Senin, 14 Maret 2016

[FBC] 037 - OTHEMA SPREED

OTHEMA SPREED
VERSUS
RENA CHRONOSS
TEN GALLON TANK
[Tantangan V10]
oleh: Wildan Hariz

---

OTHEMA SPREED - WABAH ARKAIS ALAM MIMPI


Alam Mimpi merupakan simbol ekspresi. Kebebasan daya cipta. Apapun dapat dibayangkan. Realita-realita ideal melayang. Mereka menunggu sang penarik benang. Visualisasi realita beragam di dalamnya. Realita kebahagiaan, kesedihan, amarah, kegilaan … semua layaknya tercampur sebuah kendi berdasar tak terbatas bernama Alam Mimpi.

Adalah Ratu Huban. Entitas riang gembira yang mampu berjalan ke sudut-sudut Alam Mimpi. Ia menyaksikan aneka kejadian di Alam Mimpi. Sampai suatu hari ia dikejutkan oleh keberadaan 'benda' yang belum pernah dilihatnya. Ratu Huban menemukannya di suatu bagian Alam Mimpi yang hampir tak terjamah. Tempat itu diselimuti warna-warni cahaya aurora. Hanya ada beberapa potongan tebing berumput jarang melayang.

Ratu Huban mendarat pada tebing itu, tebing yang paling luas datarannya. Sepatu but-nya berdecit saat mencapai dataran. Kepala bantal ungunya dimiringkan keheranan. Ia tak memiliki wajah—tak ada mata dan yang lainnya, bagaimanapun, tetap saja nampaknya ia dapat melihat keadaan di sekitarnya.

"Lagi-lagi aku salah membuka portal … aduuuh. Aku di mana lagi sekarang?" gumam Ratu Huban. Dalam balutan pakaian kuning, ia memainkan sebuah tongkat oranye sepanjang tubuhnya yang pendek.

[FBC] 036 - CATA ASTRO PHEE

VERSUS
TEN GALLON TANK
STALLZA
BU MAWAR
[Tantangan V9]
oleh: Dhiko Surya Perdana

---
KATASTROFI


Privilege 1
Human savior

As I walk through the valley of the shadow of death
I take a look at my life and realize there's nothin' left
Cause I've been blasting and laughing so long
That even my mama thinks that my mind is gone
But I ain't never crossed a man that didn't deserve it
Me be treated like a punk you know that's unheard of
You better watch how you're talking and where you're walking
Or you and your homies might be lined in chalk
I really hate to trip but I gotta lock
As they croak, I see myself in the pistol smoke, fool
I'm the kinda G the little homies wanna be like
On my knees in the night saying prayers in the streetlight


Musik itu menggema di telinga Cat, mengiringi langkahnya yang tegap penuh kharisma. Style mencolok ala penyelamat manusia yang tiada duanya. Di zaman ini siapa tak kenal dia? Dia adalah orang yang dielukan untuk menjadi salah satu kandidat orang suci. Tuhan pun pasti berkehendak hanya untuknya dan golongannya, begitulah kira-kira kesimpulan dari mereka.

Penyelamat manusia!

Tak takut pada segala apapun yang menghalangi–atau setidaknya yang dianggap mengganggu.

Tak takut untuk menyuarakan kebenaran—atau setidaknya yang dianggap kebenaran untuk dirinya sendiri.

Penyelamat manusia!

Pria adalah golongan rendah barbarik yang hanya berfokus pada pola nafsu, pembudaya kultur pemerkosaan, rasis dan segala yang buruk di dunia!

Wanita adalah golongan manusia tertinggi yang harus diselamatkan, mereka makhluk suci! –kecuali mereka adalah pendukung pria, maka mereka harus ikut diperkarakan.

Kelompok trans adalah yang paling mulia, hidup kalau hanya sekedar hidup, cis-men juga hidup, tapi untuk memahami esensi kehidupan, semua orang harus menjalani hidup menjadi trans.

Penyelamat manusia! Di sana ada para pria kotor melakukan perbuatan kotor dan tercela! Tangkap mereka!

Langkah Cat pun tertuju ke tempat yang diarahkan, lebih cepat. Lalu..

[FBC] 035 - MARITA

MARITA
VERSUS
TEN GALLON TANK
[Tantangan N5]
oleh: Dyah Ayu Savitri

---

"S & M"

Episode 1: Di Dalam Loker Ada Seekor Domba

"Marita."

Gadis berambut biru gelap itu memicingkan matanya, menatap ke balik jeruji besi di depannya, berusaha mengira-ngira arah suara yang memanggil namanya.

"Kau pikir kau sendirian di sini?"

Marita berbalik dan menemukan seseorang duduk di atas kasur kerasnya.

"Aneh ya, kenapa kita ada di sini? Hahaha."

Seseorang muncul di pojok ruangan dan tertawa. Marita semakin bingung. Ia melihat dua sosok Sonata di depannya.

"Kenapa kalian ada di sini? Pergilah, pergilah." Marita mengusir mereka seperti mengusir kucing jalanan.

"Hei Mar, kau harus segera keluar dari sini."

Terdengar ocehan dari belakang mereka, Marita melihat sesosok makhluk bicara. Jelek sekali, pikirnya.

"Kau tahu Davy Jones? Kalau kau tidak bisa keluar dari lokernya, tamatlah riwayatmu." Katanya sambil sesekali ia menggaruk otaknya. Sepertinya makhluk ini kehilangan tempurung kepalanya setelah menjadi satu dengan dinding yang berlumut.

"Maksudmu, saya sekarang sedang berada di dalam loker?" Marita menatap ketiga Sonata aneh di depannya. Terutama Sonata berlumut yang terakhir bicara. 

[FBC] 034 - BEGALODON

VERSUS
LAZUARDI
TEN GALLON TANK
[Tantangan V2]
oleh: Overlord Hall

---

*WARNING!! Anda akan memasuki dunia mimpi dimana kejadian aneh, tidak masuk akal dan karakter OOC berkeliaran. Resiko ditanggung sendiri. Selamat menikmati entri sepanjang 5k+ ini.

Realm 1000 nama, realm samudra yang penuh konflik dan perebutan kekuasaan. Realm ini begitu tercerai-berai, sampai-sampai penghuninya tidak bisa sepakat menentukan nama resmi untuk realm yang mereka tinggali tersebut. Tiap orang punya nama sendiri untuk realm ini, dari sanalah julukan Realm 1000 nama berasal.

Dari sekian banyak nama penguasa besar, ada satu nama yang menonjol diantara mereka. Dia adalah Begalodon, sang begal laut lepas. Barbar, egois, kejam dan tak berbelas kasih, manusia hiu itu menganggap seluruh wilayah lautan realm Air Dimana-mana -Nama realm versi Begalodon- miliknya.

[FBC] 033 - SERILDA ARTEMIA

SERILDA ARTEMIA
VERSUS
MIMA SHIKI REID
[Tantangan N7]
oleh: Naurah Deatrisya Gitany

---

Prolog: Sebelum Ia Tertidur

        Dari ruang rapat parlemen, seorang wanita muda keluar. Penampilannya tegas dan berwibawa. Mahkota emas yang berada di puncak kepalanya menandakan jabatannya yang tinggi, seorang ratu. Di belakangnya ada seorang dayang muda yang memiliki rambut seperti untaian perak.    

        Dari air mukanya, bisa dibilang kalau wanita yang bernama Serilda itu baru saja "mengamuk" di depan para menteri soal masalah yang tidak ujung tuntas. Wanita berambut perak di belakangnya hanya menatap majikannya maklum. Segala umpatan dan omongan sarkastik Serilda sudah ia dengar sejak hari pertama ia menjadi sekretaris sang Ratu.

        "Griselda, tolong masuk sebentar! Aku ingin berdiskusi sebentar denganmu," pinta wanita muda yang bernama Serilda itu setelah mengganti pakaiannya dari dalam kamarnya.

        "Ada apa, Yang Mulia?" tanya Griselda yang duduk di dekat Serilda. 
       
        "Kamu tahu tadi apa yang dibicarakan oleh menteri-menteri sialan itu di rapat? Masalah-masalah yang sama lagi dengan rapat terakhir! Aku tahu aku ini ratu Khilyra Baru, pemimpin mereka semua. Tapi, bukan berarti aku mau memberikan jawaban yang sama terus menerus mengenai masalah yang sama. Kalau bukan karena mereka adalah orang-orang yang berpengaruh di Khilyra Lama, mungkin aku sudah mengacungkan jari tengah di depan mereka semua dengan percaya diri. Dasar makhluk-makhluk sialan," omel Serilda yang diakhiri dengan umpatan yang sarkastik.

        "Emm… sebaiknya Anda jangan mengumpat, Yang Mulia, itu tidak baik. Untuk soal para menteri, apa perlu saya meminta tolong kepada beberapa teman saya untuk mengamati tingkah mereka?" usul Griselda.

        "Gri, aku tahu kalau mengumpat itu tidak baik. Makanya aku hanya mengumpat di kamar karenakedap suara dan kamu sudah memahami kepribadianku yang kalau lagi kumat bisa keluar kalimat-kalimat sarkastik. Untuk soal pengamatan, sebaiknya jangan dulu. Jika tidak ada perubahan baru aku akan meminta bantuan orang lain," kata Serilda menjawab usulan-usulan Griselda.

        "Baiklah, Yang Mulia. Ngomong-ngomong, ini sudah malam dan esok hari Anda akan berkuda bersama Nyonya Epona sehingga lebih baik jika Anda segera tidur, Yang Mulia. Selamat malam," pamit Griselda sebelum memadamkan lampu dan pergi menuju kamarnya.

        Diam-diam, Serilda mengambil sebuah kotak perak kecil kesayangannya. Kotak Kenanganlah nama kotak itu. Di dalamnya terdapat beberapa figurin kecil yang model-modelnya merupakan beberapa orang paling berarti dalam hidup Serilda: kedua orangtuanya yang sudah meninggal, adiknya, yang berambut perak, yang mungkin ahli nujum istana tidak mampu melacaknya, dan figurin seorang lelaki muda yang seharusnya seusia dengan Serilda saat ini, yaitu, cinta pertamanya.

        Andai aku dapat bertemu mereka lagi walau hanya dalam mimpiku yang paling gila, batin Serilda.

[FBC] 032 - ALEX ALDUIN

ASEP CODET (ALEX ALDUIN)
VERSUS
SANELIA NUR FIANI
FATANIR
LAZUARDI
[Tantangan NV6]
oleh: Dendi Lanjung

---

Peringatan: Cerita ini dibuat penulis tanpa melihat kembali charsheet OC yang bersangkutan. Semua OC ditampilkan berdasarkan gambaran kasar karakterisasi dan garis besar kemampuan khususnya.


[$1]
Semua Yang Terjadi Di Dunia Ini, Diawali Dengan Ledakan


DUAAARR!! Begitulah cerita ini dimulai.

Bersamaan dengan suara ledakan, sebuah lubang tercipta dari ketiadaan, menciptakan sebuah jalan tembus yang merobek ruang dan waktu.

Dari lubang tersebut, sesosok pria bertubuh besar, berambut kelabu, terlempar dengan kasar dari ujung sana.

Ah, ralat, rambutnya ternyata bukan kelabu, tapi ubanan.

Walau terlempar di tanah yang keras, si pria seperti tak merasakan apa-apa. Tangannya yang besar, menepuk-nepuk debu dan kotoran yang menempel di tubuh atasnya yang tak tertutupi kain apapun. Pria itu bernama Alex Alduin, atau lebih dikenal orang-orang dengan nama...

Asep Codet.

[FBC] 031 - LOCTIS VERLOHEIN

LOCTIS VERLOHEIN
VERSUS
MIMA SHIKI REID
[Tantangan NV1]
oleh: Ryokohara Arya

---

API PUTIH, BESI YANG MELELEH
.
.
.
"Satu mimpi yang terwujud adalah satu mimpi yang hancur, hanya apakah kau ingin membawa bebannya ataukah kau memilih untuk membuangnya…"
.
.
Bab 1
Pemuda Pandai Besi


Hijau—  dengan padang rumput yang lapang sepanjang mata memandang, dan daun daun yang menggantung di pohon  pohon yang menghiasinya. Dengan langit yang begitu biru membentang di angkasa dan laut yang mengelilingi daratan daratan di Vandaria. Setidaknya itulah yang pernah menjadi pemandangan yang memanjakan mata di dunia itu. Langit berubah menjadi merah, api membara ditengah derasnya air hujan, dihiasi asap hitam dan puing puing bangunan megah yang pernah berdiri di sana. Perang memang tak bisa dihindari, ketika dua entitas berbeda saling memperebutkan kehormatan ras nya masing masing.

Masa-masa tirani Nirbingkai —ras mirip manusia dengan kulit pucat, rambut putih, dan dua warna bola mata yang berbeda— telah usai. Manusia yang selama ini diperbudak oleh mereka kini memberontak dan melawan kerajaan Nirbingkai dibawah pimpinan Nirvana. Istana kerajaan Edenion, pusat pemerintahan Vandaria sampai beberapa jam yang lalu kini berubah menjadi medan tempur.

Minggu, 13 Maret 2016

[FBC] 030 - KEEV

KEEV
VERSUS
EDWARD KALASHNIKOV
URSARIO
[Tantangan V5]
oleh: Villyca Valentine
---

Author's note: cerita tentang Keev vs Bura Bear mbul pendek(Ursario) & Penyihir *uhuk*Tsundere  (Edward Klas-karena namanya susah, ya sudah begitu saja. yang penting kalian tahu yang mana orangnya.)
-------------------------------------------------------------- 
Seorang pria berkacamata bersenandung sambil menghirup aroma kopi yang baru saja ia seduh. "Sempurna seperti biasa." 
'Papa, bukankah hari Valentine seharusnya memberikan coklat? Kenapa papa membuat segelas kopi?' tanya gadis hologram mungil dari balik punggung Keev. 
Pria itu tersenyum. "Risa tidak akan kuat beranjak dari kamar karena ..., aih hampir saja! Tidak baik untuk para pembaca single mengenaskan di luar sana," ucap Keev lalu tertawa. 
'He?' Arisu, gadis hologram itu memasang wajah bingung. 
"Jangan dipikirkan, nak. Kau harus berhati-hati, jangan sampai terlihat begitu imut. Bisa jadi ada pembaca mesum yang sangat menyukai gadis bertelinga kelinci dan model rambut twin tail." Keev tersenyum lalu mengangkat gelas berisi kopi. Tangan kirinya meraih boneka beruang yang telah diikat pita merah di bagian leher. 
"Arisu, tolong berikan status fisik Risa." 
'Secara umum mama hanya kelelahan, tingkat stress menurun dibanding dengan hari sebelumnya.' 
Keev tertawa. "Tentu saja dia akan kelelahan." Pria itu menghentikan tawanya seakan teringat sesuatu. "Wah, aku hampir melupakan perasaan kalian. Iya, kalian yang sedang membaca sekarang.  Jangan membayangkan apapun, karena aku tidak akan menjadi makhluk mesum." Keev tersenyum lebar. "Tidak sekarang," tambahnya lalu kembali tertawa. 

[FBC] 029 - ARACHERIA PULCHRA FORTISHA

VERSUS
MAHESA WERDAYA
URSARIO
[Tantangan NV1]
oleh: Iis Erlian

---


UNHAPPY REALITY


Secarik kertas bergambar masih di genggam Ara yang terbaring lelah menatap langit. Tak jauh darinya, seekor panda berukuran normal tengah memakan batang bambu tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis tersebut. Sebuah fakta bahwa orang tua yang merawatnya bukanlah orang tua kandungnya membuatnya  sedikit banyak berfikir untuk pergi ke planet asalnya. Planet Terra. Planet tersebut hanya berjarak sekitar 900 milyar tahun cahaya dari bumi. Namun bisa dicapai dalam waktu beberapa hari, jika keberuntungan berpihak padanya, ia bisa dengan mudah menenggelamkan diri dalam segitiga bermuda di Samudera Atlantik. Jika ia berhasil sebuah portal akan terbuka dan penjaga portal yang akan melemparnya ke dimensi lain, yaitu Planet Terra.

Namun ia yakin kedua orang tuanya tak akan mengijinkannya pergi kemanapun. Sejenak Ara mencoba menutup matanya, mencoba menghilangkan penat dalam pikirannya. Belum sampai semenit ia menutup matanya, suasana di hutan berubah. Suara kicau burung dan nyanyian serangga terhenti. Bahkan desau angin pun seolah tak berhembus. Dengan segera ia bangkit dan menghampiri Harchi yang juga menghentikan acara makannya. Mereka memandang ke segala arah. Mencari penyebab keheningan disana.

Sebuah suara halus terdengar, suara wanita yang berkata lirih nan sayup
Beranikah kau bermimpi?
Suara tersebut terus terdengar, sayup namun lama kelamaan terdengar semakin jelas seiring dengan datangnya kabut ungu dari dalam hutan.
Beranikah kau bermimpi?
"Hey! Siapa disana?"
Beranikah kau bermimpi?
Beranikah kau bermimpi?

kabut berwarna ungu tersebut maknin mendengar, begitupun suara tersebut terdengar semakin lantang. Ara menggenggam tangan Harchi ketika kabut itu semakin dekat. Setidaknya, dia tak ingin berpisah dengan keluarganya. Ketika kabut tersebut menerpa, Ara merasakan ngantuk yang teramat sangat. Tak lama mereka berdua terlelap dan terlempar ke alam mimpi


**
Dua makhluk nampak tergeletak di bawah pohon Rery. Satu gadis remaja dan satu lagi seekor panda yang agak gendut. Sesosok lain menyerupai wanita dengan kepala bantal nampak asyik menatap hasil selfie yang di lakukannya melalui ponsel pintar milik Ara. Entah apa yang membuatnya begitu tertarik dengan ber-selfie ria. Padahal tak banyak gaya yang bisa ia lakukan dengan kepalanya yang berbentuk bantal tersebut.

sebuah buah Rery yang berbentuk menyerupai apel berwana orange jatuh tepat diatas kening Ara. Membuatnya terbangun dan berteriak cukup nyaring untuk mengagetkan wanita bantal yang masih asyik dengan smartphone ditangannya.

"Hey, kau sudah bangun?"
"Kau siapa? Kepalamu aneh? Dan hey… itukan handphoneku! Maling lu ya?"
"eh, bu-bukan. Aku bukan maling? Namaku Ratu Huban. Kau berada dialam mimpi sekarang. Dan aku punya tugas untukmu."
Alam mimpi? Ara melihat di sekelilingnya dan menyadari satu hal. Dia sudah tak lagi di desa. Entah tempat apa ini yang di penuhi buah warna warni serta ada banyak gua disini. Gua yang nampak bercahaya, dengan banyak warna. Ada gua yang memancarkan cahaya biru, ungu, juga merah dan warna lainnya.
Wanita berkepala bantal yang mengaku bernama ratu huban tersebut memberikan tugas kepada Ara dan Harchi untuk menemukan pemanah tampan serta boneka beruang lalu membunuhnya. Jika dia berhasil maka Ratu Huban akan mengabulkan dua permintaan Ara.
"Sudah jelas bukan? Jika kau berhasil maka aku akan kembali kesini membawamu kedunia nyata dan mengabulkan permintaanmu. Tapi aku ingin meminjam handphone mu dulu selama kau bertarung. Oke?"
" hey tunggu! Jangan acak- acak aplikasi milikku!"
Ara segera membangunkan Harchi dan menjelaskan apa yang terjadi. Mereka berdua myusuri hutan tanpa arah dan tujuan. Sesekali Ara memanah buah-buahan yang aneh dan mencoba memakannya. Dimulai dari buah berbentuk chery namun memiliki rasa yang pahit, sampai buah menyerupai semangka yang memiliki rasa manis walau isinya berwarna hitam. Dibawah sebuah pohon yang memiliki buah semacam durian namun berbentu hati dengan kulit berwarna merah marun. Ara dihadang oleh seorang pemuda tampan berambut putih yang menatap Ara dengan curiga.
"Siapakah kamu? Kenapa berada di area terlarang? Apa kau tidak membaca peraturan planet Terra yang mengharamkan kedatangan siapapun kesini?"
Terra? Otaknya berputar menghafalkan kata yang baru saja ia dengar. Tak dapat dipercaya bahwa ia berada di planet Terra. Planet kedua orangtuanya, planet asalnya. Tapi tunggu? Area terlarang?

"maaf sebelumnya atas kelancanganku. Tapi apa maksudmu dengan area terlarang? Memangnya ada apa disini sehingga kalian tak diperbolehkan datang kesini?"
"Kau orang baru ya? Disini kan pertambangan batu mulia. Tak ada penduduk Terra yang diijinkan untuk datang kemari selain para manusia bumi bodoh dan juga para pelanggar aturan."
Banyak pertanyaan yang ingin Ara lontarkan. Namun tanpa tedeng aling-aling pria yang baru dikenalnya yang bernama Astreflika menjelaskan panjang lebar tentang segala hal  mengenai planet Terra dan penduduknya. Sedikit banyaknya ia mengetahui segala macam tetekbengek peraturan konyol planet Terra. Seperti hukuman cambuk bagi penduduk Terra yang memasuki areal terlarang. Hingga hukuman dikuliti bagi penduduk terra yang menikahi manusia.
Kau ingat tugas dari Ratu Huban?
pertanyaan Harchi melalui telepati menyadarkannya bahwa ia memiliki tugas untuk menemukan seorang pemanah yang bernama Mahesa serta sebuah bonekaberuang yang bisa bicara. Ditengah perjalanan, Astreflika mohon pamit untuk kembali mengawasi areal terlarang.
Tak lama seorang pemuda nampak dihadapannya, pemuda tampan berambut hitam yang memiliki tinggi sama dngan Ara. Pemuda tersebut menatap Ara dari atas kebawah, memperhatikan Ara dengan lekat dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Harchi yang berada di belakang Ara pun melakukan hal serupa pada pemuda tersebut. Dia melihat sebuah gelang melingkar di tangan sebuah gelang tembaga. Seperti yang diceritakan Ara, bahwa Mahesapun mengenakan gelang tembaga. Info ini ia dapatkan dari Ratu Huban
Berhati-hatilah, dia Mahesa.
Benarkah?
Lihatlah baik-baik. Ciri-cirinya sama seperti yang dijelaskan Ratu Uban.
"Maaf. Anda siapa?" tanya Ara berusaha sesopan mungkin
"Aku Mahesa. Mahesa Werdaya. Dan kau?"
"A-Aku …"

Belum sempat Ara menyelesaikan kata-katanya, sebuah desingan peluru terdengar dari arah kejauhan. Nampak seekor boneka beruang mengarahkan revolvernya kearaah Mahesa.
"Nampaknya kau dikejar sesuatu."
"entahlah. Aku tak ingat aku punya masalah."
Sebuah boneka beruang berwarna coklat berlari dengan kecepatan tak terduga menghampiri mereka.

"Buraaa. Ugly Archery kembalikan kacamata keren milikku?"
Boneka beruang tersebut mengarahkan moncong revolvernya ke arah Mahesa.
"Eh, kacamata mungil ini milikmu? Ambillah!" ujar mahes melemparkan kacamata hitam mungil tanpa merek kewajah boneka lucu tersebut.
"Kurang ajar Buraaaa!"
Dalam kemarahannya boneka Ursa berubah menjadi  seekor beruang berwarna putih disertai hawa dingin disekitarnya. Hal tersebut tak disia-siakan oleh Ara dan harchi untuk bersembunyi didalam sebuah gua berwarna merah.
Kita tunggu siapa yang menang. Setelah itu baru kita selesaikan sisanya.
Ara dan Harchi tersenyum licik sambil memakan mie lidi dan menonton pertarungan di depan mereka.
Ursa yang telah berubah menjadi beruang kutub inipun menghembuskan nafas pembekuannya ke arah Mahesa, namun Mahesa yang cekatan dengan sigap segera menghindar sehingga serangan nafas pembeku Ursa hanya mengenai angin. Mahes bergerak lincah menuju keatas sebuah pohon tak jauh dari beruang Ursa berada, membelakanginya. Dengan segera gelang ditangannya berubah menjadi sebuah busur, dan Mahesa sehera mengarahkan panahnya kearah Ursa yang terus mengamuk sembari menghancurka batangan pohon di hadapannya. Sebuah rantai tampak muncul dari arah panah Mahesa dan dengan segera membelit tubuh Ursa. Namun ternyata rantai tersebut bukanlah tandingannya. Dengan mudahnya Ursa memutuskan rantai tersebut dengan hentakkan tubuhnya. Ursa memutar tubuhnya dan melihat Mahesa bertengger diatas pohon. Dengan geram Ursa memanggil sebuah badai salju dan menarik Mahesa kedalam badai tersebut. Namun belum sempat Mahesa terjatuh, sebuah panah melesat kearah Ursario dan memenggal kepala boneka tangguh tersebut. Ternyata ketika Ursa lengah, Mahesa memanfaatkan waktu untuk merapal ajian pasopati. Namun hal tersebut ternyata menguras tenaganya sehingga Mahesa terjatuh dari pohon dengan posisi tertelungkup.

tanpa membuang kesempatan, Ara segera membidikkan sebuah panah berwarna kuning kearah  sebuah pohon yang berada sekitar satu meter dari Mahesa. Tanpa rasa belas kasihan dan iba, Ara melepaskan panah tersebut dan membuat ledakan. Tubuh lemah Mahesa ikut terkena imbas dari panah tersebut karena daya ledaknya mampu mencapai radius tiga meter.

Ara tak percaya, dia menatap Harchi dan menangis. Dia baru saja membunuh seorang manusia demi ambisinya bertemu kedua orangtua kandungnya. Dia menhambur kedalam pelukan Harchi dan saling terdiam sampai Ratu Huban datang.

"Kau berhasil menyelesaikan tugasmu" ujar Ratu Huban yang entah muncul darimana
"Tapi aku hanya membunuh satu. Bukan keduanya seperti yang kau katakan."
"Tak apa. Yang penting mereka mati. Ya walaupun mimpimu ini kurang menarik. Kau tahu? Pertarungan dalam mimpimu terlalu terburu-buru. Macam orang dikejar deadline."
"Memang. Aku hanya ingin segera merealisasikan janjimu. Menagih permintaan yang mampu kau kabulkan."
"Ya ya ya baiklah. Jadi apa maumu?"
"Dimana orang tuaku? Kau tahu?"
"Kau yakin ingin mengetahui tentang ini?"
"Ayahmu mati. Dalam sebuah pertempuran melawan para prajurit istana ketika menyelamatkanmu. Lalu ibumu, dia ditangkap oleh prajurit istana ketika kembali kerumah Ayah angkatmu. Dia tidak mati, namun kau tak bisa menemuinya."
"Kenapa?"
""dia tak ada disini. Dia ada di sebuah tempat yang terlihat terang dari bumi. Planet itu bersinar setiap fajar. Kau bisa menemuinya disana. Tapi kau tak akan bisa kembali. Dia bisa bertahan hidup disana karena sebuah anugerah atau kutukan. Jika kau menemuinya. Dia akan mati"
Kenyataan yang pahit. Perjalanannya, pembunuhan yang ia lakukan hanya untuk mengetahui sebuah fakta yang menyakitkan. Tragis!!!

"Aku akan membawamu kembali keduniamu. Tidurlah!"

[FBC] 028 - ADAM CAINABLE

VERSUS
FATANIR
SANELIA NUR FIANI
[Tantangan V1]
oleh: Kakarotomo

---


"DREAM THEATER"



Stage I

The Arrival


Seorang pria berjaket kulit merah gelap tampak berjalan menyusuri ruang bidang putih tanpa batas. Mata biru navynya menjelajah ke seluruh penjuru arah. Dengan teliti, ia memeriksa segala sesuatu yang mungkin akan memuaskan rasa ingin tahunya.

"Hey!"

Fokusnya terpecah saat suara tanpa rupa memasuki rongga telinganya tanpa permisi. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari asal suara tersebut.

"Di sini!"

Lelaki itu berhenti, menggerakkan kepalanya ke arah asal suara yang berada di belakangnya. Benar saja, sesosok makhluk berjas dengan kepala bantal lucu berwarna ungu tengah berdiri di hadapannya. Tubuhnya setinggi anak kelas lima SD, tak lebih tak kurang.

Si gondrong flamboyan sedikit terhenyak. Ia baru pertama kali melihat makhluk yang keanehannya melebihi makhluk lain di semesta. Kewaspadaannya menurun seiring sorot matanya yang mencoba mengajak bersahabat.

"Siapa kau, nak?"

"Namaku Ratu Huban, salam kenal.." Tangan Ratu Huban terulur mencoba bersalaman.

Adam langsung menerima jabat tangan Ratu Huban, "Adam Cainable, panggil saja Adam. Ngomong-ngomong di mana ini?"

"Alam mimpi," jawab Ratu Huban singkat.

"Alam mimpi?" Dahi Adam mengerut. "Jadi semua ini hanya khayalan belaka."

Ratu Huban berjingkrak-jingkrak mengelilingi tamu pertamanya sambil memutar tongkat berwarna pelangi miliknya. "Bisa dibilang iya, bisa juga nggak. Dunia ini bukan ilusi, semua ini nyata. Hanya saja tempat ini emang tercipta dari utopia semua makhluk. Khayalan, impian, cita-cita, lamunan dan juga trauma. Makanya wujudnya suka berubah-ubah."

"Pantas semuanya terlihat begitu abstrak. Tadi berisi, sekarang malah kosong," ujar Adam.

"Gitu deh, namanya juga mimpi." Logat Ratu Huban mulai terdengar seperti orang Betawi. "Betewe, apa mimpimu?"

Adam terdiam seribu bahasa. Kepalanya mendongak ke atas seolah mengamati sesuatu yang tak terlihat. Sorot matanya terlihat sayu dengan kelopak matanya yang sedikit menyempit. Otaknya menjelajah di memori yang telah berusia melebihi jagat.

"Aku ingin menjadi manusia," jawabnya polos.

"Bruakakakakakakakakakakak!!!"

Tawa Ratu Huban meledak begitu hebat. Ia jatuh berguling-gulingan ke segala arah. Bahkan air mata muncrat dari dua lubang di bantal ungunya. Ia memukul lantai berkali-kali seolah tak bisa menahan sensitivias humornya yang meledak.

Sementara Adam hanya terdiam sambil menatap kelakuan lebay si penghuni alam mimpi. Ia mencoba berpikir mimpi keduanya yang terlihat konyol. Menjadi manusia? Sehina itukah?

"Aduh..auh. perut aye kram," Sang Makhluk Mimpi mulai mencoba berdiri sambil memegang perutnya. "Ente kan sudah jadi manusia?"

"Ini hanya kulit."

"Eh?"

Adam mengangguk pelan. "Pada dasarnya aku bukan dari kalangan manusia, Ratu Huban. Kau tahu? Berkelana ke berbagai tempat di dunia fana ini. Melihat setiap kehidupan datang dan pergi."  Pandangannya kembali diarahkan ke atas. "Sampai dua insan itu datang dari langit."

"Kau bicara tentang dua manusia pertama yang diceritakan dalam literatur suci,  kan?" tebak Ratu Huban. Logatnya mulai normal.

"Yah, hanya darah dan daging yang menyusun tubuh mereka. Tapi para manusia bisa melalui semua itu dengan hanya mengandalkan akal dan kerja sama satu sama lain. Bukankah itu sangat indah? Mereka sungguh membuatku iri."

Ratu Huban hanya manggut-manggut. Perlahan ia mengerti kenapa makhluk berkulit manusia di hadapannya sangat mengagumi ras yang ditakdirkan menjadi khalifah bumi oleh Yang Maha Kuasa.

"Sorry, tadi aku lupa bilang. Ada aturan main di Alam Mimpi. Pertama, setiap jiwa yang mati di sini akan menjadi bagian dari Alam Mimpi. Kedua, jika jiwa tersebut berstatus masih hidup di semesta asalnya, maka ia harus menjalani tes untuk menunjukkan kualitas usaha mewujudkan mimpinya," kata Ratu Huban berusaha menjelaskan.

"Tes?" Dahi Adam mengkerut.

Si bantal mengangguk. "Yup! Tesnya akan disesuaikan dengan personalisasi setiap jiwa yang mampir ke Alam Mimpi. Jika sampai mati, maka jiwa-ragamu akan menjadi serpihan Alam Mimpi."

Ratu Huban mengarahkan ujung tongkatnya ke atas. Tiba-tiba benda kesayangan si Makhluk Mimpi itu menyemburkan sebuah kembang api yang menyebarkan kelap-kelap berwarna-warni. Secara ajaib, sisa cahaya kembang api itu berpusar menjadi portal dimensional berwujud pusaran lubang hitam.

"Oi! Aku masih banyak per-"

Ucapan Adam terpotong saat tubuhnya terhisap ke gerbang secara instan. Pada saat itu juga pusaran ciptaan perempuan berkepala bantal itu menghilang usai melaksanakan tugasnya.

"Sekarang waktunya nonton pertandingan," ucap Ratu Huban.

[FBC] 027 - DREYANATA

VERSUS
MAHESA WERDAYA
MIMA SHIKI REID
[Tantangan V10]
oleh: J. Fudo

---

MONSTER

"Hihihi!"

Aku terbangun di tengah hitam, hampa.

Mataku melihat sekeliling. Langit gelap, tanah pun tak tampak. Sunyi, hanya aku dan pakaian tidurku. Kusebut pakaian tidur tapi sebenarnya kaos putih dan celana olahraga warna biru.

"Lalala~"

Suara itu lagi.

Tadi tawa, sekarang senandung gembira.

"Hupla!"

Sesosok gadis mendadak muncul di hadapanku, mencoba mengejutkanku. Aku hanya diam, tak berlaku. Diriku hanya seonggok raga tanpa emosi. Terkejut? Tidak sama sekali.

Pandanganku kini beralih ke gadis kecil yang sepertinya tengah merajuk itu. Kulihat kepalanya yang unik, berbentuk bantal dengan warna ungu. Menyerupai pakaian hujan, ia mengenakan parka terusan warna lemon dengan sarung tangan dan boot kuning kehijauan.

"Hei, kau melihatku?" panggilnya, diikuti anggukku.

"Kau ...punya impian yang menarik." lanjutnya, "Tapi aku baru saja melihat impian seseorang yang sangat tangguh. Kau tidak tertarik, Dreyanata?"

Aku diam.

Tidak ada penasarannya aku soal ketahuannya dia akan namaku. Tidak pula aku ingin tahu apa yang dimaksudnya impian. Aku seonggok raga tak berkehendak, bukan?

"Seorang pria muda ahli panah yang pernah berjuang demi sebuah dimensi emas, serta seorang ibu perkasa yang sempat bertarung demi mendapatkan sebuah kotak ajaib di dunia digital.

"Mahesa Werdaya dan Mima Shiki Reid. Kalahkan mereka dan kau akan bangun.

"Apa kau berani bermimpi untuk menerima tantangan ini?"


Selasa, 08 Maret 2016

[FBC] 026 - EMOAR CYANITH

EMOAR CYANITH
VERSUS
FATANIR
MIMA SHIKI REID
[Tantangan NV5]
oleh: Dimas Pamungkas
---

[Hari Penghakiman]

Prolog

Ketika kubayangkan kembali neraka yang telah kulewati demi mencapai keadilan paling sempurna, rasanya sangat mustahil kalau ternyata sekarang aku masih hidup.

Benar, aku semestinya mati—jiwaku, ragaku, seharusnya sudah mati pada saat itu.

Aku tidak melebih-lebihkan, tidak juga mendramatisir apapun yang terjadi beberapa saat yang lalu. Meski hanya sebatas satu kedipan mata, semua yang kualami terasa seperti sebuah keabadian. Bagaikan mimpi, walau jika saja memanglah mimpi, aku yakin itu adalah mimpiku yang paling buruk.

… Atau bahkan paling baik.

Yang manapun itu, aku rasa siapa saja bisa menilai sendiri esensi apa yang sebenarnya kudapatkan. Meski aku mengatakannya sebagai keadilan paling sempurna, bukan berarti itu sempurna sepenuhnya. Atau mungkin lebih tepatnya, alat yang kugunakan itu sendirilah yang sempurna.

Aku tidak sempurna. Aku yang menggunakannya tidaklah sempurna. Sama sekali tidak.

Jadi, apabila ada suatu kesalahan yang kubuat—kumohon beritahu aku.

Karena aku menginginkannya.

Karena aku menginginkan kesempurnaannya.

Sebab, apa yang kurasakan setelah menutup tirai yang akan aku buka kembali ini—


—bagaikan memimpikan sesuatu yang semu.


***