Rabu, 02 Maret 2016

[FBC] 013 - SATAN RAIZETSU

VERSUS
ALSHAIN KAIROS
[Tantangan N6]
oleh: Sen No Sen

---

"Akhir dari Sebuah Koordinat"

Seperti biasa, saat bel pulang sekolah berbunyi aku sudah bersiap-siap merapikan bukuku untuk segera pulang. Seperti biasa juga, teman-teman sekelas mencoba mengajakku untuk pergi bermain entah kemana.

"Hey, Raja Iblis. Mau ikut kita untuk main ke tempat karaoke?" Salah seorang temanku bertanya padaku.

"Ayolah, ikut saja. Sudah lama kita tidak main bersama, bukan?" Suara lain ikut menimpal.

Dan terlebih lagi seperti biasa, aku hanya akan menjawab ajakan itu dengan beberapa perkataan mengelak yang dilapisi oleh senyum.

"Aahah, maaf deh. Kali ini aku benar-benar ada keperluan. Kalian tahu, aku saat ini sedang sibuk mengikuti les untuk persiapan masuk perguruan tinggi."

"Seperti biasa, kau ini terlalu serius dalam menghadapi segala hal. Seharusnya kau bawa santai saja."

Terlalu serius? Bukan itu. Aku hanya tak ingin membuang waktuku untuk melakukan hal tak berguna seperti itu, meskipun aku selalu bermain Game di depan PC berjam-jam tanpa henti. Kurasa itu juga bukan alasan, intinya aku hanya tak suka berkerumun dengan orang tanpa alasan.

"Ya begitulah."

Segera setelah menjawab dengan singkat, aku berdiri dari bangkuku lalu merapikannya. Tak lupa mengucapkan selamat tinggal, aku bergegas keluar dari kelas. Samar-samar aku bisa mendengar mereka membicarakan diriku, dan tentu itu bukan hal yang baik. Itu bukanlah hal yang begitu mengherankan, hanya sebuah hal yang biasa terulang begitu saja.

Alasan mengapa aku begitu terburu-terburu pergi dari sekolah tak lain tak bukan, karena memang aku ingin kembali ke kamarku sehingga aku bisa tenang dan melepas diriku dari penatnya dunia ini. Meski begitu, ada alasan lain yang menarik diriku. Alasan yang begitu kuat, dalam, dan pedih yang bahkan dirikupun tak bisa lepas dari belenggunya. Mengapa bisa begitu? Aku sendiri bingung bagaimana menjelaskannya, tapi aku bisa menggambarkannya hanya dalam satu kata,  yaitu "penyesalan".

Perkataan ibuku pagi ini masih tergambar jelas di kepalaku. Itu bukanlah hal yang luar biasa, melainkan hanyalah percakapan biasa di antara keluarga biasa yang sedang sarapan bersama secara biasa juga.

"Satan, hari ini kamu tidak ada acara, kan?" Tanya ibuku.

"Seperti biasa, tidak ada hal istimewa yang harus kulakukan. Memangnya ada apa?"

Aku berkata seperti itu seolah aku tak tahu apa yang akan ibu katakan. Aku tahu, justru seharusnya akulah yang paling tahu akan hal "itu", karena akulah yang menyebabkan "itu" semua hingga akhirnya aku mendapat dosa yang tak mungkin bisa ditebus sampai kapanpun. Tapi pada akhirnya, aku masih saja memasang wajah seolah tak peduli dengan "itu" semua.

"Baguslah kalau begitu, hari ini ibu dan ayah akan pergi ke tempat 'itu' sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Ibu ingin tahu, apakah Satan kali ini mau ikut atau tidak?"

"Yah, sudah tiga tahun lamanya kalian tidak bertemu. Jadi, bukankah ini hal yang bagus untukmu Satan?" Lanjut ayahku.

Bahkan ibuku menyebutnya dengan "itu". Ibuku sengaja melakukannya karena tak ingin menyakitiku, aku paham betul akan hal itu. Ayahpun sama saja, dia sengaja menjaga kata-katanya untuk menghindari dari membuatku sedih.

Kalau begitu, apa yang akan kujawab hari ini? Apakah seperti tahun-tahun sebelumnya dimana aku selalu menolak tawaran mereka? Atau mungkin hari ini juga aku harus menerima ajakan mereka dan membuat sebuah awalan baru bagi hidupku? Aku tak butuh awalan baru, hidupku belakangan ini sudah lebih dari cukup kurasa. Jadi, aku akan menjawab ajakan itu seperti biasa.

"Baiklah, kali ini aku ikut."

Apa yang kulakukan? Jawaban dengan pikiranku bertolak belakang. Kenapa bisa seperti ini? Apakah mungkin isi hatiku yang paling dalam akhirnya membuat alam bawah sadarku bertindak mengikutinya? Itu mungkin saja terjadi dan aku tak bisa mengelaknya.

"Aku juga ingin bertemu Chikako."

Akhirnya jawaban paling murni keluar dari hatiku, aku sendiripun kaget bisa berkata seperti itu. Orang tuaku lebih parah, mata mereka berlinang oleh air mata. Ibu bahkan terus-menerus mengambil tisu untuk mengelap ingusnya yang terus mengalir dari hidungnya. Aku sampai tak bisa berhenti tersenyum melihatnya.

Aku masih saja tersenyum hingga sekarang saat aku mengingat percakapan yang sedikit tidak biasa tadi pagi. Jelas-jelas ada yang aneh padaku hari ini, tapi entah mengapa ketidakjelasan itu membuatku merasa senang hingga membuatku tanpa sadar melangkahkan kakiku dengan cepat.

Aku sampai di distrik pertokoan lebih cepat dari biasa. Seperti biasa, daerah ini penuh oleh kerumunan orang yang sedang belanja untuk makan malam ataupun hanya sekedar jalan-jalan melepas penat.

Seorang anak yang menarik ibunya dengan senang menunjuk ke arah salah satu toko takoyaki yang berada di sampingku. Saat itulah, aku teringat makanan yang paling disukai oleh Chikako, yaitu taiyaki, terlebih yang rasa kacang merah. Entah kenapa dia sangat menyukainya, seleranya sedikit aneh.

"Mungkin aku akan membelinya beberapa...."

Aku segera beranjak dari toko setelah mendapatkan taiyakinya. Aku mengambil satu taiyaki untuk kumakan dan dalam sekejap taiyaki di tanganku telah habis. Sisa dua buah taiyaki akan kuberikan untuk Chikako.

Terdengar suara seorang anak memanggilku bukan dengan namaku, setelah itu sebuah bola tenis menggelinding melewatiku dari belakang. Sepertinya anak kecil itu meminta bantuanku untuk mengambilkan bola tenisnya yang terus melaju. Yah itu tak heran, mengingat jalan yang kulewati adalah turunan.

Aku berlari sedikit mengejar bola tenis agar tanganku bisa menggapainya. Bola itu kini ada di genggamanku, dan sekarang tinggal mengembalikannya saja pada pemilik kecil yang baru saja meminta tolong padaku. Aku membalikkan badanku lalu memanggil anak kecil itu.

"Ini  bolanya--.....?"

Anak kecil yang menjadi pemilik bola ini tidak ada dimanapun. Apa dia meninggalkannya bolanya begitu saja setelah begitu berusaha meminta tolong pada seseorang yang tidak dia kenal? Itu tidak mungkin. Bukan hanya itu saja yang aneh, sesaat aku tidak menyadarinya tapi setelah kuperhatikan secara sesama, ini masalah yang benar-benar gawat.

"Kemana semua orang?"

Orang-orang yang baru saja kulewati tiba-tiba menghilang begitu saja. Jalanan yang tadinya begitu ramai kini bersih tak bersisa seperti tak pernah dilewati. Aku akan memaklumi jika jalan yang kulewati adalah jalan daerah perumahan, hanya saja jalan yang barusan kulewati itu masih belum jauh dari distrik pertokoan. Jadi ini bukanlah hal yang bisa dibilang normal.

"Apa yang terjadi?"

Bagaimanapun aku memikirkannya, sejauh apapun aku mencari alasannya, tidak ada hal logis yang bisa menjelaskan peristiwa ini. Apa mungkin aku terserap ke dalam ruang dimensi yang berbeda karena terjadi distorsi ruang? Memang dulu ada beberapa berita yang membahas masalah ini, tapi ini masih saja sulit dipercaya.

"Apa hal ini sebegitu mengherankan bagimu?"

Suara seorang laki-laki menyentuh gelendang telingaku dari arah belakangku. Secara refleks aku membalikan badanku menghadap laki-laki itu. Aku cukup terkejut bahwa yang kulihat adalah seorang "Dewa Kematian" dengan rambut putih dan pakaian serba hitam yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Siapa kau?"

Orang yang kupanggil Dewa Kematian ini tidak menjawab pertanyaanku dan malah hanya tersenyum. Itu entah bagaimana membuatku merinding. Terlebih tas besar yang dia bawa terlihat sangat mencurigakan, terasa seperti akan mencabut nyawaku dalam sekejap jika tas itu terbuka tepat dihadapanku.

"Apa yang terjadi disini?!"

Dia masih saja terdiam tanpa menjawab pertanyaanku. Dia meletakan tas besarnya ke tanah, setelah itu dia menggerakan perutnya kedepan dengan punggungnya yang ikut menekuk. Kedua tangannya dia angkat ke atas lalu disatukan dengan kuncian jari. Tak hanya itu, dia kemudian mengambil nafas panjang ... lalu membuangnya.

"Hah~ lelahnya..."

Eh? Apa-apaan dia ini? Dia mengabaikan pertanyaanku tetapi malah meregangkan badannya dengan santai? Dia tak merasa tegang sama sekali.

"Jawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kau? Dan ada apa dengan tempat ini?" Tanyaku sekali lagi.

"Aku juga tidak tahu."

Dia tidak tahu? Apakah itu artinya dia mengalami nasib sama sepertiku, terjebak di sebuah dimensi yang tidak jelas ini? Itu sangatlah mustahil! Orang ini jelas tiba-tiba saja muncul di belakangku. Terlebih, dia terlihat begitu tenang menghdapi situasi yang tidak jelas ini. Logis-ku mengatakan bahwa orang berambut putih ini adalah pusat dari kejadian yang tidak masuk akal ini.

"Jangan memasang wajah curiga seperti itu. Aku benar-benar tidak tahu kenapa bisa seperti ini, tapi aku bisa mengira kenapa hal ini terjadi."

"Lalu, apa itu?"

"Hal ini bisa terjadi jika ada dua objek sejenis yang berada di dua koordinat dari dimensi yang berbeda berada di titik yang sama. Ini kejadian yang sangat-sangat langka, bahkan aku baru merasakannnya pertama kali."

Objek sejenis? Dua koordinat dimensi yang berbeda? Apa mungkin benar ini semua kejadian yang sama seperti di berita, terjadi distorsi ruang? Bagaimanapun aku harus memastikan semua ini ke Dewa Kematian dihadapanku.

"Apa maksudnya semua itu?"

"Intinya, saat aku berpindah dimensi kau dan aku kebetulan berada di koordinat yang benar-benar sama. Sehingga perpindahanku menuju dimensimu terhambat olehmu dan akibatnya aku dan kau terlempar ke celah dimensi, karena tak mungkin ada dua objek sejenis dalam koordinat yang sama berada dalam satu dimensi."

Berpindah dimensi? Celah dimensi? Apa yang sebenarnya dia katakan? Kata-katanya sudah bisa dibilang tak masuk akal dan tak mungkin bisa dicerna oleh manusia biasa. Meski begitu, aku mencoba memahami semua yang dia katakan dan mencoba mengikuti alur pembicaraan yang tak jelas ini, meskipun aku tak yakin.

"Kenapa kau tidak mencoba untuk berpindah dimensi lagi? Bukankah itu bisa mengeluarkan kita dari celah dimensi ini?"

"Kau cukup pintar dalam memahami situasi, tapi sayangnya hal ini tidak semudah itu. Untuk berpindah dimensi, aku menggunakan seluruh tenagaku, setidaknya aku harus menunggu sehari untuk bisa berpindah dimensi lagi. Selain itu ada masalah yang lebih sulit..."

"Masalah yang lebih sulit? Jangan bilang kalau...!!"

"Sekarang, baik di dimensimu maupun di dimensiku kita dianggap satu objek yang sama. Jika ingin keluar dari sini, kesalahan pengenalan pada objek harus dibenarkan yaitu dengan mengidentifikasi mana objek yang benar. Karena itu, salah satu dari kita harus mati di sini sehingga dimensi bisa menerima objek yang benar."

Sialan! Tepat seperti yang kuperkirakan. Dilhat dari perkataannya, sudah bisa diperkirakan bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi. Saat ada dua hal yang benar-benar identik, salah satu harus dibuang agar yang satu bisa diterima. Begitulah kenyataannya.

"Hahah, salah seorang harus mati? Siapa kira-kira itu?"

"Aku juga tak tahu siapa 'orang yang harus mati' itu, tapi yang pasti jika aku berkata 'maukah kau mati? Karena aku ada urusan lain yang harus kukerjakan' pasti kau akan menjawab 'tidak' bukan?"

"Itu juga berlaku untukmu!"

Kedua dari kami tak ada yang ingin mengalah. Kedua dari kami tak ada yang ingin mati. Bagaimanapun, kedua dari kami tak ada yang berniat merelakan masa depan kami satu sama lain di tempat yang tidak jelas ini. Pertempuran yang mempertaruhkan nyawa sudah tak terelakkan lagi. Sekarang juga aku atau dia yang harus mati,  tak ada pilihan lain!

"Oh ya, karena sekarang kita akan mempertaruhkan hidup kita masing-masing, bisakah kau memberitahukan namamu? Setidaknya aku ingin mengingat nama orang yang akan kubunuh."

"......"

"Kau tak mau jawab? Oh maaf, seharusnya aku mengenalkan namaku terlebih dahulu sebelum meminta orang memberitahu namanya. Namaku adalah Alshain Kairos, aku datang dari tempat bernama kota Volantis di planet Aquilla."

"Aku Satan, Satan Raizetsu. Setidaknya aku akan kuberitahu tempat tujuanmu yang sebelumnya yaitu Jepang, salah satu negara yang berada di planet Bumi."

Volantis? Aquilla? Sepertinya memang benar dia berasal dari dimensi lain. Dan ini juga sangat gawat, musuhku ini sepertinya sangat kuat karena dia punya kekuatan untuk berpindah dimensi. Sekarang setelah kami selesai mengenalkan diri, tak ada lagi hal yang bisa dibicarakan dan kami berdua sudah siap untuk saling menyerang.

Aku melebarkan kedua kakiku dalam posisi kuda-kuda. Mengalirkan seluruh darah ke kedua kepalan tanganku. Lalu dengan satu dorongan kaki aku melaju ke arah Kairos dengan mengumpulkan seluruh tenaga di tinju kananku.

Aku sudah sangat yakin dengan tinjuku yang meskipun tidak pernah dilatih itu, tetapi tinjuku tidak mengenai Kairos. Bahkan bisa dibilang, apakah sejak awal tinjuku itu mengarah padanya atau tidak? Karena bagaimanapun juga, arah yang di tuju tinjuku itu tak terdapat siapa-siapa selain udara kosong.

Kairos menghilang dari hadapanku. Padahal aku sangat yakin tadi dia berada di depanku, tapi keadaan sekarang benar-benar berbeda. Dan seketika itu juga aku merasakan tendangan kuat di punggungku hingga aku jatuh berguling-guling di tanah. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangkat kepalaku yang masih pusing untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata itu adalah Kairos yang baru saja menendangku.

Bagaimana bisa dia berada di belakangku begitu cepat? Apakah kecepatannya tak bisa diikuti oleh mataku? Atau dia ber-teleportasi langsung ke belakangku? Aku tak bisa memastikan mana yang benar. Aku masih butuh banyak informasi.

Aku mencoba bangun dari posisi terkaparku untuk sekali lagi menyiapkan serangan pada Dewa Kematian itu. Aku mengepalkan tinjuku lagi dan melancarkan serangan yang sama pada Kairos, tapi kali ini aku menggunakan sedikit trik dimana tinju kananku berguna sebagai pengecoh dan saat itulah aku meluncurkan tinju kiriku yang tersembunyi di balik badanku.

Dan sekali lagi aku terkejut, dia berhasil menghindari tinjuku hanya dengan menggeser kepalanya ke kiri. Ini terlihat seperti dia sudah mengetahui arah tinjuku sebelum itu muncul di hadapannya. Bagaimana dia melakukan itu sangat menggangguku.

"Sepertinya, jurus yang kupelajari dari Manga memang tak berguna ya..."

"Apakah hanya segitu kemampuanmu? Aku kira kau bisa lebih menghiburku."

"Jangan bercanda, aku bisa membunuhmu hanya dengan satu serangan! Yang tadi hanyalah pemanasan."

"Ohh~, lalu selanjutnya apa yang akan kau lakukan?"

"Tentu saja..."

Dengan segenap kekuatanku, aku memutar tubuhku membelakanginya. Kaki kanan yang kugunakan sebagai poros aku isi dengan tenaga sepenuhnya, jadi saat kaki kiri yang kuangkat menyentuh tanah, saat itulah aku melepas dorongan di kaki kananku.

"... lari!!!"

Aku berlari menjauhinya. Ini adalah pilihan terbaik saat ini. Sangat bodoh jika aku harus berhadapan satu lawan satu secara langsung melawan orang yang tak kuketahui kekuatannya. Setidaknya, aku harus mundur sementara agar aku bisa memikirkan rencana yang bisa kugunakan untuk melawannya.

".....!!!!"

Secara sekilas aku bisa melihat pisau yang baru saja melewati samping kanan kepalaku. Meski hanya sementara aku cukup terkejut dengan hal itu, karena tanpa sadar aku menurunkan kecepatan berlariku. Dengan cepat aku tersadar kembali lalu menaikkan kecepatan berlariku lagi.

"Hah~~.. sepertinya memang kemampuanku masih saja payah."

Tanpa memperdulikan apa yang Kairos katakan, aku masih saja berlari. Itu sangat menakutkan jika pisau yang tadi tepat mengenai kepalaku, dan tak salah lagi pasti aku akan mati saat itu juga jika keberuntungan telah meninggalkan diriku. Tapi, aku salah karena telah mengatakan diriku beruntung.

"Jangan buru-buru seperti itu!" Teriak Kairos.

"....??!!!"

Sebuah pisau tiba-tiba saja menancap cukup dalam pada lengan kiriku. Keseimbanganku goyah dan aku hampir terjatuh. Kali ini bukan karena aku terkejut, melainkan karena rasa sakit yang tiba-tiba menyerang lengan kiriku. Kebetulan di sampingku terdapat sebuah gang kecil, tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke dalamnya berharap bisa menghindar dari serangannya yang lain.

Gang kecil ini tidak terlalu panjang, tapi cukup menyesatkan karena jalannya yang berbelok-belok, sempit, dan gelap. Meski begitu, aku terus berlari sekuat yang kubisa mengikuti jalur gang kecil ini hingga aku sampai di tempat yang cukup dalam.

"Aku rasa, jika sudah sejauh ini akan aman. Untuk sementara dia tidak akan bisa menemukanku."

Aku menghela nafas. Sensasi perih tiba-tiba diterima oleh otakku, dan tentu saja aku menyeringit kesakitan. Rasa sakit ini tak terasa sejak tadi mungkin karena rasa panik yang kuat menyebabkan otakku melumpuhkan indera perabaku untuk sementara. Dan sekarang aku karena aku sudah merasa tenang, indera perabaku pulih kembali.

Aku kehilangan seluruh tenagaku lalu jatuh terduduk sembari menyandarkan punggungku ke dinding. Pandanganku perlahan menjadi buram dan kepalaku sedikit pusing. Darah yang terus mengalir keluar dari tusukan pisau pasti menjadi penyebabnya. Jika tidak segera aku hentikan, pasti aku akan segera kekurangan darah dan terkena anemia lalu pingsan. Disaat aku pingsan, saat itu juga aku akan kehilangan nyawaku, entah karena kekurangan darah ataupun karena dicabut oleh Dewa Kematian.

Aku tidak akan pernah menerima akhir seperti itu. Lagipula, aku tak boleh mati! Walaupun aku harus mati, setidaknya jangan hari ini! Aku tidak ingin orang tuaku melaksanakan hal yang menyedihkan dua kali dalam sehari, dimana mereka harus mengunjungi makam diriku dan makam Chikako bersamaan.

Dengan semangat yang mungkin terdengar tak berguna itu, aku membulatkan tekadku. Aku mengarahkan tanganku ke gagang pisau yang masih tertancap lalu mencoba menariknya keluar.

"Aaa!! Sialan!!!"

Aku tak berhasil menariknya keluar. Sesaat aku mencoba menariknya rasa sakit yang hebat menyerang lengan kiriku dan tekadku langsung mencair, sangat menyedihkan. Aku kira tak akan sesakit itu saat mencabutnya, tapi ternyata jauh lebih sakit daripada saat aku membiarkannya seperti ini saja. Tapi, aku tidak bisa seperti itu!

Akan kucoba sekali lagi, tentu saja dengan persiapan yang lebih matang. Aku berusaha menenangkan diriku dengan mengambil nafas lalu membuangnya, tak hanya sekali namun berkali-kali. Jujur, aku sendiri masih merasa takut hingga gemetar saat tanganku menggenggam lagi gagang pisau ini. Tapi, bagaimanapun aku sudah memaksakan diriku untuk menghitung dari satu sampai tiga, dan saat tiga disebut aku menarik gagang pisau ini sekuat tenaga.

"Aaaa!!!! Aa~~.....AAAAAHHH!!!! sshhh.... AAAAAAAAAA!!!!!"

Nafasku cukup tertahan merasakan sakit, namun akhirnya pisau itu bisa tercabut dan kini tergeletak di tanah. Darah terus mengalir keluar dari tempat bekas tertancapnya pisau dan semakin besar. Aku segera merobek lengan kemeja dalam ku dan mengikatkannya dengan kencang di lenganku untuk menghentikan pendarahannya, meskipun aku sendiri tak yakin ini sudah cukup atau tidak.

Aku menghela nafas. Entah karena aku merasa lega aku berhasil mengeluarkan pisau itu dari lenganku, atau karena aku merasa bahwa aku tak akan bisa lari dari keadaan ini dan diriku sendiri sudah menyerah akan hal itu.

Beberapa pisau berjajar tiba-tiba saja muncul melayang tak jauh dariku, lalu tertancap rapi di tanah bergantian seperti domino. Melihat itu tentu saja aku panik! Bagaimana tidak? Jatuhan-jatuhan pisau itu semakin mendekat ke arahku! Tanpa pikir panjang lagi, aku bangun dari dudukku lalu berlari seperti dikejar anjing.

Menyusuri gang-gang kecil ini tanpa arah sangatlah menakutkan. Terlebih dengan ancaman yang bisa muncul kapan saja tanpa permisi. Siapapun, saat dalam posisi yang sama sepertiku pasti akan menginginkan sebuah harapan. Harapan dimana dia bisa keluar dari keadaan tak menyenangkan dan tidak masuk akal ini sesegera mungkin, lalu mengunjungi salah satu toko ramen untuk memesan porsi jumbo.

Mungkin sedikit berbeda dari harapan yang kuinginkan, tapi aku bisa melihat sebuah cahaya terang di ujung lorong ini. Mungkin ini rasanya dikala seseorang tersesat di padang pasir berhari-hari lalu melihat oasis tepat di ujung mata, ataupun dimana sekumpulan orang terdampar di pulau terpencil lalu datang sebuah helikopter yang menerima pesan SOS mereka.

Sayang sekali, harapan yang kulihat ternyata hanyalah sebuah fatamorgana. Saat baru saja aku berhasil keluar, aku sudah melihat pemandangan yang menjadi pertanda dari akhir hidupku. Pemandangan Dewa Kematian berambut putih, Kairos. Tepat sekali, dia sudah menungguku di jalan keluar yang berhasil aku temukan ini.

Dengan otomatis, tubuhku masuk ke dalam mode "siaga" saat melihatnya berdiri tanpa gemetar, dengan wajah tenang yang menunjukkan kepercayaan dirinya. Aku sampai tidak bisa bergerak dari tempatku berdiri sedikitpun, benar-benar hawa yang membuatku merinding.

Kesampingkan hal itu untuk sekarang, aku lebih penasaran bagaimana dia bisa mengetahui dimana aku keluar. Padahal jalan keluar dari gang itu bukan hanya satu, melainkan ada di setiap sisi blok. Apa dia bisa mengetahui posisiku dengan tepat? Atau mungkin dia hanya menebak secara acak? Jelas kemungkinan yang kedua sangatlah mustahil! Aku bisa mengira-ngira beberapa hal, tapi ada lebih baiknya aku memastikannya sendiri.

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Tanyaku.

"Bagaimana? Tentu saja karena aku memilih jalan tercepat untuk sampai di sini."

Hah? Jalan tercepat? Itu artinya dia berlari, berjalan---menyusuri jalan agar bisa sampai ke sini. Jawaban yang dia berikan sedikit berbeda dari yang kupikirkan. Tapi itu tak merubah beberapa fakta yang sudah terselip dalam pikiranku, meski sedikit kontradiksi telah mengganggunya.

Sekarang, karena kami sudah berhadapan kembali, tak ada alasan bagi kami untuk tidak melakukan ajang saling membunuh yang tadi sempat tertunda. Darah akan segera tertumpah di tempat ini.

Tanpa basa-basi, aku sudah siap dengan posisi bertarungku lagi. Dan seperti tadi, Kairos tak menganggapnya serius bahkan aku ragu kalau dia menganggap ini sebagai "pertarungan" melainkan hanyalah sebuah "permainan" untuk menghilangkan rasa bosannya.

Sama seperti awal, akulah yang mulai menyerangnya dengan menyerbu tepat ke arahnya. Sebuah tinju kanan melayang ke pipi kirinya, namun dia berhasil menghindarinya dengan menarik kepalanya ke belakang. Tinju kedua datang dari kiri, kali ini juga dia berhasil menghindarinya tanpa masalah. Serangan ketigaku adalah sebuah Upper-cut yang menukik tajam ke atas, sekali lagi dia berhasil menghindarinya dan malah membalas seranganku dengan mengarahkan lututnya tepat ke ulu hatiku.

"guhh!!"

Air liur keluar secara paksa dari mulutku dan itu terasa sangat sakit. Meski hanya sebentar, aku sempat terhenti untuk beberapa detik, tapi aku tak berniat untuk menghentikan rantai seranganku hanya segitu saja.

Beberapa tinju kembali melayang ke arahnya, tak lupa dengan tendangan payahku yang juga mencoba untuk mengenainya. Tak peduli itu ke kepala, dada, maupun perut, dia selalu berhasil menghindarinya tanpa masalah. Bahkan dia dapat mendaratkan serangan padaku dengan mulus. Ini seperti dia dapat memprediksi seluruh gerakanku.

Meski begitu, aku tak menyerah untuk terus menyerangnya dengan pola yang mungkin sama. Tinju kanan horizontal aku lontarkan dan dengan piawai dia melewatinya seperti tinju itu tak pernah ada. Sekarang giliran si tinju kiri yang dilontarkan, sama seperti barusan dia berhasil menghindarinya. Tapi, saat itulah sebuah cairan merah keluar dari saus saset yang kusembunyikan di kepalan tangan kiriku. Kali ini aku yakin itu akan mengenainya dan membutakan matanya untuk sementara.

"....!!!!"

Dan ternyata saus itu tidak mengenainya sama sekali. Sama seperti saat pertama kali aku mencoba meninjunya, dia menghilang begitu saja. Tapi kali ini aku bisa merasakan ada seseorang yang berdiri di tepat belakangku, dan tentu saja aku terpental karena tendangan orang itu.

Dia benar-benar bisa melakukan teleportasi. Dan bukan hanya itu, dia sepertinya juga bisa membawa benda ber-teleportasi dengannya atau bahkan men-teleportasi benda itu sendiri sesuai kehendaknya. Benar-benar merepotkan.

Aku sedikit penasaran kenapa Kairos tak membunuhku saat dia berada di belakangku, karena bagaimanapun aku pasti tak akan bisa menghindar dari serangan itu. Lalu kenapa dia malah lebih memilih cara yang tidak membunuhku? Ah, aku paham! Mungkin ini sedikit beresiko tapi patut untuk dicoba.

Aku mengangkat kedua tanganku sebagai pengganti bendera putih, dan tentu jalannya perkelahian ini kembali terhenti. Kairos melihat ke arahku dengan heran.

"Kenapa kau mengangkat tanganmu? Apa yang coba kau lakukan?"

"Yah... aku pikir, jika seperti ini terus pasti aku akan kalah."

"lalu, apa masalahnya? Bukankah memang seharsunya seperti itu?"

"Tidak, tidak. Kalau begitu, bukankah itu menjadi membosankan? Lagipula apa yang akan kau lakukan setelah kau membunuhku? Kalau tak salah aku mendengar bahwa kau dapat menggunakan kekuatan berpindah dimensimu setelah satu hari---yang berarti 24 jam, bukan? Dan sekarang baru setengah jam terlewat dari saat kau datang ke sini. Kalau aku mati sekarang, itu artinya kau masih harus menunggu 23 setengah jam. Daripada itu, bukankah kau tak menganggap ini sebagai pertarungan melainkan hanya sebuah permainan dan kau ingin menikmatinya kan? Itulah mengapa saat kau berpindah ke belakangku kau tak langsung membunuhku dan saat pisau-pisau itu kau pindahkan, kau tak mengincar titik vitalku dimana aku bisa mati saat pisau itu mengenainya."

"........"

"Aku berjanji, aku akan memberikan permainan yang lebih seru jika aku bisa mendapat waktu untuk mempersiapkan segalanya. Dan saat itu juga, aku akan bisa membunuhmu!"

"......."

Dia hanya terdiam dengan wajah yang sedang berpikir keras. Bagaimanapun juga, tak ada jaminan kalau dia akan menerima tawaran ini. Tapi, aku yakin dia akan tertarik dengan penawaran ini.

"Baiklah, kalau begitu berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mempersiapkannya?"

"Kita akan memulai pertandingan lagi setengah jam sebelum kemampuan berpindah dimensimu aktif lagi di tempat awal kita bertemu, bagaimana?"

"...."

Sial, apakah aku salah bicara? Gawat kalau memang begitu.

"Itu tak masalah, aku menantikannya."

"Ya, nantikan saja! Aku pasti akan memberikanmu pertunjukan terindah yang belum pernah kau lihat!"

Aku menghela nafas lagi. Entah sudah berapa kali hari ini aku menghela nafas, tapi sepertinya ini akan menjadi yang terakhir.

******

Hampir 23 jam telah berlalu semenjak kesepakatan yang sedikit tak beralasan itu. Waktu menunjukkan tinggal 20 menit lagi sebelum pertandingan dimulai. Aku sendiri sudah bersiap ditempat pertemuan yang menjadi awal dan akhir bagi kami.

Sebenarnya, aku membuat kesepakatan itu hanya untuk mencari alasan agar aku bisa mengunjungi makam Chikako dan mempersembahkan Taiyaki kesukaannya di atas makamnya. Aku masih merasakan takut saat mengunjungi makam Chikako untuk pertama kalinya, tapi disaat aku berpikir bahwa ini mungkin bisa menjadi yang terakhir, aku merasa menyedihkan.

Memikirkan bahwa aku akan bernasib sama seperti Chikako membuatku sangat takut. Padahal aku sendiri yang menyebabkan Chikako berakhir seperti itu. Apakah ini semacam balas dendam untukku dari Chikako? Aku mungkin akan menerima itu dengan sepenuh hati jika itu benar.

Bagaimanapun, aku memang benar-benar menyedihkan. Aku takut akan kematian, oleh karena itu aku berdiri disini mencoba melawan nasib yang akan menimpaku. Dengan sebuah katana yang kupegang erat di tangan kiriku dan sebuah pistol dengan pengamannya yang sudah terbuka kuselipkan di sabukku, aku akan membunuh Dewa Kematian sekalipun.

Darimana semua senjata yang aku bawa itu? Tentu saja aku mengambilnya. Pistol ini kutemukan dalam pos polisi sekitar, sedangkan katana ini kuambil dari dojo yang tak jauh dari daerah pertokoan.

Aku merasa sedikit bersalah saat mengambil katana ini, karena katana ini kuambil dari dojo keluarga "seseorang yang seharusnya kukenal". "seseorang yang seharusnya kukenal" itu juga pernah mengalami hal yang sangat buruk dalam hidupnya, dan tentu saja ada kaitannya dengan diriku.

Entah sudah berapa besar dosa yang kuperbuat, bahkan aku sendiri merasa kalau aku menjalani hidup seperti ini adalah sebuah dosa besar. Aku mungkin memang pantas mati, tapi aku masih akan terus melawan hingga titik  darah penghabisan. Dan semua itu tak lebih dari alasan bagiku, sehingga jika aku mati nanti tak akan ada beban penyesalan dalam hidupku.

Sudah cukup membahas hal tak berguna itu, sekarang aku harus fokus terhadap pertarungan yang sedang menantiku sebentar lagi. Aku harus benar-benar memikirkan matang-matang bagaimana cara mengalahkan Kairos hanya dengan kemampuanku yang sekarang.

Pertama-tama, kalau tak salah saat aku bertemu dengannya pertama kali dia sempat berkata tentang koordinat, apa maksudnya itu? Apa itu koordinat yang biasa digunakan dalam membaca peta seperti "lintang barat" atau "lintang selatan"? Sejak awal apakah memang sistem koordinat di dimensinya dengan dimensiku sama? Aku harus memikirkan sesuatu yang lebih umum.

"Umum... umum... umum... ah, aku tahu!!"

Kemampuannya itu adalah "teleportasi" entah itu untuk memindahkan dirinya sendiri maupun barang, pasti dia membutuhkan sebuah konsep koordinat dalam sebuah ruang. Jika aku memikirkan ruang, yang terlintas di kepalaku adalah ruangan berbentuk balok 3 dimensi. Dalam aplikasi 3D-Design yang biasa ku pakai di Smartphone-ku terdapat konsep ruang di dalamnya, dan tentu saja dengan koordinat. Koordinat itu terdiri dari "X", "Y", dan "Z".

Jika memang benar seperti itu, itu artinya koordinat yang disebutkan Kairos adalah posisi dimana aku berdiri sekarang. Aku tak tahu berapa koordinatnya maupun posisi koordinat yang tepat, setidaknya posisi ini adalah dimana aku aku berhenti untuk mengambil bola seorang anak kecil dan saat itulah semuanya berubah menjadi tak normal seketika.

Dengan segera aku menarik katana dari sarungnya, lalu dengan sekuat tenaga aku menancapkannya ke tanah tepat aku berdiri. Katana yang tertancap dengan tegak ini menjadi tanda dari inti dari "koordinat yang sama" itu.

Tak terasa waktu tinggal tersisa 5 menit selagi aku tenggelam dalam pikiranku. Dan disaat yang bersamaan, kairos muncul dihadapanku dengan wajah tenangnya yang membuatku sedikit kesal. Dia berhenti tepat beberapa meter dihadapanku lalu raut wajahnya berubah saat melihat apa yang aku lakukan.

"Apa yang coba kau lakukan dengan menancapkan pedang tanah seperti itu?" Tanya Kairos.

"Yah, aku hanya ingin memberi tanda di tempat dimana kita bertubrukan sehingga kita dianggap sebagai satu 'objek yang sama' dalam 'koordinat yang sama' benarkan, Kairos?"

"Kau memang menakjubkan bisa memahami  perkataanku begitu jelasnya. Tapi jangan bilang, pedang yang tertancap itu adalah bagian dari rencanamu? Kalau memang benar, itu tak ada gunanya, tak berpengaruh apa-apa terhadap keadaan kita sekarang ini."

"Mungkin kau benar. Lagipula, pedang yang tertancap ini tidak berarti apa-apa selain menjadi pertanda makam seseorang yang akan mati dibawahnya."

Mendengar itu, Kairos tersenyum. Aku juga membalasnya dengan senyuman yang sama. Senuyuman Kairos penuh akan rasa percaya diri, sedangkan entah senyumanku terisi dengan percaya atau malah penuh dengan putus asa.

"Boleh kutanya satu hal terakhir?" Tanyaku.

"Silakan."

"Berapa koordinat yang membuat kita dianggap menjadi objek yang sama?"

"6, 6, 6.."

Benar-benar hal yang tak terduga. Angka 666 yang biasa dihubungkan dengan banyak konspirasi di dunia, kini menjadi angka yang akan menyebabkan kematian seseorang. Mengetahui fakta itu membuat senyumku semakin lebar karena aku berpikir betapa gilanya dunia ini.

Sekarang tak ada lagi hal yang harus kita bicarakan. Sekarang juga saat yang menjadi penentuan siapa yang akan menjadi korban dari koordinat 666 ini. Tentu aku dan Kairos tak ada yang ingin menjadi korban itu, karena itu kami tidak akan mengalah satu sama lain.

Waktu yang tersisa dari jam tanganku tinggal 5 detik. Saat detik ke-1 terlewati, pertandingan dimulai. 4 detik tersisa...

3...

2...

1...

Dengan cepat aku mengambil pistol yang daritadi tersimpan rapi di pinggangku lalu menembakkannya ke arah Kairos. Tak peduli sehebat apa prediksinya ataupun kemampuan teleportasi-nya, dia pasti tak bisa menghindari kecepatan peluru dan itu pasti akan tepat mengenainya.

Itulah yang aku pikir sebelum melihat kemampuannya yang lain. Saat aku menembakan peluru itu ke arahnya, entah mengapa tiba-tiba peluru itu malah melewati samping kepalaku. Aku langsung terdiam dan bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi? Apa peluru itu terpantul kembali ke arahku?

Aku masih sedikit ragu dengan apa yang kupikirkan barusan, karena itu aku mencoba menembaknya sekali. Dan langsung saja jalan di hadapanku retak begitu saja. Aku tak tahu bagaimana, tapi aku yakin retakan itu disebabkan oleh peluru.

Jadi benar dia bisa memantulkan objek. Tidak, mungkin lebih tepatnya dia bisa mengarahkan sebuah objek sesukanya. Jika digambarkan sebagai perisai pantul, seharusnya pantulan objek itu akan lebih tak mengarah. Tapi ini seperti dia sengaja tak mengenainya padaku untuk memperlihatkan salah satu kemampuannya padaku.

itu semua sesuai perkiraan jika aku boleh bilang. Kemampuan teleportasi yang dia miliki serta kemampuannya untuk memprediksi itu berasal dari satu kekuatan yang sama aku rasa. Karena itu, saat dia menggunakan kemampuannya untuk merubah arah sebuah objek, aku bisa memprediksi itu. Jika disimpulkan dari semua kekuatannya yang dia tunjukkan padaku, aku bisa menyimpulkan kalau konsep dari kekuatannya itu adalah "ruang" dan "waktu".

Itu kekuatan yang sangat mengerikan jika dilihat dari manusia biasa sepertiku. Meski begitu, dia pasti memiliki kelemahan. Batas seberapa jauh dia bisa ber-teleportasi, atau batas seberapa banyak benda yang bisa dia teleportasi. Seharusnya semua itu terlihat dari kelakuannya saat mengejarku. Mungkin itu hanya pemikiran asalku, tapi aku akan bertaruh terhadap itu.

Jika memang sebuah peluru tak bisa melukainya, aku hanya perlu menggunakan cara lain. Berdiam diri di sini tak akan membantuku untuk memunuhnya. Karena itu aku berlari dengan cepat menjauhinya.

"Kau mau main kejar-kejaran lagi?" Tanya Kairos.

"Mungkin, tapi akhir dari kejar-kejaran ini adalah kematianmu!"

Bisa-bisanya aku berkata seperti itu, padahal diriku sendiri yang sedang terdesak di sini. Aku berlari tanpa arah berusaha untuk menghindar dari jangkauannya, selagi memikirkan cara untuk bagaimana bisa melukainya.

Selama aku berlari, aku tak melihat sosok Kairos berada di  belakangku. Mungkin dia masih tak menganggap ini pertandingan yang serius dan dengan santainya berjalan tanpa perlu repot-repot mengejarku. Yah itu hal yang wajar jika mempunyai kekuatan seperti itu.

Aku sampai di gang kecil, lagi. Kali ini hanya sebuah jalan lurus yang memotong blok dan tak banyak belokan di sana-sini, jadi mudah bagiku untuk sampai di balik bangunan berderet ini. Aku bersmbunyi di ujung gang kecil yang baru saja kulewati untuk menyerang Kairos dengan sergapan. Aku ragu itu akan berhasil, tapi setidaknya aku harus mencoba.

Tidak terlalu lama aku menunggu, sosok Kairos tiba-tiba saja muncul di ujung gang yang satunya. Seharusnya dia bisa memprediksi bahwa aku akan menyergapnya di tempat ini, tapi dia masih saja sengaja memilih masuk ke dalam perangkap. Aku sedikit kesal akan hal itu.

Rasa percaya diri Kairos sangat tinggi. Dia dengan begitu santainya berjalan masuk ke dalam gang seolah dia berkata 'cepat serang diriku, aku tak sabar serangan macam apa yang akan kau lancarkan padaku!'. Yah setidaknya, dia menantikan kejutan apa yang akan kuberikan padanya.

Demi menjawab penantiannya itu, aku mengarahkan pistolku ke kipas AC yang tertempel pada dinding. Saat Kairos berjalan tepat di bawah kipas AC itu, segera aku menarik pelatuk pistolku dua kali sehingga dua peluru yang keluar itu mengenai penyangga kipas AC dan membuatnya terjatuh. Aku sendiri kagum dengan kemampuan menembakku.

Kairos hanya terdiam saja saat melihat kipas AC akan menimpanya. Memang tak salah yang dia lakukan, karena saat itu juga kipas AC langsung berubah menjadi puing-puing disaat itu hampir mengenainya.

"Mengerikan..." Gumamku.

Aku melanjutkan lariku dan terus mencoba menyergapnya dengan berbagai cara. Menembak dari titik buta, mengalihkannya konsentrasinya dengan cahaya silau dari pantulan cermin lalu menembaknya, bahkan dengan meledakkan mobil saat dia lewat tepat disampingnya. Dia berhasil selamat dari semua itu tanpa luka sedikitpun.

Tanpa sadar, aku sudah kembali ke tempat awal pertarungan kami. Semua rencanaku sudah terpakai dan tak ada peluru yang tersisa dalam pistol. Mungkin ini adalah akhir bagiku, karena bagaimanapun Dewa Kematian telah mendekatiku dengan wajahnya yang kesal.

"Aku kecewa! Aku kira kau akan memberikan pertunjukan yang hebat. Ternyata sangat membosankan. Begitu membosankan!!" Keluh Kairos.

"Jangan begitu, aku sudah sekuat tenaga menyiapkan itu semua."

"Ini akhirnya, Satan. Matilah!!"

Sepertinya dia tak bercanda mengatakan itu, karena dia sudah menyiapkan delapan buah pisau di jari-jarinya. Aku sudah tahu apa yang akan terjadi padaku, karena itu aku berlari ke arah katana yang tertancap ke tanah untuk menggunakannya sebagai senjata--sebagai harapan terakhir bagiku.

Sayangnya, sebelum aku bisa menyentuh katana itu, delapan buah pisau sudah tertancap di seluruh bagian tubuhku. Dengan cepat kesadaranku mulai pergi dari tubuhku dengan pemandangan tanganku yang bahkan tak bisa menggapai harapan terakhir itu. Pada akhirnya, semua jatuh dalam kegelapan yang sempurna.

******

Darah, darah, dan darah yang terlihat dari tubuh seseorang yang tergeletak tak jauh dari sebuah katana yang tertancap seolah itu adalah batu nisannya. Orang itu dijuluki Raja Iblis, dan itu artinya yang berhasil membunuhnya telah di-cap sebagai "pahlawan".

Pahlawan itu adalah Alshain Kairos, lelaki berambut putih dengan kemampuannya sebagai Mapmaker. Dia sebenarnya hanyalah seseorang yang sederhana, hanya karena keadaan yang mendesak yang memaksanya untuk membunuh Raja Iblis itu.

Dia berhasil membunuh Raja Iblis tepat saat kekuatannya untuk berpindah dimensi-nya akhirnya pulih. Dia tak ingin membuang-buang waktu. Oleh karena itu, setelah dia memberikan penghormatan terakhir pada Raja Iblis, dia langsung menggunakan kemampuan berpindah dimensinya tepat di depan sebuah katana yang tertancap.

Angin berhembus memutari Kairos, dan udara mulai terkompresi menjadi  bulatan dengan warna hitam ditengahnya yang terbentuk beberapa meter di atas kepala Kairos. Tubuh Kairos terasa ringan dan semakin ringan, seolah dia dihisap oleh bulatan hitam itu. Dan dalam sekejap, tubuh Kairos menghilang bersamaan dengan bulatan hitam itu.

"....!!!!"

Pemandangan yang seharusnya berada di tempat asalnya, kini hanya langit biru memanjang dengan sebuah katana yang menjadi tiang di tengahnya. Kairos terbaring dengan Katana yang menancap tepat di tengah perutnya.

"Apa yang terjadi?"

Kairos merasa heran dan tentunya merasakan takut, terlebih saat pemandangan seseorang yang berlumuran oreh darah berdiri tepat di hadapannya. Orang itu seharusnya telah mati, tapi entah kenapa dia bisa berdiri dengan lemasnya sambil memasang senyum yang sangat menakutkan sesuai panggilannya, Raja Iblis.

"Kenapa aku bisa seperti ini? Dan kenapa kau masih hidup? Seharusnya kau sudah mati!"

Raja Iblis hanya tersenyum. Senyum yang bisa membuat kejiwaan seseorang menghilang.

"Jangan bilang kau belum mati? Tidak, itu tidak mungkin! Kau jelas-jelas sudah mati!"

"Iya, aku memang sudah mati..."

Suara Raja Iblis terdengar begitu menggema dalam Kepala Kairos seolah menarik nyawanya keluar dari tubuhnya.

"...tapi, sel darahku belum sepenuhnya mati."

Mendengar hal itu, Kairos akhirnya paham dengan keadaannya sekarang. Raja Iblis memang sudah mati, dan itu jelas. Oleh karena itu celah dimensi menganggap bahwa Kairos sudah  menjadi objek yang sah dengan koordinat yang  sah pula. Tapi, itu berlaku jika memang dia sudah terpisah dari koordinat dirinya yang lain yang berada pada Raja Iblis. Sel darah raja iblis yang masih tersambung dan hidup menyentuh pusat dimensi, sehingga Raja Iblis masih dianggap hidup oleh celah dimensi. Karena Kairos telah salah menganggap Raja Iblis telah mati dan terburu-buru berpindah dimensi, perpindahan dimensinya akhirnya ditolak dan dia dikembalikan pada celah dimensi ini yang dimana tertancap sebuah katana di intinya. Dan juga karena tak mungkin ada keadaan dimana koordinat yang sama menghilang dan objek yang sama mati secara bersamaan yang bisa menyebabkan distorsi dimensi, maka celah dimensi menghidupkan orang yang paling masuk akal untuk hidup.

"Jika saja ini bukan turunan dan darahmu tak mengalir ke pedang ini, pasti aku sudah menang sekarang. Aku sangat ceroboh. 666... itu angka yang melambangkanmu kan, Raja Iblis?"

Kairos  tertawa begitu keras, sangat keras, dan makin keras. Hingga akhirnya, tawanya terdengar semakin pelan bersamaan dengan nyawanya yang menghilang ikut terbawa oleh gema suaranya.

******

"Ini bolanya."

"Terima kasih kak!"

Anak kecil yang bolanya baru saja kuambilkan itu, tersenyum dengan lebar hingga menunjukkan giginya yang terdapat lubang. Dia dengan cepat berlari ke arah ibunya yang menundukkan badannya ke arahku. Tentu sebagai orang Jepang yang baik aku membalasnya dengan menunduk juga.

Setelah ibu dan anak itu pergi, entah kenapa aku merasa baru saja keluar dari suatu tempat yang aneh. Tempat dimana aku berusaha saling membunuh dengan seseorang yang tak kukenal dan aku berhasil mengalahkannya.

Apa itu hanya mimpi? Apa itu hanya khayalanku? Atau memang terjadi? Aku tak tahu. Tergantung dari bagaimana seseorang melihatnya, sebuah mimpi bisa diartikan juga sebagai dimensi. Dimensi dimana hanya kau seorang yang bisa membuktikannya.[]

29 komentar:

  1. Mantrap jaya(?)
    perkenalkan saya Arya dengan OC Loctis
    entri ini benar benar menarik perhatian saya-- walaupun tadi (atau kemarin ya?) ada entri yg melawan Fata
    first lihat tantangan dan... OHK wow

    1. Judul... keren, cerita dibuka dengan keseharian sang main char dan kisah latar belaakang maou-sama. ternya entahlah dosa apa yang dia lakukan sampai di ujung cerita saya perlu naik naik ke puncak gunung lagi. juga "itu" itu apakah yang dimaksud disini adal;ah itu? (halah)

    2. Countdownnya kurang bikin deg degan. tadi udah hampir deg degan tapi gajadi. mungkin coba kasih deskripsi suasana di tiap hitung mundurnya dan itu bisa terasa... mengerikannya

    3. SciFi. Pertarungan dibuka dengan penjelasan fenomena ruang waktu yang serasa saya masuk ke dunianya Flash. Teori klasik bahwa jika ada dua benda yang sama di suatu waktu, mau tidak mau salah satu dari mereka harus mati. tidak ada pertarungan intensif tetapi pengamatan yang sangat detil diakhiri dengan penyelesaian yang sangat epic... epic... banget. Berkat darah yang menyentuh koordinat 666, kai gagal menuju jepang dan kembali ke titik 666 dan menunggu 24 jam lagi yang cukup untuk membunuhnya

    4. And--- 8 pisau < 1 katana. ini yang agak mengganjel tapi kematian kai kok lebih cepet dari maou-sama ya? Kronologinya si Maou-sama kelempar 8 piso dimana mana. darahnya kebetulan kena koordinat 666 (kena katananya). kai jalan ke iblis lalu memberi penghormatan terakhir. dari sini kayaknya sudah ada 1 menit lebih.kai mencoba pindah ke jepang tapi gagal karena objek yang dikira sudah terhapus ternyata masih idup. beberapa menit berlalu kayaknya. and then karena gagal kai kembali ke koordinat setan alhasil dia muncul di tengah bilah katana. Satan ternyata masih idup------ omfg. but Kai mati duluan dan akhirnya kai yang menjadi "objek yang valid" dan balik ke dimensinya

    sekian review dari saya
    sehingga
    nilai 10/10 saya kasih karena poin ke 3. woahaha i like this very much
    akumulasi -1 untuk poin 1 dan 2. welp poin 1 terutama-- itu apa? :"
    -1 untuk poin ke 4. dan kayaknya ratu huban keluarnya baru pas BoR6 ya?

    maaf bila ada yang menyinggung dan terimakasih. sekian penilaian dari saya, overall 8/10 untuk entri keren ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh... Satan itu sudah mati... 8 pisau yang menusuk seluruh tubuhnya. saya tak menulis kalau satan tertusuk di bagian fatal... dan di bagian akhir... dijelaskan kalau tak mungkin ada dua objek yang sama mati secara bersamaan jadi salah satu akan dibangkitkan yang masuk akal... orang yang mati karena kehabisan darah dengan orang yang seluruh organ dalamnya hancur... mana yang lebih masuk akal... yah thank you udah ngasih review :3

      Hapus
    2. btw... hal "itu" cuma plot untuk Satan di BoR

      Hapus
  2. Hello hello

    Sen ceritamu bagus , panjang pula...

    Wihh ahli strategi, berasa banget deh apalagi dengan POV1, Omega GOOD JOB!

    Tak ada Ratu Huban? What, Ratu Huban makin kurang ajar aja kaga ngomong-ngomong (plak)

    Pertandingannya seru soalnya OC mu orang Normal xD

    Narasi (peikiran MC) sangat terasa, serasa ngeliat Hikigaya Hachiman dipaksa terjun dalam duel,, :v

    Yah, nilai 9 (padahal pengen 10 tapi keknya belum sampe 10)

    Oc: Rose Vinensine

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduh... nyaris dapet 10... hahah thanks ya.. nantikan debut Satan di BoR

      Hapus
  3. Narasinya mirip kaya' light novel ya...

    Di awali dengan penjelasan yang biasa tentang kehidupan remaja laki-laki yang biasa, tapi lama-lama jadi fenomena yang luar biasa...

    Ah ngomong apa aku ini

    Tapi saya suka penjelasan tentang koordinat, ruang dan waktu, bikin saya mau gak mau muter otak juga...

    Dan koordinat 666? Apa itu kebetulan? Entry juga pas 13.. #plakk #abaikan

    Awalnya bingung kenapa Ratu Huban gak muncul tapi ngerti setelah baca komen di atas

    Penulisan rapih, saya cuma agak miss di bagian saat Kai kalah..

    Tapi nanti saya baca lagi..

    Maaf kalo terlalu panjang dan kalo ada kata" yang menyinggung.. :'3

    Titip nilai 8 buat Satan.. '-'/

    Sign,
    Lyre Reinn

    OC : Altair Natsuki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ratu Huban? itu akan menjadi plot tersendiri nanti...
      kan udah dikasih petunjuk dikit di akhir paragraf tentang mimpi...

      yah pokoknya thanks ya!

      Hapus
  4. Jadi entri ini bukan di alam mimpi seperti ketentuan dari panitia?
    Tak ada ratu huban dan keajaiban dalam mimpi?

    Sebenernya masih bingung, kenapa manusia normal punya nama satan dan berakhir punya kekuatan raja setan?

    Kalo dari narasinya lumayan menarik dengan tema rumit ala sci-fi. Meskipun banyak pengulangan kata di sana-sini yg membuat entri ini menjadi sedikit membosankan dibeberapa hal.

    Satan ini tipe oc seperti karakter manga shounen mainstream yg awalnya selalu kalah dan berakhir menang dengan keren setelah mengeluarkan "ceramah" tentang keyakinan yang ia pegang.

    Cukup segitu dulu xD

    Nilai : 7/10
    Oc : Altair Bonanza

    BalasHapus
  5. alam mimpi? bisa jadi.. ini cuma plot buat nanti di BoR...
    Karakter utama Manga Shounen? yah mungkin di cerita ini terlihat seperti Satan meyakinkan dirinya.. karena memang itu tujuannya. yah kalo dikasih tahu alasan lainnya gak akan asik.. tunggu saja di BoR..

    Kekuatan Raja Setan? dia gak punya kekuatan sama sekali....

    pokoknya thanks buat reviewnya

    BalasHapus
  6. WHAT?! Finishingnya benar-benar nggak terduga!
    Saya benar-benar menikmati entri ini, tapi... mungkin saya agak kasihan sama nama OCnya. Diberi nama Satan cuma karena kedengaran keren... Orang tua macam apa itu?!

    Ehem... pertarungan yang luar biasa dengan ending yang luar biasa. Si Satan hampir nggak bisa apa-apa melawan Kai, tapi bisa menemukan cara finishing dari kalimat-kalimat Kai yang sombong.

    Saya mau kasih nilai 9, tapi opening dan endingnya bertentangan dengan kanon panitia. Ratu Huban dan dunia mimpi tidak muncul sama sekali.

    Nilai 8

    OC : OPI Sang Operator

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ratu huban memang sengaja gak dimunculin... kalo alam mimpi.. ada kemungkinan itu alam mimpi, kan udah dijelasin di paragraf terakhir... yah emang si Satan gak tahu... mungkin kalo Ratu Huban datang masuk ke dalam mimpi si Satan terus si Satan disuruh bertarung hidup dan mati... dia udah pasti milih mati duluan.. emang dia bisa apa? hahahaa

      yah pokoknya Thanks udah ngasih review

      Hapus
  7. Dan finally ada yang bisa menerjemahkan skill Kairos. (Karena saya baca CSnya puyeng)
    Eksekusi gila. Maen otak bner, salut saya.
    Serasa filosofis 8man/Hachiman yg "Pesimis" dengan boastful Kairos.
    Endingnya mungkin gak nyampe maknanya kalau sekali baca, saya harus baca dari awal, 3x biar nangkep semuanya, which is saya kurang suka.

    Well, 7 deh.
    OC: Kaede Hazuki

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus muter otak yah? emang begitu gaya tulisan saya.. mungkin nanti di BoR akan lebih gila lagi cara yang akan dipakai si Satan dalam melawan musuhnya..

      niatnya saya mau lebih detail tentang kekalahan Kai.. hanya saja terbatas oleh kata... cerita ini aja menghabiskan 5997 kata dimana 3 kata lagi menyentuh 6000

      yah thanks buat reviewnya

      Hapus
    2. Rada absurd manggil si Raizetsu.
      Katakan si Kaede manggil Raizetsu

      "WOY SETAN"
      Ini antara ngehina si Raizetsu emg beneran kea setan ato emg kebetulan namanya dia Satan/Setan.

      Hapus
    3. gpp.. emang begitu namanya :3

      Hapus
  8. Hola, salam kenal, saya Rakai A yang bikin OC Mima dan Franka Z. jujur, ini entry pertama yang membuat saya ngerut kening diantara para pendatang baru, karena sungguh solid dan alur ceritanya berpindah dengan halus, typo minim, ditambah lagi, ada elemen sains fiksi yang nggak bisa diabaikan. I like this....! bener-bener mengingatkan saya ada Mima vs Kai, memang untuk melawan satu OC ini (Kai) kita butuh putar otak, dan kamu melakukannya dengan melibatkan elemen setting, kecerdikan Satan, koordinat, good job ... !

    jujur saya jadi penasaran, mungkinkah ini hanya menjadi pembuka kisah Satan menuju BoR6? sekedar pemanasan begitu, mungkin... karena author menyisipkan 'foreshadowing' berupa "Raja iblis" yang pasti adalah satan di sini, namun oleh Author dibikin samar. Saya harus acung jempol juga buat yang itu.

    Penulisan, EYD, semuanya oke. So, saya kira ini layak dapat 9.
    kekuarangan yang saya cermati hanya satu; perubahan sikap Satan dari bertemu Kai ke keadaan dia menyimpukan kai adalah lawan dan harus bertarung hidup mati, berlangsung terlalu mendadak. KUrang smooth dan halus. Cuma itu aja.

    once again, 9 buat Satan.

    regards,

    Rakai A.
    OC Mima / Franka Zaitsev

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh, maaf, situ pendatang baru di BoR atau pemain lama ya...? maaf kalau saya salah...

      anyway, entry ini tetap good job!

      Hapus
    2. Saya pendatang baru yang mungkin gak ada takut-tautnya sama Veterean.. maafkan saya! *menundukan kepala berkali-kali*

      Thanks banget ats reviewnya. Ya memang saya memasang banyak plot untuk karakter ini, yang mungkin pesannya masih belum begitu jelas dalam cerita ini karena keterbatasan kata yang saya terima. Dan memang benar, ini hanya kisah pembuka Satan mengikuti BoR.

      Sedikit curhat, saya sebenarnya mau ngambil one-hit triple kill... melawan Kai, Lazuardi, dan Fatanis dengan Chara yang ada adanya ini. hehehe

      Hapus
  9. OC: Ghoul :=(D

    Awal baca duh sempat down karena kehidupan sehari-hari banget, tapi aku lanjutin aja meski kurang sreg, eh tahu-tahunya semakin scrool makin asyik juga n ketagihan…

    Typo: Daripada (bukan hanya ‘dari’ saja kalo perbandingan), napas bukan nafas, mengubah bukan merubah, sekadar bukan sekedar, risiko bukan resiko.

    Teorinya sangat menarik soal dimensi kayak teori melipat waktunya Einstein. Ga banyak buang waktu menuju konflik, alurnya ga lamban. Battlenya juga seru banget karena ini type bacaanku yang ga meski ribet n ajaib banget alias natural aja pertarungannya jadi mudah diimajinasikan ga ribet dimengerti ga banyak istilah.

    Cerdik juga solusinya. Plot twistnya ga bisa kebaca macam-macam.

    Bagus penyampaian definisi mimpinya beda daripada yang lain. Kerbek-lah… sukabangetz… ini lain daripada yang lain. Pertarungannya simpel n natural, ga terlalu ajaib-ajaib bangetlah, neh baru type battle fave-ku. Luv it… berhasil menghibur pembaca type kayak aku hingga enjoy reading ampe kelar saking penasarannya, hm kayak baca manga keluaran shonen jump yang dipublish di web mangafox yang bikin betah bermalam di depen laptop haha…

    Nine lashes for satan…

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya... padahal saya tahu kata-kata itu salah tapi lupa unuk menggantinya dengan yang benar.

      dan untuk kehidupan sehari-hari diawalnya... karena emang Satan manusia biasa... yah begitulah...

      thanks atas reviewnya

      Hapus
  10. ^ sudah banyak diulas di atas, intinya entri memutar otak dan keren ♥

    Itu memang Ratu Huban tidak muncul? Kasian dia. Sci-fi yang disajikan mantab, bacanya sambil mengerutkan kening

    Penjelasan koordinatnya bisa dipahami, pasti riset dan usahanya sulit. Aku sangat menghargainya. Endingnya? Luar biasa

    8 untuk Mas Satan
    OC Rea Beneventum

    BalasHapus
  11. Saya kira Satan ini juma julukan semata, ternyata nama aslinya begitu. Ya robb.

    Overall entri ini solid. untuk ukuran pertarungan ORANG NORMAL alias yang gak punya kemampuan super, ini udah paling top. Mind games yang tak dipaksakan dengan pendekatan kritis kek gini bikin Satan bisa jadi orang yang patut dipertimbangkan kadar berbahayanya :x

    Meski sepertinya ratu hubannya terimplikasi di sini, eksekusi cerita udah bagus banget lah.

    Saya kasih 9 deh.

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi

    BalasHapus
  12. Satan, ya? Seperti kata salah satu komentator, saya heran kenapa orangtua bisa mengasih nama anaknya kayak gitu. Dia bencikah saat kelahiran si Satan sampai harus diberi nama begitu? Dan kenapa nggak konsisten pola penamaannya dengan nama adiknya? Mestinya dia dikasih nama Demona atau apa gitu~

    Dari awal sampai akhir saya penasaran bagaimana cara si Satan--yang tak seperti namanya ternyata hanyalah orang biasa--bisa mengalahkan Kai dengan 1 Hit Kill. Dan karena saya nggak gitu mudeng dengan teori ajaib dua benda sejenis tak bisa berada di koordinat yang sama (sejenis? bukannya Satan dan Kai itu beda entitas?), maka tak saya tak bisa terlalu menikmati bagian akhirnya. Walaupun saya akui, ribetnya Satan kerasa banget di sini, seolah semua yang dia lakukan tak akan ada artinya di hadapan Kai.

    Kai-nya sendiri terlalu baik sih, di sini. Kalau di entri lawan-lawan Kai di BoR, atau bahkan di entri Kai sendiri, dia tipe karakter bersifat setan yang seenaknya.

    Oh iya, narasi dan segala macemnya bisa lebih dirapikan lagi. Teruslah belajar dan saya nantikan kiprah di BoR6

    Ponten 8-

    - hewan -

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa pada heran sama nama Satan ya, orang satan disini pake kanji loh [差単] yang mana kalau dibaca menjadi [Sa-Tan] dan kalau dibaca menjadi Perbedaan Tunggal tapi bisa dibaca full sebagai Satan.

      sejenis? iya karena koordinat mereka tumpang tindih dalam satu dimensi yang sama. jadi terlihat seperti dua balok yang menjadi satu dalam koordinat yang sama. Mereka satu jenis manusia kan?

      Hapus
    2. Penjelasan kanji itu tak ada di cerita ini, sayangnya. Wajar kalau pembaca heran, kan? Dan tidak semua pembaca akan mau merepotkan diri menengok charsheet si Satan (kalau memang penjelasan kanji itu ada di sana). Dan secara logika, orangtuanya pasti sadar kalau kanji itu jika dibunyikan akan terbaca dalam bahasa lain (misal Inggris) akan berarti setan. Makanya pembaca tentu membutuhkan penjelasan. Apalagi kalau itu menempel sebagai nama tokoh utama di suatu cerita.

      Kai sepertinya sudah bukan manusia ... atau setidaknya begitulah yang saya tangkap dari entrinya selama ini ._.

      Hapus
    3. well oke, akan saya kasih detail lebih nanti di charsheet buat BoR. Kai bukan manusia? memang sih saya sudah baca beberapa cerita Kai... yang saya simpulkan adalah selama dia masih bisa mati, dia tetaplah manusia meskipun memiliki kemampuan untuk menetakan ruang dan waktu

      Hapus
    4. intinya sih mereka itu kan dua buah objek... dimana ketika dua buah objek saling menimpa di koordinat yang sama, akan terlihat menjadi satu kan. Contohnya saat buat lingkaran di Corel Draw terus di Copy paste, kan bentuknya sama persis dan terlihat menjadi satu. kita gak mungkin tahu itu ada dua lingkaran kalau tak digeser.

      Hapus
    5. Saran saya detail penamaan itu juga diselipkan dalam cerita, sih. Bukan hanya di charsheet. Sebab charsheet, secara teknis, bukan bagian dari cerita. Teknisnya bisa dengan apapun, entah itu ada adegan orang nanya langsung ke Satan, "Kok nama situ Satan, sih?", atau apapun. Itu saya rasa penting sebagai bagian dari karakterisasi si tokoh. Karena dari namanya saja, saya pikir Satan sudah menarik perhatian. Sayang sekali kalau ini luput dimanfaatkan dalam cerita~

      Well, mari kita lihat juga kiprah Satan di BoR6 nanti :D

      Hapus
    6. Oke, sarannya saya terima. dan pastikan Anda putar otak Anda karena cara Satan membunuh lawannya dalam BoR akan lebih sulit dan kompleks daripada ini. Ready for Mind Blown from the Devil King

      Hapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.