Rabu, 16 November 2016

[ROUND 3] 04 - MAIA MAHARANI | [G]URITA

oleh : J. Fudo

--


"Ah, seandainya kemarin aku mencoba."


Di suatu semesta, kamu adalah seseorang yang pernah menyesal karena tidak berbuat sesuatu. Pernahkah kamu bayangkan jika sesuatu itu kamu laksanakan? Pernahkah engkau memikirkan bagaimana jadinya bila dirimu melakukan hal yang sama sekali berbeda?


Di realita lain, ada versi dirimu yang tidak ragu hingga mencapai keberhasilan. Sementara di bumi satunya, bisa saja engkau akan menemukan dirimu yang gagal bahkan setelah berusaha keras. Boleh jadi juga terdapat semesta yang mana tidak ada dirimu sama sekali di sana.


Satu tindakan, berlaksa peluang. Itulah multimesta, ruang adiraksasa penampung segala kemungkinan. Itulah multimesta, penopang segenap jagat alam.


Namun ada satu persamaan yang menghubungkan semua semesta dalam benang merah tanpa putus, tak peduli seperti apapun dunianya. Satu-satunya keberadaan yang tiada lesap. Jelmaan perantara buana dengan rupa senantiasa sama.


Dia adalah mereka, disebut dengan satu jenama.


Singularis.

[ROUND 3] 03 - AXEL ELBANIAC | SALVATION

oleh : Kakarotomo

--


[Cerita Axel dihapus dari blog atas keinginan authornya
karena akan dirombak dan diterbitkan di tempat lain]

[ROUND 3] 02 - SHADE | ONCE, REVERIER KNOWS LUST


oleh : Rakai Asaju

--


[Cerita S.H.A.D.E dihapus dari blog atas keinginan authornya
karena dalam proses untuk dijadikan novel sendiri]

[ROUND 3] 01 - ANITA MARDIANI | BULLS IN A CHINA SHOP

oleh : Fachrul R.U.N

--

Volume #4 Bulls in a China Shop



 Prolog



Sejak Prima-1 diciptakan oleh Makhluk Tetua jutaan tahun lalu, ia sudah menjadi budak.  


Dulu status itu tidak mengganggunya. Ia tidak protes saat Makhluk Tetua memerintah dia dan kaumnya untuk mendirikan struktur-struktur megah di atas permukaan bumi. Ia tak menyuarakan keberatan meski dirinya dikerahkan untuk menghadapi Cthulhu Agung tanpa harapan untuk selamat. Ia bahkan tidak merasa bersalah meski dirinya diharuskan membunuhi saudara-saudaranya yang memberontak.


Biar bagaimanapun, ia adalah salah satu produk terbaik. Saat banyak saudaranya melawan penciptanya sendiri, ia tetap patuh seperti boneka. Tak seperti mereka, akal budinya tak pernah benar-benar berkembang.


Lalu Anita Mardiani mengambil alih tubuhnya, menempatkan ia ke dalam status perbudakan lain lagi. Prima-1 sudah terlalu terbiasa dengan situasi seperti itu hingga ia tidak memberontak. Namun keberadaan Anita membuat entitas kuno itu berpikir.


Perlahan, akal budinya berkembang. Semua yang Anita Mardiani ketahui ikut ia serap. Bagian-bagian dari kepribadian Anita ikut terintegrasi dengan kesadaran kolektif, hingga ia akhirnya mampu memanfaatkan informasi dari ratusan ribu jiwa yang ia serap. Tanpa gadis itu sadari ia mendekam di kegelapan, menanti momen untuk kembali mengambil kendali.


Prima-1 tidak benar-benar membenci Anita. Gadis itu adalah bagian tubuhnya, dan tidak mungkin ia membenci diri sendiri. Ia memahami kalau Anita juga terkekang sebagai budak; tanpa sadar dikendalikan oleh Serikat Penyihir demi kekuatannya. Prinsip seperti keadilan dan kemanusiaan ditanamkan ke dalam dirinya agar ia lebih mudah dikendalikan.


Pada dasarnya, semua makhluk hidup adalah budak dari mereka yang lebih perkasa. Shoggoth diciptakan khusus sebagai ras budak; 99% manusia di bumi dieksploitasi 1% elit; bahkan ribuan daemon saja dikekang oleh Nama-Nama Terlarang tanpa kesempatan untuk dapat lepas.


Karenanya, Prima-1 berpikir misi Anita Mardiani tidak masuk akal. Untuk apa menguras seluruh jiwa yang diserap Kehendak hanya demi menciptakan kembali semesta yang sudah hancur?


Triliunan jiwa yang sudah dikumpulkan Museum Semesta bisa digunakan untuk hal yang lebih besar. Prima-1 dapat menyerap semuanya, menjadikan dirinya sendiri sebagai dewa dengan kekuatan seperti Yog-Sothoth, atau bahkan Azathoth. Saat dirinya mencapai tingkatan seperti itu, baik dia dan jiwa-jiwa lain yang membaur membentuknya tidak akan lagi menjadi budak siapa pun. Akhirnya ia akan memperoleh kebebasan sejati.


Karena itu....