Senin, 23 Mei 2016

[PRELIM] 20 - WILLIAM AMADEUS ANDERSON | DISCRETION IS THE GREATER PART OF VALOR

oleh : Illyasviel Emiya

--

"Orang bilang kecantikan itu mengundang pelecehan, Tapi mata prialah yang memutuskan undangan macam apa."

--

PERINGATAN!
Di bawah ini ada konten dewasa dan maksud saya bukan konten dewasa yang potong-potong dan nunjukin daging serta darah, tapi konten dewasa yang nunjukin kelamin beradu satu sama lain.

-Interlude-

Dua bulan yang lalu.

Musim dingin di Britania cukup mencekam kalau kau tak terbiasa. Di gang kecil di setiap jalan selalu ada sampah masyarakat yang siap menerkam pejalan kaki yang tak waspada.

Guinevere tahu bagaimana London seperti telapak tangannya sendiri, ia tahu tepatnya dimana orang-orang berbahaya berkumpul dan dimana orang-orang tidak beruntung mengemis harta untuk bertahan hidup.

Tapi ia tidak familiar dengan Penculik dari bayangan.

Di musim dingin seperti ini, banyak orang yang tidak ingin keluar dari rumah atau tempat kerjanya. Badai salju turun cukup lebat semalam dan jalanan tertimbun lumayan tinggi. Namun matahari sudah mengintip di langit-langit dan petugas kebersihan sudah membersihkan salju di jalanan hingga cukup untuk kegiatan sehari-hari.

di jalanan yang sepi seperti itu, Pandangan Guinevere menangkap seorang pelukis jalanan memakai jaket lusuh di salah satu gang. 

"Selamat siang, Nona," sapa sang pelukis jalanan, "Seorang nona cantik sepertimu, kenapa berjalan sendirian di hari sedingin ini?"
Ramah sekali, pikir Guinevere.

"Selamat siang, Tuan," Guinevere menyapa balik, "Aku berjalan di hari sedingin ini untuk bermain-main," lanjutnya.

"Sebaiknya anda berhati-hati, nona. Jalanan membawa berita yang tak sampai ke telinga para bangsawan," Pelukis itu memberikan peringatan, "Tentang penculik dari bayangan yang menculik gadis secantik anda tanpa peringatan."

Oh, Guinevere mengetahui berita itu dengan baik. Ini adalah salah satu alasan kenapa ia keluar di hari sedingin ini. Seorang penculik yang tanpa pilih kasih menculik gadis-gadis dari jalanan, mulai dari seorang pelacur murahan hingga putri bangsawan.

Orang berbahaya dan tak terendus bahkan oleh polisi. Saat orang-orang sadar bahwa korbannya menghilang, biasanya dua sampai tiga minggu sudah berlalu.
Namun para bangsawan memiliki satu gosip yang tak didengar rakyat jelata. Konon, gadis-gadis yang diculik oleh laki-laki itu adalah gadis rupawan.

"Aku percaya aku bisa melindungi diriku sendiri, tuan pelukis," Kata Guinevere, "Permisi," Guinevere hendak meninggalkan laki-laki itu tapi bahunya ditangkap.

"Rambut merahmu mengingatkanku pada seseorang," Bisik laki-laki itu.

Ia kemudian menunjukkan pada Guinevere sebuah lukisan seorang wanita berambut merah, berdiri di depan sebuah kastil dengan seragam militer, pedang panjang di tangan.

Di belakang wanita berambut merah itu, sekelompok tengkorak memegang senapan, berbaris menuju perang. Tanpa darah, tanpa nyawa.
Lukisan indah, menggerakkan hati.

Guinevere bukanlah seorang seniman. Ia tidak bisa menilai sebagus apa lukisan ini. Namun keindahan wanita itu menghipnotisnya, membuat tangannya bergerak, menyentuh pipi dalam lukisan itu...

dan tiba-tiba...

Guinevere menghilang.

-Act 1-

Penjara D'Ilf adalah pusat dari keputusasaan.

Semua jenis begundal ada di sini, mulai dari perompak, pencuri, pembunuh berantai hingga penjudi. Saat kau dijebloskan ke sini, maka hukum rimba berlaku di dalam temboknya. Seorang perempuan pasti akan langsung menjadi daging diantara srigala saat ia masuk ke dalam penjara ini, namun tidak bagi Anne Read.

Ditangkap oleh trik dari Lelaki bejat seperti Drake, ia bersumpah akan kabur dari penjara ini dan kembali kepada Mary suatu saat ini. Dan kesempatan emas berada di depan matanya saat ini.

Saat ini penjara D'Ilf sedang dalam kekacauan.

kekacauan seperti apa?

Coba bayangkan Perancis, Rusia, separuh dari benua amerika dan Gurun di Afrika di tumbuk jadi satu dengan Penjara D'ilf. Satu pintu bisa saja menuju gurun panas sementara pintu lain menuju tundra dingin. Saat kau masuk ke kamar mandi, kau akan disambut oleh sekelompok suku barbar dari Amerika dan saat kau keluar dari dalamnya, kau berada di istana megah di Perancis.

Kekacauan.

"Memangnya penjara ini masih kurang kacau apa?" Anne Read menggerutu, "Kalian semua, Siap untuk kabur dari tempat terkutuk ini?"

"TENTU SAJA!" ratusan orang di belakang Anne Read menyahut keras.

Anne Read bukanlah wanita biasa. Bersama Seorang perompak perempuan bernama Mary Bonny, Ia menjelajahi samudra dan membuka peta yang belum pernah dijelajahi sebelumnya. Menumpas suku barbar, merampok kapal pesiar, membunuhi angkatan laut yang hendak menangkap mereka. Anne Read mampu mennguasai laki-laki, tidak dengan kecantikan, tidak dengan tubuh, tapi dengan senjata dan kegarangan yang lebih seram dari macan.
Jadi Anne Read, memimpin 100 laki-laki yang ia berhasil taklukan dalam pertarungan dan duel, menuju kebebasan.

-Act 2-

Penjara D'Ilf terletak di antara Britania dan Perancis. Sebuah Gunung laut yang dikelilingi tembok tebal dan kastil suram. Cuaca di daerah ini lebih sering dingin tanpa alasan yang jelas dan satu-satunya tempat untuk masuk adalah gerbang depan.

"William, kau juga merasakannya?" tanya Batthory yang berdiri di sebelah William.

Saat ini laki-laki itu sedang berdiri di geladak kapal. Angin berhembus dingin namun tidak cukup untuk mengganggu pelayaran. Selain itu bajak laut yang ia 'sewa' cukup handal menghadapi badai, jadi ia tidak perlu khawatir pada cuaca.

"Dunia ini berubah," kata William lirih.

"Aku tak bisa merasakan koneksi ke neraka. Jadi mungkin dunia ini sudah bukan dunia kita lagi. Masih ingin melakukannya?" tanya Bathhory.

"Aku tidak berhenti setengah-setengah," jawab William tegas.

"Tentu saja," Batthory tersenyum kecil, "Itulah yang aku suka darimu."

Kapal mendekat gerbang dan puluhan meriam raksasa yang terpasang di tembok luar penjara diarahkan pada kapal yang William tumpangi.

"Serangan datang!" teriak salah satu awak kapal.

Namun seorang laki-laki berambut violet dengan luka menghias wajahnya maju ke geladak kapal dan mengangkat kedua tangannya.

"El Draque! atas nama kontrak kita, kupanggil kau!"

Dan tiba-tiba seekor naga raksasa terbuat dari api biru muncul di atas kapal. Naga itu mengamuk menghancurkan gerang penjara D'Ilf. Suara teriakan bisa di dengar dan beberapa senapan ditembakkan. Namun semua peluru itu dimakan oleh sang naga dan dengan lihai dikembalikan ke penembaknya.

"Aku terkejut lho," Batthory tertawa kecil, "Aku kira kau tidak bisa memerangkap iblis dalam lukisan. Kau semakin membuatku jatuh cinta padamu."

"Aku tidak butuh cintamu, Batthory," kata William keras.

Lima menit berlalu gerbang Penjara D'Ilf sudah menjadi reruntuhan. Dengan tenang kapal yang ditumpangi oleh William masuk ke penjara dan menambatkan diri di pelabuhan.

William menjentikkan jarinya dan seketika seluruh awak kapal, termasuk laki-laki berambut violet tadi, menghilang dengan cepat. Yang tersisa hanyalah sebuah lukisan awak kapal Drake yang disimpan baik-baik di dalam kapal.

Lukisan yang saat ini menampung jiwa 120 orang perompak yang dalam kesakitan serta kapten kapal mereka, Drake. Lukisan yang dengan satu perintah 'Bawa aku ke penjara D'Ilf' langsung berusaha melakukan misinya apapun yang terjadi.

Ia kemudian masuk kembali ke dalam ruang kapten. Di hadapannya, sebuah lukisan wanita berambut merah dengan prajurit tengkorak di belakangnya menyambut William. Ia bisa merasakan bagaimana jiwa di dalam lukisan itu sudah menyerah untuk memberontak.

"Bahkan agen tertinggi Avalon bertekuk lutut dalam lukisanmu," bisik Batthory.

"Dia hanya wanita, dan wanita cantik sepertinya adalah milikku," balas William, "Aku menikmatimu, sayang. Tapi saat ini aku membutuhkanmu untuk tugas lain."

William kembali menjentikkan jarinya dan kemudian ia bertitah, "Tangkap Anne Read."

Perlahan, wanita dalam lukisan itu melangkah keluar, pedang tergantung di pinggulnya dan senapan di tangan, dengan pakaian yang persis seperti yang ia kenakan dalam lukisan.
William tersenyum dan mendekati wanita itu, ia membelai rambut merah wanita itu dan menciumnya sejenak.

"Sebentar lagi kau tak akan sendirian Guinevere," kata William, "Kau melakukan kerja bagus tidak rusak selama dua bulan. Tapi aku mulai lelah bermain sendirian. Jadi aku harap kau tidak keberatan membantuku menangkap mainan baru. Kecantikannya tidak menandingi dirimu tentunya, tapi aku takin keputusasaan di penjara D'Ilf telah memoles kecantikannya."

William Amadeus Anderson adalah laki-laki yang memburu kecantikan dan ia melakukan apapun untuk mendapatkannya.

Termasuk menerobos ke penjara paling buruk di dunia dengan agen Avalon yang saat ini hanyalah sekedar boneka.


-Act 3-

Sirine di markas besar MI7 meraung-raung kencang. Sebuah situasi baru saja terjadi di saat bersamaan. Penjara D'Ilf baru saja dibobol dan menurut penjaga penjara, Agen Guinevere terlihat dengan seorang laki-laki masuk ke dalam penjara.

Agen Arthur menggeram marah dan memukulkan tangannya ke meja. Agen Guinevere akhirnya muncul ke permukaan, namun ia tak paham kenapa ia bersama laki-laki tak dikenal dan membobol penjara D'Ilf.

Apakah ini bagian dari misi yang diberikan padanya? Haruskah Avalon turut campur pada misi itu?

Agen Guinevere menghilang dua bulan lalu dalam misi terakhirnya. Tak ada kontak, tak ada informasi baru. Ia telah bertanya pada dewan utama soal apa misinya, tapi agen selevel Agen Arthur tidak memiliki pangkat yang diperlukan untuk mengetahui misi agen lain.

"Agen Arthur, perintah baru saja keluar," Sebuah suara menyadarkan Agen Arthur dari lamunannya, "Tuan, kau tak apa?"

"Aku tak apa Agen Polimedes," kata Agen Arthur datar, "Misi?"

"Terjadi kekacauan di D'Ilf. Seluruh Agen Avalon diperintahkan untuk menstabilkan suasana," jawab Agen Polimedes, "Perintah ratu. Prioritas utama."

Agen Arthur menyeringai.

"Kumpulkan Agen Avalon sekarang, kita berangkat secepatnya," kata Agen Arthur.

"Siap, Komandan!"

-Act 4-

Anne Read mencapai Perancis.

Bukan tempat yang ideal mengingat tempat ia berdiri sekarang jauh dari laut. Namun ini lebih baik daripada Rusia. Dua puluh orang meninggal begitu keluar dari pintu karena memakai baju yang tipis. Atau Benua baru dimna tiga puluh tiga orang dibunuh oleh pasukan barbar yang memamerkan dada dan masih menggunakan tombak dari tulang hewan.

Penjara D'Ilf, tanpa kekacauan tadi, saja sudah berbahaya. Banyak sekali jebakan yang dipasang oleh sipir penjara untuk membuat apa yang di dalam tetap di dalam. Paling tidak beberapa tahanan mulai memetakan dimana dan apa jebakan yang ada di dalam lubang neraka ini.
Dengan kekacauan ini? Peta yang dibuat oleh tahanan tidak ada gunanya. Lorong yang tadinya aman kini ada luban tersembunyi yang di dalamnya banyak sekali buaya kelaparan. dan Lorong yang berbahaya ternyata tak ada jebakan sama sekali.

"Nona Read, apa yang kita lakukan sekarang?"

Sebuah suara menyadarkan Anne. Seorang laki-laki besar dengan rambut yang mulai memutih.
"Ini adalah tempat paling aman yang bisa kita capai," jawab Anne sambil melihat kastil tua di sekelilingnya, "Kemungkinan kita di Versailles, tapi aku tak bisa yakin. Dirikan tenda di sini dan mulai cari tahu dimana kita dan seberapa jauh kita dari laut. Curi dan rampas kota terdekat, tapi jangan menarik perhatian."

"Siap, nona Read," laki-laki itu membungkuk dan pergi.

Laki-laki itu adalah orang pertama yang Anne berhasil kalahkan saat masuk ke penjara D'Ilf. Ia kemudian menjadi pelindungnya dan pelayang paling setia di tangannya.

Anne kemudian berbalik dan melihat pintu menuju penjara D'Ilf. Selama pintu ini terbuka, maka ia tidak akan merasa aman.

Namun perhatiannya teralihkan oleh sosok dua ekor anjing, yang satu hitam yang satu putih, yang keluar dari penjara. Keduanya memandang Anne dalam diam. Bukan anjing biasa, pikir Anne. Mungkin saja dari D'Ilf.

Beberapa tahanan yang tidak beruntung sudah merasakan bagaimana alat kelamin makhluk hina itu dalam tubuh mereka. Bukan hal yang menyenangkan namun untuk alasan yang kejam menjadi hiburan bagi para sipir di Penjara D'Ilf.

Anne kemudian mengarahkan pistolnya pada anjing yang putih dan tanpa aba-aba menembaknya tepat di kepala. Namun yang keluar dari luka tembak itu bukanlah darah, melainkan tinta.
Tunggu, tinta?


-Act 5-

"Kutemukan kau, Anne Read," William menyeringai.

Tanpa mendengarkan perintah tambahan dari William, Guinevere sudah berlari lebih dalam ke penjara D'Ilf. Meski penjara ini seperti labirin, ia sudah mengirim sepuluh ekor lukisan anjing untuk melacak Ane Read.

Dan salah satunya menemukan posisi si gadis perompak.

Guinevere hanya perlu mengikuti jejak yang ditinggalkan anjing itu dan sampailah ia di tempat dimana Anne berada.

Belum sempat William bergerak menyusul, Batthory muncul menembus tembok di hadapannya dan menatap William khawatir.

"Ada Avalon di sini," katanya datar.

William menghela nafas panjang.

"Jadi mereka sudah menangkap baitku, ya," kata William lirih, "Aku berharap paling tidak mereka datang setelah aku menangkap Anne Read.

"Rencanamu tidak akan selalu berjalan lancar," Batthory menasehati.

"Dimana kau melihat mereka?" tanya William.

"Anehnya Mereka tidak melihat kapal Drake," kata Batthory, "Mungkin mereka lewat jalan lain. Saat ini Avalon berpencar menjadi beberapa kelompok. Yang paling dekat, dua orang wanita di utara, dua kilometer."

"Ayo kembali ke kapal," kata William santai, "Ada lukisan baru yang harus dibuat."

-Act 6-

Kalau kamu adalah seorang agen MI7, maka kamu bisa mengetahui berbagai macam lorong rahasia yang bisa dilewati di seluruh penjuru Britania, termasuk menuju ruang Sipir Penjara D'Ilf, dan saat ini pembangunan sedang dilakukan untuk membangun jaringan terowongan tersebut di Perancis.

Agen Arthur memimpin pasukannya, Avalon, menuju Penjara D'Ilf. Mengingat saat ini penjara itu dalam kekacauan, jelas sekali ini adalah misi berbahaya. Namun Avalon adalah tim komando khusus yang terlatih untuk menghadapi apapun dan memenjarakan 70% penghuni D'Ilf. Menghadapi tahanan yang sama sepertinya bukanlah hal yang sulit bagi mereka.

"Tapi kita tidak boleh lengah," kata Agen Arthur tajam.

Peta di hadapan mereka tak berguna karena saat ini Agen Mordred sudah menghilang melewati sebuah lorong yang entah kemana perginya. Tak ada yang tahu kemana setiap pintu menuju dan kemana setiap lorong berakhir.

Begitu mereka keluar dari ruang sipir, mereka sudah dalam misi berbahaya.

Agen Arthur kemudian memberikan perintah panjang, memasang-masangkan pasukan Avalon dan mengirim mereka ke sektor yang berbeda.

"Kalau kalian temukan Agen Mordred, bawa dia bersama kalian sampai kalian kembali. Paham?"

"Siap!"

"Dan kau, Edmon Dantez, aku sarankan kau menutup pintu ini erat erat," kata Agen Arthur sambil memandang sang pemilik ruangan, "Kita tak tahu berapa banyak tahanan yang ingin membunuhmu."

"Heh, Aku bisa menjaga diriku sendiri, tuan Ksatria," jawab Edmon.

"Baiklah, ayo berangkat," perintah Agen Arthur.

Pintu ruang sipir dibuka, rasa dingin yag tadinya tertahan oleh pintu ruang sipir tiga lapis kini memasuki ruangan. Untuk sejenak api perapian mengecil. Namun begitu Avalon melangkah keluar dan menutup kembali pintu itu, udara hangat kembali memenuhi ruangan.

Sesosok gadis dengan rambut hitam dikepang tiba-tiba menembus tembok dengan senyuman jenaka terpasang di mulutnya. Terlihat jelas kecantikan gadis bangsawan pada wajahnya dan bagaimana setiap inci tubuhnya dirawat dengan baik.

"Aku tak menyangka lho kau akan bekerja sama dengan kami," kata gadis itu.

"Oh, jangan sungkan-sungkan. Kau adalah gadis tercantik yang pernah aku lihat. Anggap saja ini hutang untuk makan malam bersama," jawab Edmond.

"Itu kalau tuanku mengijinkan lho," gadis itu tersenyum nakal.

"Hahahahaha, Kau tahu, aku suka membuat jebakan di tempat ini," Edmon menjelaskan, "Sedikit terkejut juga saat salah satu jebakan itu berhasil menangkap agen dari MI7. Jadi bias dibilang kau memberikan aku kesempatan untuk melakukan percobaan."

"Kau tidak takut dibawa ke pengadilan, tuan Dantez?" Tanya gadis itu penasaran, "Ini bias dibilang pengkhianatan pada Ratu, lho."

"Oh, Aku sih tak khawatir. Kebanyakan orang tak mau tahu apa yang terjadi di lubang neraka ini, Jawab Edmon sembari mendekati gadis itu, "Kalau mereka mau perduli, maka aku sudah lama ditangkap karena perlakukan tidak bermoral pada tahanan."

Namun gadis itu hanya tersenyum dan berjalan menembus tubuh Edmon, "Benar juga. Kalau saja kalian bias bertemu, mungkin kau dan tuanku sakan akur," dan dengan kalimat itu, gadis itu menembus tembok dan meninggalkan ruangan.

-Act 7-

Anne Read memerintahkan pintu menuju penjara D'Ilf ditutup, namun bahkan dengan kekuatan sepuluh laki-laki, pintu itu tak bisa ditutup sepenuhnya.

Kekhawatiran, rasa tidak nyaman, ketakutan. Meski Anne telah menghadapi banyak hal, ia tidak ingin kembali ke penjara D'Ilf. Ia mungkin telah menguasai seratus laki-laki yang mencoba memperkosanya, memperlakukannya seperti budak dan menghina harga dirinya. Tapi sipir dan penjaga penjara D'Ilf lebih menakutkan lagi.

Mengingat jika nama buruk diucapkan pada mereka akan menyebabkan pemendekan umur, para tahanan biasa menyebut mereka 'Yang baik hatinya.

Dan dari anak buah Anne Read yang tersisa, tak ada yang berani menantang mereka.

"Ayo kita pergi ke kota terdekat. berlindung di sana lebih aman daripada di dekat pintu terkutuk ini," kata Anne.

"Tapi Nona, tendanya..."

"Bakar," jawab Anne singkat.

Tak ada yang berargumen, perintah dilaksanakan dan dengan cepat reruntuhan istana kuno itu ditinggalkan. Mereka bebas dan mereka akan melakukan apapun agar tak kembali ke penjara terkutuk itu.

Tapi belum sempat Anne Read meninggalkan tempat itu, sesosok wanita berambut merah melangkah penuh percaya diri dari dalam penjara D'Ilf.

Dan wanita itu langsung menembakkan senapannya ke kaki Anne. Beruntung Anne dengan sigap melompat menghindar.

"Agen Guinevere," suara bisik bisik terdengar diantara para laki-laki di belakang Anne.

Agen MI7 Divisi Avalon yang konon merupakan otak dari Avalon.

Namun Anne menghadapinya dengan berani. Ia mengeluarkan senapannya sendiri dan membidik ke arah Guinevere, namun Guinevere menerjang dan menarik keluar pedangnya.

peluru meluncur dari senapan Anne, namun Guinevere dengan sigap menghindar dan kemudian mengayunkan pedangnya secara horisontal. Sebagai balasan Anne menangkis ayunan pedang Guinevere dengan senapannya dan kemudian menendang perut Guinevere.

Guinevere tak bergeming, seakan tidak merasakan rasa sakit. Untuk sejenak, Anne merasa bahwa orang di depannya ini bukan manusia. Belum sempat Anne menarik kakinya, tangan Guinevere menangkapnya dan kemudian membanting seluruh tubuh Anne ke tanah.

"Akh!"

Saat itu, anak buah Anne langsung kabur. Bahaya di depan mereka dan jelas sekali tak ada yang mampu melawannya, bahkan bos mereka, Anne Read sekalipun.

Untungnya Guinevere tak tertarik pada mereka. Ia sudah mendapatkan targetnya. Saat ini, ia hanya perlu kembali ke tuannya. Guinevere kemudian mengeluarkan sebuah sapu tangan dan membekap mulut Anne Read dengan itu.

Sebuah bahan kimia membasahi sapu tangan itu dan tak lama Anne Read berhenti bergerak kehilangan kesadaran.


-Act 8-

Agen Tristan mengelap kacamatanya yang saat ini basah oleh angin dari lautan. Ia masih tak mempercayai matanya. Kapal perompak Drake ada pelabuhan penjara D'Ilf.

"Aku kira ini akan jadi misi mudah," Suara Agen Gawain, rekannya, berkata dengan nada lelah, "Kenapa satu-satunya bajak laut yang tersisa di samudra malah mendatangi penjara D'Ilf?"

Meski Agen Agen Gawain adalah agen termuda di Avalon, gadis itu sebenarnya cukup cerdas. Tipe kecerdasan yang hanya muncul saat ia menghadapi misteri. Agen Tristan jauh lebih tua darinya, tapi ia hanya memiliki intuisi wanita dan dalam misi berbahaya, itu saja tidak cukup.

"Apakah menurutmu ada yang menyewa Drake?" Agen Tristan bertanya.

"Bagaimana kalau kita masuk dan periksa saja?" tanya Agen Gawain, "Pasti kita akan mendapat petunjuk lebih banyak."

Kedua perempuan itu kemudian menarik pedangnya masing-masing dan naik ke geladak kapal. Keduanya sadar bahwa meski kapal ini terlihat sepi, sesorang pasti di dalamnya.

"Menurut laporan, Drake mengontrak iblis bernama El Draque. Apakah menurutmu iblis itu ad di sini sekarang?" tanya Agen Tristan.

"El Draque itu naga besar yang menarik banyak perhatian," jawab Agen Gawain, "Alasan kenapa Drake berhasil bertahan dari kampanye pembersihan laut oleh Spanyol adalah karena ia bisa dengan mudah menghancurkan kapal yang mendekati mereka. Aku ragu makhluk sebesar itu dipakai untuk tugas jaga."

"Setuju."

Mereka memeriksa kapal dari bawah ke atas, namun tak satu jiwapun ditemukan di dalamnya. Hingga akhirnya mereka sampai di ruangan kapten dan menemukan banyak lukisan.

"Ini...Agen Guinevere...?" Agen Gawain menatap takjub pada lukisan di hadapannya.

"Sejak kapan Drake menyukai benda seni?" Agen Tristan menatap lukisan di sekelilingnya.

Lukisan pertama dan paling besar adalah lukisan kapal ini bersama seluruh awaknya di sertai naga raksasa sebagai latar belakang. Agen Tristan bias melihat detail yang dilukis di setiap wajah para awaknya dan tak ada satupun dari mereka yang sama. Lukisan kedua tampak indah, sosok Agen Guinevere dengan pasukan tengkorak di belakangnya, lukisan yang memberikan kesan ketangguhan, keanggunan namun juga kecantikan. Tak jauh dari lukisan Guinevere adalah…

"Agen Gawain, apakah itu kau dan aku?" Agen Tristan menunjuk lukisan ketiga.

"Kau, aku, Agen Kay dan Agen Lamorak. Seluruh anggota wanita Avalon," Agen Gawain mengangguk, "Lukisan yang bagus."

"Tapi...Senjata kita harusnya masih rahasia. Siapa yang melukis ini?" Agen Tristan terdengar panik.

Seperti yang ia bilang, Senjata milik Avalon adalah rahasia. Bukan pedang yang saat ini kedua wanita itu pegang, tapi senjata suci yang diberikan oleh sang Ratu bersama dengan nama agen mereka. Satu-satunya kesempatan senjata suci itu keluar adalah saat musuh selain manusia turun ke bumi. Senjata suci anti iblis.

Tonfa milik Agen Lamorak, Sabit milik Agen Kay, Palu raksasa milik Agen Gawain, dan busur milik Agen Tristan. Senjata-senjata itu mampu menyakiti Iblis dari neraka dan kalau beruntung membunuh mereka.

"Tapi, ini lukisan yang indah," Agen Gawain memujinya.

Tanpa sadar, tangan Agen Gawain bergerak menuju wajah lukisan dirinya dan kemudian...ia menghilang.

"Agen Gawain!" Agen Tristan bergerak dan ia juga menyentuh lukisan itu, berusaha menangkap tubuh Agen Gawain. Dan sama seperti rekannya, Agen Tristan menghilang begitu saja.

"Dua pion di dapatkan," Sebuah suara berbisik.

-Act 9-

Agen Bruenor dan Agen Ywain menghadapi pasukan anjing. Bukan berlebihan kalau mereka menyebut ini anjing setan. Mereka cepat, mereka berbahaya dan mereka tahu dimana harus menggigit untuk melumpuhkan manusia.

"Bukankah ini anjing mmilik Sipir D'Ilf?" tanya Agen Bruenor sambil menghindar, "Apa tak apa kita melukai mereka?"

"Keadaan darurat!" jawab Agen Ywain sambil menusukkan pedangnya ke perut anjing yang menyerangnya.

Sepuluh anjing kini menjadi sembilan.

"Kenapa mereka ada di sini? aku kira semua jebakan dan hewan penjaga sudah dikunci," Agen Bruenor mengayunkan pedangnya ke arah dua anjing lain yang ada di depannya, namun sabitannya hanya memotong satu leher anjing sementara yang lain berhasil menghindar.

"Dantez menghianati kita," jawab Agen Ywain sambil menerjang, pedang diayunkan dan dua kepala lain jatuh ke tanah.

Dari sembilan menjadi enam.

"Memangnya dia kurang gaji!" Agen Bruenor berteriak kesal dan kini mengubah taktiknya dari bertahan menuju menyerang, bergerak secepat mungkin dan dengan tiga tebasan, tiga kepala jatuh ke tanah.

Dari Enam menjadi tiga.

"Entahlah, aku belum pernah jadi sipir sebelumnya," jawab Agen Ywain sambil menghindari terkaman dua anjing dari kiri kanannya, ia kemudian memotong kepala dua anjing tadi.
Dari tiga menjadi satu.

"Jadi kita apakan satu anjing yang tersisa ini?" tanya Agen Bruenor.
Anjing yang tersisa diam sejenak dan kemudian memutuskan untuk menerjang. Tak perlu dikata, Anjing itu ikut kehilangan nyawanya.

"Menurutmu sudah berapa berapa banyak anjing yang kita bunu?" tanya Agen Bruenor, "Kalau Agen Polimedes tahu, bisa dibunuh kita. Dia kan suka anjing."

"Anjing seganas dan sehorni ini? aku ragu Agen Polimedes menyukai mereka," jawab Agen Ywain santai.

Keduanya kemudian meneruskan perjalanan mereka menelusuri dan melacak tahanan yang kabur. Namun tak jauh mereka melangkah, mereka menemukan hal yang mengejutkan.
Sosok agen Guinevere menarik tubuh Anne Read.

-Act 10-

Setiap ia kembali ke lukisan, Guinevere bisa merasakan bahwa ia tertidur dan memiliki mimpi indah. Mimpi dimana ia menemani Agen Arthur dan memeluk tubuh hangatnya. Namun cepat atau lambat kenyataan akan membangunkannya dan mengingatkannya bahwa saat ini tubuhnya bukanlah miliknya lagi.

Pertama kali Guinevere terbangun, ia mendapati dirinya berdiri telanjang di hadapan seorang laki-laki yang tak ia kenal. Memalukan. Ia merasa harga dirinya dirampas begitu saja dan dianggap bukan manusia.

Ia tak bisa menolak perintah laki-laki itu seberapa kuatpun ia mencoba. Pikirannya mungkin masih milik sendiri, tapi tubuh ini sudah tak kan menuruti apa yang dimau pikiran.

Perintah pertama adalah melepas pakaian.

Ia menunjukkan tubuh telanjangnya itu pada laki-laki yang nanti ia tahu bernama William Amadeus Anderson. William menatap tubuh Guinevere dengan rasa tertarik. Terkadang memeras dada Guinevere, kadang menyentuh pantatnya. Tapi tatapan itu bukanlah tatapan nafsu, melainkan tatapan seorang seniman mengamati karya seni.

Perintah kedua adalah hisap kelamin William.

Guinevere adalah agen tertinggi Avalon. Konon ia memilliki kemampuan yang cocok untuk menjadi pemimpin tertinggi Divisi intelejen itu. Namun ia tak bisa menolak perintah William. Perempuan yang tadinya orang paling dihormati oleh laki-laki di badan intelejen Britania MI7 saat ini sedang sibuk melahap batang kejantanan laki-laki yang tak ia kenal. Tongkat yang menegang itu dijilat seakan-akan adalah makanan terlezat. Sesekali sebuah tamparan diterima oleh Guinevere saat giginya tanpa sengaja menggerus dinding phalus yang sedang ereksi.

Perintah ketiga adalah membuka lebar-lebar selangkangannya. Tanpa bisa melawan kehendak, Guinevere harus mempertontonkan bagian paling terhormat seorang wanita. Saat itu Guinevere tak bisa berteriak dan melawan. Ia hanyalah budak dan sebagai budak, perasaannya tidaklah penting.

Pertama kali benda asing memasuki kelamin Guinevere, ia bisa merasakan sakit yang luar biasa. Bagaimana sepitnya lubang yang masih perawan diterobos paksa oleh batangan keras. Lapisan yang menjadi bukti kesucian seorang wanita kini telah terkelupas mengeluarkan darah. Guinevere bisa merasakan rasa perih yang begitu menyiksa.

Tiap hujaman bagaikan hukuman. Guinevere merasakan setiap detik dimana pinggul William menabrak berulang kali tanpa berniat memberikan ampun. William tak perduli bagaimana perasaan gadis dibawahnya dan ia menunjukkannya dengan gerakan kasar ke dalam tubuh Guinevere.

Berikutnya, saat akhirnya Guinevere keluar lagi dari lukisan, ia menemukan tubuhnya diikat di sebuah salib. dadanya diremas, tubuhnya disakiti dengan cambuk dan kelaminnya dinikmati laki-laki tak dikenal.

Setelah itu ia bisa merasakan sekujur tubuhnya sakit. Namun begitu ia kembali ke lukisan, Guinevere mendapati bahwa kedamaiannya kembali.

Tidak lama, karena saat ia kembali bangun, ia menemukan dirinya dipertontonkan dihadapan banyak orang. Ia ada di sebuah tempat pelacuran, dipaksa menari sembari menanggalkan bajunya satu persatu untuk dilihat oleh lelaki-lelaki rendahan yang ia tak kenal.

Sementara laki-laki yang menyanderanya mengamati dari jauh. Ia tersenyum saat mendapati ekspresi Guinevere kini berubah menjadi putus asa.

Guinevere sudah menyerah.

Sejak saat itu ia dipanggil berkali-kali dari lukisannya. Disiksa, diperkosa, ditawarkan kepada orang lain. Tubuh ini bukan lagi tubuhnya namun ia masih tak bisa menikmati penghinaan ini.
Dan saat ini penghinaan terbesar baru saja datang. Berhadapan dengan dua rekannya dari Avalon, Agen Ywain dan Agen Bruenor.

Saat itu sosok iblis yang selalu terlihat bersama tuannya muncul di sebelah Guinevere.

"Perintah baru, bunuh laki-laki itu. William tak butuh laki-laki dalam koleksinya. Apalagi laki-laki yang berpotensi menghancurkan rencananya."

Dan tanpa ada kesempatan untuk menolak, tubuh itu bergerak. Pistol diarahkan ke kepala Agen Bruenor dan peluru dilepaskan.

Guinevere ketakutan. Apa ia baru saja membunuh rekannya sendiri? Untungnya pemuda itu berhasil menangkis peluru yang ia tembakkan.

Pertanyaan demi pertanyaan ditanyakan, rasa tak percaya, wajah mereka jelas menunjukkan bahwa mereka merasa terkhianati. Guinevere berteriak, berusaha memberitahu mereka apa yang terjadi, berusaha mengatakan pada mereka untuk...

"CEPAT PERGI DARI SINI! TUBUH INI TIDAK ADA DALAM KENDALIKU!"

Iblis itu tampak terkejut, namun Guinevere tak perduli. Tubuhnya berhenti bergerak dan ia tidak menyerang lagi. Sebuah harapan muncul di hatinya. Apakah Guinevere berhasil menguasai tubuhnya kembali.

"Guinevere, apa maksudmu?" Agen Ywain bertanya.

Namun Guinevere tak lagi bisa menjawab karena saat ini pedang ditarik dari pinggangnya dan dengan cepat tubuh ini memenggal kepala Agen Ywain.

Guinevere kembali jatuh ke dalam keputusasaan.

Guinevere sudah kehilangan tubuhnya sendiri, dan ia baru saja membunuh temannya sendiri.

-Act 11-

William tersenyum lebar saat melihat Guinevere membawa tubuh lemas Anne kembali ke kapal. Dengan cepat ia kembali ke ruang kapten dan membuka lukisan yang tadinya tertutup oleh kain besar. Lukisan Anne Read dalam keadaan telanjang bulat, dengan rantai mengikat leher, kaki dan tangannya.

Gadis mungil itu secantik yang ia lihat terakhir kalinya. Namun ia harus mengubah sedikit lukisan itu. Guinevere kembali ke dalam lukisan setelah melaksanakan tugasnya. William dengan sigap mengikat tubuh Anne di meja besar di ruangan itu.

Ia mengeluarkan peralatan lukisnya dan kemudian mulai bekerja.

Ia memulai dengan melepaskan seluruh pakaian Anne Read. Seorang perompak dengan baju tahanan bukanlah hal yang cocok di dalam kepala William.

Ia menghisap sepasang payudara di tubuh gadis itu, merasakan sebesar apa payudaranya dan kemudian mengoreksi lukisannya. William terkejut saat menemukan payudaranya sekarang lebih besar.

Ia kemudian mulai meraba senti demi senti kulit Anne Read, merasakan bekas luka di setiap bagian tubuh Anne. Ia bisa merasakan luka cambuk yang memudar di punggung dan pantatnya, sebuah luka tusuk di paha kirinya dan begas gigitan di payudara kanannya.

Tidak salah lagi, gadis itu hanya memasang topeng wanita kuat. Seluruh penyiksaan ini, seluruh luka di tubuhnya ini, menjadi minyak untuk api dendamnya. menjadi bahan bakar bagi kebenciannya pada manusia.

Menjadi benih dari keputusasaan di hatinya.

William tertawa keras. Ia dengan cepat bekerja dengan lukisannya. Ia melengkapi semua hal yang tidak sama antara Anne Read yang asli dengan Anne Read dalam lukisannya.

Saat melihat lukisan ini, ia bisa membayangkan bagaimana Mary Bonny, rekannya, geram pada William dan saat itu William akan menambahkan tubuh gadis itu di dalam lukisan ini.

Dua perompak wanita paling bersejarah akan ada di dalam genggamanya.

William tersenyum lebar.

-Act 12-

Anne Read membuka matanya. Ia bisa merasakan setiap inci tubuhnya disentuh oleh tangan seorang laki-laki. Reflek, ia melakukan apa yang selalu ia lakukan setiap hal ini terjadi di penjara D'Ilf.

Pegang tangan itu dan dengan kekuatan tak terduga, pelintir.

Kebanyakan sesama tahanan biasanya akan langsung memekik kesakitan. Ia tak bisa melakukannya pada sipir karena mereka selalu memegang tangan Anne. Tapi laki-laki ini lupa mengikat tangan Anne dan ia bisa melukai laki-laki ini sesakit-sakitnya.

Di luar dugaan, Laki-laki itu hanya tersenyum padanya seakan tangan yang dipelintir tidak terasa sakit.

"Kau sudah bangun rupanya," William berkata senang.

Laki-laki itu dengan cepat membalik keadaan. Dengan tangannya yang masih bebas, ia langsung menangkap tangan Anne dan memaksanya terlentang di meja.

"Salahmu juga sih lupa mengikat gadis itu," sebuah suara berkata.

Namun fokus Anne ada pada laki-laki di hadapannya. Ia berusaha lepas dari cengkraman laki-laki itu. Anne lebih kuat dari gadis rata-rata, hidup di lubang neraka bernama Penjara D'Ilf mau tidak mau akan melatih tubuhnya agar bisa bertahan lebih lama, namun nampaknya kekuatan itu tidaklah cukup.

"Namaku William Amadeus Anderson," laki-laki itu menyeringai, "Dan mulai saat ini kau adalah propertiku, Anne Read."

Anne akhirnya terlentang di bawah laki-laki dihadapannya. Ia masih berusaha memberontak dan menjauh, berusaha melepaskan diri, namun sebuah pukulan mengenai perut Anne dan sejenak gadis itu terdiam.

"Aku yakin ini bukan pertama kalinya kau disiksa oleh laki-laki. Siapa sih yang tak tertarik pada tubuh seindah ini," William berujar, "Namun aku bisa melakukan hal lebih buruk dari mereka yang sudah menyiksamu, nona Read. Kau tahu kenapa? Karena aku menyukai wanita sepertimu. Semakin kuat wanita, semakin indah ia saat dihancurkan perlahan-lahan."

Anne Read meludah ke wajah William. Sampai akhir, ia masih memberontak.

"Pukulanmu lemah, orang gila," kata Anne dengan nada menantang.

Namun William hanya tersenyum. Laki-laki itu tidaklah marah, laki-laki itu tidak juga menyerah. Anne merasa bahwa pemberontakannya hanya membuat laki-laki itu terhibur.

"Selamat menikmati hidupmu yang baru, Anne Read," Dan tiba-tiba tangan William mencengkeram leher Anne dan dengan cepat tubuhnya dilemparkan ke sebuah lukisan.

...dan kemudian Anne merasakan kesadarannya menghilang...

-Act 13-

Agen Arthur akhirnya menemukannya. Saat Agen Mordred melaporkan ada kapal asing berlabuh di penjara D'Ilf, ia tahu bahwa kapal inilah yang digunakan oleh penculik Guinevere.

Sejak Guinevere menghilang, Agen Arthur mulai mengendus jejak laki-laki itu. Orang yang di Avalon diberi sandi 'Phantom' ini adalah dalang dari banyak sekali penculikan wanita muda baik bangsawan maupun rakyat jelata.

Avalon mungkin tak memiliki wewenang yang cukup untuk melakukan penyelidikan besar-besaran, namun mereka cukup pintar untuk berjalan di luar pengawasan MI7, badan induk mereka.

Bukankah Avalon adalah divisi paling kuat di dalam badan intelejensi Britania itu? jadi wajar kalau mereka bisa melakukan penyelidikan tanpa diketahui birokrat di atas sana.

Laki-laki misterius itu masih tak diketahui identitasnya, namun bagaimana ia bergerak sudah terpola di kepala Agen Arthur. Detektif tercerdas dan ksatria terkuat di Britania itu tidak main-main saat mengincar targetnya.

"Setelah kita menemukan orang ini, apa yang kita lakukan?" tanya Agen Kay

Kecuali Agen Tristan dan Agen Gawain yang menghilang serta Agen Ywain dan Agen Bruenor yang mayatnya ditemukan tak jauh dari sini, semua anggota Avalon ada di sini.

"Kita akan siksa dia," jawab Agen Arthur dingin, "Kita akan siksa dia sampai ia mengatakan apa yang ia lakukan pada Guinevere."

Yang pertama menyambut mereka saat memasuki kapal adalah sosok tiga orang yang sangat familiar di mata Agen Arthur. Agen Tristan, Agen Gawain dan...

"Guinevere..." Agen Arthur menatap tiga gadis di hadapannya.

"Halo, Tuan Agen Arthur yang terhormat," sebuah suara terdengar dari dek atas dan sosok laki-laki berambut pirang yang mulai memutih tampak berdiri penuh percaya diri disana, "Aku sudah mendapatkan tujuanku di penjara D'Ilf dan akan kabur. Sayangnya kau harus mengganggu jalan keluarku."

"Kau pikir bisa pergi dari sini dengan kapal sendirian?" suara Agen Kay terdengar marah.

"Ah, Agen Kay," laki-laki itu tertawa kecil, "Keberanian dan ketulusan hati ya kalau tidak salah? Aku menyukaimu lho. Agen Gawain bercerita banyak soal dirimu. Aku jadi ingin menikmati tubuhmu itu."

"Diam kau orang mesum," Agen Arthur menyela, "Atas nama Excalibur, akan kutangkap kau. Tak akan kubiarkan pengadilan memberimu hukuman ringan atas apa yang kuperbuat?"

"Oh, ayolah, apa yang kuperbuat hanyalah mengeluarkan keindahan yang ada dalam diri dari setiap wanita," laki-laki itu melompat turun dari dek atas, "Aku menemukan kecantikan itu saat menginvasi Perancis dan melihat sendiri bagaimana cantiknya gadis yang putus asa saat ia tahu nyawanya akan padam. Dan aku ingin melihatnya lagi, tak tahukah kau perasaanku ini? Aku hanya laki-laki normal yang memburu kecantikan!"

"Menjijikkan," Agen Lamorak berkomentar pendek.

"Dan kau pikir kau bisa menangkapku?" Laki-laki itu melanjutkan, "Kau pikir kau bisa melawanku saat kau sibuk melawan teman-temanmu?"

Dan tiba-tiba Palu raksasa mengayun ke kepala Agen Arthur, namun Agen Arthur dengan mudah menghindarinya. Dari belakang, Agen Percival yang adalah anggota Avalon paling cepat mulai menarik keluar pedangnya dan mengirim serangan balasan namun harus berhenti saat ia tahu siapa yang menyerang.

"Agen Gawain...kenapa?"

Namun pertanyaan itu tak terjawab saat serangan kedua, sebuah anak panah, menembus dada Agen Percival.

"Apa yang kau lakukan pada mereka?" Agen Arthur bertanya dengan nada marah.

"Sudah kubilang kan? Aku sedang mengeluarkan kecantikan mereka," jawab laki-laki keparat itu.
Agen Arthur yang dikuasai kemarahan kemudian menarik keluar pedangnya dan menerjang, namun pedang lain menahan serangan Agen Arthur dan memaksanya mundur.

"Guinevere..." Agen Arthur menatap tak percaya, "Avalon, Berkumpul!"

Dengan aba-aba itu, seluruh anggota Avalon yang tersisa mengelilingi Agen Arthur. Mereka menatap laki-laki keparat itu tajam dan penuh kemarahan. Namun bukan cuma kemarahan yang mengisi hati mereka.

Tak ada yang percaya kalau Agen Tristan baru saja membunuh Agen Percival, tak ada yang mau percaya kalau tiga rekan mereka baru saja berusaha membunuh Agen Arthur dan melindungi musuh Avalon.

"Buka segel, atas nama Excalibur, aku ijinkan kalian mengeluarkan senjata suci kalian."
Dan aba-aba itu adalah tanda bahwa pertarungan besar akan dimulai.

-Act 14-

"Ah, akhirnya aku menemukanmu," suara Batthory terdengar ceria.

Dari salah satu menara penjara D'Ilf yang dekat dengan kapal Drake, seorang laki-laki berambut hitam klimis duduk mengamati pertarungan di kapal itu. Untuk sejenak laki-laki itu melihat sosok Batthory dengan wajah tertegun. entah apa yang ia lihat pada sosok Batthory, namun seperti sadar bahwa wujud Batthory saat itu hanya ilusi, laki-laki itu berdehem dan kemudian memberikan senyuman.

"Batthory, kan?" tanya laki-laki itu, "Aku terkejut kau bisa mendeteksi keberadaanku."

"Iblis seperti kami ini memiliki hubungan khusus dengan dunia, lho," jawab Batthory tenang, "Jadi saat dunia yang biasanya aku tinggali tiba-tiba terasa...berbeda, aku bisa langsung menemukan penyebabnya."

"Aku sudah mendengar soal hal itu," jawabnya santai, "Tenang, aku di sini hanya untuk melihat penampilan kalian."

"Kalau itu maumu sih," Batthory hanya menghela nafas, "Aku tahu kok kau sendiri bukan manusia biasa. Di dunia ini tak ada manusia yang memiliki sihir tanpa kontrak dari kaum kami. Jadi aku ingin tahu, siapa kau?"

"Apakah kau pernah mendengar soal Museum Semesta?" Laki-laki itu balik bertanya.

-Act 15-

Misi Agen Tristan hanya satu, tangkap Agen Kay dan Agen Lamorak lalu masukkan mereka ke dalam lukisan. Bukan hal yang mudah mengingat senjata suci milik mereka juga keluar. Namun saat Agen Arthur membuka segel senjata suci milik Avalon, maka senjata Suci milik Agen Tristan dan Agen Gawain yang tadinya belum terbuka kini juga ikut terisi dengan kekuatan.
Dan saat mereka semua kembali ke dalam lukisan, maka senjata Suci itu tak akan pernah tersegel lagi. Ia tahu benar itu, dan lebih buruk lagi, Agen Tristan menyadari bahwa ia tidak bisa menolak perintah laki-laki itu.

"Kalian berempat adalah koleksiku," Suara William terngiang di benak Agen Tristan.

Agen Kay mengayunkan Sabitnya, namun Agen Tristan berhasil menghindar dan untuk ke sekian kalinya menembakkan anak panahnya pada Agen Kay. Bukan hal yang mudah mengingat Agen Polimedes menghancurkan anak panah itu dengan kampak miliknya.

"Tak bisakah kau lepas dari kendali laki-laki itu, nona Agen Tristan?" tanya Agen Polimedes.

"Kalau lepas dari kendaliku adalah hal mudah, maka Guinevere sudah bebas dari kemarin, pak Tua," komentar William yang berdiri di belakang Agen Tristan.

"Maka aku akan mengincarmu!" dengan suara keras Agen Lancelot mengarahkan tombaknya ke arah William, namun tubuh Agen Tristan bergerak menangkap tombak itu dengan tangan kanannya.

Agen Tristan bisa merasakan rasa sakit itu, namun ia tak bisa berteriak, ia tidak disuruh berteriak saat merasakan sakit, jadi Agen Tristan maju selangkah dan kemudian memukulkan busurnya ke kepala Agen Lancelot. Agen Lancelot menangkis dan dengan cepat melompat mundur.

"Keparat, apa yang kau lakukan padanya?" Agen Lancelot bertanya keras.

"Bukan urusanmu anak ingusan," jawab William, "Dan jujur deh, memangnya kamu ada waktu untuk mengurusiku?"

di saat bersamaan sebuah palu raksasa mengenai punggung Agen Lancelot dan Agen Lancelot terlempar ke luar dari kapal. Agen Tristan ingin berteriak, ingin menghentikan semua kegilaan ini, namun melihat Agen Gawain menghancurkan punggung Agen Lancelot dengan wajah datar memadamkan semangatnya.

Kalau Agen Gawain saja tidak bisa lepas dari pengaruh laki-laki keparat itu, apalagi Agen Tristan?

Pikiran itu adalah tanda bahwa Agen Tristan sudah menyerah.

-Act 16-

Agen Gawain menatap palu raksasa miliknya, palu yang baru saja menghancurkan punggung rekannya, palu yang hampir saja membunuh Agen Arthur, dan ini semua karena ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.

Misinya hanya satu, jika ada yang menyerang William, bunuh mereka. Dan kalaupun ia terluka parah, itulah yang akan ia lakukan. Ia berharap ia bisa berhenti dan menyelamatkan Avalon, namun saat Agen Polimedes mengayunkan kampaknya pada tuan William, tubuhnya langsung bergerak, mengayunkan palu raksasanya untuk menghentikan laju serangan Agen Polimedes.
Jika ada yang menyerang William, bunuh mereka.

Dan itulah yang dilakukan oleh Agen Gawain. Mungkin saja Agen Polimedes jauh lebih berpengalaman daripada Agen Gawain. Umur mereka selisih lumayan jauh dengan Agen Polimedes anggota Avalon tertua dan Agen Gawain adalah anggota termuda. Tapi perintah William absolut dan ia akan melakukan apa saja untuk membunuh Agen Polimedes.

Agen Polimedes yang tak tahu hal tersebut berusaha meminimalkan luka pada Agen Gawain. Masih ada secercah harapan untuk menyelamatkan mereka. Pada akhirnya semua kekacauan ini adalah kesalahan William dan Agen Polimedes masih berharap bahwa Agen Gawain masih bisa menyelamatkan.

Keduanya beradu senjata cukup lama. Kampak melawan palu. Jika satu lengah maka ia akan kehilangan kesempatan untuk mengalahkan yang lain. Dan di saat itulah Agen Lamorak memilih untuk masuk ke dalam pertempuran mereka, mengayunkan tonfa miliknya ke arah perut Agen Gawain.

Agen Gawain terpental cukup jauh, namun begitu ia jatuh, gadis itu dengan cepat bangkit. Perutnya sakit, namun ia tidak diperintahkan untuk mengeluh. Jadi dalam diam, ia kembali bangkit dan menerjang. Kali ini diikuti oleh anak panah dari Agen Tristan.

"Maaf pak tua, tapi Agen Kay sudah jatuh. Jadi sepertinya Agen Tristan juga akan turut campur dalam pertarungan kita," kata Agen Lamorak.

"Aku tidak keberatan," Agen Polimedes menaikkan kembali kampaknya, "Aku hanya berharap kita tidak harus membunuh mereka," lanjutnya sambil menangkis anak panah dari Agen Tristan.

Palu diayunkan, Agen Polimedes menangkis dan kemudian Agen Lamorak memanfaatkan kesempatan itu untuk menyusup ke dalam kuda-kuda Agen Gawain dan memukul lagi perutnya, namun Agen Lamorak lengah dan ia menerima anak panah tepat di bahunya.
Agen Lamorak terpental dan mengeram kesakitan namun sosok Agen Tristan sudah berdiri di hadapannya dan tanpa kata mencengkeram tangannya.

"Agen Lamorak!" Agen Polimedes berteriak keras, namun ia tak bisa terganggu lama karena lagi-lagi sebuah palu berayun. Lagi, Agen Polimedes menangkis dengan kapaknya, tapi kali ini ayunan palu itu lebih kuat dari dugaan dan alhasil Agen Polimedes harus kehilangan senjatanya.
Tolong hentikan, begitulah yang ada dalam pikiran Agen Gawain. Ia tak ingin tangan ini membunuh Agen Polimedes juga. Bagi Agen Gawain, Agen Polimedes adalah orang terdekat yang bisa ia panggil 'ayah'. Namun perintah William absolut dan satu kali ayunan lagi, Agen Polimedes sudah kehilangan kepalanya.

Pada saat inilah Agen Gawain kehilangan semangat hidupnya dan menyerah.

-Act 17-

Salah satu hal spesial dari menerima nama kode 'Agen Arthur' adalah ia bisa merasakan saat anggotanya satu persatu gugur. Ini bukan hal bagus karena semakin sedikit anggota Avalon, Excalibur di tangannya juga semakin lemah.

Beruntung Agen Mordred masih ada di sini.

Agen Mordred adalah petarung jalanan. Serangannya tak bisa dibaca dan kalau boleh jujur, laki-laki inilah yang menyelamatkannya setiap Guinevere hampir memenggal kepala Agen Arthur untuk ke sekian kalinya.

Tapi nama Agen Arthur pada dirinya bukan didapat dengan cara mudah. Meski tanpa kekuatan penuh Excalibur, kemampuannya cukup untuk melawan Guinevere. Namun Guinevere ada di level yang jauh berbeda dari Agen Arthur dan Agen Mordred.

Agen Spesial Guinevere, otak dari segala operasi Avalon.

Dan saat ini ia sedang melawan teman-temannya sendiri. Jelas saja wanita itu tahu setiap gerakan dan serangan teman-temannya, terutama Agen Arthur. Inilah alasan kenapa adu pedang ketiga anggota Avalon ini tak kunjung selesai.

Tujuan Agen Arthur bukanlah untuk melawan Guinevere. Malah kalau boleh jujur, ia lebih ingin kabur dan membunuh laki-laki keparat itu secepatnya. Namun Guinevere selalu bergerak menghalangi, diikuti dengan tusukan dan sabetan yang sangat presisi yang bisa membunuhnya kalau saja Agen Mordred tidak menangkis serangan Guinevere untuknya.

"Guinevere! sadarlah! kau bisa melawan pengaruhnya!" teriak Agen Arthur marah.

Namun Guinevere tak bergeming. Ia terus menyerang. Setiap sabetan dan tusukan semakin berbahaya. Agen Arthur terus berusaha kabur dan menangkis dengan bantuan Agen Mordred. Hingga akhirnya tiba-tiba Guinevere menarik pistolnya dan menembakkannya ke arah Agen Arthur.

Agen Arthur hendak menghindar, namun dengan jarak sedekat ini, ia tak akan sempat. Hingga sosok Agen Mordred muncul di depannya, menerima peluru Guinevere tepat di dadanya.

"Agen Mordred!"

"Ah, apakah aku akan mati?" tanya Agen Mordred yang kemudian jatuh di lantai Agen Kayu kapal.

Guinevere masih tak menyerah dan menerjang, namun Agen Mordred hanya dengan semangat hidup yang tersisa berbalik dan menangkis pedang Guinevere. Agen Arthur mendeka dan kemudian mengayunkan Excalibur ke arah Guinevere, menjauhkannya dari Agen Mordred yang terluka.

"Aku tak apa kok, Boss," kata Agen Mordred lirih.

Agen Arthur memegang luka Agen Mordred dan berusaha melakukan pertolongan pertama padanya sampai akhirnya...ia merasakan bahwa tubuh Agen Mordred tidak dialiri darah melainkan tinta.

Tunggu...tinta?

Agen Arthur hendak melompat menjauh, namun pedang Agen Mordred sudah menembus punggungnya.

"Keparat..."

Itulah kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Athur sebelum akhirnya ia jatuh ke tanah. Bersamaan dengan itu, tubuh Agen Mordred juga mencair menjadi tinta, membasahi sebagian tubuh Agen Arthur dengan tinta

Tinta yang membentuk tubuh seorang pengkhianat.

-Closing Act-

William menggeram marah. Melihat bagaimana Agen Mordred kembali menjadi tinta setelah melakukan tugasnya adalah hal yang aneh. Apa yang ia lukis dan keluarkan biasanya bias bertahan lebih lama bahkan setelah terluka parah, namun yang ia lihat saat ini justru kebalikannya.

"Sepertinya kau kehilangan satu persatu kekuatanmu," Batthory melayang turun dari langit dan menghela nafas sembari menunjuk sekelilingnya.

William kembali menggeram marah saat ia melihat semua budaknya berubah menjadi tinta dan kembali ke lukisan mereka. Ia menjentikkan jarinya dan berusaha mencegah hal itu, namun tinta-tinta itu tak perduli dan masih kembali ke lukisannya masing-masing.

"Kenapa?" Tanya William singkat.

"Sudah kubilang bukan ini bukan dunia kita," Jawab Batthory, "Sepertinya kau kehilangan seluruh kekuatanmu saat ini. Aku sudah tahu kok siapa dalang dibalik rusuhnya dunia ini."

"Kau jahat sekali, nona Bathory," Sebuah suara muncul dan entah sejak kapan sosok laki-laki berambut hitam klimis berdiri di belakang William bersama manusia berkepala bantal.

"Aku Iblis lho, memang ada Iblis yang tidak jahat?" Batthory membalas.

"Kau tahu? Melihat bantal di kepalamu itu aku ingin menghancurkannya," William berkomentar.

"Hahahaha, aku akan repot kalau harus kehilangan Ratu Huban," jawab laki-laki itu sementara si manusia bantal yang bernama Ratu Huban itu bersembunyi di balik tubuhnya, "Namaku Zainurma dan kau baru saja lulus tes."

Bersamaan dengan kata-kata itu, seekor domba putih muncul di hadapan mereka. Domba putih yang membuktikan bahwa petualangan William saat ini baru saja dimulai.

Masihkah kau mau mengikuti kisah laki-laki ini?

21 komentar:

  1. Tulisan ini berasa besar banget influencenya dari FGO

    Di awal" baca saya lumayan seneng, saya kira akhirnya tulisanmu jadi rapi dan ga kayak biasanya. Tapi setelah terus baca, lama" saya sampe ga ngitung lagi typo dan salah kapital yang ada sepanjang entri ini. Serius rai, 6 tahun ngenal kamu, sesusah itu ya ngilangin kebiasaan lama?

    Oke lah, saya ga mau terlalu berkutat di masalah teknis. Dari segi cerita sendiri saya lumayan dapet gambaran 3 pihak : William yang dengan agendanya sendiri, Anne yang pengen kabur dari penjara, dan kelompok agen Avalon. Cuma, load and loads of character ini kayaknya terlalu besar buat kamu handle. Saya ga gitu nangkep siapa aja agen Avalon ini sepanjang cerita, selain yang namanya emang saya kenal. Singkat kata, manajemen karakter di cerita ini buat saya rada berantakan

    Jadi di akhir, William bakal ikut turnamen tanpa pion lukisan sama sekali?

    Nilai 7

    BalasHapus
  2. Ada banyak agen yang membuat pusing. Yang paling diingat hanya agen yang sering muncul. Mungkin lebih baik kalau dijelaskan siapa saja agen Avalon asli, dan agen Avalon yang berada dalam kendali William

    Saya suka William mengoleksi wanita cantik dalam lukisan. Saya juga suka bagaimana William menjadikan wanita sebagai budak seks dan dipermainkan seenak hati. Jadi babak selanjutnya William tetap mengurung wanita cantik dalam lukisan?

    *mundur teratur*

    Nilai 8
    Merald

    BalasHapus
  3. Saya mabok karakter.

    William adalah seorang penjahat yang seolah memiliki selera elit nan memukau jika dinilai sebatas kemampuan, namun kenyataannya adalah pribadi yang tak lebih dangkal dari nafsu birahinya.

    agak disayangkan berbagai macam karakter adaptasi yang mudah terlupakan di sini dan juga adegan seksual yang hanya menjadi sekadar pengisi kuota kurang ambisius.

    7/10. yang ini juga nggak boleh dibaca Jane Cho.

    BalasHapus
  4. terdapat byk kesalahan teknis terutama di bagian yg memiliki 2 dialog dlm 1 paragraf, seharusnya pakai titik bukan koma, awalnya kukira typo, stlh diseret ke bawah hal yg sama terulang berkali2 dan jls bukan typo

    sama seperti komen2 yg lain, terlalu byk karakter yg bermunculan hingga membuat bingung ditambah kurangnya penjelasan detail ttg karakter tsb, blm meresap k dalam otak, part dah berganti dengan adegan dan munculnya karakter lain, alhasil gw kira awalnya Guinevere tu cowok ternyata cewek

    dan ntah perasaanku aja atau bukan, adegan xxx nya malahan lbh menonjol drpd battlenya wkwk

    nilai 7
    Samara Yesta

    BalasHapus
  5. Awal baca entri punya mas Arai, yang saya dapatkan adalah:

    Sebuah kesan ambisius yang ingin ditonjolkan dalam cerita prelimnya William. Sama juga, karakter William ini punya ambisi luar biasa untuk mewujudkan karya terbaiknya.

    Imej saya ketika membaca karakter William, dia ini semacam Yoshikage Kira. Perfeksionis dan seorang smooth criminal.

    Sayangnya, eksekusi cerita mas Arai, tidak seperti apa yang ada dalam dugaan saya. Karakter William tidak se-smooth yang saya kira. Akhirnya malah mirip Yoshikage Kira yang ketika aksi mulusnya sudah ketahuan.

    Selain itu, fokus karakter sampingan yang menurut saya cukup banyak jadi susah juga ngatur porsi spotlightnya.

    Tapi saya suka William, dan chemistry-nya dengan Bathory menarik juga.

    Jai nilainya 8/10 dari saya.

    Salam Estetika dari Enryuumaru dan Mbah Amut

    BalasHapus
  6. M ariknya itu ketika membaca bagaimana Will memerangkap vudak budaknya dan melakukan banyak hal dengan kekuatannya. Tapi aku penasaran, apakah dia akan selalu begitu? apa lagi yang bisa dilakukannya. Ini akan kenarik untuk digali.

    Secara teknis memang ada banyak kesalahan.. /*Meski punyaku memang lebih banyak*/ typo, kapitalisasi, pemilihan kata baku. Tapi masih enak dibaca.

    Dan satu lagi, dri awal bingung siapa di pihak siapa dan mana yang menjadi apa. But finally, it can be understanded. Aku suka genrenya dan pembawaan ceritanya. Itu yang membuatku bertahan membaca dengan khusyuk hibgga kata terakhir.

    Id like to write, 8 for your story..
    Amazing, dear..

    Sincerely,
    RJ Marjan
    Author of Lucas's Story

    BalasHapus
  7. Wueeeeh, si Williaim ini benar-benar PK-- Penjahat kelamin dalam kasta paling tinggi.

    Saya gak terlalu mempedulikan typo dan sebagainya, karena yang saya cari dari membaca sebuah cerita adalah pure enjoyment.
    Dan saya menikmati cerita ini, kalau saja nggak tersesat dalam berbagai karakter yang bertumpuk dalam satu konflik.

    Saya mengalami kesulitan memvisualisasikan tiap karakter, pertama karena tiap karakter diawali dengan julukan "Agen", ke dua, cerita satu prelim ini nggak cukup untuk menancapkan imej seluruh karakter Avalon hingga bisa terlibat dalam imajinasi pembaca. Ke tiga, nama-namanya asing di telinga, hingga saya sulit untuk mengingatnya.
    Seperti kata Sam, karakterisasi para Avalon itu benar-benar besar pengaruhnya dari FGO.

    Secara cerita, plotnya apik. Saya paling aroused di bagian cewek kuat yang dibikin mindbreak lewat rape dan humiliation.

    Konflik tiga sisi juga tersampaikan dengan baik, juga tentang bagaimana evil-nya si William ini dalam perjuangannya mencicipi meki para wanita cantik.

    Btw, penulisan stensilanmu udah terasah Rai~
    :D

    POINT : 9
    OC : Venessa Maria

    BalasHapus
  8. Kesan saya setelah membaca entri ini adalah ... bacaan tingkat tinggi.

    Konflik yang disajikan disini beruntun, dan itu jadi poin utama perhatian saya di entri ini. Cukup rumit memang, tapi saya menikmatinya.

    Karakter William kalau saya simpulkan, psychosexual. Tergambar jelas dengan bagaimana dia menikmati "karya seni" dan "mempermalukannya". Amazing work.

    Ada beberapa hal yang mengganggu saya ketika membaca entri ini:

    - "Bacaan tingkat tinggi". Entah karena otak saya yang ga sampai atau karena faktor lain, saya kurang paham sebagian besar narasi, terutama di latar tempat. Saya yakin kalau ceritanya ada di jaman medieval, tapi saya ga mendapatkan gambaran secara penuh.

    - Sulit buat saya membedakan anggota Avalon mana yang pria dan mana yang wanita jika hanya dilihat dari namanya.

    - Banyak typo yang cukup mengganggu saya.

    Overall score: 7

    At last, greetings~
    Father of Adrian Vasilis

    BalasHapus
  9. eh tumben karakter banyak rai? ga repot? dan.. err... kamu kebanyakan main takdir/ peritah besar keknya.. dan itu agen lancelot kok sedih yah.. masalah teknis perlu ku bahas juga? udah di wakilkan sama yang di atas-atas juga.. but well done rai.. tapi pembagian karakter mu keknya perlu km perbaiki lagi deh.. udah gitu ajah..

    eh.. 8/10
    Kagero Yuuka
    Airi Einzworth

    P.s: LANSAAA GA SHINDAAA!!

    BalasHapus
  10. banyak nama yang cuma berlalu begitu saja. dan susah diikuti jika tidak konsentrasi penuh bacanya. tadinya saya pikir tokoh utamanya diantara guineve atau anne read karna mereka cukup bnyak disorot ternyata si william. jadi saya kurang paham dimana fokus cerita yang sebenarnya. 7

    BalasHapus
  11. GHOUL : “Cantik itu luka, misalnya selfi ama burung merak jantan ampe mati burungnya! Jelek itu binasa, misalnya kecoa di kamar saya! Waduh, baca konten dewasa di bulan puasa geneh, kalo konten dewasa yang kayak film gore thriller sih paling muntah2. Jangan banyak2 ya, hehe (sok lugu). Tapi tokoh ini bikin sebel luar binasa, kalo jadi lawan duel bakal ku******” :=(0

    SHUI : (skip! Masih di bawah umur, gak bisa kritik apa-apa…)

    GHOUL : “Hm cerita berat n jujur sih ga begitu suka konten dewasa kayak gini hiks. Ga terbiasa.” T0T

    SUNNY : “Ada typo dikit, bisa distip-ex mungkin,
    menutup pintu ini erat2? Rapat2 maksudnya?
    Makin ke pertengahan cerita, hm typonya makin ga bisa diampuni!
    Bias?!
    Tak bergeming artinya tak diam. Bergeming artinya diam.”

    GHOUL : “Ngasih 7, kalau saja tuh bisa membebaskan gadis2 cantik di lukisan sana. Kalo nggak, ya tetep aja sih 7.” :=(0

    BalasHapus
  12. btw, saya skip aja bagian panasnya cos lg ramadhan sekarang.

    kesan kelamnya begitu kerasa dari entri ini sendiri. saya pirbadi bisa meraba-raba kekejaman yang dilakukan wiliam ke para buruannya. hanya saja mungkin karena konfliknya sangat luas, banyak karakter yang ga kena sorot maksimal.

    yah, hanya saja typonya masih berkeliaran. tp itu gak terlalu bermasalah buat saya.

    7 dari Axel Elbaniac

    BalasHapus
  13. ada para bajak laut terkenal masuk di entry ini..

    sejujurnya pusing mengikuti alur dengan banyak karakter yang ikut campur.. hingga tokoh utama memiliki porsi yang agak kurang dalam pendalaman karakter.

    awal cerita yang keren menurut saya, dengan latar belakang London zaman Sherlock Holmes. kukira yang culik wanita itu Jack the Reaper..

    tapi typo dan kata tak baku agak mengganggu dalam membaca entry ini.

    nilai dari saya 7. semoga sukses..

    Dwi Hendra
    OC : Nano Reinfield

    BalasHapus
  14. William...
    Nama yang harus diwaspadai Nora dalam turnamen.

    Komentar-komentar di atas sudah banyak membahas kesalahan penulisan, penggunaan karakter kebanyakan, dsb. Sampai saya nggak tau mau komentar apa, jadi saya kasih saran saja untuk membuat William lebih menarik.

    Hal yang lebih baik ditonjolkan dari William adalah sifat misteriusnya dan tidak sepenuhnya menunjukan gerak-gerik William dapat menjadi langkah yang bagus. Dari entri ini, sepertinya yang ditakuti oleh para agen adalah sifat William yang menyerang tanpa diketahui kapan dan dimana, oleh karena itu ciri khas ini lebih baik dikembangkan.

    Nilai : 7
    OC : Nora

    BalasHapus
  15. Uh... yeah. Ini cerita yang terlalu ambisius. Fungsi prelim ini memang untuk memperkenalkan dunia dan karakter, tapi kalau pada akhirnya semua pion lukisan William memudar, ngebaca ini dari awal sampai akhir jadi terasa cukup sia-sia. Seharusnya kamu start small, mulai dari skala personal dengan korban 1-2 aja. baru nanti habis dunia dan karakter sudah set, lanjut ke cerita yang lebih besar.

    dan ceritanya pun seperti biasa dipenuhi typo.

    meski begitu, mengesampingkan cerita yang nggak fokus, karakter William cukup tersaji dengan baik. kamu juga bisa menyajikan sisi erotis yang bisa dipercaya dari orang yang punya fetish kecantikan abadi tanpa bikin ero-nya terlalu awkward. karena itu saya rasa cerita ini masih bisa dikasih nilai 7.

    Fahrul Razi
    OC: Anita Mardiani

    BalasHapus
  16. Well, well ... saya bisa paham kenapa mas ini ngasih banyak nilai 6. Jika dilihat dari gaya penulisannya, jujur sangat bagus. dan segi ceritanya membuat orang penasaran untuk kelanjutannya...

    Dan kalau boleh jujur, jika saja tanpa ada typo dan kesalahan penulisan, mungkin berhak mendapat 8 dalam segala hal yang bisa saya koreksi.

    Dan ini adalah komentar dari Satan:
    "Aku tak bisa bilang benci terhadap caramu mengendalikan orang lain, karena aku juga adalah orang yang akan mengorbankan seseorang jika terdesak. Hanya saja, caramu itu terlalu rendah dan simple. Sebagai ahli strategi, aku yakin kau akan kalah dalam tiga langkah. Yah mungkin karena aku tak punya kekuatan tak akan mengerti bagaimana jalan pemikiranmu."

    Dan nilai yang bisa saya berikan, adalah 7 untuk sekarang.

    -Salam, Hyakunosen.
    OC: Satan Raizetsu

    BalasHapus
  17. Hm...

    I think you're way over your head on this one. Kau tidak bisa meng-handle karakter sebanyak itu, jadi kesannya mereka numpang lewat doang.

    Parahnya lagi, karakterisasi William pun jadi korban di sini, karakter utamanya malah tertutup oleh banyaknya karakter yang muncul.

    Hei, kalau ini novel dan Will bukanlah karakter utama, sah-sah saja villain seperti ini. Tapi kalau Will adalah karakter utama dalam cerpen, harusnya dia lebih menonjol dong. Tapi ini malah seperti puppet master di belakang layar.

    Feel yang saya dapet malah Guinevere yang karakterisasinya agak kuat.

    Untuk itu saya hanya bisa kasih 7 poin saat ini.

    Asibikaashi

    BalasHapus
  18. Awalnya baca sih asik, tapi lama-lama kok jadi loads and loads of characters. Sementara William sendiri yg tokoh utama malah tenggelam porsinya ditelan Anne Read sama Guinevere. Setelah itu muncul agen2 yg bikin aku makin kehilangan jejak dalam cerita.

    Apalagi tiap act itu pendek banget. Belum sempet pembaca menjejakkan diri di cerita, udah dibawa lari lagi ke karakter lain. Ada baiknya klo diceritakan dari sudut pandang William secara penuh, karena ya dia tokoh utama, dan aku nggak punya ide gimana kekuatannya dia bekerja.

    6/10
    I have no idea what was going on :(

    -FaNa

    BalasHapus
  19. Urrgh >,<, maaf adegan panasnya saya skip dulu berpuasa, saya tengah berpuasa, tadinya ga berkeinginan buat baca setelah ada peringatan tapi karena penasaran saya lanjut baca meskipun saya harus berapa kali melakukan skimming untuk menghindari hal-hal yg membatalkan puasa.

    Eem gimana yah, terlepas dari masalah teknis dan cerita stensilannya. Entri ini bagus, lebih bagus daripada punya saya. Haha
    TAT
    Tapi saya setuju sama komentator-komentator sekalian, terlalu banyak karakter bikin saya meraba-raba, siapa ini, siapa itu dan lagi ngapain.

    Ditambah saya harus skip adegan panasnya. Hiks...
    Maju terus rai, kita2 sama belajar lagi. Mengingat saya juga hobi buat cerita dengan banyak kepala. XD

    Nilai : 7
    Mahapatih Seno

    BalasHapus
  20. Kumpulan Arti Mimpi Tentang Ular Kobra Dalam Togel Terlengkap
    Tafsir Mimpi Togel

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.