oleh : A.K.A. Fai
"Did you ever feel you aren't supposed to be exist? Being in the twilight between dream and reality? At the dawn of truth and lie?"
Unsur 1H – Imajinasi
Pemimpi. Ada sangat banyak pemimpi. Gadis kecil itu kini tidak hanya mengamati impian yang ada dalam kepalanya, tetapi ditemani pria berjanggut berkelana dari satu mimpi ke yang lainnya. Menandainya satu persatu sebagai tamu yang diundang ke Alam Mimpi
Puluhan mimpi dan sekitar dua puluh pemimpi yang ditandai sudah mereka hampiri lalu mereka memutuskan untuk kembali ke Alam Mimpi terlebih dahulu sebelum perjalanan panjang lainnya. Gadis berkepala bantal itu melompat keluar dari mimpi seorang petarung dan mendarat ke pulau kue cookies dengan coklat chips yang mengambang di atas lautan susu putih, bersama pulau pulau cookie lainnya.
Kalau diperhatikan di atas pulau pulau itu juga terlihat bulatan bulatan putih kecil. Bukan topping seperti chochochips melainkan domba domba yang sedari tadi mengeluarkan suara mengembik ketika gadis itu tiba
Disusul oleh pria berambut klimis dengan setelan jas hitam ala elit politik, yang langsung memutuskan untuk telentang di atas pulau kue coklat itu sambil bergumam "Kau adalah Reverier... dan kau dapat membuat Mahakarya..."
Pria itu berusaha menghafal paragraf yang baru saja ia buat sekitar satu atau dua jam yang lalu agar lidahnya tidak terlillit saat mengatakannya. Sementara gadis berkepala bantal sedang menari, entah tarian apa yang ia peragakan yang jelas ia sangat senang dengan berbagai mimpi yang bermunculan di dalam sarung bantalnya
"Baiklah Ratu Huban" panggil pria itu sambil bangkit dari tidurnya. "Wah rambut paman tetap rapi setelah berkeringat seperti itu ya!" Balas Huban antusias sambil mengibaskan tongkatnya ke atas kepala pria itu yang tongkatnya mengeluarkan butiran butiran kerlap kerlip perak memberi efek Cool pada rambutnya. "Hei, tolong singkirkan itu, dan tolong antar aku ke mimpi-mimpi lainnya."
"Baiklah paman Nurma, satu mimpi segera siap" Ratu Huban menyodokkan gagang payungnya ke depan segera dari ujungnya keluar percikan kembang api yang memunculkan semacam lubang setelah apinya menghilang. Tetapi kali ini berbeda, portal itu memiliki bordir berwarna-warni bak pelangi. "Dan yah, yang penuh warna tentunya. Tunggu, aku belum pernah melihatnya yang seperti ini" tukas pria yang dipanggil Nurma itu.
"Ah.. kalau yang seperti ini adalah yang penuh dengan i~ majinasi~" Jawab Huban sambil membuka tangannya lebar ke samping disusul munculnya pelangi melengkukng di antara kedua telapaknya yang membuka. "Hmm, aku mungkin hanya akan melihatnya"
Lalu keduanya melangkah masuk ke dalam portal mimpi itu, Huban dengan loncatan mirip kelinci dan Nurma dengan langkahnya yang seperti aktris –atau aktor lebih tepatnya. Huban membayangkan mimpi yang sangat menyenangkan dengan kuda poni, pelangi dan awan berwarna merah muda. Sedangkan Nurma, dia sebenarnya ingin melewati pemimpi yang satu ini
Setelah cahaya yang menyilaukan mereka berdua berdiri di tempat yang bahkan tidak sama dengan apa yang dibayangkan Huban. Cuacanya panas dan tampak sesuatu seperti air yang menguap di ujung sana. Mereka berdiri di atas garis putih yang terlukis pada aspal. Dan gedung putih tiga lantai–atau empat—di seberang sana.
"Terlalu normal untuk sebuah mimpi sepertinya" Ujar Nurma sambil melihat sekeliling yang sesekali pandangannya terhalangi kendaraan lalu lalang. Tidak ada yang dapat menarik perhatiannya tetapi lain cerita dengan Ratu Huban. "Aku menandainya ya, Zainurma" Katanya sambil memutar-mutarkan gagang payungnya lalu menunjuk ke arah seseorang yang baru keluar dari gedung putih itu.
"Kau menemukan pemilik mimpinya? Yang mana?" Tanya Zainurma segera mengikuti ujung payung Huban dan menemukan seorang anak yang berjalan terburu-buru. "Dan kenapa yang seperti dia kau tandai?" lanjutnya lalu menatap kepala bantal. "Karena dia juga mengenakan jas hujan sama sepertiku~" Balas si kepala bantal sambil berputar-putar ala balerina membuat pakaiannya sedikit mengembang.
"Dia kan mengenakan jas lab, warnanya juga tidak sama dengan milikmu. Hanya dengan alasan seperti itu?"
"Emm..."
"Yah, sepertinya kita harus segera meninggalkan tempat ini atau kita akan tertabrak truk yang tepat mengarah ke kita Ratu Huban"
Satu tengokan, lalu Ratu Huban segera membuka portal mimpi lainnya tanpa ritual tariannya dan mereka berdua berlari masuk ke dalam mimpi lain.
***
"Err... paman"
"Ya?"
"Kita lupa memberikan paragraf motivasimu tadi ya?"
"Kamu sih asal menandai" jawabnya sambil menepukkan telapaknya tepat ke arah muka tampannya sendiri
Unsur 2He – Kutukan
Gelap. Tentu saja karena dia sedang tertidur. Tidak ada hujan yang turun hari ini dan di dalam juga sangat nyaman dengan air conditioner di samping ruangan. Terik matahari yang menyengat ketika Zia jalan menuju bangunan ini membuatnya energinya terbakar. Bahkan papan kayu yang menjadi satu set dengan kursi aluminium itu menjadi tempat tidur yang sempurna untuknya.
Dengan teman-teman yang duduk di depannya, dia bisa tidur dengan santai tanpa khawatir ketahuan oleh dokter yang sedang berbicara di depan. Memang mempelajari anatomi tubuh manusia membuatnya bosan setengah mati, karena pelajaran itu sama sekali tidak dapat dilogika kecuali dia orang yang berbahasa latin
Dia hanya berharap kuliah selama dua jam bisa berjalan lebih cepat. Sementara tubuhnya terlelap di ruang kelas, Zia sedang berjalan jalan dalam mimpinya. Tapi itu sekedar kiasan, sebenarnya dengan beberapa menit menutup mata ia mendapatkan deep sleep. Hanya ketenangan dan suasana gelap yang ia dapatkan.
Tentu saja karena tadi malam ia harus menulis jurnal, data beberapa senyawa, dan cara kerja praktikum yang dijadikan bahan diskusi dengan dosennya setelah dongeng anatomi yang satu ini. Dan akhirnya dua jam tadi telah berlalu. Lebih cepat daripada yang ia bayangkan
"Zia~ bangun" panggil suara itu. Zia mulai mendapatkan kesadarannya perlahan lahan sambil mengeluh. "Hnggh..." Ia mencari sumber suara itu dan menemukan sebuah boneka beruang kuning di depannya sedang duduk menghadap belankang dengan kakinya yang menggantung dan kedua tangannya dilipat di atas sandaran kursi
"Cepat pakai jas labmu, setelah ini kamu ada responsi" Kata boneka itu. Zia tidak benar benar mendengarnya. Beruang itu berbicara padanya, hanya saja tidak benar benar nyata. Vinnie the bear adalah salah satu karakter di serial kartun di televisi. Bagaimana Zia bisa melihatnya di ruang kelas, tanyakan saja pada psikeater.
Katanya dia mengalami gejala psikosis. Dia tidak dapat membedakan khayalannya dengan realitas, alhasil ada kenyataan baru versi Zia. Jika gejalanya menjadi parah, ia bisa saja diberikan macam-macam obat penenang untuk meredakannya.
"Ahh iya kau benar" sahutnya lalu bergegas membuka tas ranselnya dan mengambil jas putih lengan panjang dari dalamnya. Tanpa perlu waktu lama, ia sudah terbalut dalam kain putih dan berjalan keluar dari ruang perkuliahan. Disusul beruang kuning dengan kemeja merahnya berjalan di sebelah kanan kaki Zia
"Hari ini responsinya sama prof Apollo" kata beruang itu sambil mengangkat tangannya lalu menurunkannya se-telinga seperti ia sedang menggunakan helm
"Ahahaha, kepalanya mirip astronot!"
Sahut Zia sambil tertawa. Disusul tawa lainnya yang terdengar seperti ditahan dari belakangnya. Sekumpulan teman yang lainnya ternyata juga membicarakan tentang seberapa mengkilapnya dahi sang professor yang nanti ditemuinya
"Tapi professornya galak loh, nanti jangan bercanda"
"Uh.. uhum"
Langkah Zia terhenti di depan dua pintu kaca film yang memisahkan lantai itu dengan ruagan di dalam laboratorium. Matanya menatap ke arah bayangan yang tercipta di permukaan pintu hitam itu seakan berbicara pada dirinya sendiri 'Tidak apa apa, ini hanya diskusi sebentar'
"Zeze? Kamu menutupi jalan"
Tiba-tiba bayangan dirinya berubah menjadi serba hitam dengan mata yang menyala merah sambil menyerigai ke arah Zia. Kaget, Zia tersentak sedikit ke belakang dan mendapati sosok hitam itu menghilang seketika. Menoleh ke samping kanan, Vinnie-nya juga menghilang
"Ze..."
"Eh, maaf"
***
"Zii... aa..."
Pernah beberapa kali sosok itu muncul di depannya. Kedatangannya selalu membuatnya meringkuk dan meneteskan air mata. Terutama waktu pertama kali pertemuannya
"Who is— no, i dont care"
Zia menenggelamkan mukanya diantara kedua lututnya di atas kasur. Ia mengunci dirinya sendiri di dalam kamar. Yang terdengar dari dalam sana hanyalah suara isak dari tenggorokan Zia
"Aku? Aku adalah Maysa, kembaranmu" balas suara itu. Suaranya terdengar berat, disusul dengan suara berbisik seperti rekaman yang di-rewind. Pemilik suara itu memegang kedua bahu Zia
"Since when do i have one?" tanya Zia tanpa mengangkat kepalanya dari lututnya. Kedua kakinya juga masih dipeluk erat.
"Kau tidak perlu tahu itu. Yang perlu kau tahu bahwa kau... terlahir tanpa bakat." Kalimatnya kini berhasil membuat kepala Zia menoleh ke arah Maysa. Sosok hitam legam, mirip bayangan yang dibentuk dari seseorang yang berdiri di siang hari. Kecuali mata dan rongga mulutnya yang menyala merah
"Kamu berpikir bahwa gambarmu bagus? Tetapi yang kau lakukan hanyalah menjiplak karakter. Kau juga bepikir bahwa suaramu bagus tetapi yang kau hasilkan hanyalah suara yang mendenging di telinga orang. Kau merusak nadanya!"
Sementara kembarannya terus mengoceh, Zia tetap tidak bergeming. Pandangannya berubah menjadi tatapan yang kosong. Ia juga berppikir bahwa apa yang dikatakan sosok itu memang benar.
"Terakhir kali kau menjadi panitia acara, kau bahkan menghancurkannya. Your'e just a smartass— who being used by your friends."
"I have tried my best, yet it's not good enough. I really am nothing"
"Dont try to even trying. Jadilah anak yang baik, dan jangan membuat beberapa teman. Karena kau sangat merepotkan, Zia"
Unsur 3Li – Pilihan
Zia terburu-buru berjalan keluar dari laboratorium. Tanpa melepas jas nya terlebih dahulu ia segera turun dari lantai tiga ke lantai dasar. Sejak ia melihat Maysa, pikirannya menjadi kacau. Ia hanya ingin segera pulang ke rumah dan mengunci dirinya di dalam kamar
Zia keluar dari gedung itu melalui pintu kaca, berjalan di setapak sisi tembok bangunan itu. Bangunan itu tampak tua. Warna putihnya hampir seperti tulang. Bahkan AC eksternal yang menpel di dindingnya dari lantai atas sampai lantai dasar juga tampak tua dan berkarat. Dan ada beberpa mesin itu yang tidak memiliki penutup turbin
Berkibar karena terhembus angin, jas lab nya yang tiba-tiba tersangkut ke dalam baling bailng salah satu mesin tua itu yang menempel rendah pada sisi dinding. Segera ia mencoba menarik kain jasnya, dan berhasil. Kejadian selanjutnya berlangsung begitu cepat.
Sebuah truk sudah menunggu untuk menabraknya. Mungkin karena sebelah ban depannya meletus beberapa detik lalu yang membuat Zia kagett dan terhentak ketika menarik jasnya. Yang hanya bisa ia lakukan waktu itu adalah menutup mata, menyilangkan tangan dan berharap bahwa itu bukan kenyataan. Dan membayangkan segala sesuatu yang menyenangkan.
Grifin
Unicorn
Dalam satu detik itu, ia sudah mampu memikirkan semua macam hewan fantasiyah yang ada dalam dongeng. Lalu muncul latar yang berwarna warni
Pelangi
Petasan
Kembang api
Dua detik berlalu, ia tidak merasakan tubuhnya tergencet ataupun tercincang baling baling. Ia membuka matanya dan mendapati dirinya sudah tidak berada di dunia nyata, juga bukan dunia fantasi
Terlihat seperti dunia nyata, tetapi bahkan ia tidak seharusnya berdiri di sini. Seharunya ia tidak berada di dalam ruangan ini kecuali itu adalah beberapa hari yang lalu atau bahkan satu tahun yang lalu.
Tampak meja-meja keramik berjajar di seluruh ruangan. Di kiri dan kanan adalah meja keramik dengan beberapa wastafel. Di tengah ruangan terdapat semacam lemari yang menyambung sampai ke langit-langit. Diatas meja-meja yang berjajar itu juga terdapat rak sepatu, hanya saja tanpa sepatu. Melainkan beberapa botol besar dan kecil –mirip botol obat sirup demam— dengan berbagai label. Mulai yang bertuliskan HCl sampai Formalin. Dan beberapa botol lainnya yang berlogo lebih mengerikan di dalam lemari
Zia menemukan dirinya di dalam lab kimia analisis. Jika ini adalah kenyataan, maka tidak mungkin ia dapat mengambil sesuatu dari balik jas nya seperti pesulap. Dan dia berhasil melakukannya. Tiba-tiba ia dapat memegang sebuah tabung reaksi berisikan air.
Lalu jika ini bagian dari mimpi atau fantasinya selagi dirinya hampi mati di dunia nyata, maka ia bisa melakukan eksperimen di sini tanpa melihat buku petunjuk praktikum. Ia cukup senang bahwa dirinya berhasil membayangkan sesuatu yang lebih menyenangkan dari kuda poni
Ia membuang isi tabung itu lalu segera berlari ke salah satu meja keramik. Melihat nama cairan di sana satu per-satu lalu mengambil botol coklat yang bertuiskan H2PO4. Memipet cairan transparan itu ke dalam tabungnya dan memasukkan gummy-bear –vitamin jeli dengan bentuk beruang— ke dalamnya. Menjauhkan tabung itu dari matanya dan membuat petasannya sendiri. Tentu saja dengan sains
"Yeey~" Dari dalam tabung itu keluar percikan api seperti kembang api dan cairan di tabung itu menjadi menyala berwarna sama dengan jeli merah itu. Disusul keluarnya asap putih yang turun ke bagian bawah tabung. Cairan itu mengubah gula dalam jeli menjadi uap air dan api bebas.
"Aww panas" Kata Zia spontan melepaskan benda itu dari tangannya ke atas meja. Betapa cerobohnya memegang tabung yang panas akibat reaksi dengan tangannya sendiri
"Ziaa.."
Suara itu. Suara yang terdengar familiar di telinga .
"Apa? Siapa?"
"Aku punya ide yang lebih bagus!"
"Maysa!?"
Kembarannya muncul dari belakang Zia. Seluruh tubuh Zia menjadi kaku secara tiba-tiba bahkan ia tidak mampu memutar lehernya untuk menoleh ke arah bayanganya
"Kau masih bermimpi. Bukalah matamu dan cepatlah, MA— TI—"
Maysa mencengkram kedua pundaknya sambil terus membisikkan hasutannya. Senyumnya semakin melebar ketika Zia tidak dapat membalasnya. Sementara kepala Zia kini menunduk
"Tidak..."
"Oh? Ayolah, apa harus kuingatkan lagi betapa tidak berbakatnya kau? Atau bagaimana kamu hanya merepotkan orang di sekitarmu? Mati adalah pilihan yang lebih baik. Zee... Zee..."
"Aku... anak baik"
"Pikirkan baik-baik. Dengan kau mati, orang orang disekitarmu tidak akan terancam diganggu olehmu" Maysa berjalan meninggalkan Zia ke arah lemari asam di tengah ruangan. Jari-jari tajamnya mengelus botol coklat di dalam lemari yang kaca geser atas-bawahnya terbuka.
Benar, pikir Zia. Tapi apakah tidak seorangpun akan kehilangannya? Memang kematiannya hampir dapat dipastikan. Tapi apakah takdir seperti itu dapat ia terima sebelum dapat melakukan sesuatu dengan baik?
Apakah sesuatu itu hanya bisa ia lakukan dalam mimpi? Jika ya, mungkin ia akan mencobanya. Jika ia gagal dalam kehidupan nyata, setidaknya ia dapat berhasil di kehidupan palsunya. Dalam mimpinya
"Kalau begitu..." Zia melemparkan tabung reaksi lainnya yang berisi air ke arah Maysa. Pecah. Airnya tumpah di pundak sosok itu. Sedang beberapa keping kacanya menancap di pundak dan lehernya. "Aku akan hidup dalam dunia mimpi, sebagai kenyataanku." Matanya kini menatap lurus ke arah Maysa. Tentu saja ia tidak setuju dengan pendapat kembarannya
"Kalau begitu kau juga akan met di sini Zia!"
Sebuah botol bening dengan cairan yang transparan juga terbang ke arah Zia. Zia sanggup menghindarnya sebelum terkena tetapi zat di dalamnya kini tumpah di sekitar Zia. Baunya segar dan membuat sensasi dingin pada saraf sarafnya.
Zia segera menutup hidungnya dan menahan nafas sebelum uap zat yang mendidih di suhu ruangan itu tidak masuk lebih bnyak. Itu adalah Eter. Cairan yang biasa disuntikkan atau dituang ke atas tisu sebagai obat bius
Zia berlari ke deretan meja kramik satunya lalu segera mennunduk di bawah meja untuk menyembunyikan keberadaannya dari Maysa. Ia mengambil sebuah lagi tabung reaksi berisi larutan NaOH dengan knsentrasi pekat.
Entah apa yang direncanakannya tetapi ia berdiri, mencari Maysa dan segera melemparkan cairan licin itu pada kembarannya. Sayangnya akurasinya payah jika terlalu jauh dengan nafas yang sedikit tersengal. Lemparan payahnya secara tidak langsung memberitahukan posisinya.
Maysa mengejar dengan tangannya yang siap menggores tubuh Zia dengan jari jari tajamnya. Zia berlari ke arah lemari di tengah, secara acak mengambil satu larutan dalam botol, membuka tutupnya dan menuangkan isinya ke wajah Maysa ketika ternyata jaraknya dengan dia sudah sangat dekat.
Cairan kuning yang keluar dari sana langsung membakar muka Maysa. Tidak benar benar membakar tetapi sangat panas. Asam sulfat itu meninggalkan bekas kekuningan pada lengan jas Zia dan beberapa jarinya. Maysa terlihat kepanasan sambil metup mukanya dengan kedua tangannya
"Ziaaa!"
"Aku bukannya tidak sengaja bermain asam!"
Tanpa menghiraukan sensasi panas di jarinya yang juga ia rasakan, Zia segera menjauh dan bersembunyi dari sosok hitam itu. Ia berpikir tentang zat apa lagi yang dapat melukai seseorang. Lalu ia secara ajaib lagi, mengambil beaker glass –gelas kaca dengan skala 20 sampai 100 ml— yang terisi seperlimanya dengan cairan merah
Ia ingat bahwa merkuri dapat meracuni seseorang ketika disentuh dan meresap melalui kulit dan masuk ke peredaran darah. Jangan pernah menyentuh logam cair yang lucu ini jika tidak mau dadamu terasa berat. Hanya saja ia tidak tahu bagaimana cara menyuruh Maysa untuk menyentuhnya
Otomatis Zia harus menyiramkannya langsung ke arahnya. Zia berdiri dan menunggu Maysa mengejarnya lalu membuan logam itu ke arahnya. Cairan merah itu menjadi dua buah bola merah ketika meninggalkan wadahnya. Lucu memang
Tapi tidak dengan Maysa. Ia dapat membelah bolanya dengan jari jari tajamnya. Tidak menyerap ke dalam kulitnya. Ya. Tentu saja karena itu bukan kulit. Air yang tumpah di pundaknya juga masih basah. Mukanya juga tidak meninggalkan bekas sulfat dari yang Zia tumpahkan sebelumnya.
"Kau tidak boleh bermain-main dengan itu Zia. Kau bisa terkena kasus pembunuhan"
Zia berlari lagi ke meja lainnya. Meragkak bersembunyi di dalam meja untuk melindurngi dirinya dari lemparan botol botol berisi zat kimia berbahaya. Sayangnya tidak semua yang berbahaya itu harus tersentuh kulit terlebih dahulu. Lagi lagi Kembaran melemparkan zat yang berbau khas ke dekat Zia. Campuran dari besi sulfida yang dilarutkan dalam asam lambung.
Tubuhnya sudah terlalu lelah untuk memikirkan zat atau reaksi apa yang dapat membuat sosok hitam itu kesakitan. Ditambah bau busuk dari gas H2S yang memusingkan di dekatnya. Yang dapat ia pikirkan hanyalah melemparnya dengan zat asam yang sangat kuat yang bahkan dapat melarutkan logam mulia
"Ziiii... aa... matilah dalam bau busuk itu"
Maysa berjalan dengan santai dari meja ke meja seakan kemenangannya sudah terjamin, sambil menggoreskan jari jarinya ke keramik yang menghasilkan suara menderit.
Apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya diam dan menghilang dari pandanganku, jka aku tidak ingin mendengarkan kata katanya? Pikir Zia. Biasanya Maysa hanya menghilang ketika ia berhasil membuat Zia semakin putus asa
Zia ketakutan. Bukan karena Maysa tetapi karena ia mengambil sedikit asam nitrat dalam tabung reaksi. Zia malah berpikir bagaimana kalau Kembaran sangat kesakitan karena larutan korosif ini. Yang Zia ingat dari larutan ini adalah jangan menambahkan air ke dalamnya. Tapi ia sangat ingin mencobanya. Secara teori akan menghasilkan kebakaran. Atau ledakan
Unsur 4Be – Kambing
Museum semesta kini memiliki satu lorong baru dengan koleksi lukisan lukisan baru. Ada potret sebuah kota. Foto gedung melengkung lengkung yang surealis. Atau bahkan lukisan rumah kayu di tengah hutan yang rumputnya tinggi tinggi
Masing masing dari karya itu tampak hidup. Benar benar hidup secara harfiah. Rumputnya terhembus angin, jarum jamnya berputar ke kananatau bahkan pergantian siang dan malam yang sangat cepat. Semua itu adalah bingkai mimpi. Secuil Dunia dari reveriers yang telah ditandai
Semuanya sedang berjuang melawan mimpi terburuknya. Atau menghadapi kenangan terindahnya. Apapun itu, semuanya dapat membuat para reverier mati. Karena luka atau karena kesedihan. Setelah beberapa lama, bingkai mimpi itu menyala emas satu per satu. Dari ratusan, hanya puluhan yang yang dapat memancarkan cahaya. Mereka adalah reverier yang berhasil menghadapi lawan-lawannya tanpa keraguan.
"Zainurma, aku yang akan mengambil kesempatan pertama bertemu reverier bersama Ratu Huban"
Kata wanita dengan baju zirahnya pada Zainurma. Disusul ratu Huban yang membawa sekumpulan domba putih sambil menunggangi kuda dari balon lonjong yang diikat.
"Baiklah, aku akan melihat lihat bingkai yang lainnya dulu"
Lalu Nurma pun meninggalkan mereka berdua. Menyusuri lorong penuh dengan pigura. Dia mencoba mengingat beberapa reverier yang ia harap akan berhasil. Tapi yang ia dapatkan malah kebanyakan pemimpi yang tidak terduga yang memiliki pigura menyala emas. Kemudian ia berhenti pada sebuah potret laboratorium yang sangat normal
"Jika dia tidak ingin jadi tumpukan pembaruan tabel periodik. Sebaiknya dia harus berhasil melewati ini"
***
Tangan Zia kini memegang dua wadah. Satu tabung reaksi di tangan kanan dan satu lagi wadah kaca berbentuk bulat dengan leher panjang di atasnya. Labu ukur itu berisi air. Ia benar benar niat untuk meledakkan kembarannya dengan HNO3
"Oh... kita lihat apa kau berani meledakkanku. Zia"
"Aku memilih untuk hidup di dalam mimpi ini. Untuk sementara. Aku menerima kematianku tetapi setidaknya biar aku lakukan sesutau dengan baik di dalam mimpi"
Zia berdiri di atas dua kakinya kembali. Menantang sosok hitam itu meskipun kepalanya masih menunduk ke bawah bak tertarik oleh gravitasi. Lalu diangkatnya kepala Zia menatap ke arah sosok itu tanpa pikir panjang memecahkan tabung berisi HNO3 nya ke badan Maysa
Maysa menerkam Zia dalam satu hentakan. Sayangnya Zia berhasil menghindarinya ditambah berhasil menambahkan air pada asam nitrat yang masih menempel pada Maysa. Zia hanya mendapat luka goresan sepanjang pinggangnya tetapi sosok itu terbakar dalam api
"Aku akan menunggu kematianmu. Kalau kau sudah berubah pikiraan untuk hidup dalam kepalsuan mimpi, aku akan menjemputmu. Mati dalam kenyataan"
Itulah kata terakhir dari Maysa. Sebelum sosok itu terbakar habis sedikit sedikit seperti kertas yang terbakar lalu menghilang. Tanpa sadar, Zia juga sudah terlalu lama menghirup bau busuk asam sulfida yang sebelumnya dilemparkan Maysa. Kesadarannya menghilang, dan tubuhnya lemas.
"Im not a good girl even in my dream"
***
Beberapa lama kemudian dia terbangun. Yang ia lihat hanyalah putih.
Mirip seperti awan
Tetapi baunya tidak seperti air
"Kambing?" Tanya Zia dengan penuh heran. Kenapa bisa seekor hewan masuk ke dalam lab kimia. Zia mencoba mengangkat tubuhnya untuk duduk dan mengamati hewan di dekatnya
"Aku adalah domba" Jawab domba itu. Tidak benar benar bersuara karena yang menjawab tadi asal suaranya tidak di dekat sana.
"Eh iya domba!" Zia langsung menerkam domba itu layaknya harimau lalu dipeluknya domba itu seperti gulingnya sendiri. "Wah senangnya kau menyukai domba~" Kata gadis yang mengenakan jas hujan kuning dan sepatu bootsnya itu.
"Whoo... Peri gigi!" Sahut Zia sambil menunjuk ke arah kepala bantal.
"B-bukan. Di balik bantal ini tidak ada gigi anak anak. Aku Ratu Huban~!"
"Katakan kamu bukan salah satu imajinasi dalam kepalaku kan?"
"Menyulut api dengan air? Kimia memang menjadi sesuatu yang menarik untuk dipelajari"
Tiba tiba datang satu orang lagi dengan rambut yang disisir ke belakang dan kacamata hitamnya, muncul dari bayangan pojok ruangan
"psst— Ratu Huban... siapa lelaki pomade di sana? Dia mengerikan"
"Paman itu adalah mantan mafia. Engga galak kok"
"Ehem. Ya, kurasa aku bisa mendengarnya. Jadi bagaiman teorinya air bisa menghasilkan api?"
". . . Kimia itu mengerikan. Aku... juga tidak ingin bermain dengan itu lagi"
"Bagaimana kalau kita bermain dengan... uhh... kincir angin!"
"Umm... itu tidak bahaya. Baiklah siapa yang telat, dia pecundang~"
Zia merebut satu dari dua kincir angin yang dimunculkan oleh Huban lalu segera berlari mengelilingi ruangan itu agar kincirnya berputar. Huban menyusul di belakang karena kalah start.
"Lihatlah sekarang kita memiliki dua Huban"
Unsur 5B – Kunci
Zainurma kembali ke ruangan sempit yang sempurna miliknya. Tiga kali lima merupakan jarak pandang yang nyaman dibandigkan dengan museum semesta yang jauhnya tiada terkira. Zainurma duduk sambil kembali membaca daftar reverier yang berpotensi menurutnya
Beberapa berhasil melewati tugas pertama. Yang membuatnya lega sehingga rencananya dapat berjalan. Selama ini Nurma masih berpikir bahwa kuncinya adalah Ratu Huban. Sampai Pameran Raya yang baru beberapa waktu lalu dimulai. Ia bereksperimen dengan menggunakan pemimpi
"Zia ya?" Dia berhenti pada satu data pemimpi yang sedikit berbeda. Kata Huban mimpinya penuh Imajinasi. Tapi sebenarnya apa itu imajinasi? Pikirnya. Ia berjalan keluar dari ruangan itu untuk mencari beberapa rujukan tentang imajinasi.
"Berikan refrensi berkaitan dengan imajinasi" Katanya pada sebarisan lemari buku dan lemari itu mennjukkan buku-buku mana saja yang diinginkan Nurma. Sehingga Nurma hanya tinggal mengambilnya dan membacanya tanpa repot mencari
"Mimpi. Melahirkan ilusi, fantasi dan imajinasi. Ilusi adalah khayalan yang merasuk ke dalam otak... hmm... Tunggu. Kalau tidak salah jam tanganku sempat berlagak di dalam mimpinya. Dan terakhir kali jam ini berlagak seperti itu..."
"Aku rasa aku menemukan kunci kedua!"
konsep kimianya cukup menarik. ada perkembangan yang lumayan sejak FBC. yah bisa dibiliang ini titik tolak kamu untuk terus leveling sebagai penulis.
BalasHapusuntuk plot sendiri, juga konsepnya original. hanya saja pacenya masih perlu diperlambat biar pembaca juga bisa menikmati ceritamu lebih detil. perdalam riset juga ttg kimia cos pengaplikasiannya masih belum cukup variatif buatku.
7
Axel Elbaniac
Menarik juga. Referensi kimia dipakai untuk menandai pergerakan babak, saya belum pernah liat tapi terasa mirip anime. Karakter DM dengan sifat tersendiri juga lumayan. Pertarungannya so-so tapi paling tidak lumayan jelas dan tidak membingungkan. Karakter OC masih bisa dikembangkan.
BalasHapus7/10
Nazhme Kaikhaz
Writer Nightpen
Halo. /plak
BalasHapusGaada titik buat mengakhiri paragraf bikin saya agak gak nyaman
Karakterisasi Zia udah bagus kataku, pertarungannya juga lumayan seru. Mungkin reaksi-reaksi kimia lainnya masih disimpen buat ronde depan. Menunggu aksi Zia selanjutnya.
7/10
OC : Takase Kojou
itu dia... tadinya udah mau keluarin zat pelarut emas. Tapi HNO + H2O itu sudah jadi gerakan signature sih. itu keren.
Hapusmungkin selanjutnya aku buat kolom trivia. buat info detil reaksinya
oh iya makasih revievvnya. nanti aku coba mampir ke lapakmu
Mungkin lebih keren kalau gak di kolom trivia, tapi di ceritanya. Penjelasannya gak usah panjang-panjang, to the point aja tapi tetep bagus.
HapusSama-sama, ditunggu reviewnya .,.)b
>imajinasi~
BalasHapusLel, referensi spongebob?
Typonya lumayan banyak di entri ini, kebanyakan kata yang kekurangan satu huruf, ada juga yang bikin bingung maksudnya apa kayak 'menpel' atau 'met'
Jadi Maysa ini semacem hantu? Saya kok ngerasa motivasi dia mau bunuh Zianya kurang keeksplor ya. Oke Zia dibilang ga berbakat, terus? Masa gitu doang jadi alasan dia mesti mati?
Walau ada entri lain yang juga make dialog selipan bahasa inggris, entah kenapa di sini saya ngeliatnya kuran sinkron. Mungkin karena masalah konteks situasi, dan sebaiknya juga semua bahasa asing itu di-italic
Battlenya lumayan jelas, tapi masih agak datar dan ga ada kesan intens - berasa lempeng aja, intinya cuma Zia ngelemparin macem" bahan kimia beda" efek sampe Maysa kalah imo
Nilai 7
saya pernah bc komik sperti ini yang ngemunculin kembarannya sbg byangan htam gtu. tp emang dianya hantu dan si cewek punya kelebihan bs ngeliat hantu sih.
BalasHapushmm...istilah kimia2nnya boleh juga. pelajaran tuh buat anak ipa. ada beberapa kesalahan ktik. tp itu udah terlalu biasa untuk dibahas. mungkin kalo konflik dr zia dan kmbarannya lebih dikuatkan lg (bingung istilahnya apa. pokoknya gtulah). critanya akan lebih seru lagi. tdinya mau ksh enam tp alasan saya kurang kuat dan lagian ini crita bs mudah dipahami meskipun pembtas mimpinya msh agak rancu krn penyakit zia sendiri jd 7
Zia nampaknya secara karakter mirip Lilia, yang entrinya saya baca kemaren. Sama-sama giat belajar. Secara umum karakterisasinya oke, nyampe ke pembaca.
BalasHapusAda sedikit tata bahasa yg kurang standar di kata-kata bahasa Inggrisnya. Tapi nggak terlalu jadi masalah, toh taun kemaren juga ada yang bisa bertahan cukup jauh di BoR asal ceritanya solid. Pergantian bahasa waktu ngobrol sama Masya di awal juga esensinya boleh2 aja. Yang jadi masalah ternyata kesan dialog Zia dan Masya yang nggak seperti penutur asli bahasa Inggris. Jadi Masya dan Zia ngobrolnya kayak lagi akting, dan nggak keliatan alami.
Coba bandingkan sama novel terjemahan yang sama-sama suka gonta-ganti bahasa karakternya, buat referensi.
Kalo dari cerita mah udah rapi banget lah ini. Apalagi konsep kimianya cukup jelas dirinci di battlenya. Narasi juga bisa luas banget dijelajah sama penulis buat ngegambarin adegan. Zia juga dikasih konflik batin waktu mau nyerang Masya lebih lanjut.
Lalu, agaknya di dialog akhir lumayan cepat alurnya. Ini waktu Nurma dan Huban muncul di depan Zia. Dan agak janggal dicerna untuk mengetahui siapa-siapa yang bicaranya.
Kalau diperhatikan, waktu Nurma tanya tentang bagaimana air jadi api itu pasti ke Zia. Yang bilang "yang terakhir telor busuk" pasti Zia. Dan yang terkahir bilang "Kita punya dua Huban" pasti Zainurma juga. Tapi alangkah baiknya diperjelas. Justru, di sini malah mereka kayak pake dialog novel terjemahan, alias berasa aslinya mereka pake bahasa Inggris. Coba kalau waktu Zia dan Masya juga gini mood dialognya.
Kontras kambing dan dombanya menarik juga. Juga kaitan sama Huban yang disangka peri gigi.
Udah segitu aja ya. Sehingga.
7/8
PUCUNG
Kok 7/8 sih. 7/10 maksudnya.
HapusGusti, rieut.
kotak imajinasiii~~~~
BalasHapussedikit koreksi, lagi-lagi ada kesalahan pemahaman dari kata bergeming = diam, bukan bergerak. Seperti kalimat 'Zia tetap tidak bergeming', yang mau disampaikan Zianya tidak bergerak kan? Semoga ke depannya, kesalahan ini tidak lagi terulang.
dialog pk bahasa inggris? kayak makan nasi terus waktu kunyah ada kerikil di dalamnya. Terasa janggal sih, atau bisa dipersempit lagi hanya sekata dua kata saja yang pk inggris, mungkin lebih baik.
Selain itu, battlenya masih terasa kurang ngehit cuma lempar-lemparan botol sambil sembunyi terus lempar-lemparan lagi. Mestinya ada adegan kontak fisik biar battle makin terasa, tapi di sini bagian itu sangat-sangat kurang.
pengunaan konsep kimia yg wow memang menarik sebab tidak dimengerti semua orang awam, sebab itu juga harus berhati" dalam risetnya, salah-salah bisa jalan buntu.
7
Samara Yesta~
Battle dengan kimia itu memusingkan.. Tapi penjelasan detail tiap paragraf cukup terbayang bagaimana efek tiap unsur kimia yang dibuat.
BalasHapusCerita ini kesannya agak 'deep' . Ga cuma melawan bayangan, tapi konflik batin juga.
---------------
Rate = 7
Ru Ashiata(N.V)
Maysa itu efek psikosis jugakah? Banyak bahasa kimianya. Agak ribet tapi tandanya penulis sering riset. Ngomong-ngomong, kalau nulis percakapan ucapan selanjutnya beda baris biar lebih enak dibaca. Kadang tanda baca juga kelupaan, terutama saat dialog, dan typo bertebaran.
BalasHapusNilai: 7
SERILDA ARTEMIA
yap efek psikosis. ehh ya, sebenernya infonya terlalu banyak mengarah ke charsheet, dan malah ga aku tulis lagi di entri. so my bad kalo kurang jelas
Hapussisanya terimakasih atas sarannya
Wah, entri yang sangat ilmiah sekali.
BalasHapusKadang ada yang ga mengerti di istilah kimianya, tapi cara kerjanya bikin saya iseng googling juga, dan akhirnya bisa menikmati cerita yang disajikan oleh Zia.
Plotnya sendiri cukup mudah dimengerti dan saya menikmati konflik ceritanya. Karakternya Zia sendiri juga tersampaikan dengan baik.
Nilai dari saya jadi 8 deh. Semoga sukses
Salam sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut.
ahh padahal aku harap ga ada yang googling soalnya itu ada yang salah reaksinya
Hapusaamiin semoga sukses, matur sembah nuhun mbah //bedabahasadaerahei
WEW!!! Plotnya keren nih pake ilmu kimia buat tarung. Penggambaran karakter Zia juga bagus, menekankan pada schizophrenia yang ia idap.
BalasHapusSayang penyampaiannya kurang maksimal.
-Taipoo berceceran.
-Kurang tanda titik di akhir paragraf.
-Jangan gabung aksi dua karakter dalam satu paragraf, pisahkan tiap kali kamu menggambarkan karakter berbeda.
-Ketegangan saat pertarungan kurang terasa karena minim deskripsi. Gambarkan ketakutan Zia ketika menghadapi Masya, tanganya gemetar, keringat bercucuran, jantung berdegup kencang, atau sampai ngompol sangking takutnya.
Akhir kata meski penyampaiannya kurang maksimal, plot ceritamu menarik. Jadi nilaimu 7.
Makasih sudah mampir di entri Begalodon ya~
OC : Begalodon
aduh makasih itu sarannya... >.<
Hapusiya juga lupa kasih keringat, nafas, degupnya. makasih diingetin. padahal harusnya Zia itu memang gampang capek. jadi ga tersampaikan
makasih makasih
Yah, karena saya dulu jurusan IPS di SMA, otomatis saya telan aja semua deskripsi tentang kimia yang terakhir dipelajari waktu kelas 1. Gak papa lah, sembari mengenang nilai kepala 4 dan 5 yang selalu nangkring di pojok kanan atas kertas ujian. #baper
BalasHapusEhem, Senada sama komennya mas Nakano, tulisanmu kurang titik di akhir kalimat. Cuma ngingetin aja didalam tanda kutip(") ya titiknya, bukan diluar.
Jadi, ngomongnya "Hai, Zia." bukan "Hai, Zia".
Gitu. Saya cuma ngingetin aja lho. semoga entri selanjutnya bisa jadi lebih baik. Ada beberapa typo walaupun gak banyak-banyak amat.
Adegan battle Zia dan bayangannya seru juga, dijelaskan dengan baik. Bikin yang buta kimia jadi ngerti kalau asam sulfat itu bikin panas. Hore, saya makin pinter(halah). Kalo aja guru saya dulu ngejelasin pake cerita macam ini, mungkin saya gak se-ancur sekarang pengetahuan kimianya. #makinbaper
Maap kalau saya kebanyakan ngelawak disini, maklum efek kurang H20. Overall saya kasih 7, deh.
Akbarari/Tombakpatah
O.C Marikh Dewa Arak Kolong Langit
Aye suka konsep battlenya.
BalasHapusLari, sembunyi, lempar.
Lari, sembunyi, lempar.
Konsep "the chosen one" pun dibawakan ye, udah umum di BOR sebagai permulaan cerita memasuki turnamen. Aye juga soalnya hahahahah
Nah, yang kurangnya adalah.
1. Side chara rasanya cuma dipaksakan muncul. Ga ada relevansinya secara detail ke perjuangan Zia. Ga kuat relasinya.
2. Motif maysa maunya diperdalam, jadi battlenya bisa lebih seru. Atau setidaknya gambaran psikosisnya pun memengaruhi setting latar mimpi zia. Ini...ndak ada. Distorsinya kurang tampak.
3. Beberapa paragraf kalimatny amburadul karena tanda baca ga sesuai/ga rapih. Bingung.
Aye mau kasih 6.
Tapi karena ada kalimat lucu "Lihatlah, sekarang kita memiliki dua Huban."
+1.
Jadi total nilai 7/10.
OC: Wamenodo Huang.
Nibelhero.
Ilmiah sekali... :')
BalasHapusSama seperti di atas, saya suka konsep lari-sembunyi-lempar. Juga suka penggambaran schizophrenia yang diidap Zia. Kasian ya orang pinter tapi kebanyakan imajinasi seperti spongebob
Ada bagian yang lucu, jadi tidak membosankan. Untuk selanjutnya, deskripsi reaksi perlu ditambah agar tidak perlu bertanya pada Mbah Google
Nilai 8
Merald
weehh.. Aku anak IPS saat SMA, jadinya agak pusing dengan tabel periodik. /cry
BalasHapusbattlenya lempar-lemparan botol berisi cairan kimia. Maysa kurang dieksplor dan alasan yang cukup kuat untuk membunuh Zia. bahkan terkesan annoying.
scene Zia bersama Ratu Huban kayanya lucu kalo jadi kenyataan.
well, nilai dari saya 7. semoga sukses..
Dwi Hendra
OC : Nano Reinfield
Baru kali ini baca entri yang bener-bener ilmiah tak ada unsur-unsur fantasiah di entri ini termasuk battlenya, battle melempar zat kimia...
BalasHapusIni termasuk pertarungan yang sadis, karena ga main2 buat ngelukain dan ngebunuh lawannya.
Saya gak akan bahas masalah teknis karena udah dijelasin dikomen sebelumnya.
Saya cukup menikmati entri ini, hanya tempo ceritanya tolong jangan dibuat terlalu cepat. Agar pembaca semakin bisa menikmatinya.
Nilai : 7
Mahapatih Seno
Hm...
BalasHapusMeski senyawa kimia yang digunakan dalam pertarungannya cukup menarik, tapi saya membayangkan pertarungannya jadi sekedar 2 anak kimia lagi berantem dan adu lempar botol berisi bahan kimia berbahaya. Menarik, tapi sama sekali gak intens.
Well, untuk itu saya hanya bisa beri 7 poin.
Asibikaashi