Jumat, 27 Mei 2016

[PRELIM] 21 - JANE CHO | KEBANYAKAN NONTON KARTUN ITU TIDAK BAIK

oleh : A.M.

--

Hari ini Asya mati.
Aduh.
---
"Gimana dong, Jane!?"
Gadis berambut pirang yang ditanya itu menggaruk-garuk kepalanya frustrasi, "duh, gimana ya..."
Sesosok kebiru-biruan yang sepertinya sebaya dengan sang gadis melayang panik mengitari ruangan. Ia menunjuk-nunjuk sang gadis pirang sambil tergagap, "k-kamu sih! Main salah nyebut segala! Tubuhku gimana dong!?"

"Nggak tahu! Itu, disedot portalnya!" gadis pirang yang dipanggil Jane itu hanya bisa mengibaskan pensil di tangannya ke sebuah ceruk bersinar di samping kanan mereka berdua. Pensil 2B yang melesat ke ceruk berwarna keunguan mencurigakan itu pun lenyap tak bersisa.
"Gyaaaa!!!" Mereka berdua berteriak ngeri, "mampus, nih! Tobat deh main jelangkung, ampun tobat!" Jane dan sosok tak kasat mata di belakangnya semakin kelihatan ketakutan. Mereka berdua mengitari ceruk yang semula ditempati oleh sebuah meja dan secarik kertas berisikan corat-coret abjad itu bak kesetanan.
"Coba ingat lagi, Jane! Kali aja ketemu solusinya!"
"Bentar, bentar, bentar, bentar..." selop sekolahnya berdecit. Jane berhenti untuk berpikir sejenak,
Tentang apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Dimulai dari lima menit yang lalu.
---
"Hwem...Bingkai mimpi itu apa..."
"Jane."
"....Zainurma kok mirip bang Heru..?"
"Bangun, woi."
"He?" yang dipanggil 'woi' itu akhirnya membuka matanya yang masih berat nian, "Asya? Udah belum?"
Langit belum coklat benar, tapi seisi kelas terkecuali dua orang siswi yang akan kita kenal sesaat lagi ini sudah menghilang bersama tas mereka. Kalau bukan karena kegiatan klub tentu mereka sudah pulang ke rumah.
"Sabar. Bawa tasnya kemari sekalian. Kursimu luar biasa jauh, tahu," Seorang gadis berambut coklat sebahu sedang menyiapkan selembar kertas dengan tulisan-tulisannya yang bisa saja dijuluki 'Cakar Ayam' . Setiap melihat si gadis rambut pirang di depannya, ia tersenyum tengil. Tak sabar ia ingin mengerjai temannya ini.
"Huaaaaahem. Cepetan dong, kiriman buat lomba cerbung internet belum beres."
"Tumben kamu suka nulis, Jane," sindir Asya
"Kali aja hoki. Yang dinilai kan jumlah voter-nya," si gadis berambut kuncir samping yang dipanggil Jane itu lagi-lagi menguap dan mengucek-ngucek matanya sambil duduk di sebuah bangku di seberang Asya.
"Nih, pensilnya dipegang," Asya pun menyodorkan sebuah pensil 2B kepada Jane. Pensilnya tampak seperti baru saja diraut.
Jane menerima pensil baru itu dan dengan cekatan memutarnya melewati sela-sela jari tangan kanannya. Sering ia pamerkan teknik ini kepada teman-temannya, dan sampai saat ini tak ada yang mampu menandingi Jane. "Terus, ujungnya ditaruh di sini." Asya membimbing tangan temannya itu ke atas sebuah kertas berisi aneka macam alfabet, yang tampaknya hanya jiplakan dari formasi abjad papan keyboard  QWERTY.  
"Bentar, kita main Jelangkung?"
"Iya, dong," Asya bersenandung santai.
"Eh," sontak Jane melepas penanya dan menepuk bahu Asya kencang, "nanti kualat lho! Jelangkung kan, ini!?"
"Ah, kan mainan tradisional Indonesa."
"Tapi katanya Indonesia banyak setannya!"
"Katanya siapa?"
"Internet!!" balas Jane mantap.
Balasan Jane ditanggapi dengan 'heh' penuh cemooh yang tersurat di wajah Asya, "hari gini, percaya internet?" Pena yang tergeletak di atas meja itu dikembalikan ke tangan Jane, dan kali ini Asya menggenggam erat tangan gadis itu, "udah, coba aja dulu."
Jane menatap sinis ke arah Asya yang duduk di depannya, "awas kalau kejadian macam-macam. Besok nggak kutraktir bakmi lagi."
"Pelit...." Asya memejamkan matanya. Jane pun ikut memejamkan mata, baik karena ikut-ikutan maupun karena godaan dari kantuk yang masih melanda.
Sore itu hening. Angin berhembus dari luar jendela selagi matahari kian lama kian tenggelam. Kesepian yang membawa senandung nyaman yang seolah berkata, "peserta,"
...tunggu. Alis Jane berkedut. Peserta?
"Eh bangun, goblok."
Plak! Tepukan Asya keras sekali menepis pelipis Jane. "Hwe? Oh, sori," Jane sedikit mengigau saat raganya kembali dikuasainya, "udah mau mulai ya? Oke."
"Mantranya ikut kata-kataku ya," perintah Asya.
"Oke, sip," Jane menggenggam erat pensil itu, meski kantuk membuat genggamannya terasa selonggar mentega di benaknya.
"Jelangkung, jelangkung,"
"Jelangkung, jelangkung...terus?"
"Jelangkung, jelangkung,"
"Jelangkung, jelang...hrrrmmzzzzzz"
"Eh bangun,"
"Eh, iya, bangun, oke,"
"Di sini..."
"Di, sini..."
Asya menelan ludah. Tidak mungkin ada yang namanya hantu di Japun, apalagi kalau ritualnya dari negeri selatan sana. Kurang kerjaan sekali kalau ada setan Indonesia jauh-jauh mampir ke Japun hanya dengan ritual main-main bermodal seadanya begini.
"Ada pesta."
"..Ada, erm, ada peserta."
"Eh?"
Satu kedipan mata Asya kemudian,  
"A-Asya..." mendadak kantuk Jane hilang. Terbukti dari matanya yang terbelalak melihat sebuah lingkaran terwujud sempurna di belakang Asya.
Dan tahu-tahu, lingkaran itu memancarkan kegelapan luas yang seolah ingin menerkam seorang gadis di depannya.
"Jaanneee!!!"
Respon Asya yang akan mendaki meja di depannya ternyata tak secepat bayangan hitam itu,
"Asya, tangan!"
Tapi masih lebih cepat tangan Jane yang ikut tertelan di dalamnya. Jane menarik sekuat tenaga, "ayo pegangan! Asya, pegang tanganku!" tapi Asya yang biasanya gampang diseret tiba-tiba dua kali lipat lebih berat dari biasanya.
"Jane! Tolong!!!"
Seruan Asya dari dalam kurungannya membuat Jane bertambah resah. Temannya akan disedot entah ke mana oleh semacam....kekuatan magis apalah itu. Dan kegelapan yang bisa mencaplok orang dengan mudahnya tak mungkin punya itikad baik. "Lepaskan Asya! Lepaskan temanku!" Dengan tangan kirinya yang bebas, Jane memukul-mukul gumpal kegelapan yang menyelimuti teman bersama tangan kanannya itu.
"Aduh! Aduh! Ja- Duh!"
"Lepaskan temanku!"
"Jangan pukul lagi, goblok! Aduh!"
Tanpa disadarnya, bogem mentahnya tembus melewati gelap tak berwujud itu dan mengenai wajah Asya terus menerus, "Lepaskan, tuan Jelangkung! Kita kan main-main!" seakan tuli dengan Asya yang mengaduh Jane terus melancarkan tinjunya.
"Jaaaneeee! Tarik aja!"
"Ini lagi narik, uggghhhh!!!" Jane pun bahkan tak sadar tangan kirinya bisa masuk begitu saja dan menarik pergelangan tangan Asya yang sedari tadi berada dalam kuasanya.
Tak lama, Jane sepertinya berhasil menarik Asya. Buktinya, ia masih menggenggam tangan itu sampai terguling-guling menabrak satu persatu meja belajar di belakangnya. "Adududuh....Asya? Kamu nggak apa-apa kan?"
"Aduh...kamu kenceng amat sih nariknya." Asya juga mengaduh seraya melihat temannya yang tahu-tahu menatap menganga ke bola hitam yang semula menyekapnya itu.
Jane kehabisan kata-kata. Tangannya masih menggandeng tangan Asya. Tapi Asya juga ada di sana. Tangannya yang menyembul keluar dari lingkaran itu pun tak terlihat putus. Padahal tampaknya jelas kalau yang digenggamnya saat ini persis tangan Asya.
Barulah Jane melihat ke arah genggamannya. Asya juga.
Tangan Asya biru sekali. Transparan pula.
"AAAAAAHHHH!!!!"
"AAAAAAAAAHHH!!!!"
---
"Terus kita kalah cepat sama si lubang hitam."
Asya manggut-manggut sejenak, lalu mendadak menjitak Jane, "ya makanya gimana, atuh!?"
"Ya kamu yang tahu, Indoneboo!"
"Indoneboo itu apaan!?"
"Arrrgghhh, ya sudahlah!" Jane yang isi kepalanya sedang campur aduk itu berjalan ke ceruk bercahaya itu.
"Tapi yang itu kan munculnya setelah yang tadi hilang! Gila kamu?" buru-buru Asya mencegat Jane. Keringat tak berwujud seakan muncul dari raga transparannya.               
"Tapi tubuhmu yang hilang! Masa nggak dicari?"
"Memangnya kamu tahu dalamnya apaan?"
"Err, itu..."  Jane sesekali melirik ceruk portal yang sama sekali tidak terlihat mencurigakan itu, "ya nggak tahu, tapi nggak ada salahnya dicoba. Hehehe."
"Bukan 'hehehe' juga, dodol!"
Jane mendengus, "Ya sudahlah, langsung saja kita pergi! Jane Cho, berangkat!"
"T-tunggu! Bahaya lho main tancap aja- eh, Janeeee!" kehabisan kata-kata akibat Jane Cho yang lari dengan gampangnya menuju portal mencurigakan itu, mau tidak mau Asya terbang menyusulnya.
Entah apa di benak Jane Cho kala ia menerobos benda yang mungkin tak berasal dari dunianya, namun yang pasti keputusannya untuk menyelamatkan raga Asya sudah bulat.
Hari ini Asya mati.
Aduh.
- Jane Cho.
***
Asya yang bisa terbang mendadak kehilangan momentumnya, "Ampun gustiiiiiii!! Ke mana kita iniiiiii!?" serunya penuh kaget saat ia tak mampu mengendalikan kemampuan terbangnya seakan tersedot oleh suatu kekuatan diluar nalar.
Apalagi tokoh utama kita yang satu lagi, yang tidak bisa terbang sama sekali. Hanya "WAAAAAAAAAAHHH" yang sanggup ia teriakkan ketika mereka berdua seakan terjun ke lorong warna-warni antah berantah.
Kebalikan dari jurang yang gelap, ruang ini luar biasa terang dengan berbagai macam cahaya yang berbinar-binar dari segala sisinya. Dan kelak, ini bukanlah satu-satunya pertemuan mereka dengan jurang ini.

***
dari sebuah celah terang, kedua gadis itu dimuntahkan. Yang mengaduh hanya Jane Cho, sementara wajah Asya terlihat luar biasa pucat karena mual.
Jane Cho menyapu matanya ke sekeliling. Kosong. Kosong sekali. Sejauh matanya memandang hanya ada putih semata, kecuali birunya arwah Asya tentunya.
"Wah, beneran kosong. Kaya di mimpi."
"Mimpi apaan, Jane?"
Asya sendiri kebingungan dengan 'mimpi' apa yang dimaksud Jane Cho. "Eh, balik aja yu-" tapi seketika ia berbalik arah ceruk yang semula memuntahkan mereka itu sudah hilang tanpa jejak, "Eeeeeeehhhh!?"
"Eh, eh, Asya."
"K-kita nggak bisa pulang, lho!"
"Nanti dulu."
"Nanti gimana!? Itu portalnya hilang, lho!"
"Masa!?"
Sejenak, Jane merasa salah prioritas saat ia menemukan sebuah benda tergeletak di bawah sepatunya lebih penting ketimbang jalan pulang mereka yang tiba-tiba hilang. "Aduh, gimana ya?"
"Gimana dong? Nanti kita dicari Papa dan Mama!" rengek Asya.
"Eh iya, benar juga," demikian Jane menyadari kecerobohannya yang kedua. Namun sejenak dipandangnya kembali arwah Asya, "nggak jadi deh," dan mendadak berubah pikiran seraya memasukkan kembali pensil itu ke dalam saku rok merahnya.
"Eh!?"
"Tapi pensilnya ada di sini lho!" seakan senang bahwa apapun yang di dalam benaknya itu benar, Jane Cho memungut dan memamerkan sepucuk pensil 2B yang tampaknya bekas dilempar ke portal itu kepada Asya.
"...terserahmu saja," kilah Asya.
Tiba-tiba tempat mereka berpijak bergolak kencang. Goncangan yang sangat hebat itu membuat keduanya refleks berjongkok menundukkan kepala mereka. Tak ada tempat bagi Jane Cho dan Kasukabe Asya untuk berlindung, tapi tak ada juga reruntuhan yang jatuh.
"Ada apa hari ini!?" Jane dan Asya mungkin tak hanya menyerukan kondisi mereka saat ini, tapi mundur sampai pasca main Jelangkung. Sementara keduanya memejamkan mata  ketakutan, segala wujud putih di sekitar mereka tiba-tiba luntur seperti cat yang baru saja disiram thinner.
Bersama dengan gempa yang tiba-tiba berhenti, sekeliling mereka pun berubah instan di saat Jane dan Asya membuka mata.
"Ini...di..." Asya membelalakkan mata tidak percaya.
"Nggak. Mungkin," bahkan Jane pun termangu dengan rahang terbuka.
Mereka di tengah-tengah jalanan sebuah kota. Kota yang dikelilingi oleh puing-puing peradaban modern yang asalnya tak asing dengan dunia di negeri Japun. Hujan datang dengan tiba-tiba, seperti lokasi syuting saja.
Awan-awan hitam kelam berkelana di atas langit merah darah, seakan langit biru sudah musnah dimakan kiamat. Sebuah gerobak bertuliskan "Bubur Ayam Pak Nurhadi" tergeletak di bawah kanopi sebuah halte bus yang bolong tepiannya. Sesosok mesin bipedal menggerek sebuah tumpukan berbungkus kertas dengan gerobak logamnya. Jane dan Asya bisa mencium samar-samar aroma kari yang melintas di hidung mereka.
"Ini Post-Neo-Nusantara Serikat!! Kok bisa!?" kedua telapak tangan Asya menampar pipinya sendiri tak percaya.
"Lho, kok bisa masuk Pendekar Pembantai Begal!?" Jane cukup menyebutkan nama itu untuk membuat Asya semakin syok, "Kita masuk kartun mingguan!?"
"Sudah kubilang namanya Sinetron, Jan-"
"Kalian pasti pendekar!"
Tiba-tiba sebuah pisau terbang melesat menuju Asya, "Kyaa!" dan menembus tubuh Asya yang menunduk begitu saja. Kadang ia lupa akan statusnya saat ini.
"Dia—" suara yang tak asing, dan postur tubuh yang tak asing tentu saja membuat Jane langsung kenal sosok baru itu dengan sekali lihat.
"Mister Dimas!" seru Asya yang langsung menunjuk sosok itu.
"Pendekar? Kita?" Jane Cho bolak-balik menunjuk dirinya dan sosok lelaki berbusana nyentrik itu. Syal hijau yang panjangnya bukan kepalang, sebuah helm balap bertuliskan SNI di kedua sisinya dan kostum spandeks bermotif batik berlapis sarung kotak-kotak yang dikenakannya itu terlalu mencolok untuk disebut pakaian adat.
"Pendekar harus mati! CIAAAAAAAATT!"
"Eh, mampus!" Jane refleks melompat ke gundukan puing-puing di dekatnya, dan nyaris terkena sebilah pedang panjang yang melesat ke arahnya, "Asyaaa! Kita diserang beneran!" Jane bergidik ngeri dengan pedang yang menancap aspal dengan mudahnya itu.
"Wah, aku sih nggak mempan," Asya tersenyum angkuh saat berbagai macam pisau menembus tubuhnya yang tak berwujud.
"Kalau begitu kamu aja yang serang, sana!"
"Ah bener, CIAAAAAAATTTTT!"
"CIAAT!"
"UEGH!"
Entah bagaimana, tinju sang Pendekar bersarang di wajah Asya yang sudah menukik secepat kilat. Sementara tinju Asya sendiri sama sekali meleset, apalagi dengan posturnya yang terjengkang hebat ke tanah. "Katanya hantu, kok kena!?" seru Jane.
Asya yang baru saja bangkit berdiri itu langsung mencoba menendang sebuah batu kerikil, dan batu itu pun terbang. "Eh, benar juga."
"Kok baru sadar!?"
"CIIIIAAAAAAAATTT!!!!" Pendekar kembali merangsek maju dengan pedang panjang yang entah bagaimana bisa sampai ke tangannya itu.
"WUAAAAA!!! TOLONG, JAAAANEEE!!!" Melihat Asya yang berlari tunggang langgang, adalah wajar jikalau sosok ksatria berhelm hitam itu bisa mengejarnya.
"Ya terbang, bodoh!" suruh Jane lagi.
"CIAAAATTT!!"
"Eh, iya." dan bersamaan dengan pedang si Mister Dimas yang hanya menusuk angin lalu, Asya sudah melayang di angkasa, "Jane, bisa terbang!"
"Duh..." Jane Cho mengernyitkan dahinya, meringis akan Asya yang lamban. Adalah luar biasa ketika sepasang anak SMA ini tak sadar akan persamaan mereka sendiri. Jelas, Jane baru sadar akan sorot mata sang pendekar yang beralih ke dirinya.
"Huh!? Pendekar harus mati!" sang Mister Dimas berlari sekencang mobil sport milik teman sekelas Jane yang paling berduit.
"Jaaaaaneee- Eh? Eh?" bahkan Asya yang ingin sekali terbang secepat mungkin ke temannya terperanjat atas kecepatannya yang luar biasa lambat. Asya masih baru di dunia tak kasat mata, sehingga wajar bila ia tak sanggup mengendalikan kemampuannya.
Pendekar itu sudah berancang-ancang menyabet pedangnya seraya berlari menuju Jane, "Parang...."
Jane sendiri tak mampu bergerak. Ia terlalu takut untuk berlari. Hawa membunuh dari sang Pendekar juga luar biasa menekan nyalinya yang sekecil biji jagung. "Ka..ka...ka." luar biasa memang tokoh kartun jagoan Jane dan Asya ini, persis seperti yang mereka bayangkan. Mungkin itu yang membuat sang Pendekar luar biasa mengerikan.
Jane meraba-raba kantongnya. Percuma, hanya pensil 2B yang ia punya. "Ka..ka..kaaaa." Jane takut setengah mati. Bagaimana tidak? Jikalau ini tokoh idola mereka yang sebenarnya, tentu Pendekar ini akan tidak segan-segan membunuhnya.
Aksi badung yang terakhir kali Jane dan Asya lakukan di sekolah mereka adalah menggambar tameng si Kapten Mamarika waktu disuruh menghitung luas lingkaran di papan tulis. Mampus, batinnya. Sebentar lagi aku masuk neraka, batin Jane lagi.
Tapi, sebelum itu....
"Ka-kapten Mamarikaaa!!!!!!"
Jane Cho nekat luar biasa, prioritasnya entah ke mana. Diacungkannya pensil 2B itu keluar dari kantongnya dan digambarnya sebuah lingkaran berspiral. Pikirannya seratus persen tidak jernih. Apalagi air mata dan ingusnya.
"Mati kau, CIAAARRRTTTT!!" apalah lingkaran hitam itu di mata sang Pendekar yang sebentar lagi akan membelah gadis sekolahan itu di depannya.
Sebentar, lingkaran hitam?
TENGGGG!!!!!!!!
Tak ada tubuh manusia yang bunyinya 'TENGGG!!!!!' kalau dibelah.  Bahkan Jane pun berpikir begitu.
"Hwe?" Jane hanya melongo sendiri. Ia masih hidup.
Jane Cho. Masih. Hidup.
"APAAAAAAAA???????" Pendekar itu terkejut sekali. Luar biasa.
Lingkaran spiral gepeng itu langsung menempel bak magnet di pergelangan tangan Jane Cho. Ringan sekali rasanya, seakan benda lebar yang lingkarannya seperti jeruk purut itu tak punya beban apa-apa.
"I-ini..."
"Jaaanee!! Tangkis lagi!!!"
Asya menyadarkan Jane yang terpana sejenak di saat kini sang Pendekar sudah melompat tinggi sekali, dan tampak akan melancarkan sebuah tusukan dari udara, "CIAAAAAAAARRRTT!!!"
"Sebentar! Kalau ini tameng Kapten Mamarika..."
Kapten Mamarika adalah pahlawan di kartun yang berbeda dengan Pendekar Pembantai Begal yang super gelap dan bertepi. Jikalau ini benar tameng Kapten Mamarika, maka Jane tidak perlu ragu lagi untuk melancarkan sebuah balasan.
"KONTER HAPE!!" Konter Hape adalah sebuah serangan yang mengandalkan daya dorong luar biasa dari sang pemilik dan besarnya dampak serangan dari musuh. Disadur dari "Counter" dan "Hit Point" yang berarti balasan dan poin memukul, Konter Hape adalah jurus Kapten Mamarika yang membalikkan serangan musuh kembali ke empunya.
Tentu saja, pedang yang diayunkan dengan sekuat tenaga itu kembali menghantam tameng acak-acakan milik Jane.
"Apa!? Tidak mungkin! AAAAARRRRRGGGGGHHHHH!!" benar saja, sebuah sinar berbentuk sabit seakan memantul keluar dari tameng itu dan tepat membelah raga Pendekar Pembantai Begal hingga tembus ke baju zirah dan helmnya.
Dan bersamaan dengan itu, tamengnya tahu-tahu berubah jadi debu grafit. "Uhuk! Uhuk!" sisa-sisa debu itu sebagian tertiup angin sampai masuk ke hidung Jane Cho.
"Jaaaneee!!!" Asya akhirnya menyerah untuk terbang dan memutuskan untuk berlari menyambut temannya yang baru saja lolos dari maut itu.
"Asyaaa!! Huu huu, huu huu..." Air mata dan ingus Jane kembali keluar bak air terjun.
"Huaaaa... untunglah kau selamat, Janeee.." begitu juga dengan Asya, yang air matanya pun ikut transparan meski entah bagaimana ia bisa memeluk erat sahabatnya itu. Siapa sangka, pertemuan pertama mereka dengan penghuni dunia asing ini seram sekali. Di dunia yang sangat suram dan kelam pula.
"Aku nggak mau nonton kartun edgy lagi, Asyaa... uhuhuuuu"
"Tapi aku sudah pesan figur aksinya di lelang, masa dibatalin..*srot**srot*" ingus Asya pun ikut naik turun.
"Mbeeek."
Tangis haru mereka berhenti ketika mereka berdua memandang ke arah sumber embikan itu.
"Tuh, kan. Ada kambing." Jane Cho menatap heran sambil mengucek-ngucek matanya. Apakah kambing ini akan mengincar nyawa mereka juga? Entahlah.
"Itu domba, Jane." benar, itu domba. Ehm, kesalahan deskripsi tadi disengaja.
"Selamat! Kalian lulus seleksi."
Nada bicara yang tak pernah mereka dengar di kartun Pendekar Pembantai Begal itu muncul entah dari mana, namun dalam waktu sekejap terjawab melalui munculnya seorang...sosok...berwujud seperti manusia dengan gaunnya yang sungguh sangat tidak modern sekali.
"M-maaf. Mbak tokoh baru?" tanya Jane.
"Kepalanya kok bantal, mbak?" tanya Asya juga.
Benar, satu-satunya yang membuat mereka ragu kalau sosok itu adalah manusia adalah kepalanya yang berbentuk seperti bantal. Bantal mewah yang masih baru dan bukan obralan milik ibu Asya.
"Kalian anak-anak yang tak sopan, tapi menarik," gadis berkepala bantal itu punya wajah, dan sebuah senyum ramah terkembang dari bibirnya, "ngomong-ngomong kalian bukan berada di...apa...kartun, seperti yang kalian sebut lho?"
"Hah?"
"He?" Jane bergidik sejenak, ia merasa jawaban yang diterimanya akan jauh lebih mengherankan lagi, "J-jadi, kita di mana dong?"
"Dalam Bingkai Mimpi," si kepala bantal terkekeh seraya menunjuk ke si gadis pirang, "tepatnya mimpimu, wahai Jane Cho."
"EEEEEEEEEHHHHHHHHHHHHHHH???????"""""
---
Hari ini Asya mati.
Aku malah tidur.
Aduh.
- Jane Cho


32 komentar:

  1. -Humornya hit and miss, tapi yang hit bener-bener hit.

    -Karakternya ngaco seperti biasa berdua ini, haha.

    -Narasinya oke. Walau sedikit, tapi pertarungan utamanya tetap enak diikuti karena dibawakannya enak. Sempat khawatir bakal pertarungan ala kadarnya karena jumlah katanya dikit, tapi ternyata bagus.

    -Saya kasihnya nilai 8/10.

    Fahrul Razi
    OC: Anita Mardiani

    BalasHapus
  2. >Jelangkung pake keyboard QWERTY
    >Pembantai begal
    >Konter hape

    Banyak joke yang lumayan hit kayak kata king, tapi entah saya aja, atau tulisan ini berasa kayak ketahan? Ibarat keran air ga dibuka penuh, entah kenapa saya dapet kesan ada semacem restrain di entri ini dan jadi berasa kurang lepas maksimal, tapi mungkin itu saya aja sih. Sisanya ga banyak komentar, khas tulisanmu emang joke garing yang ngalir dan gampang dibaca.

    Nilai 8

    BalasHapus
  3. Sama seperti dua mz di atas, joke-nya ngehit. Jelangkung, Indoneboo, sampe kapten mamarika. Ceritanya enak diikuti dan pertarungannya juga enak. Minim narasi, tapi bisa ketahuan bagaimana karakter Jane dan karakter Asya. Aneh aja kok bisa lho mereka ini main jelangkung sampe Asya mati, kasian Asya : (

    Nilai 8
    Merald

    BalasHapus
  4. Hm... entry pertama yang kubaca.. *disambit

    Ceritanya lucu... humornya dapet.. dan polos banget kaya' oc nya.. XD
    Ceritanya ringan juga..

    Nilai 8 deh~

    Sign,
    Lyre Reinn

    BalasHapus
  5. itu pensilnya sanju jatuh, makanya kalo dipake nggambar, gambarnya bs jadi nyata. shakalaka boom boom o(^▽^)o

    hmm...kokkuri san kokkuri san oide kudasai...kalo di japun main jaelangkung yang muncul siluman ganteng. hahaha.
    8

    BalasHapus
    Balasan
    1. SHAKALAKABUMBUM! Pensil Ajaaiibbb!!

      SCTV, satu untuk semua.

      Hapus
  6. Aduuuh, sekarang saya ngerti gimana rasanya ngebaca entry yang full joke, tapi kena missfire juga.

    Hari ini Asya mati, aduh... : hit
    Maen jaelangkung pake qwerty : miss
    tarik menarik, nonjok tapi kena si Asya : hit
    selebihnya missfire, saya kena tonjok lagi waktu baca puncline terakhir

    Hari ini Asya mati.
    Aku malah tidur.
    Aduh.

    ini gold, ngeruntuhin seluruh konsep BoR vi malah, wkwkwkwk

    Battlenya singkat, si Dimas nongolnya gaje. Tapi tameng kapten mamarika FTW~
    Selebihnya saya nggak mudeng sama berbagai istilah yang dipake. Indoneboo itu apa?



    Maaf nyas, tapi ini bukan coup of tea saya

    Point : 6 + 1 karena ringan dibaca. Totalnya jadi 7~
    OC : Venessa Maria

    BalasHapus
  7. Yokohama Pacifico Magnifico!!

    dari pertama baca, saya masih ga percaya ini 2800 kata.

    dari entri yang berada dalam keterbatsan ruang kata, punya mas Nyasu yang menurut saya paling deliver idenya.

    Plotting dan narasi khas komedi absurd Janco-Asu. Memang sulit dimengerti buat yang gak sering baca komedi absurd macam bkub dan bomber grape, tapi karena saya udah keracunan, dan memang kiblat humor mas nyasu serupa dengan bkub, saya ngerti.

    Entri pendek yang paling deliver the idea sejauh ini. Premis Janco bagus banget untuk BoR 6, jadi saya menunggu kelanjutannya.

    10/10 dari saya. Harusnya 9, tapi menyampaikan ide secara runut dalam kata-kata yang terbatas bukan pekerjaan mudah, jadi saya jadikan 10

    Japun Cahaya Asia

    Enryuumaru dan Mbah Amut, signing out.

    BalasHapus
  8. Yap. Hit or miss. Sayangnya aku dikit kena hit. Poin2 yg kena hit sama kayak Maria di atas. Menurutku karakter Jane sama A̶s̶u̶ Asya nggak terlalu digali, jadi aku bingung yg mana dialog Jane yang mana Asya.

    Aku ngerasa klo ini rushed banget. Masih banyak yg bisa digali selain karakterisasi, penggambaran lokasinya juga berasa ngebut banget, terus battlenya yg juga belum apa2 udah kelar.

    Dariku 7/10

    -FaNa

    BalasHapus
  9. Awalnya sempet ragu akan menikmati humor dalam naskah prelim.. But i was relaxed by this.
    I love the way you write, meskipun agak aneh karena jarang baca gnre beginian. Dan dari ini dpt bbrp poin penting tentang merepresentasikan kisah yang renyah..

    Daan.. aku lebih memilih tidak menggunakan sound effect. Kepenulisan dan teknik deskripsi diuji kala tak menggunakan pintasan Sound effect.. tapi memang tak masalah siih untuk bbrp saja..

    7
    RJ Marjan
    Author of Lucas's Story

    BalasHapus
  10. apa-apaan entri ini, wkwk..
    meskipun saya kurang ngerti sama jokenya karena gak tau kiblatnya nyasu dalam buat joke itu dicerita atau sesuatu lainnya.

    Ada beberapa yang bikin saya ngakak ada juga yang cuma bisa bikin mesem2 gaje lantaran gak ngerti...

    untuk keseluruhan cerita terlepas dari jokenya, saya sependapat sama mas bayee aka authornya fana...

    harusnya bisa lebih dieksplor lagi semua unsur ceritanya, entah itu latar, pertarungan atau karakterisasinya (meskipun udah sedikit paham sih, kalo mereka itu koplak)..

    jadi nilai buat pasangan aneh itu.. xD
    7 yah... :D
    Mahapatih Seno

    BalasHapus
  11. astaga... perut sakit ngakak ga abis2.... buat jokenya super sih... but somehow beberapa saya ga nangkep jadi kesendat maafkan diri ini.. but overall nais.. err... battlenya...keren sih... but... errr ==a saki lagi kadnag ga nagkep jokenya.. @3@

    7/10

    KageroYuuka
    Airi Einzworth

    BalasHapus
  12. - Saya bacanya tersendat-sendat. Narasinya emang oke, singkat, jelas, tapi setiap perpindahan paragaf kok kaya ada yang ketahan? Jadi, kurang mengalir untuk dinikmati.

    - Maaf. saya ga bisa nangkep sebagian besar jokenya. Mengerti maksud candaannya gimana, tapi garing aja gitu. Yang paling disayangkan menurut saya tentang "Konter Hape", sebenarnya bisa hit banget namun langsung dijelaskan maksud di bailk kata itu jadi, ya, garing. Tapi, gerobak Bubur Ayam Pak Nurhadi sukses deh bikin saya ketawa.

    Nilai 7

    OC: Alexine E. Reylynn

    BalasHapus
  13. saya masih gak ngeh, ini dua cewek keteleport, bukan molor dulu?

    plotnya sendiri amat ancur, dari segi positif loh. breaking 4th wallnya sukses abis. maen jelangkung pake typo mantera peserta...kwwkwkwkwk

    delivery idenya oke punya, meski cuma 2k tp semua bisa tersampaikan. hanya saja kayaknya nyasu belum lepas celananya... eh, dalam menarasikan maksudnya


    7 dlu

    BalasHapus
  14. jokenya ringan dan lumayan ngena. sumpah ngakak pas liat kata "KONTER HAPE".

    alurnya lumayan rancu. dari main jelangkung, tubuh asya diambil, masuk dunia kartun sampe lawan Mister Dimas.

    well, nilai dari saya 8. semoga sukses..

    Dwi Hendra
    OC : Nano Rinfield

    BalasHapus
    Balasan
    1. terlalu berat juga berpotensi mengasingkan pembaca, jadi ga enak kalo sama-sama ga nangkep lore-nya untuk dinimati.

      makasi

      Hapus
  15. GHOUL : “Gambarnya bagus2. Manis!” :=(D

    SHUI : “Pertarungannya kurang berkesan banget! Terlalu singkat dan tak meninggalkan kesan apa2. Kayak mau bilang, ‘getu doang?’. Hm, mungkin ga begitu suka ama komedi khas komik kayak beginian. Lucu, tapi ga ngefek ketawanya.”

    GHOUL: “Kayak baca komik jepang petualang. Tapi ga begitu seru padahal temanya udah menarik n unik getu tapi kurang maksimal bertarungnya. Aku kecewa karna aplikasinya ga seasick karsitnya kemarin.” :=(0

    SUNNY : “’ka-ka-kau’ bukan pake tanda titik2, karena masih dalam satu kata.
    Atas nama hukum, Tanda Tanyanya bertumpuk, di luar aturan eyd. Anda ditilang!”

    GHOUL : “Mau kasi 6 sih, tapi karna gambarnya bagus n manis di mata yang baru siuman ini, nyetor 7 ajah deh. Moga di babak belur selanjutnya bisa lebih maksimal. Hm yah, kayaknya ini semua karena selera masing2, kalo aku sih lebih enjoy banget ama entri babak belur yang serius.” :=(O

    BalasHapus
    Balasan
    1. feedback bertahap bikin improve yang bikin. makasih :D

      Hapus
  16. Alignmet challange check
    Gaya bertarung... eh... check


    Duafuq xD
    entri apa apa an ini
    dari atas biasa. vvaktu masuk ke alam mimpinya yang bikin ngakak terus sampe line terakhir. di alam mimpi si jane jadi doodle bob, ketemu sama sepiroth(?). sayangnya doodlebob kebanyakan nonton kartun akhirnya dia gambar tameng steve roger. dan.. selesai xD

    1. Anjer tiap kali baca CIAAT nya ketavva
    2. Ngakakku agak keganggu sih, habis ngakak ada jeda serius tapi terlalu sedikit trus ada kata CIAAT muncul lagi. jadinya ngakak lagi
    3. Kurang banyak kali ya? tapi ilustrasinya keren sih

    +1 dan -2
    sehingga overall 9/10
    ga ada penulisan dan bahasa yang mengganggu so--

    sekian dari saya
    OC: Zia Maysa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ilustrasi menggunakan aplikasi menggambar komik, tapi karakternya udah definitif dari awal, jadinya klop di saya juga

      makasih! :D

      Hapus
  17. Hari ini Asya mati.
    Aduh...

    Dua kata di awal ini sudah memancing saya dari awal karena tahu akan ada joke yang akan menyusul. Dan benar sekali! entri yang menghibur! Tapi saya penasaran bagaimana dua gadis ini bisa selamat di antara peserta lain yang terdiri atas pembunuh bayaran, naga, robot penembak laser dan sebuah kaleng pengharum ruangan.

    Nilai : 8

    OC : Nora

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makin absurd lawan-lawannya justru jadi memperkuat betapa out-of-place-nya mereka berdua, kan? Waktu ngajuin OC ini mikirnya kebalik soalnya :D makasih!

      Hapus
  18. Udah baca lama
    tapi baru komentar sekarang

    Gusti. Kebiasaan.

    1 Komentar untuk menggambarkan entri ini
    "NYASUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU~" << korban PON Radio
    dan hasil dari mashup "Bom Nuklir", ya ini hasilnya.
    Never drop a nuclear, twice. Never.

    Jokes banyak hit.
    MAMARIKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~
    KONTER HAPE GUSTIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII

    9/10 would read again

    OC: Kaminari Hazuki

    BalasHapus
  19. Well sebagai salah satu dari golongan elitist anti secondary dari galaksi type moon, saya yakin banyak joke yang hit di saya.

    Bener dah, ini gokil banget. telebih yang action figurenya udah dipesen tapi malah gak jadi, mending buat gw sekalian ngoleksi. wkwkwk

    Tapi masalah plot, ini kayaknya masih kurang mengena di pembaca (ganti mode jadi elitist LN). Bahkan jika gw udah baca beberapa LN Comedy di Japun, ini masih kurang dari segi cerita.

    Oke mungkin itu saja, overall 8 deh mz.. satu salam, gori-gori.

    -Salam, Hyakunosen.
    OC: Satan Raizetsu

    BalasHapus
    Balasan
    1. wad000 taipu-mun.
      Itu lagi oeg hindari wwwww

      Hapus
  20. Wtf did I just read?

    Oke ini komedi dan karakternya ngaco mampus, tapi entah otak saya yang gak nyampe atau mungkin saya yang sudah lelah, kena dikit doang.

    Selain konten komedinya entah apa yang harus saya komentarin lagi, masalahnya diseriusin pun susah kalau udah modelnya ngaco begini.

    Though, saya agak kurang suka sama one hit kill dari konter perisai kapten mamarika.

    Sorry, tapi saya hanya bisa kasih 7 poin untuk ini.

    Asibikaashi

    BalasHapus
  21. Lel, sebenernya ini samsek bukan selera bacaan saya. Tapi jumlah word-nya itu mengundang--jujur :v

    Mengesampingkan humor yg susah saya nikmati (karena selera humor saya jg gak sehat sih kayaknya), dan humornya pun merujuk referensi tertentu yg saya gak tau, jadi ... lihat dari sisi lainnya. Eh tapi ada sih humor yang ngena, beberapa. Tapi bukan dominan yg saya rasa >_<

    Oke entrinya seger. Dengan interaksi yg nyantai. Narasi nggak bermasalah. Bacanya ngga capek. Ada gambarnya pula. Agak blur di latar.

    Eh tapi aku nuntut keseriusan #plak
    Ngga ding, ini kan humor ya. Jadi sebenernya bingung sih mau komen dari mana lagi.

    Saya titip 7. Semoga di round selanjutnya, jangkauan humornya meluas.

    -Sheraga Asher

    BalasHapus
  22. Dialognya antar tokohnya berasa enteng bgt, ngalir gitu aja. Referensi anime, keren. I do like anime, a place where everything is simple, beautiful, and big-eyed.
    Deskripsinya minim sekali. Di banyak tempat, misalnya, jane atau asya teriak "Aaaaah!" Dan "Ciaat!", Tapi tanpa diikuti sama penjelasan bahwa apa "aaaah!" di situ adalah reaksi ketika panik, atau "aaaah!" yang muncul karena sebab lain. Jadi saya bacanya lumayan datar.
    7 dari Olive

    BalasHapus
  23. Kumpulan Arti Mimpi Tentang Lemari Dalam Togel Terlengkap
    Tafsir Mimpi Akurat

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.