A... alamaaak..."
Kantung itu kemudian diikat rapat-rapat sebelum ia kegirangan dan lari secepat kilat sambil meloncat-loncat.
"HOREEEE!! BISA SEWA NENEEEEENN!! SEWA NENNEEEEEEEEENNN!!"
***
Riuh bergemuruh membuat jalanan metropolitan kumuh itu jadi penuh.
Warga Jayakarta begitu ramai mengisi setiap sudut jalan yang berpusat pada gedung besar dengan layar lebar berbinar-binar. Ingar-bingar para penonton makin menggelegar kala sesosok lelaki dan perempuan muncul dari layar lebar yang berbinar-binar, terpampang di gedung-gedung besar.
Lelaki tampan dan wanita rupawan tersebut mengenakan jaket kulit hitam dan celana jeans robek-robek khas penggiat kebut-kebutan. Mereka berdua adalah selebritis papan atas di Nusa Antara, Stefan William dan Natasha Wilona, yang lebih dikenal sebagai Mas Boi dan Mbak Refa oleh khalayak umum. Seharusnya berabad-abad lalu mereka sudah mendekam di dalam kuburan. Namun demi kepentingan hiburan, memperbanyak tubuh mereka adalah sebuah kewajiban. Ini adalah hal yang lumrah dalam dunia selebritis, agar acara-acara pembodohan berkedok hiburan tak turun pamornya dan tetap laris manis.
"APA KABAAR SAHABAT DAHSYAAAAT!?"
Sapaan Mbak Refa dan Mas boi membuat para penonton sorak-sorai kegirangan dan para wanita muda teriak-teriak kesetanan.
"Ketemu lagi sama kita, Boi dan Refa di acara BalAnJa! Balapan Anak Jalanan!"
Sorak sorai para penonton makin heboh, membuat orang yang tidak biasa akan kerumunan seramai ini akan menyebut Masya Alloh.
"Jadi gimana nih, Boi?"
"Udah jelas dong, Ref. Semua pasti udah nungguin siapa aja yang ikut BalAnJa kali ini, ga usah nunggu-nunggu lagi, sekarang kita langsung aja ke tekape bersama rekan Olga. Silahkan Olga."
Layar lebar itu berganti menampilkan seorang lelaki bewajah menor, berbibir jontor, dan hanya pakai kolor sedang berdiri di jalan raya yang penuh dengan berbagai macam kendaraan. Mobil balap, mobil kotak-kotak, motor matic, sapu terbang, mobil angkutan umum, sepeda roda dua, dan bahkan ada delman dengan kuda besi serta kakek-kakek yang digendong manusia naga berbulu domba! Bagi yang matanya jeli, di sana juga ada mobil jip kecil yang digerakkan dari kejauhan.
"Makasih ya Mas Boi dan Jeng Refa, akika mau ngasih liat nih siapa aja yang ikut BalAnJa kali ini."
Sambil mendekati para pembalap, Olga sedikit basa-basi sambil memperkenalkan lima terdepan.
"Seperti biasa ya, kita lihat lima terdepan dari dua puluh yang daftar. Kan kalau dikenalin semua gak cukup waktunya, cyiin~"
Olga pun menghampiri sesosok wanita rambut biru berjubah panjang yang dengan anggunnya duduk di atas senapan raksasa yang melayang di udara, angka satu terpampang jelas di badan senapan melayang dan kipas yang ia pegang.
"Ini di paling depan ada ketua KPK paling seksi dan paling ngeri, siapa lagi kalau bukan jeng Sanelia Nur Fiani?"
Penonton yang melihat dari pinggir jalan langsung bersorak dan bersiul meriah, dengan beberapa orang mengangkat tongkat cahaya warna merah dan spanduk "Ibu Nely Luar Biasah!!"
"Bacot lo, jing."
Dengan tajamnya wanita itu menatap ke arah kamera sambil memaki dengan nada yang sama-sama kejam.
"Aduh, cyin,Jeng Nely lagi PMS nich, ga jadi wawancara dech..."
Sorotan beralih ke nomor dua, sebuah mobil besar anti huru-hara bercat hitam dengan persenjataan lengkap, dan bak terbuka yang diisi beberapa orang. Olga menghampiri supirnya, seorang pria bule dengan ikat kepala.
"Wah, ada orang bule ikutan BaLanJa nich! Coba ngobrol dulu sebentar!"
"Ello, ello, ser, nais tu mit yu. Mei ai now yur nem?"
"It's Weasel."
"Oh, okei mister Wisel, wer du yu kam from?"
"We're from Ithacca. It's like New York but not in America."
"Okei. So wai du yu join dis turnamen?"
"We just want to have fun."
"Oh, gud, gud, gud. Gud lak en hef a nais dei!"
"Yeah, thank you."
Nomor tiga pun jadi sorotan, seorang muslimah yang menaiki sepeda merah muda, sambil membonceng anak SD berambut ikal dan berwajah oriental di belakangnya.
"Assalamu'alaikum, bu..."
"Wa'alaikum salam, ses..."
"Boleh tahu siapa namanya, bu?"
"Nama saya Kusumawardani S.Pd, tapi panggil saja Mawar."
"Itu yang dibonceng anaknya, Bu Mawar?"
"Oh bukan, dia mah murid saya, tapi dia mau ikut balapan juga."
"Kalau Bu Mawar menang balapan ini, hadiahnya dipakai apa, bu?"
"Ah, saya mah gak muluk-muluk. Buat sehari-hari aja paling... hahaha."
"Subhanallah, luar biasa mulianya Bu Mawar ini."
"Selamat berjuang ya, bu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam..."
Sudah puas mewawancarai Bu Mawar, Olga menghampiri nomor empat, seorang tukang es krim berseragam merah dengan sepeda gerobaknya.
Namun ia dilewat begitu saja.
Sementara itu nomor lima adalah seorang aktor kawakan yang menaiki mobil BMW berwarna merah, Fero Walandouw. Konon kabarnya, BMW-nya secepat judul sinetron yang ia bintangi, Haliintar. Tadinya adegan Olga mewawancara Fero ini mau ditampilkan, namun karena yang Olga dan Fero lakukan begitu tidak senonoh, maka bagaimana wawancara itu terjadi biar para penonton yang mengira-ngira. Lagipula layarnya dimozaik penuh dan diblur, jadi tak ada yang tahu persis kejadiannya selain para peserta.
Setelah adegan panasnya dengan Fero, Olga kembali pada tempat semula, mengabaikan lima belas peserta yang lain. Pikir saja kapan balapannya akan mulai bila semua kontestan harus diwawancara.
"Iya, jadi begitu cyiin. Lima kontestan ini sadis semua kelihatannya, tapi lima belas lainnya juga gak kalah sadisnya. Langsung aja deh akika balikin lagi ke Mas Boi sama Jeng Refa."
"Oke, makasih ya ses Olga. Jadi, Boi, BalAnJa kali ini bakalan kayak gimana, ya?"
"BalAnJa kali ini gak jauh beda dengan BalAnJa yang sebelumnya. Para peserta yang ikut harus melaju sampai garis finish, dan apa aja boleh dilakuin, selama yang balapan sampai ke garis finish, seperti yang u—"
Belum selesai mas Boi berbicara, di garis start sudah terjadi ledakan besar bersamaan dengan bunyi klakson tanda mulainya balapan.
"—dah dimulai saudara-saudara!! Balapannya udah dimulai!!"
"NOMOR TUJUH BELAS MELEDAK! NOMOR TUJUH BELAS MELEDAAAK!!"
"Top banget, Ref! Baru pertama kali dalam acara BaLanJa sudah jatuh korban di garis start!"
Tidak ada yang tahu bahwa Paijo sang nomor 17 adalah simpatisan jihadis yang percaya bila ia mati untuk memusnahkan maksiat maka akan masuk surga dengan jemputan 72 bidadari, jadi semua hanya tertawa saja ketika melihat ledakan itu.
Ledakan besar tadi membuat sembilan peserta dan Olga berserakan di sepanjang jalan, menyisakan sepuluh orang saja yang ikut balapan.
***
Enjoy your ride with
MAN WITH A MISSION ft. Zebrahead – Out of Control
Ahh!
I'm a mad man, with a mission!
Like a nightmare!
Double visioned!
This is warfare!
Fell the kick drum!
We be shinin'!
Killin' redrum!
Dari sudut jalan metropolitan yang dipakai sebagai garis start, terdengar raungan mesin yang menderu-deru, datang dari kendaraan misterius berbentuk sepeda motor warna hitam yang dinaiki sesosok berjubah yang misterius. Motor itu menerjang api ledakan dengan percepatan 200 km/jam, membuat semua orang kaget bukan kepalang.
"W-wah! Siapa itu?! Datang tak dijemput, pulang tak diantar! Tau-tau sudah di belakang para peserta!!"
"Dari ledakan tadi muncul pembalap misterius! Kita sebut dia mister X untuk sementara ini."
Mister X yang berjubah dan berkepala bagai setan dari antah berantah terus memacu motornya, berusaha menyusul sepuluh peserta yang sudah melanglang di jalanan Jayakarta yang sepi khusus untuk acara ini.
Lock and loaded!
Pull the trigger!
In this movement!
Growin' bigger!
Burn the blueprint!
Kill the silence!
With a new spin!
This is violence!!
Tak ada yang menyangka wanita lemah gemulai yang shalihah seperti Bu Mawar ini bisa bersanding dengan mobil hitam milik empat orang bule Ithacca hanya dengan sepeda merah muda khas gadis remaja, namun itu berkat anak kecil tapi belia dan gagah perkasa yang menggoweskan pedal milik Bu Mawar dengan semangat membara.
"Bu Mawar pegang setang saja! Biar Sun yang gowes sampe finish!"
"Tapi, Sun.."
"Sudah, biar Sun yang gowes bu! Demi 1 Triliun Rupiah sebagai mahar kita untuk jadi keluarga Sakinah, Mawahdah, dan Warohmah!"
"Subhanallah!"
Sepeda Bu Mawar jadi semakin dekat jaraknya dengan mobil hitam, sampai berada persis di samping jendela sang pengemudi, Weasel.
"Move away, sir! We're in hurry!"
Begitulah kata Bu Mawar terhadap sang pengemudi. Dengan senang hati ia menepi dan membiarkan Bu Mawar mengambil posisi nomor tiga. Jelaslah semua tak mengira mobil itu menyerahkan posisinya begitu saja, tapi namanya rejeki orang mulia tak kemana.
"Weasel, what the fuck are you doing?!"
"Uh, what? Oh, sorry, Jade. I don't know. But i can't say no to what that lady said to me."
"Whatever. Now go back to the road and retake our position."
Weasel hanya mengangguk ketika menerima perintah dari lelaki uban berkacamata yang duduk di sebelahnya sambil menancap gas. Ia masih berpikir kenapa ia melakukan hal bodoh yang ia lakukan tadi.
Sementara itu Mister X kita masih melaju, berusaha menyalip mobil angkutan umum berwarna biru yang berisi lima orang preman, "New Fear The Me Is Three" tercatut dengan sangat jelas dan besar di pinggir mobilnya. Para garong yang garang sudah siap senapan dan pistol untuk membuat pembalap misterius kita tumbang.
"Sikat Jek!"
Yeah!!
Pistol dan senapan muntah peluru, memburu motor hitam yang sedang melaju. Tentu saja Mister X tak menunggu, ia sudah berkilah dengan lincah, menghindari hujan timah yang penuh amarah.
We are out of control now
I'll never act a role like you
Bring on the noise and shout out loud
We are out of control now
Preman-preman jadi makin nafsu, mereka jadi semakin memburu. Tak puas tembak-menembak, angkutan umum itu berusaha menubrukkan badannya ke arah Mister X secara telak. Pistol dan senapan berdentum silih berganti, namun kuda besi Mister X masih bisa berlari.
Sosok berjubah itu bosan menghindar saja. Akhirnya ia melepaskan tangan kirinya dari setang dan merogoh sesuatu dari balik jubahnya. Sebuah bedil laras pendek dengan dua peluru terisi di kedua lubangnya sudah diacungkan. Tembakan pun melesat, menghantam badan angkutan umum. Tak ada bekas.
"Bukan angkot biasa."
Mister X kita bergumam sendiri sambil melempar bedil ke arah pengemudi untuk membuyarkan konsentrasi. Setelah senapan baru ada di tangan kiri, adu tembak kembali terjadi.
Ready for the game we're all going crazy
Come on just try to amaze me
No doubt we're out of control
But it feels right now free from the soul
Lima belas menit berlalu, garis start di Monumen Nasional sudah jauh dilewati, kini para pembalap berada di jalan raya Jayakarta Selatan. Orang yang di pinggir jalan berebutan mengambil gambar mereka yang lewat dengan kecepatan tinggi, meski harus sampai mengorbankan diri kena tabrak lari atau terlindas sampai mati.
Sanelia Nur Fiani masih di atas langit, berada di posisi terdepan dengan senapan melayangnya. Posisi kedua adalah ibu-ibu muslimah yang berpakaian serba putih dengan motor Yamaha Mio sambil membawa senapan serbu dan menenteng meriam di pundaknya. Siti Rodiyah namanya, tapi lebih dikenal sebagai Ummi Rodiyah, pejuang dakwah garis keras di Situ Barayah.
"Jablay Haram Jadah! Pergi ke Jahanam kamu!"
Lock and loaded
Pull the trigger
In the movement
Growing bigger
Burn the blueprint
Go kill the silence
With a new spin
I'll show you what's violence
Ummi Rodiyah membidik senapan serbu laras panjangnya ke arah Nely sambil memacu motornya dengan kecepatan 160 km/jam, yang anehnya bisa mengekor senapan terbang si wanita rambut biru yang melaju 200 km/jam. Kenapa? Karena Ummi Rodiyah bisa.
Nely yang sedang tidak enak hati membalas tembakan bazoka sang pendakwah dengan peluru cahaya yang keluar dari senapan terbangnya. Ditambah dengan sihir api yang dikirim langsung ke depan Ummi Rodiyah.
"Ignis Malleum!"
Bara merah menyebar tari, membuat Ummi Rodiyah tertutup api dan nasibnya tak diketahui.
Bu Mawar dan Sunoto masih menggowes merebut posisi dua, melawan sang kusir delman yang kehilangan kereta angkutnya. Kuda logam hitam legam yang ditunggangi kusir Ali Bontot bergerak secepat angin malam. Tiga kaki berderap, satu kaki berulah, mencoba menjatuhkan Mawar dengan tapal-tapal biadab.
Tak semudah itu Bu Mawar membiarkan dirinya terjamah sang kuda binal. Lengan besinya gesit menangkis serangan kuda Ali Bontot yang punya jenggot persis kusirnya yang sudah bangkot.
"Maap ya neng, Jenar kalau lihat perempuan cantik langsung liar."
Bu Mawar hanya tersenyum tipis, membuat Ali Bontot dan Jenar terhipnotis. Mereka jadi mengalah di kelokan tajam berikutnya dan membiarkan Bu Mawar dan Sunoto lewat.
Memang rejeki orang shalih dan shalihah. Baru saja Bu Mawar melewati tikungan itu, Ali Bontot dan Jenar kena tabrak Mobil Avanza krem yang menggila, membuat Jenar terjatuh dan berguling-guling.
Yeah!!
Sudah jatuh tertimpa tangga. Ali Bontot yang terpisah dari Jenar terlindas mobil Halilintar milik Fero Walandouw yang sedang mencoba menyalip Avanza yang dikendarai perempuan gila gemuk berkacamata.
Bring on the noise and shout out loud
We are out of control
Sementara Mbah Sarip, orang tua berambut gimbal yang digendong Si Komo, manusia komodo berbulu domba hanya berlalu melewati jasad Ali Bontot sambil geleng-geleng kepala.
"Weleh, weleh, weleh."
We are the ones that will stand up and fight
We are the fire the one shining light
Don't try and stop us don't ever let go
We are the ones fallen out of control
Dengan gugurnya Ali Bontot, dan nasib Ummi Rodiyah yang terlahap api, tersisa sembilan pembalap yang melewati Jalan Raya Depok menuju Bogor, termasuk si Mister X yang berhasil berada di urutan ke-6 setelah berhasil meninggalkan angkot maut. Semuanya melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi, membuat balapan 182 kilometer ini terasa sebentar.
Yeah we're loaded
Now in line
With our fury so divine
Watch out 'cause here comes the sign
"Sembilan orang tersisa, sahabat dahsyat! Sekarang mereka semua sedang menuju Puncak! Tantangan utama dari BalAnJa kali ini!!"
Boi dan Refa memantau situasi dari atas helikopter yang mengikuti rute perjalanan para peserta, sekaligus menyiarkan hasil pantauan mereka ke layar-layar yang ditonton oleh warga se-Nusa Antara, membuat mereka menonton dengan perasaan yang campur aduk berantakan. Balapan Anak Jalanan kali ini sungguh mendebarkan.
(Yeeeeaaah!)
Take em all down and feel yourself roam
Shout it out loud the words of your own
Not anymore with their cheapest disguise
Had enough with all of that "likewise"
Titik, Tutik, dan Tatik yang berada di urutan ke-8 kini berusaha untuk menjatuhkan mobil Weasel dan kawan-kawan. Dengan motor bebek yang sudah dimodifikasi knalpot dan mesinnya, Titik mengejar mobil hitam yang dibawa oleh bule-bule Ithacca. Tutik dan Tatik yang sudah membawa celurit dan golok melompat ke bak yang dihuni dua perempuan gahar. Yang satu rambut hitam dikuncir dan yang satu botak sebelah dengan gaya anak anak punk zaman dahulu kala.
"Don't worry, hun! We can handle this!Keep driving!"
Si kuncir hitam berucap sambil memasang kuda-kuda bertarung seperti seorang pesilat dari tanah Banten, padahal wajahnya seperti orang Turki. Sementara si botak tanggung sudah mengantisipasi bacokan menerjang yang dilakukan Tatik dengan sebuah tembakan dari bedil. Namun tiga bersaudara ini bukan orang sembarangan, mereka berbekal ilmu Kanuragan dari tanah Pajajaran sebagai senjata untuk merampok orang-orang beriman.
"As i thought. They're no ordinary human."
"They're still humans. We just need to poke their weak spot, Lefty."
Wanita kuncir pendek itu berucap sambil menghindari serangan Tutik dengan mudahnya, kemudian dibalas dengan totokan cepat ke tengkuk dan tengah kepala. Secara ajaib badan dan kepala Tutik membengkak dan meledak, memancarkan darah yang mengagetkan Tatik.
"You don't have to tell me, Mima. I know that."
Wanita bernama Lefty sudah menusuk mata Tatik dan menendangnya ke arah Titik yang menjaga posisi. Secara ajaib mereka meledak begitu saja.
Yeah!!
Bring on the noise and shout out loud
We are out of control now
Hampir tiga puluh menit berlalu, dari Jayakarta kini sudah sampai di akhir Jalan Raya Bogor menuju Puncak. Hal ini yang ditunggu-tunggu oleh para pemirsa yang menyaksikan. Mereka ingin segera melihat aksi-aksi tikung-menikung di lereng Puncak yang sering memakan korban, terutama bus penumpang ekonomi yang sering ugal-ugalan.
Stop the bleeding!
Kill the headlights!
Keep on speeding to the gun fight!
Let the bass go!
Can't be broken!
Keep your head low!
Stop the chokin'!
"Tarjo! Pake NOS dong!"
"Jangan dulu, cok! Simpen dulu sampe keluar Puncak!"
Angkutan umum "New Fear The Me Is Three"ngesot dengan lihainya. Tak sia-sia ia ugal-ugalan setiap malam, ilmu tikung menikung yang ia pelajariterpakai juga di sini. Tarjo dkk pun mencoba mengejar Mister X yang masih stabil membayang-bayangi Fero Walandouw dan Afriyani.
Slice the track up!
Clean incision!
Never back up!
No division!
Burn the blueprint!
Kill the silence!
We are out of control NOW!
Tarjo terus menikung sampai ia bersanding dengan sosok berjubah. Adu tembak tak bisa dihindari lagi. Mister X kali ini mengeluarkan senapan mesin besar dari tangan kirinya, dan melakukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan sedari tadi.
Menembak ban belakang angkutan umum tersebut.
"AAAAH!!"
"BANGSAT KAAAAU!!"
Jelaslah Tarjo dkk tergelincir dan terjatuh saat berada di tikungan menurun setelah ban belakangnya jadi tak berbentuk karena berondongan senapan mesin Mister X.
Yeah!!
Bring on the noise and shout out loud
We are out of control now
Setelah Tarjo dkk tumbang, kini mobil hitam yang dikendarai para pembunuh bayaran mulai adu salip.
Mister X kita tentunya agak terkejut ketika melihat perempuan kuncir yang ada di bak belakang mobil anti huru-hara itu. Seseorang yang ia selamat ketika berada di turnamen Battle of Realms di Alforea.
Mima Shiki Reid.
"Salam sejahtera, Ibu Mima! Lama tak jumpa!"
"E-eh? Who are you?! How do you know my name?!"
"Kita pernah bertemu di Alforea! Saya menyelamatkan anda dari reruntuhan!"
"Wait... uh... Zarid? Are you Zarid?"
"Ya, Ibu Mima. Saya Zarid Al-Farabi!"
"Oho, what a coincidence! Are you okay after that incident?"
"Ya, saya baik-baik saja Ibu Mima."
"Glad to hear that. But since you're here, i assume you're also in this race. Don't think by saving me at that time will make me give you the first place, Zarid."
"No worries, ma'am. We'll compete fair and square."
Zarid sang mister X memacu motornya lebih cepat, membuat Weasel juga berapi-api. Untuk pertama kalinya adu balap yang normal terjadi di BalAnJa.
We are the ones that will stand up and fight
We are the fire the one shining light
Don't try and stop us don't ever let go
We are the ones fallen out of control
Zarid dan mobil yang ditumpangi Ibu Mima berebut posisi lima besar setelah Fero Walandouw harus naas kena tabrak Afriyani di tikungan dan terjatuh bersama-sama. Zarid dan para pembunuh bayaran itu adu cepat sampai bisa bersanding dengan Bu Mawar yang kini naik harimau putih sedang menembaki Mbah Sarip yang kini naik naga bersayap (yang tadinya manusia komodo) dengan lengan besinya.
"WELEH WELEH WELEH"
Naga itu merangsek ke depan, sebelum berbalik dan menyemburkan nafas api yang berhembus ke jalan yang dilalui Bu Mawar, kawanan Bu Mima, dan Zarid sang Mister X. Penonton berteriak-teriak panik ketika melihat tiga peserta dilalap api besar dari naga yang ditunggangi Mbah Sarip.
(Nah Nah Nah Nah, Nah, nah, Nah nah nah nah)
"ASTAGFIRULLAH! SI KOMO MILIK MBAH SARIP MEMBAKAR BU MAWAR, PARA BULE, DAN MISTER X!"
Mbah Sarip hanya tertawa ha ha ha setelah Si Komo menyemburkan apinya, kemudian segera menyuruh Komo untuk segera terbang menyusul Sanelia yang berada di depan.
Namun sebelum Komo mengibaskan sayapnya, sebersit cahaya putih seperti bulan sabit tajam melesat, menembus, dan membagi si Komo seperti pinang dibelah dua. Hawa panas yang menyelimuti jalan terbuka seperti Musa membelah lautan.
Dari situ terlihat seorang Zarid Al-Farabi yang badannya penuh asap memegang sebilah pedang panjang bergaya Jepang, dengan sarung pedang yang besar dan juga berbilah tajam seperti pisau pemotong daging.
"Satu Joker keluar, huhuhu."
Badan Zarid yang bebas di udara tertarik gravitasi, selagi menyarungkan pedangnya dan mengembalikannya ke dalam jubah ajaibnya. Ia pun kembali duduk di atas tunggangan berodanya. Kini yang balapan hanya tersisa Nely, Mawar, Mima, dan Zarid.
We are the ones that will stand up and fight!
We are the fire the one shining light!
Don't try and stop us don't ever let go!
We are the ones fallen out of control!
Tak terasa, sebentar lagi sampai ke Bandung. Peserta yang tersisa kini saling berdekatan dan saling kejar-kejaran berebut posisi pertama.
"Kampret, pas akhir-akhir malah pada nyusul."
"Harus gua selesain cepet."
Nely yang tadi tenang-tenang saja kini mulai merasa terdesak. Ia tak mau kalah dalam balapan ini, jadi ia mulai merapal mantra untuk mengeluarkan "Fulgur Infernale", jurus rahasia miliknya.
"Eli, Eli, Lama Sabakhtani."
Sayang sekali, Zarid mengunci kemampuan sihir Nely dengan debu-debu ungu yang ia keluarkan dari senapan merangkap pedang dan tongkat sihir miliknya. Zarid tidak menyesal mendedikasikan sepuluh tahun penuh bahaya yang ia lewati demi data yang digunakan untuk membuat Megiddoragon.
We are the ones that will stand up and fight
We are the fire the one shining light
Don't try and stop us don't ever let go!
"Oh, jadi begitu? Oke, lu jual, gua beli!!"
Nely benar-benar merasa geram. Ia jadi mempercepat laju senapan terbangnya. Namun yang lainnya tak mau kalah.
We are the ones fallen
(We are the ones fallen!)
We are the ones fallen
Out of Control!!
Lika dan liku dilewati dengan serius, tak ada yang keluarkan jurus kecuali jurus untuk pacuan yang mulus. Zarid, Mima cs, Bu Mawar dan Sunoto, serta Nely beradu cepat untuk sampai ke garis Finish yang terletak di kota Bandung, tepatnya di Bandung Indah Plaza.
Setelah memasuki Kota Bandung, semuanya langsung mengeluarkan ajian pamungkasnya agar bisa melaju cepat. Ketika Nely mengeluarkan sihir angin untuk mempercepat laju senjatanya, Weasel mengaktifkan NOS, Sunoto mengeluarkan kekuatan penuh, Zarid hanya bisa menarik penuh pacu kecepatan dari motor tua hitamnya. Empat kendaraan itu maju berdampingan dalam kecepatan maksimal menuju garis finish. Tak ada yang tahu siapa dari empat peserta itu yang berhasil menuju garis finish.
"UMMI RODIYAH MELEWATI GARIS FINISSSSH!!"
"UMMI RODIYAH FINISH POSISI PERTAMAAAAA!!"
***
Bandung Indah Plaza begitu sesak dengan Sahabat Dahsyat yang sudah menunggu perayaan Podium Balapan Anak Jalanan. Tak ada yang menyangka, ternyata Ummi Rodiyah yang menjadi juara pertama. Tak ada yang tahu persis bagaimana bisa, namun sebelum empat peserta tersisa melewati garis finish, tiba-tiba Ummi Rodiyah bergerak secepat kilat. Menjadi orang yang tiba pertama kali. Disusul oleh Zarid yang terlebih dulu menembakkan ujung Megiddoragon yang bisa memanjang sampai tujuh meter. Juara ketiga adalah Nely.
Sekarang saatnya penobatan juara. Namun kekacauan terjadi di atas podium. Ummi Rodiyah bersitegang dengan mas Boi dan salah satu aparat kepolisian.
"EH?! APA-APAAN SAYA GA BISA JADI JUARA SATU? KAN SAYA FINISH PERTAMA!"
"Maaf Ummi, tapi Ummi tidak pakai helm saat membawa motor. Itu melanggar peraturan."
"Kenapa yang pake jubah itu gak kena?!"
"Kepalanya helm bu, jadi masuk aturan."
"Gak bisa begitu dong!"
"Maaf bu, keputusan panitia dan juri tak bisa diganggu gugat. Maaf bu kita diskualifikasi."
"SAYA HAJI SEPULUH KALI! UMROH SERATUS KALI!"
"Maaf bu, gak ada hubungannya. Ibu tetap melanggar peraturan dengan tidak memakai helm saat mengendarai motor."
"LAKNAT KAMU! TERKUTUK! KENA AZAB KAMU!"
Ummi Rodiyah begitu murka ketika ia didiskualifikasi dari lomba. Ia membanting motornya, menginjaknya, dan memukulnya sampai tak bisa dikenali rupanya, sebelum pergi dengan amarah membara.
"MASA ORANG HAJI SEPULUH KALI UMROH SERATUS KALI DIPERLAKUIN BEGINI, GAK ADIL NAMANYA!!"
Penobatan podium dilanjutkan. Dengan didiskualifikasinya Ummi Rodiyah, otomatis Zarid adalah juara pertama.
"Selamat kepada Mister X! Karena berhasil memenangkan balapan, anda mendapatkan 1 Triliun Rupiah!!"
Ia diberikan piala emas dua puluh empat karat, sebotol sampanye, dan piagam besar bertuliskan "1 Triliun Rupiah"
"Sumbangkan saja pada anak Yatim di Jayakarta dan sekitarnya. Saya tak butuh uang ini."
Orang-orang langsung menganga mulutnya kala mendengar Mister X menolak hadiah uang sebesar itu. Bu Mawar langsung bertasbih dengan mata berkaca-kaca, diikuti Sunoto. Mima juga ikut menangis, dan Nely juga menangis, tapi karena tidak dapat 1 Triliun.
"Waktu saya di sini sudah habis."
"Salam sejahtera untuk kalian semua."
Zarid menghampiri motornya, kemudian berlalu begitu saja ke arah terbenamnya mentari, meninggalkan seribu pertanyaan dalam seribu bahasa, yang akan terus menjadi misteri dalam hidup ini.
***
Suatu hari.
Di puncak gedung tertinggi.
Antara puing-puing kota mati.
Sesosok manusia kaleng bersandar sendiri, menikmati terbitnya mentari.
Mata kuningnya mendelik, menyadari ia sudah keluar dari alam mimpi. Sungguh tidur kualitas tinggi. Rasanya lama sekali semenjak Zarid bisa tidur sampai bermimpi seru seperti tadi. Masih teringat bagaimana awal dan akhir dari mimpi yang ia jalani.
Sayang sekali badannya sudah benar-benar rusak. Ia sudah tak bisa bergerak sama sekali. Mungkin memang mimpi yang bisa membuatnya tetap hidup.
Meski harus dalam keadaan rusak seperti ini.
"Salam sejahtera, kawan."
Kepala logam yang kehilangan bentuknya mendongak, melihat sesosok lelaki berambut biru turun dari sebuah mobil eksotik yang keluar dari portal kebiruan di depannya.
"Kau pasti Zarid Al-Farabi."
"Ada apa tuan mencari saya?"
The End (?)
what the actual fuck~? Bisa sewa nenen!
BalasHapusXD
Si Nely badass pisan, itu gauss rifle dipake terbang kayak sapu terbang
XD
Btw, si Olga sama Fero ngapain sampe diblur segala?
._.
Ada jihadist segala.
._.
Ini narasi yang begitu serius nan nyastra di awal langsung dibanting jadi penuh guyonan.
XD
Btw, ke bandungnya kok lewat rute bogor sih? nggak lewat purwakarta
DX
Si Sun ternyata pengen kawin sama Bu Mawar!
Si komo lewat, weleh, weleh, weleh~
Terus si Umii bijimane ceritanya bisa melesat gitu aja?
._.
Berantem sama polisi pula, sambungin ke meme si otong lebih kece kayaknya~
Point : 8
OC : Orchid Chocolatechan
Btw, aye pertamaxx?
._.
Terimakasih sudah komentar di lapak ini m(_ _)m
HapusOlga ama Fero saya blur takut kena tegur KPI bang
Ummi Rodiyah minta bantuan Alloh Subhanahu wa ta'ala minta dipinjemin buroq, jadinya juara satu deh <(")
Terserah bang pake pertamax atau premium, tapi saya mah pertalite aja deh. :p
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi
Balapan antara peserta BoR dan orang Indonesia~~~
BalasHapusAwalnya buat FBC saya juga kepikiran mau buat balapan antar OC BoR 2015. Tapi saya ganti ceritanya OPI karena kebanyakan karakter dan terlalu sayang untuk dikurangi.
Ehem...
Oke, to the Review!
Balapan di sini sangat menghebohkan! Reference meme banyak bertebaran, tapi dengan bagus disesuaikan dengan cerita. Favorit saya adalah Ummi Rodiyah dengan Yamaha Mio-nya, benar-benar mengejutkan bisa jadi juara satu!(Well... Nggak jadi, sih karena ditilang)
Tapi masih ada yang kurang! ABG naik motor bertiga, Bis transkota dan MadDog yang berlari tanpa kendaraan! Biar Greget katanya!
Saya bacanya nggak ingat waktu, jadi nggak keganjal Typo atau bacaan inkonsisten.
Sangat puas baca entri ini! Hampir dikeluarkan dari kelas gara-gara ketawa-ketiwi.
Nilai : 10
OC : OPI Sang Operator
Terimakasih sudah komentar di lapak ini m(_ _)m
HapusTadinya mau masukin 48 peserta terus meledak jadi 24, tapi bakal ngabisin banyak waktu buat ngejelasinnya, jadi dipotong aja jadi begini.
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi
What the.... fuckin'.... entry....
BalasHapusseru dan kocak abis..! Diawali dengan entry filosofis, lalu smooth ngalir masuk ke Balanja yang greget banget, ditambah para OC saya di sini nggak ada yang ooc yeay...! Bahasa inggrisnya lincah banget masuk ke dialog! Ah, saya ngakak2 terus baca sepanjang entry. Banyak fenomena aneh di sosomed yang masuk, meme segar, fenomena entertainment yang masuk dengan tanpa hambatan, tanpa membuat garing... Umi rodiyah? jihadis? Angkot liar? Mad dog? dan bunda mawar bergowes dengan Sun... aduh, sakit perut saya. diselingi syair lagu yang asyik pulak.
kampret betul itu endingnya. Saya jad pingin tahu kisah kelanjutan Zarid seandainya ini ada lanjutannya. jadi nge-fans.... manusia robot mbanyol tapi filosofis, itu mainsetrim soalnya...
nilai 10.
Rakai A.
OC: Mima / Franka Z.
Terimakasih sudah komentar di lapak ini m(_ _)m
HapusKalau untuk Zarid versi BoR mungkin ini endgame-nya. Tapi bisa diasumsikan juga ia akan selalu berkelana kemana-mana. Karena ia senang pergi berkelana.
Kalau Zarid versi cerita saya masih belum di-reveal, malu sayanya u w u
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi
Astaga entrinya asdffghjkl.
BalasHapusDari awal serius, bener bener serius. Eh ternyata lucu pisan euuyy...
Itu Bu Mawar paling keren bisa maju balapan pake kemuliaan. Yakin Sun mau ngawinin eh nikahin Bu Mawar? Kan kasian Bang Ahran
Gila deh entri yang satu ini, tidak bisa berhenti tertawa sampai akhir cerita. Itu lirik-lirik lagunya juga mencerahkan suasana. Balapan yang sangat antimainstream
10 untuk Mas Zarid dan seluruh peserta balapan ekstra ini
OC - Rea Beneventum
Terimakasih sudah komentar di lapak ini m(_ _)m
HapusSyukurlah kalau entrinya bisa membuat mba tertawa. saya juga senang pas baca komentarnya.
Btw Sun juga rajin solat lima waktu sama tahajud, makanya mengajukan diri buat calon pendamping bu mawar ;)
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi
OC: Ghoul :=(D
BalasHapusSuatu hari T0T
Kalo aku masih ngintip typonya: Nona Anda Tuan (awalan huruf besar karna sapaan), embus bukan hembus.
Takdir? (kenapa huruf T besar? Why?!)
Prolognya bagus dah menarik rasa penasaran bagai menarik tali layang-layang.
Dah disebut nama huban kok nanya lagi namanya?
Lagu out of contol ya? Liriknya keren, tuh…
Endingnya Suatu hari T0T
Dan suatu hari aku memberi 8 untuk entri ini, hm mungkin belum terpekur ama balapannya. Oh ya, aku suka Tokyo Drift ama Air Gear. Mereka juga suka balap-balap.
Terimakasih sudah komentar di lapak ini m(_ _)m
HapusTadinya mau diawali Alkisah tapi kan saya bukan mau bikin narasi hikayat ww.
maap kalau tiponya bikin ga enak dibaca, kadang sayanya juga suka lupa cek lagi, kadang pas dicek juga suka luput dari pandangan u w u
Alasan kenapa "Takdir" ini dikasih kapital di awalnya, Zarid ini perlakuin "Takdir" itu sebagai entitas/makhluk, bukan kata benda. Makanya kalau dalam tulisan, dikasih kapital T sebagai penekanan kalau Zarid ini menganggap Takdir sebagai makhluk yang mempermainkan kehidupan. Jadi, ya begitu deh.
Dan makasih udah pointing out satu kesalahan kecil tapi bikin gereget juga ke sayanya.
kalimat:
"Kenapa anda mengajak saya bertualang, Ratu Huban?"
ini harusnya jadi nona muda juga. Tapi keknya saya lagi mabok mecin jadi malah keketik Ratu Huban. Makasih udah nunjukkin kesalahan ini u w u
Suatu hari, salam sejahtera diberikan oleh Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi
Hello Hello~
BalasHapusKomment ini ane lakuin sambil baca, biar kaga ada missnya..
Hmm Ane baru tau dalam tanda etik bisa ada titik... selama ini ane kira cuma pakek koma buat misahin antar kalimat dalam satu petik...
Zarid udah nyebut nama Ratu Huban, lalu dia nanya lagi nama Ratu Huban, mungkin penulis kurang konsen~
Tadinya ane pikir Zarid ini Robot dia kok bisa pusing, btw ane kaga baca charsheetnya :3
Sewa nenen :v anjir tuh anak...
Agak keblenger pas Olga lagi wewancarain Bu Mawar di awal balapan, kurang jelas yang ngomong siapa aja disitu..
Payjoe semoga kamu menemukan 72 bidadari nanti disana ~
Ibu ibu emang dasar kaga pakek helem kaga mau disalahin :v
awalnya ane kira konstestan saling bunuh ternyata kaga ada yang mati kecuali pemeran sampingannya, agak kecewa disini..
Nilai: 9
Oc: Rose Vinensine
Terimakasih sudah komentar di lapak ini m(_ _)m
HapusMengenai Zarid nyebut Ratu Huban ama nanya lagi sudah dijelaskan dalam balasan di komentar empunya Ghoul.
Dan maap kalau misalnya agak bingung pas dialognya, saya lagi berusaha nunjukkin karakterisasi lewat kata-kata dalam dialog aja, jadi biar pembaca ga usah bingung lagi siapa yang ngomong dalam adegan itu.
Dan sebenernya kalau baca awalan entri ini baik-baik masnya udah bisa nebak kok Zarid ini aslinya makhluk apa.
"...Manusia badan rongsok seperti saya mana mungkin bertahan di sana..."
garisbawahi manusia badan rongsok dalam kalimat itu.
Terus alasan ga ada acara bunuh-bunuhan antar kontestan ya biar anti mainstream juga sih :x
implikasi "semua hanya mimpi dan semua senang" saya terapkan di sini, walau pas ending ternyata Zarid tidak begitu sebahagia di alam mimpi.
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi
Cata Astro Phee condemned this entry!
BalasHapusApa-apaan itu sewa nenen?!
Hah!
Sewa nenen lalaki?
Aye suka ini battlenya jadi balapan.
Nascar rumbllleeeeeeee.
Ga ada miss. Mantep.
Mau kasi nilai 10. Tapi aye jadiin 9 deh.
Ga ada referensi Mad Max nya. WITNEEESSSS.
Terimakasih sudah komentar di lapak ini m(_ _)m
HapusSi anak maunya sewa nenen MILF kok, bukan sewa nenen om-om u w u
Masih hetero dia.
Dan tadinya mau masukin referensi Mad Max, cuma ini awalnya parodi dari episode Balapan Inferno Cop, jadi ya sebenernya dimirip-miripin ama Inferno Cop aja sekalian wkkwk
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi
Jadi berikut ini adalah komentaelr saya sesudah enjoying the ride entri zarid ini.
BalasHapusYa Allah. Zarid ga nyangka dia muslim. Pas ngobrol sama tata udah keduga bakalan rada religi pembicaraannya. Imej Zarid paling kental di awal dan akhir. Di mata saya Zarid iidentik sama tempat tinggi ya. Soalnya biar jubahnya gampang berkibar. Dan juga, Zarid ini sangat humble dan gentle sifatnya.
Didn't see that bisa sewa nenen thing coming :))) duh, best quote! Ngakak asli.
Buildup ke acara dahsyatnya bagus. Agak geli juga liat MC-nya ngomong.
Setelah itu semacam Yowapeda. Ngawur abis. :))
Ada di peta, hahaha.
Apaan itu di podium kayaknya kerabat haji muhidin.
Semoga di BoR6 juga entri yusron bisa memaintain excitement seperti di sini
Verdict: 9/10
Othema Spreed
Nyupir Demi Istri ... tapi tewaslah kalian di balapan maut :v
BalasHapusHmm, entri Zarid yang entah kenapa jadi sangat hidup suasananya. Tapi semeriah apapun, yang paling saya suka justru bagian endingnya. Serasa melankolis. Paling yang ndak saya ngerti itu selipan lirik lagunya aja. Saya skip baca bagian itu dan kerasa ndak terlalu pengaruh ke cerita. Mungkin kalau saya tahu itu lagu apa akan lebih masuk ke dalam cerita. Sayangnya saya kuper soal musik ._.
Saya membayangkan BoR6, dirimu bakal mengirimkan OC apakah? Kalau Mbah Amut (nebak dari parodi namanya) mungkin kebayang suasana entrinya akan konyol seperti ini. Eh tapi itu harapan saya aja sih. Kepengen banyak entri komedi di BoR / :v \
Ponten 8++
- hewan -