Senin, 14 Maret 2016

[FBC] 033 - SERILDA ARTEMIA

SERILDA ARTEMIA
VERSUS
MIMA SHIKI REID
[Tantangan N7]
oleh: Naurah Deatrisya Gitany

---

Prolog: Sebelum Ia Tertidur

        Dari ruang rapat parlemen, seorang wanita muda keluar. Penampilannya tegas dan berwibawa. Mahkota emas yang berada di puncak kepalanya menandakan jabatannya yang tinggi, seorang ratu. Di belakangnya ada seorang dayang muda yang memiliki rambut seperti untaian perak.    

        Dari air mukanya, bisa dibilang kalau wanita yang bernama Serilda itu baru saja "mengamuk" di depan para menteri soal masalah yang tidak ujung tuntas. Wanita berambut perak di belakangnya hanya menatap majikannya maklum. Segala umpatan dan omongan sarkastik Serilda sudah ia dengar sejak hari pertama ia menjadi sekretaris sang Ratu.

        "Griselda, tolong masuk sebentar! Aku ingin berdiskusi sebentar denganmu," pinta wanita muda yang bernama Serilda itu setelah mengganti pakaiannya dari dalam kamarnya.

        "Ada apa, Yang Mulia?" tanya Griselda yang duduk di dekat Serilda. 
       
        "Kamu tahu tadi apa yang dibicarakan oleh menteri-menteri sialan itu di rapat? Masalah-masalah yang sama lagi dengan rapat terakhir! Aku tahu aku ini ratu Khilyra Baru, pemimpin mereka semua. Tapi, bukan berarti aku mau memberikan jawaban yang sama terus menerus mengenai masalah yang sama. Kalau bukan karena mereka adalah orang-orang yang berpengaruh di Khilyra Lama, mungkin aku sudah mengacungkan jari tengah di depan mereka semua dengan percaya diri. Dasar makhluk-makhluk sialan," omel Serilda yang diakhiri dengan umpatan yang sarkastik.

        "Emm… sebaiknya Anda jangan mengumpat, Yang Mulia, itu tidak baik. Untuk soal para menteri, apa perlu saya meminta tolong kepada beberapa teman saya untuk mengamati tingkah mereka?" usul Griselda.

        "Gri, aku tahu kalau mengumpat itu tidak baik. Makanya aku hanya mengumpat di kamar karenakedap suara dan kamu sudah memahami kepribadianku yang kalau lagi kumat bisa keluar kalimat-kalimat sarkastik. Untuk soal pengamatan, sebaiknya jangan dulu. Jika tidak ada perubahan baru aku akan meminta bantuan orang lain," kata Serilda menjawab usulan-usulan Griselda.

        "Baiklah, Yang Mulia. Ngomong-ngomong, ini sudah malam dan esok hari Anda akan berkuda bersama Nyonya Epona sehingga lebih baik jika Anda segera tidur, Yang Mulia. Selamat malam," pamit Griselda sebelum memadamkan lampu dan pergi menuju kamarnya.

        Diam-diam, Serilda mengambil sebuah kotak perak kecil kesayangannya. Kotak Kenanganlah nama kotak itu. Di dalamnya terdapat beberapa figurin kecil yang model-modelnya merupakan beberapa orang paling berarti dalam hidup Serilda: kedua orangtuanya yang sudah meninggal, adiknya, yang berambut perak, yang mungkin ahli nujum istana tidak mampu melacaknya, dan figurin seorang lelaki muda yang seharusnya seusia dengan Serilda saat ini, yaitu, cinta pertamanya.

        Andai aku dapat bertemu mereka lagi walau hanya dalam mimpiku yang paling gila, batin Serilda.

Si Kepala Bantal

        Saat Serilda hendak tidur, sesosok makhluk aneh muncul entah dari mana. Satu hal yang paling jelas dari penampilannya adalah kepalanya yang berupa bantal berwarna ungu. Serilda sontak kaget melihat makhluk asing itu. Namun saat ia menikam, dengan belati yang tersimpan rapi di salah satu bagian gaunnya, makhluk yang seukuran anak kecil itu, badan makhluk itu seolah terpecah menjadi bulu-bulu angsa yang beterbangan hingga akhirnya menyatu lagi tanpa bekas luka sedikitpun. Serilda hanya dapat termangu melihat hal itu.

        "Ka-kamu siapa? Kamu bukan semacam anak buah Iblis ataupun makhluk jejadian, 'kan?" tanya Serilda yang masih agak terkejut.

       "Nama Kakak Serilda Artemia, 'kan? Sepertinya Kakak memiliki mimpi yang menarik. Orang-orang memanggilku Ratu Huban. Aku datang ke sini untuk menjemput Kakak ke [Alam Mimpi] untuk bertempur melawan seseorang yang nanti akan aku pertemukan dengan Kakak di dimensi khusus yang telah [Kehendak] buat," jelas si Kepala Bantal.

        "Kamu tahu, Kepala Bantal? Aku sudah tidak mau bertarung lagi sejak aku kehilangan semua orang yang aku sayangi dan tolong jangan panggil aku "Kakak" karena aku bukan kakakmu dan adikku sudah menghilang entah kemana," kata Serilda dengan gaya bicara tegas kepada makhluk itu, hanya untuk tidak didengarkan.

        "Ng? Tadi Kakak bilang apa? Kalau begitu kita langsung berangkat saja, ya, Kak," ucap Ratu Huban sebelum membuka portal menggunakan payungnya, yang memiliki bagian puncak yang memancarkan kembang api bagaikan air mancur.

        Dasar Kepala Bantal! Aku bilang tidak mau malah dibawa. Mungkin aku harus memukul kepala bantalnya dengan guling agar pikirannya normal lagi, gerutu Serilda dalam hati.

        Bagi Serilda, ia dibawa pergi oleh Ratu Huban. Namun, tubuhnya sebenarnya dalam kondisi tertidur lelap seolah menunggu kepastian apakah akan terbangun kembali ataupun mengjilang menjadi serpihan-serpihan impian.

Mima

        Serilda mendarat di sebuah padang rumput yang dikelilingi hutan. Rerumputan yang tinggi seolah menenggelamkan Serilda. Ratu Huban tidak terlihat sejauh mata memandang. Namun, beberapa saat kemudian si Kepala Bantal itu datang sambil membawa seorang wanita dewasa yang akan dijadikan lawan Serilda dan segera pergi entah kemana.

        Orang lain yang dibawa oleh Ratu Huban itu adalah seorang wanita berambut hitam seleher, bermata hijau, dan berbibir tipis. Posturnya tegap dan atletis mirip seperti Serilda saat masih menjadi tentara. Pakaiannya termasuk ke dalam jenis pakaian olahraga. Di kausnya yang berwarna biru cerah terdapat tulisan "Running Mama" dan tidak lupa ada apron yang melapisi kausnya yang mengindikasikan statusnya sebagai seorang ibu.

        "Kamu siapa?" tanya Serilda.

        "Namaku Mima Shiki Reid. Panggil saja aku Mima," jawab wanita itu sambil mengulurkan tangan kanannya.

        "Namaku Serilda Artemia. Panggil saja Serilda," kata Serilda sambil menjabat tangan Mima, "ngomong-ngomong, kita di tempat ini akan melakukan apa, sih?"

        "Katanya akan ada pertarungan. Mungkin melawan monster ataupun makhluk mengerikan lain," jawab Mima, tanpa tahu bahwa pertarungan yang dimaksud adalah pertarungan antara dia dengan Serilda.

        "Setiap hal pasti ada aturannya. Tapi, kenapa sampai sekarang belum ada yang memberitahu tentang aturan pertarungan yang akan terjadi. Apa aku harus menunggu sampai Matahari dan Bulan terbelah dua baru mendapat aturan permainan gitu?!" tanya Serilda dengan nada kesal.

        Tiba-tiba, entah dari mana, jatuhlah sebuah gulungan kertas yang telah menguning. Dilihat dari tebal gulungannya, isinya sepertinya ringkas. Ketika dibuka gulungannya, isi gulungan itu adalah hal yang dipertanyakan oleh Serilda, aturan "permainan".

        "Biar aku saja yang baca. 'Di tempat ini, [Alam Mimpi], kedua Reverier (pemimpi) akan bertarung secara habis-habisan dan yang kalah akan menghadapi sebuah konsekuensi yang berat. Boleh menggunakan segala jenis senjata, namun tidak boleh menggunakan sihir. Boleh menciptakan segala sesuatu selama [Kehendak] mengonfirmasi.' Hei, peraturan sialan macam apa ini?!" ucap Serilda dengan nada kesal. 

        "Hmm… boleh menciptakan segalanya, ya? Kalau begitu kita mulai dengan permainan catur," usul Mima dan seketika sebuah papan catur dan bidak-bidaknya muncul.

        "Catur? Permainan apa itu?" tanya Serilda yang selama hidupnya belum pernah melihat sebuah papan kotak-kotak dan bidak-bidak hitam dan putih permainan catur.

        "Biar aku beritahu aturannya," jawab Mima sebelum menjelaskan apa yang ia maksud.   

Permainan Catur dan Serangan Pertama Serilda  

        "Hmm… jadi kamu diangkat menjadi jenderal setelah kedua orangtuamu ditangkap dan melihat keduanya dijatuhi hukuman mati. Tragis juga," timpal Mima sambil menggerakan bidaknya untuk yang kesekian kalinya.

        "Skak mat! Ngomong-ngomong, kenapa kamu menanyakan masa laluku sedari tadi? Aku mulai curiga denganmu, Mima. Apa kamu ingin aku mengingat semua masa-masa kelamku, hah?! Kamu ingin trauma itu bangkit lagi?! Jika itu maksudmu, aku tidak akan basa-basi lagi soal pertempuran!" kata Serilda yang mulai kesal dengan segala pertanyaan Mima.

        Tiba-tiba, Serilda sudah berganti penampilan menjadi seorang ratu prajurit seperti saat ia memimpin perang. Sebuah gaun panjang dengan lempengan-lempengan logam keemasan menjadi pakaiannya. Tidak lupa sebuah busur dan anak-anak yang strapnya bertengger di bahi kiri. Sebuah belati besi yang diselipkan di pinggang, tas mungil berisi darts (panah mungil), dan sebuah gelang, yang jika maniknya dilarutkan menjadi racun, ada di pergelangan tangannya. Sebuah perisai logam melindungi tubuhnya dari belakang, seperti tempurung kura-kura, dengan strap dari kulit tersampir di bahu kanannya.

        Di lain tempat, Mima juga berganti pakaian. Sebenarnya pakaiannya sama saja, namun ada sebuah rompi anti peluru yang menutupi tubuh bagian atasnya. Di tangan Mima terdapat sebuah pistol berkaliber cukup besar yang mungkin dapat menembus dinding beton yang tidak terlalu tebal. Berbeda dari saat BoR, Mima bisa men-summon senjata api dan bahan peledak (granat, dkk.).

        Serilda mulai mengambil ancang-ancang. Anak panahnya sudah siap ditembakkan. Dengan hati-hati ia membidik Mima dari belakang. Namun, tiba-tiba Mima berbalik dan menembak tanah di dekat Serilda. Serilda sontak melompat dan menghindar. Mima sendiri berlari menuju hutan, yang muncul berkat imajinasinya, entah apa yang direncanakan mantan anggota SWAT itu.

        Panah sialan macam apa itu? Bahkan tidak perlu memakai busur dan kecepatannya sangat tinggi. Apa bangsanya wanita itu memiliki pengetahuan rahasia? batin Serilda sambil membersihkan bagian gaun zirahnya yang agak kotor.

        Serilda segera merencanakan langkah selanjutnya. Kebetulan darts yang ia miliki masih banyak sehingga dapat diandalkan. Karena Mima sudah tidak terlihat di pandangannya, ia berasumsi bahwa Mima telah berlari ke hutan yang tiba-tiba muncul.

5: Surga di Tengah Hutan dan Penipuan Terselubungnya

        "Mima, di mana kau? Cepat ke sini! Lawan aku kalau kamu berani!" seru Serilda di tengah hutan yang membuatnya sedikit terlihat seperti orang gila atau kesurupan.

        Tiba-tiba, di tengah hutan Serilda melihat sebuah tempat yang sangat indah. Bagaikan potongan surga yang jatuh ke tengah hutan. Sebuah air terjun, danau, dan taman di sekelilingnya. Namun, ada satu hal yang menyesakkan baginya. Mima dan keluarganya.  

        Dalam sekali lihat, Serilda dapat memastikan kalau mereka adalah keluarga Mima. Yang seumuran dengan Mima dan berambut panjang pasti suaminya Mima, Weasel Reid. Yang memakai kacamata dan terlihat agak lebih tua adalah kakak laki-laki Mima, Jade Shiki. Untuk kedua anak kecil di sana, Serilda dapat memastikan kalau itu adalah anak laki-laki dan perempuan Mima. Kebetulan, saat bermain catur Mima memang memberitahu Serilda tentang keluarganya sehingga sangat mudah bagi Serilda untuk mengetahui siapa adalah siapa.

        Mima, Weasel, kedua anak mereka, dan Jade tampak sedang bersantai di tepi danau dan membuat Serilda merasa "cemburu". Namun, ada satu hal yang membuat Serilda naik darah. Setumpuk mayat di dekat danau yang kondisinya sudah terpotong-potong dan hancur. Dilihatnya lagi tangan Mima, jari-jari Mima tampak telah ternodai dengan darah dan sebuah pisau dapur berlumuran darah berada di dekatnya.  

        Serilda dengan hati-hati membalikkan sebuah potongan kepala laki-laki di depannya. Betapa kagetnya Serilda ketika mengetahui bahwa itu adalah potongan kepala ayah kandungnya. Ketika ia melihat bagian tubuh yang lain, ia dapat memastikan bahwa bagian-bagian itu adalah milik anggota keluarganya serta mantan tunangannya.

        Bagaimana mungkin wanita sundal itu bersenang-senang dengan keluarganya setelah MEMUTILASI mayat orang-orang yang kusayangi. Apa maksud wanita sialan itu?! Aku harus membalaskan dendamku, batin Serilda dengan mata yang terlihat lebih kelam dari sebelumnya.

        Serilda mengambil belati yang selalu terspimpan di pinggangnya dan membasuhnya dengan air. Setelah itu, ia membalurinya dengan salah satu manik di gelangnya agar memberikan efek yang lebih buruk dan menjadikan belati itu belati beracun. Namun, ketika ia hendak menyerang, Mima menghilang sehingga Serilda menyusun rencana lain.

        Pengecut, batin Serilda sambil bersiap menikam siapapun yang ada di sana.

***

        Apel yang lumayan enak, batin Mima sambil terus menikmati apel yang ada di genggamannya.

        Sedari tadi, ia terus menelusuri hutan mencari Serilda. Bukan untuk menyerang, tetapi untuk melanjutkan obrolan saat bermain catur tadi. Namun, pistol di tangannya tetap akan siap sedia melontarkan peluru ke segala makhluk yang dianggap musuh.

        Ketika menyingkap sulur untuk yang kesekian kalianya, Mima melihat sebuah surga tengah hutan persis seperti apa yang Serilda lihat. Sebuah air terjun di tengah hutan. Namun ada hal yang tidak ia duga. Seorang ratu prajurit yang dikuasai kebencian dan tumpukan jasad di dekatnya. Di tangannya terdapat seorang anak perempuan yang, sepertinya, akan dibunuh.

        "Mama…," ucap Phila lirih sebelum ditikam oleh Serilda.

        "Phila! Apa yang telah kamu lakukan, Serilda? Apa-apaan ini?" tanya Mima keheranan melihat Serilda seolah berubah menjadi pembunuh berantai yang kelasnya sedikit di bawah Hannibal Lecter.

        "Jangan pura-pura tidak tahu, Mima Shiki Reid," jawab Serilda sambil membilas belati itu dan menyisipkannya di pinggang, "kamu telah memutilasi keluargaku dan aku hanya ingin membalaskan dendamku."

        "Maksudmu apa? Aku tidak bertemu orang lain selama menelusuri hutan!" tanya Mima sambil mencoba membangunkan jasad-jasad anggota keluarganya: Weasel, Orlick, Phila, dan Jade.

        "Lalu, siapa yang telah memutilasi mereka?! Siapa?!" tanya Serilda setengah berteriak sambil menunjuk tumpukan mayat di sisi lain danau.

        "Sekali lagi aku bilang, bukan aku yang memutilasi mereka!" jawab Mima dengan nada yang jauh lebih serius.

        "Sudahlah. Aku tidak mau berbasa-basi denganmu lagi. Sekarang, pertempuran antara kau dan aku dimulai!" ucap Serilda sebelum melemparkan beberapa dart ke arah Mima.

Ketika Pertarungan Benar-Benar Dimulai

        Mima segera merunduk untuk menghindari darts yang beterbangan. Dengan sigap ia mencoba menembak Serilda beberapa kali. Serilda sempat menghindar, namun ada satu peluru yang menembus bagian atas lengan kirinya.

        "Argh! Rasakan ini!" seru Serilda sambil melempar sebuah dart yang mendarat tepat di punggung Mima ketika badannya mulai tumbang.  

        Sekarang, aku harus beristirahat sejenak agar lukaku sembuh. Soal Mima, aku tidak akan perlu khawatir. Darts yang aku lepaskan ujungnya akan tetap tertanam di kulit Mima walaupun dicabut, batin Serilda licik.

        Serilda menyandarkan dirinya di pohon dan memulai proses regenerasinya. Agar kekuatan regenerasinya berjalan dengan maksimal, Serilda mencoba tidur. Agar dapat menangkis serangan, ia memindahkan perisainya ke tangannya agar dapat melindungi diri selama proses regenerasi.  

        Perlahan, lapisan kulit baru menutup luka dengan sempurna. Di lain tempat, Mima mencoba untuk mencabut dart yang menancap di punggungnya. Sayang, ketika dicabut hanya badan dart yang ada di genggamannya dan mata dart itu akan tetap menancap di badan Mima. Setelah membalut luka dengan perban yang muncul dari pikirannya, ia mencari Serilda untuk bertarung dan balas dendam. 

***

        "Serilda, di sini kau rupanya," kata Mima sambil mengokang pistolnya dalam keadaan berserk mode.  

        Mima menekan pelatuk dan peluru segera membelah angin menuju tubuh Serilda yang masih terlelap. Namun, tiba-tiba Serilda mengangkat perisainya dan peluru itu pecah, walaupun masih meninggalkan jejak di perisai.

        Sial, batin Mima sebelum berlari menjauh.

        Serilda segera berlari mengejar Mima. Tiba-tiba Mima berbalik dan melempar sebuah granat menuju Serilda. Dengan sigap Serilda melompat, namun serpihannya tertanam di dekat mata kaki Serilda. Sambil meringis menahan sakit, Serilda tetap mengejar Mima sambil membawa busur dengan anak panah siap dilepaskan.

        Mengetahui kecepatannya melambat, Serilda memutuskan untuk memakai taktik lain. Ia segera memanjat pohon yang ada di dekat Mima secara diam-diam dan membidik Mima (skill memanjat ia dapat saat peperangan di dunianya dan ia memang sudah terlatih dalam memanjat menggunakan gaun panjang). 

        Di sisi lain, Mima heran ketika melihat tidak ada orang yang mengejarnya. Namun, ketika ia melihat Serilda membidik dirinya dari atas pohon, ia segera menembak cabang pohon itu. Beberapa serpihan melukai wajah dan lengan Serilda. Busurnyapun retak karena terlempar dan menabrak cabang di atasnya.

        Serilda menangkap busurnya, memanjat ke bawah, dan segera berlari kembali dengan gesit. Karena tubuhnya mulai dipenuhi luka, kecepatannya makin melambat. Dengan segera ia memikirkan cara agar bisa mengejar tanpa harus membuat kakinya tambah menderita. Tiba-tiba, ia melihat seekor domba yang sedang merumput.

        Tidak ada kuda, domba juga tidak masalah, batin Serilda yang membuatnya terdengar seperti wanita yang sintingnya luar biasa.

        Dengan cepat ia menangkap domba itu dan menaikinya. Untungnya domba itu dapat berlari dengan kencang. Serilda segera menyiapkan panahnya dan bersiap untuk menembakkan anak panah ke lawannya yang posisinya entah di mana. 

        Di sisi lain, Mima memasang beberapa ranjau yang, ia harapkan, dapat membunuh atau setidaknya menjauhkan Serilda darinya. Pendidikan militer yang ia terima saat menjadi tim SWAT sepertinya sangat berguna.

        Dari salah satu sisi, terdengar derap langkah kaki hewan. Lebih tepatnya domba berbulu putih. Hingga akhirnya, terlihatlah penunggangnya: seorang wanita, yang sepertinya mulai tidak waras, membidik Mima dengan panahnya. 

        Ranjau-ranjau meledak ketika domba itu melindas ranjau-ranjau yang tertanam. Badan domba itu berubah menjadi awan-awan putih dan Serilda, dengan bantuan inersia, "terbang" dan menembakkan anak panahnya menuju jantung Mima. Mima yang tidak sempat menyadari hal itu tidak dapat mengelak walau hanya 1 milimeter.  

Maaf & Sampai Jumpa, Mima

        Anak panah yang dilepaskan Serilda menembus rompi anti peluru Mima dan mengenai jantungnya. Ibu muda itupun tumbang dan entah darimana, Serilda merasa dirinya yang lama telah kembali. Dirinya yang lembut dan peduli. Dengan cemas ia berlari menuju Mima dan berlutut di sampingnya.  

        "Maafkan aku, Mima! Maafkan aku! Tadi rasanya kebencian menguasai diriku dan mengubahku menjadi kejam seperti ini. Maafkan aku," ucap Serilda dengan berurai air mata.

        "Tenanglah, Serilda. Aku memaafkanmu. Ngomong-ngomong, bi-bisa tolong pe-percepat kematianku?" pinta Mima.

        "Maksudmu? Kamu ingin aku membunuhmu?" tanya Serilda yang dibalas dengan anggukan Mima.

        "Aku tidak ingin menderita lebih lama lagi, Serilda. Cepat bunuh aku," pinta Mima dengan suara yang semakin lirih dan aliran darah yang keluar dari mulutnya.

        "Baiklah," ucap Serilda dengan helaan napas panjang.

        Belati beracun milik Serilda menembus lapisan kulit Mima menuju ke jantung. Posisinya berdekatan dengan mata panah yang tertanam di sana. Serilda segera menarik belatinya dengan cepat. Perlahan sinar mata Mima meredup dan, dengan sebuah helaan napas, hidup seorang Mima Shiki Reid berakhir. Serilda hanya daoat menatap mayat Mima dengan tatapan hampa. Ia telah mengakhiri hidup seseorang, kali ini dalam keadaan benar-benar sadar dan tidak "mengamuk".

        Maafkan aku, Mima. Maaf karena aku telah menghabisi anggota keluargamu tanpa alasan yang jelas. Maaf karena aku telah membunuhmu. Tolong jangan menggangguku sebagai arwah. Walaupun aku tidak tahu apakah kamu benar-benar mati di duniamu atau kamu akan terbangun dari mimpi mengerikan ini. Aku mohon, tolong maafkan aku, batin Serilda dengan penuh rasa bersalah.

Akhir dari Segalanya

        "Selamat! Kamu telah menyelesaikan misimu dan sekarang kamu berhak kembali ke duniamu. Selamat!" seru Ratu Huban yang muncul dari sebuah portal.

        "Hei, Kepala Bantal! Mana mungkin aku bisa bersenang-senang setelah membunuh beberapa orang hanya karena aku terkena ilusi saat berada di dekat air terjun tadi?! Kamu pikir aku ini wanita?! Kamu pikir aku begitu, hah?! Begitu?!" amuk Serilda sambil menggoncang-goncang tubuh Ratu Huban dan membanting tubuh Ratu Huban.

        Setelah tubuhnya bersatu kembali, Ratu Huban berkata, "setidaknya kamu akan kembali ke duniamu, Kak."

        "Kalau begitu, cepat kembalikan aku. Cepat!" pinta Serilda dengan marah-marah.

        Tanpa berbicara sepatah katapun, Ratu Huban membuka portal dengan gagang payungnya. Serilda segera masuk ke dalam portal itu dan meninggalkan dimensi mimpi tempat ia bertarung melawan Mima. Namun, rasa bersalah itu tetap berada di hati Serilda.

***

        "Yang Mulia, bangunlah! Hari sudah siang!" pinta Griselda sambil mengguncang-guncang tubuh Serilda.

        "Iya, iya. Aku bangun, Gri," jawab Serilda.

        Semuanya sudah berubah. Serilda bangun dengan memakai gaun tidurnya dan ia berada di kamar mewahnya dengan dayang kesayangannya. Di pipinya terdapat bekas air mata yang sudah mengering. Mungkin karena rasa bersalahnyan membunuh Mima, ia menangis dalam tidurnya.

        "Tumben Yang Mulia terlambat bangun. Bukankah tadi malam Anda tidur tepat waktu? Dan kenapa ada bekas air mata di pipi Anda, Yang Mulia?" tanya Griselda.

        "Eh…, tadi malam aku sangat lelah sehingga tidurku lebih lama dari biasanya. Soal bekas air mata, ini karena aku bermimpi buruk," jawab Serilda berbohong, "ngomong-ngomong, tolong batalkan rapat hari ini. Aku ingin cuti sehari."

        "Baik, Yang Mulia. Akan saya koordinasikan dengan para staff istana," jawab Griselda.

***

        "Yang Mulia Ratu, apa yang bisa hamba lakukan untuk Anda?" tanya pemahat istana ketika melihat Serilda berada di dalam bengkelnya.

        "Tolong buatkan sebuah figurin dengan ciri-ciri sebagai berikut. Kalau bisa figurinnya selesai kurang dari seminggu," pinta Serilda sambil menyodorkan sebuah kertas berisi daftar ciri-ciri Mima.

        "Baik, Yang Mulia. Hamba usahakan agar selesai secepat mungkin," jawab pemahat istana.

        "Baiklah. Searang, aku akan berlatih memanah dulu," ujar Serilda sebelum meninggalkan bengkel pemahat.  

***

        Di sebuah apartemen di Ithacca, Mima sedang terbaring dalam tidurnya. Semua anggota keluarganya yang lain sudah berubah menjadi serpihan impian karena dibantai oleh Serilda yang saat itu gelap mata dan menyangka bahwa mayat anggota keluarganya dimutilasi oleh Mima.

        Ketika mimpi itu benar-benar selesai, badan Mima mulai berubah menjadi serpihan-serpihan impian yang bercahaya. Semakin lama semakin banyak serpihan yang muncul hingga akhirnya semuanya menghilang tak bersisa. Si Ibu Petarung itu telah menyusul anggota keluarganya yang lain menuju alam baka…

        Berita tentang menghilangnya keluarga Reid tersebar dengan cepat dan membuat kehebohan di berbagai tempat, terutama organisasi tentara bayaran Mercenary yang harus segera memilih pemimpin dan wakil baru. Tidak ada yang tahu mengapa keluarga itu menghilang kecuali keluarga itu sendiri dan para entitas di [Alam Mimpi]. Memang konsekuensi yang kejam bagi mereka yang mati di [Alam Mimpi]…

***

        Di sebuah dimensi aneh yang disebut Museum Alam Semesta. Sebuah karya baru muncul di sudut museum itu. Sebuah karya yang menunjukan pertarungan antara seorang ratu prajurit dan ibu mantan anggota SWAT.

        Seorang pria yang bekerja sebagai kurator museum itu menatap lukisan itu sambil tersenyum lebar. Ia mendata lukisan itu dengan judul "Pertarungan Serilda Artemia VS Mima Shiki Reid". Lalu, pria yang bernama Zainurma itu berjalan menuju karya-karya baru lainnya.

        Ah, tambahan koleksi~ Pasti sebentar lagi akan datang para Reverier dan berbagai mahakarya yang mereka bawa, batinnya.

15 komentar:

  1. Author's Note (and Confession):
    -Dimohon kepada para pembaca agar menyingkapi adegan Serilda-menunggang-domba dengan penuh kebijaksanaan
    -OC jadi agak OOC dan ada perubahan kostum serta kekuatan.
    -OC tidak didesain untuk menjadi OC yang IMBA (karena saya tidak tahu apa itu IMBA).
    -Mohon ampuni segala kesalahan dalam entry rada gaje ini (penulis dengan gregetnya ikut FBC dalam keadaan clueless)

    Sekian

    BalasHapus
  2. FIRST(?)!!! HUWAAA!! This is cool!!

    Yang paling aku suka di entri ini adalah build-up amukan Serilda. Intromu memperkenalkan kesedihan dan kesepiannya, sekaligus kepirbadiannya yang mudah emosi. Waktu Serilda mulai terganggu di permainan catur, dalam hati aku berkata "Oh shit! Oh shit! Here she comes!"

    Pertarungan Serilda dan Mima cukup intens. Adegan naik domba juga lumayan lucu. Sayang, endingnya tidak memenuhi harapan, menghancurkan atmosfir amukan sang ratu yang kamu buat.

    Kenapa Serilda tiba-tiba minta maaf? Harusnya dia tetap mengamuk, mungkin menyiksa Mima dengan memutilasinya hidup-hidup untuk balas dendam. Kemudian di akhir Huban baru memberi tahu kalau itu hanya ilusi, membuat Serilda jatuh dalam rasa bersalah tak ujung.

    Untuk narasi sudah tepat, bisa menggambarkan kronologi kejadian dengan rapi. Jangan gabung aksi dua karakter berbeda dalam satu paragaf. Kebanyakan narasi tercampur antara tell dan show.

    Hyap. Saangat menghibur.

    Nilai : 8
    OC : Begalodon

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih atas review-nya. Karena aku masih amatir, memang belum jago nulis. Soal adegan Serilda naik domba awalnya aku buat biar kelihatan bad ass, tapi pas aku ngirim baru nyadar kalau itu lucu (tak ada rotan, akarpun jadi; tak ada kuda, dombapun jadi). Soal paragraf, aku belum ahli di soal show don't tell ataupun sebaliknya. Soal tiba-tiba Serilda "insaf" itu sebenarnya secara implisit menunjukan kekuatan kreasi [Kehendak]. Kalau pakai alternate ending dari Anda, mungkin ceritanya memang akan jadi lebih sadis. Masalahnya, Serilda itu gak akan pernah mau nyiksa orang karena pernah disiksa saat menjadi tawanan perang (past spoiler...). Sudah dulu, ya. Nanti aku bakal nge-review kisahnya Begalodon, kok. Bye~

      -Dea

      Hapus
  3. Dua wanita yang sama sama gahaaarrrr ❤
    Aku sangat berharap Serilda bisa bertemu dengan cinta pertamanya di alam mimpi ❤

    Ceritanya mengalir dengan enak, bacanya jadi nyaman. Tulisannya juga rapih dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
    Bagiku Serilda melakukan Berserk Mode yang menjadi senjata utamanya. Menjadi plot dimana Mbak Serilda bisa mengamuk habis-habisan melawan Mama Mima.

    8 dan terus berjuang, Serilda

    OC Rea Beneventum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih atas review nya. Untuk sementara Serilda akan saya buat jones. Tapi, kalau ada cowo yang baik dan merupakan contoh yang
      baik, bisa klepek-klepek.

      -Dea

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. cerita yang mudah dipahami dan juga mengalir lembut. kalo ditambah plot twist sedikit pastinya bakal lebih seru.

    Nilai 8

    OC Nano Reinfield

    BalasHapus
  6. Saya senang girl on girl action.

    Maksud saya berantem ya :>

    ok, selesai ngelanturnya, langsung ke ripiuw.

    Hoho, eksekusi plot yang apik dan penggunaan elemen kanon panitia yang tak kalah mantapnya.

    pembawaannya juga ringan, saya jadi cepet ngerti maksud ceritanya jadi apa.

    Gak bakal komentar apa-apa lagi, saya kasih nilai 8 aja buat cerita ini.

    Sampai ketemu di BoR 6 ;)

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi

    BalasHapus
  7. Barangkali saran saya adalah sejumlah hal berikut:

    Pertama, perhatikan soal pengulangan. Jika suatu watak atau gaya bicara sudah tersampaikan dalam dialog, kiranya tak perlu lagi diterangkan dalam penjelasan dialog. Misal tentang sarkastik. Kerasa banget diulang-ulangnya di bagian awal. Kalau memang si Serilda sudah memaki-maki kasar, itu sudah menggambarkan dia. Diberikan keterangan "dengan gaya sarkastik" malah seperti mengurangi keasikan pembaca, menurut saya.

    Kedua, atur lagi transisi antar adegan biar alur ceritanya mulus. Mainkan lagi aksi-aksi dan reaksi ketika bertempur. Misal Mima menembak. Di sini Serilda sudah digambarkan heran dengan "panah ajaib"nya Mima. Dari satu aksi ini sebenarnya bisa dikembangkan jadi begitu banyak aksi lanjutan ataupun reksi. Misal Mima lanjut menembak dan terus menembak sampai Serilda benar-benar keteteran dan berteriak kesal karena gagal mencerna senjata Mima. Jangan hanya sekali tembak lalu sudahan. Kan sayang itu satu adegan aksi jadi kerasa hambar padahal bisa diperkuat (diamplifikasi) sehingga lebih membuat pembaca terbawa pada pertarungannya. Tapi itu cuman satu saran saja sih. Asiknya menulis itu adalah kita bisa menciptakan hampir apapun yang bisa kita bayangkan. Jadi banyaklah mencoba~~

    Ketiga, 'anak panah' yang salah ketik menjadi 'anak-anak' itu membuat saya tersenyum lebar. Semoga ke depannya bisa semakin perhatian soal typo dan sejenisnya~

    Terakhir, saya mengajak untuk ikutan di BoR6. Pasti bakal lebih asik dan seru di sana~~

    Poin 7++

    - hewan -

    PS: Saya suka epilognya~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Whoa, Mas Hewan yang comment. Suka epilog karena bagus atau karena penampakan Zainurma? Ngomong-ngomong, makasih banyak atas review-nya.

      Hapus
    2. Suka karena konsepnya udah nyambung dengan BoR6

      Hapus
  8. sebenarnya udah beberapa hari lalu baca entry ini (akh, kelemwat tanggal deadline pulak), tapi baru sekarang bisa komen.

    sepertinya kalau hal teknis, udah diberikan oleh para komentataor sebelum ini deh. Tentang pengulangan kata dan sebagainya. Saya kasih masukan saja dari segi interaksi antar karakter. Meskipun ini masalah selera, sih... tapi ada kesan karakter dan interaksinya sedikit terlalu... errr... gimana ya? Terlalu anime, mungkin. Sebenarnya tidak masalah sih asal sinkron/koheren dengan karakternya. Saya mendapat gambaran Serilda ini seperti Wonder Woman, ratu yang anggun dan gahar, tetapi mengapa kok interaksinya dengan Gri, dan juga keterkejutannya melihat keluarganya dimutilasi, terasa kurang dalam. Kurang nusuk dan seram.

    tapi, sebagai reader, saya juga setuju dengan admin panitia, endingnya bagus... sungguh berseni, hohoho.

    see you at BoR6.

    regards,

    Rakai Asaju
    OC Mima / Franka Z @ BoR6

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.