Senin, 14 Maret 2016

[FBC] 034 - BEGALODON

VERSUS
LAZUARDI
TEN GALLON TANK
[Tantangan V2]
oleh: Overlord Hall

---

*WARNING!! Anda akan memasuki dunia mimpi dimana kejadian aneh, tidak masuk akal dan karakter OOC berkeliaran. Resiko ditanggung sendiri. Selamat menikmati entri sepanjang 5k+ ini.

Realm 1000 nama, realm samudra yang penuh konflik dan perebutan kekuasaan. Realm ini begitu tercerai-berai, sampai-sampai penghuninya tidak bisa sepakat menentukan nama resmi untuk realm yang mereka tinggali tersebut. Tiap orang punya nama sendiri untuk realm ini, dari sanalah julukan Realm 1000 nama berasal.

Dari sekian banyak nama penguasa besar, ada satu nama yang menonjol diantara mereka. Dia adalah Begalodon, sang begal laut lepas. Barbar, egois, kejam dan tak berbelas kasih, manusia hiu itu menganggap seluruh wilayah lautan realm Air Dimana-mana -Nama realm versi Begalodon- miliknya.

Siapapun yang macam-macam dengan Begalodon akan berakhir dengan mengenaskan, contohnya saja Pausaber si paus tanduk pedang. Sesaat lalu Pausaber dan pasukannya menyerang konvoi motor air Begalodon yang melintas di teritorinya, namun mereka malah yang dibantai geng motor air Begalodon yang menang jumlah. Panik melihat barisan pasukannya yang menipis, Pausaber meninggalkan pasukannya dan melarikan diri.  

"T-Tolong!! J-Jangan bunuh aku!!"

"B-BALA BANTUAN!! Kami perlu bala bantuan sekarang juga..!!!"

"Maaf!! Maafkan aku pasukanku, ini semua salahku!! Ini salah raja bodoh kalian!!" ucap Pausaber dalam hati, menyesal pada pasukannya.

Berbeda dengan makhluk darat yang bicara dengan vokal mereka, semua makhluk laut di realm ini bicara menggunakan telepati. Suara telepati penuh keputusasaan pasukan Pausaber yang ditumbangkan satu-persatu menggema dalam kepalanya. Benar-benar siksaan yang pedih untuk seorang pemimpin, mendengar pekik kematian pasukan yang ia dirikan dan rawat dengan penuh cinta dan perhatian.

"SIAL!! SIAL!! Ini terjadi karena aku terlalu meremehkan mereka!" Pausaber tidak berani melihat ke belakang. Ia menutup hati nuraninya dan berenang lebih cepat dari biasanya.  

"BWAHAHAHA!!! Lari! Lari sana ikan gembung, kalau tidak tamat riwayatmu!!"

"Suara ini...?!" Suara telepati asing terngiang kepala Pausaber, tidak ramah dan bertata krama seperti pasukannya. Deduksi Pausaber langsung menyimpulkan satu orang yang cukup gila untuk mengejarnya seorang diri, "Begalodonkah? Tapi aku tidak merasakan anggota gengnya, apa dia sendirian?"

Mendadak Pausaber punya ide cemerlang, ia langsung mengubah halauan ke asal telepati Begalodon, "Bagus...!! Ini kesempatanku untuk menutupi kesalahanku dan mendapatkan kembali harga diriku! Akan kupersembahkan kepala bandit ini pada rakyatku!!"

Ketegangan memuncak, makhluk laut yang berenang di sekitar langsung kabur ketika mendengar telepati kedua penguasa besar itu. Di sudut barat ada manusia hiu yang memacu motor airnya kebanggannya. Di sudut timur ada paus bertanduk pedang yang ukurannya tiga kali lebih besar dari lawannya.

Intensitas semakin tinggi, ekspresi wajah kedua petarung menjadi buas ketika melihat satu sama lain. Kedua monster itu meneriakkan nama lawannya, memancarkan telepati bergelombang tinggi yang akan meletuskan jantung mereka yang lemah.

"BEGALODON!!!"

"PAUSABER!!"

Laut langsung berriak ketika keduanya bertabrakkan. Duel mereka langsung berakhir dalam sekejap. Pausaber membuka matanya, ia masih hidup. Dilihatnya sepeda motor kebanggaan Begalodon tergeletak di dasar laut.

Pausaber melihat darah bercucuran dari dahinya, tanduknya juga terasa agak berat. Pausaber mencoba melihat apa yang menyangkut di tanduknya, sayang dahinya sendiri adalah titik buta bagi kedua mata Pausaber yang terletak disamping kepalanya. Mungkinkah Begalodon tertusuk tanduk pedangnya? Tentu saja, tidak ada penjelasan lain selain itu. Mayat Begalodon yang menancap di tanduk Pausaber sudah memastikan kemenangannya.

"A-Aku menang! Aku menang!! Hahaha!! Tak bisa dipercaya, tapi aku menang!!"

Pausaber melolong dengan penuh kebahagiaan, ia berada di puncak level kebahagiaan yang bisa diraih seekor paus, namun sangat disayangkan tidak berlangsung lama.

"Otak udang! Kamu masih jauh dari kemenangan."

"A-APA?!"

Suara telepati Begalodon yang seharusnya sudah mati menggema di kepala Pausaber. Beban yang menggantung di tanduknya rupanya masih bisa bergerak, apakah yang sebenarnya terjadi di dahi Pausaber?

Begalodon tidak tertusuk, ia menjepit tanduk Pausaber diantara lengan dan pinggangnya. Dengan satu dorongan mantap, tanduk kebanggan paus itu patah dengan suara yang keras. Begalodon segera meloncat ke kepala Pausaber, membawa tanduk yang barusan ia patahkan. Begaodon mengangkat tanduk itu tinggi-tinggi, siap mengembalikan tanduk itu pada pemiliknya.   

"Rasakan tandukmu sendiri!!"

Satu hujaman mantap menembus tengkorak Pausaber, darah hitam menyembur dari kepala paus raksasa itu. Dalam satu serangan paus itu tumbang dan jatuh berdebum di dasar lautan. Pertarungan telah selesai, namun Begalodon belum yakin dengan kemenangannya.

"Oi. Kamu beneran matikan? Gak pura-pura? Aku yakin sudah membunuhmu lima kali minggu ini."

Begalodon mencabut tanduk Pausaber, lalu menghujamkannya lagi pada paus itu, kemudian melakukannya lagi dan lagi untuk memastikan kematian Paus itu. Darah hitam mengotori air laut di sekitar, terlihat seperti asap hitam pekat yang terbebas dari badan Pausaber.

Setelah beberapa hujaman tanduk itu menjadi tumpul, tapi masih cukup keras untuk dihantamkan seperti gada, maka itulah yang dilakukan Begalodon selanjutnya. Beberapa menit berlalu dan kepala paus itu sudah tak berbentuk lagi, namun untuk suatu alasan Begalodon masih belum percaya Pausaber sudah benar-benar mati.

Sudah kesekian kalinya Begalodon membunuh Pausaber, tapi tak peduli seberapa parah luka yang Begalodon berikan, paus itu akan hidup kembali pada esok harinya tanpa luka segorespun. Namun tak hanya Pausaber, berbagai lawan yang pernah ia hadapi juga sering bangkit dari kematian dan bertarung dengannya lagi. Begalodon tidak mengerti bagaimana lawan-lawannya bisa bengkit kembali dari kematian, mengasumsi mereka semua pura-pura mati lalu entah bagaimana kembali pulih keesokan harinya.

Hal semacam ini sangat lumrah di dunia mimpi, seorang pemimpi yang tak sadar dirinya berada dalam mimpi. Tak peduli berapa banyak kejanggalan yang dihadapkan padanya, sampai saat ini Begalodon masih belum juga sadar dirinya berada di alam mimpi. Aksi Begalodon yang bertarung di alam mimpi sebagaimana di alam bangun ini menarik perhatian seorang makhluk mimpi.

"Halo... Kita bertemu lagi..."

Begalodon nampak tidak senang dengan kehadiran si makhluk mimpi. Datang tak diundang, pulang tak dijemput. Bagai hantu, seorang gadis kecil berkepala bantal tiba-tiba muncul di belakang Begalodon, menunggang domba putih kesayangannya.

Gadis berkepala bantal ini adalah Ratu Huban, si pengelana mimpi yang akhir-akhir ini mengunjugi mimpi Begalodon. Ratu Huban datang dengan damai, tapi Begalodon yang tidak menyadari dan tidak mau mengakui dirinya berada dalam mimpi menggangap Ratu Huban hanyalah salah satu penguasa laut yang ingin mengusik wilayahya.

Satu hal yang membuat Begalodon menyerah mencoba membunuh Ratu Huban adalah kekuatan abstraksinya. Tak peduli berapa kali ia memukul, menendang, menghantam, bahkan mencekiknya gadis bantal itu akan berubah menjadi kepulan bulu angsa dan kembali tanpa luka sedikitpun.

"Cih. Ini dia si Huban, mau apa kamu? Ngajak berantem?"

"...Iya. Aku mau ngajak berantem, tapi bukan sama aku sih."

Manusia hiu itu terdiam, tak mengira akan mendengar jawaban itu. Begalodon menyeringai dan meremas-remas tinjunya, ia kembali bersemangat, "Kamu bawa antek-antekmu? Hah, Bagus tuh!! Kuhajar mereka semua biar kamu nyesel nantang aku!!"

"Bagus," balas Huban singkat, kemudian ia menarik pelatuk di tongkat gagang payungnya. Bagai senapan, tongkat itu menembakkan kembang api yang melesat beberapa meter sebelum berpusar menjadi portal sihir, "Masuk ke portal. Setelah itu kamu cari sendiri. Yang satu namanya Lazuardi, yang satu namanya Galon."

"Laz apa? Terus satunya lagi siapa tadi? Ah, biarlah. Aku hajar aja semua orang yang kutemui, siapa tau dapat jackpot!!"

Berbekal tanduk Pausaber, Begalodon berenang masuk ke portal itu, tidak sabar menghajar antek-antek Huban. Portal langsung menutup setelah Begalodon masuk ke dalamnya. Tapi Huban merasakan sebuah kejanggalan.

"...Aku punya firasat buruk. Kenapa seperti ada sesuatu yang hilang dari Begalodon?"

"MBEEEKKK!!!"

Domba yang ditunggangi Huban mengembek, ia samar-samar melihat sesuatu di balik kabut darah hitam Pausaber. Domba itu berjalan menuju benda yang ia lihat, sepeda motor hitam berbaring di pasir dasar laut. Logo besi bertuliskan Vorye tercetak di badan motor itu, Huban langsung mengenalinya. 

"Ah. Sepeda motor airnya Begalodon, jatuh waktu ditabrak paus itu. Sayang tongkatku masih mengisi ulang, aku tidak bisa mengirimnya ke Begalodon sekarang juga."

"MBEEEEKKK!!!"

"Hm..? Kamu bisa menyetir?" Huban terkejut, bahkan hampir tak percaya dengan yang ia dengar.

"MBEEEKKK!!!"

Seperti yang di katakan dombanya, Huban turun dari punggungnya. Si domba langsung bergegas bersembunyi di balik batu besar. Beberapa detik kemudian domba milik Huban itu kembali dengan mengenakan pakaian hitam ala geng motor lengkap dengan helmnya. Domba itu naik ke Vorye  -motor kebanggaan Begalodon- dengan penuh gaya. Dia langsung menarik gas motor itu dan membunyikan klaksonnya tiga kali, mengajak Huban naik ke motornya.

"...Baiklah, kalau itu maumu," tanggap Huban dingin, namun si domba tahu gadis itu tersenyum malu dengan pipi memerah di balik kepala bantalnya. Huban segera memanjat kursi belakang Vorye.

Terlepas dari pertanyaan mendetail seperti bagaimana bisa domba menyetir motor,  Huban dan dombanya tancap gas, mengejar ketertinggalan mereka dengan Begalodon. Sementara itu, dimanakah sang begal laut lepas saat ini?

***

Ketika Begalodon masuk portal, ia yakin akan dikirim ke tempat yang jauh dan asing, tapi perkiraannya meleset. Begalodon malah dikirim ke tempat yang ia kenali, sebuah reruntuhan kapal pesiar raksasa yang beristirahat di dasar hutan kelp.

Di sinilah Begalodon mendirikan markas geng motor airnya. Seharusnya sekarang anggota gengnya sudah pulang setelah memukul mundur pasukan Pausaber. Puluhan motor air terparkir di depan pintu masuk. Terlihat anggota geng Begalo mondar-mandir, main kartu, bowling, billiard, otak-atik ordenil motor air ataupun bergulat.

....Atau seperti itulah seharusnya tempat ini terlihat. Namun sekarang yang nampak hanya kekacauan, banner geng mereka tercabik-cabik, motor-motor air rusak disana-sini, anggota geng Megalo bergelimpangan ditanah dengan kondisi mengenaskan, kurus dan hanya sisa tulang-kulit.

Ekspresi tidak senang terukir jelas di muka Begalodon, dengan penuh amarah Begalodon meraung, "JANGKAR!! Siapa obrak-abrik markasku?! Keluar sini!!"

Begalodon hampir tak percaya dengan yang ia saksikan. Matanya melihat ke sana-ke mari, mencari anggota gengnya yang selamat. Begalodon melihat seekor manusia belut yang merayap dengan lemas di tanah pasir. Segera Begalodon menghampiri anggota gengnya itu.

"Hoi, Welut! Kamu masih hidup?! Siapa yang nyerang kita?!"

"B-Boss Begalodon... J-Jeli.. Hati-hati Jeli... Lazuardi..," setelah mengucapkan itu, kesadaran Welut padam. Manusia belut itu jatuh ke tanah, tiba-tiba sesosok makhluk biru menjebol perut belut malang itu dan merayap keluar. Jeli biru itu langsung berenang kabur ke reruntuhan kapal ketika melihat Begalodon.

Samar-samar terdengar suara pergerakan di dalam reruntuhan kapal. Mereka bersembunyi, tapi Begalodon bisa merasakan keberadaan mereka dengan indra listriknya. Ada beberapa lagi makhluk biru itu, lima, tidak sepuluh, bukan jumlahnya terus bertambah.

"Maju sini!! Aku gak takut kalian!!"

Tidak memedulikan tantangan Begalodon, mereka diam dalam persembunyian. Begalodon tidak sabaran menunggu lawannya menampakkan diri, ia segera menarik tanduk Pausaber di punggungnya, lalu menerjang maju.

"Kalau kalian nggak mau keluar, aku yang masuk!!"

Pintu masuk langsung didobraknya begitu saja, tidak ada pikiran, yang ada hanya amarah. Bau besi berkarat menerpa wajah Begalodon, sambutan yang tidak asing baginya tiap kali memasuki markas ini. Hanya saja sekarang bau ini tidak murni dari besi berkarat, ada juga bau darah dan mayat yang tercampur di dalamnya.

Baru beberapa meter masuk ke lorong kapal, Begalodon sudah disambut lebih dari lima mayat gengnya berbaring di lantai. Begalodon ingin tahu, seberapa kuat orang ini? Apa dia menyerang seorang diri atau berkelompok. Apapun jawabannya, yang jelas membuat darah Begalodon mendidih dan gatal ingin meninju wajah orang itu.

Tiba-tiba indra listrik Begalodon digelitik pergerakan di bawah lantai. Begalodon menarik langkahnya, lalu menarik senjatanya ke belakang. Sesuatu meloncat menembus lantai dan langsung dihantam keras tanduk tumpul yang dibawa Begalodon.

"Wah. Wah. Wah. Coba lihat siapa yang muncul?"

Biru, terlihat seperti humanoid, tapi seluruh tubuhnya kenyal seperti jeli. Badannya pecah karena hantaman Begalodon, tapi pecahan badannya segera menyatu kembali menjadi sosoknya semula. Belum pernah Begalodon melihat makhluk yang seperti itu, tapi ia sudah yakin mereka tidak bisa dimakan, seperti ubur-ubur.

Manusia jeli biru itu berenang mengambil ancang-ancang, lalu kembali berenang cepat pada Begalodon dengan tinju di depan kepala. Segera Begalodon mengangkat tanduk tumpulnya ke belakang kepala, lalu membantingnya sekuat tenaga.

Tinjuan si makhluk biru bentrok dengan bantingan tanduk tumpul Begalodon, suara retak yang nyaring terdengar dari senjata Begalodon. Kekuatan dan kecepatan tinju si biru begitu hebat, Begalodon tak sempat menghindar, ia langsung terpental beberapa meter ke belakang.

Barusan itu adalah serangan mutlak. Begalodon memuntahkan darah dari mulutnya, namun itu tidak akan cukup untuk menghentikannya. Begalodon tersenyum, ternyata lawannya kali ini tidak mengecewakan.

"Sip... Sip... Bagus... INI BARU PERTARUNGAN!!" Begalodon berdiri lagi dan langsung melesat, berenang dengan cepat seperti seekor hiu yang mengejar mangsa.

Belum sempat si biru bereaksi, rahang lebar Begalodon sudah membuka lebar di depan matanya. Detik berikutnya badan atasnya dicabik habis Begalodon, sementara setengah badan lainnya langsung berenang kabur dari Begalodon.

"Ayo sini Jeli! Jangan lari begitu saja...!!!"

Mengikuti manusia jeli itu, Begalodon masuk ke aula luas dimana dia dan gengnya selalu berpesta. Ruang observatorium raksasa dengan dinding dan atap dari kaca. Dari ruangan itu pula indra listrik Begalodon merasakan pergerakan beberapa makhluk hidup, mungkin kawanan makhluk jeli itu. Jumlah lawan yang banyak tidak membuat Begalodon gentar, ia segera masuk ke aula itu.

Puluhan makhluk jeli langsung keluar dari persembunyian, menyambut Begalodon di aula pesta, berenang-renang di atas Begalodon dan bersiaga untuk menyerangnya. Salah satu dari mereka berenang mendekati Begalodon dan langsung bicara.

"Kamu jauh lebih kuat dari manusia ikan yang menghuni tempat ini. Kamu juga terlihat marah karena kematian para manusia ikan di sini. Konklusi, kamu adalah Boss yang mereka bicarakan, Begalodon. Apa benar?"   

Sebenarnya Begalodon tidak mengerti yang dikatakan makhluk jeli itu karena ia bicara terlalu cepat dan panjang. Ia langsung saja mengatakan apa yang ada di kepalanya, "Jadi ini antek-anteknya Huban? Heh, kali ini dia serius mau ambil kepalaku."

"Perkataanmu tidak sinkron dengan topik yang kita bicarakan. Kembali ke topik. Aku Lazuardi. Sama denganmu, aku juga menginginkan lawan yang kuat. Aku memiliki impian menjadi lebih kuat, maka dari itu aku harus melawan dan mengalahkan lawan yang sama kuatnya atau lebih kuat dariku. Sekarang pertanyaanku, Begalodon..."

Selama beberapa detik terjadi sedikit jeda dalam pertanyaan Lazuardi. Tiba-tiba semua gorden jendela menutup, tanpa adanya cahaya, keadaan ruangan langsung menjadi gelap gulita. Saraf-saraf para Lazuardi yang nampak dibalik kulit transparan menyala ungu dalam kegelapan, memberikan kesan ketegangan yang hebat.

"...Apa kamu kuat?" tanya semua jeli dalam ruangan itu dengan sinkron, menciptakan efek suara yang keras dan menggema.

Begalodon kini terdiam. Apakah Lazuardi memberi tekanan yang terlalu berat baginya? Ataukah ia tidak melihat cara menang melawan puluhan Lazuardi ini?

"Hah..? Kamu tanya apa tadi? Kamu ngomongnya kepanjangan, aku gak nyambung. Pelan-pelan dong ngomongnya," ucap Begalodon santai sambil mengorek sisa sarapan yang menyangkut di giginya. Begalodon tidak mendengarkan perkataan Lazuardi ataupun memikirkan settingan super mengerikan yang diciptakan Lazuardi beserta para Lazu parasit.

"Bunuh dia," komando Lazuardi singkat. Sudah jelas ia sangat marah karena Begalodon tidak memperhatikan permainan teaternya.

"Maju sini!! Kulumatkan kalian semua!!" Begalodon tersenyum, akhirnya ia bisa bertarung. Begalodon tidak takut gelap karena dalam kegelapan Begalodon bisa mendeteksi lawannya dengan mudah menggunakan indra listriknya, namun pertarungan ini tidak akan seru jika Lazuardi tidak memikirkan rencana untuk mengotak-atik indra Begalodon.

"Rencana pusaran tornado. Eksekusi." Ucap Lazuardi. Semua Lazu parasit langsung berenang berputar mengitari Begalodon, mengurungnya dalam tirai Lazu parasit.

Lazu adalah makhluk cerdik, ia tahu Begalodon punya indra yang bisa merasakan pergerakannya. Tapi terlalu banyak pergerakan impuls motorik di sekitarnya, indra listrik Begalodon jadi kebingungan, tidak bisa merasakan dan memprediksi pergerakan para Lazu. Dengan begini mereka lebih aman dan bisa mendiskusikan taktik dengan tenang.

"Lima dari kalian serang dari belakang! Sapu kakinya dan tahan dia di tanah!"

"Siap!"

"Setelah itu beberapa bantu tindih dia!"

"Oke!"

"Sisanya siap-siap pukuli dia bersamaan!!"

"Ah! Ribet banget sih!" tiba-tiba salah satu Lazu parasit mengelu, seluruh perhatian langsung mengarah padanya, "Kenapa gak kita serang bersamaan aja?"

"Oh iya ya," para Lazu mengangguk-angguk sinkron,  "Ayo hajar rame-rame!!"

Dua Lazu parasit menyerang bersamaan, menindih Begalodon dalam sebuah tumpukan Lazu parasit, kemudian dilanjutkan dengan pukulan-pukulan kinetik tanpa henti. Selama beberapa detik taktik itu suskses, tapi setelah itu tumpukan Lazuardi mulai bergoyang.

Begalodon mengangkat tindihan para makhluk biru itu dan melempar mereka ke pilar terdekat, menghancurkan formasi mereka. Begalodon berdiri dengan kondisi yang buruk. Sebagian kulit biru gelap Begalodon mengelupas menjadi putih daging. Ia meludah, lima buah gigi tanggal. Jaketnya jadi compang-camping, jadi ia lepas agar tidak menggangu.  

"Kalian pikir aku takut?! Maju sini!!"

Begalodon memungut pipa besi yang tergeletak di lantai dan langsung melompat, mengayunkan pipanya pada Lazu terdekat, memecah badannya menjadi berkeping-keping dalam sekali hantam. Satu Lazu tumbang, Begalodon langsung berenang ke Lazu berikutnya, kemudian Lazu selanjutnya dan lalu Lazu setelahnya. Dengan mudahnya Begalodon menumbangkan satu persatu Lazu parasit di hadapannya.

"Bertarung sendirian berbahaya! Kembali ke formasi!"

Menyadari bahaya yang mereka hadapi, para Lazu berkumpul kembali membuat formasi mengerubungi Begalodon. Manusia hiu itu tidak takut, ia langsung melompat ke dinding Lazu dengan pipa besi terangkat di atas kepalanya, tapi kemudian serangan balasan mereka datang. Patung besar melesat dari balik tirai Lazu dan menghantam Begalodon dengan keras.

"Uaggh..!!!"

Begalodon terhempas dan membentur sebuah pilar, pipa besinya jatuh dan menghilang entah kemana. Di tambah lagi senyum menyala dalam gelap yang dibuat para Lazuardi benar-benar membuat Begalodon jengkel.

"Kami tahu kamu bisa merasakan impuls kami. Kami tahu bertarung jarak dekat dengamu adalah bunuh diri. Begitulah alasan kami menutup sumber cahaya. Oleh karena itu kami menggangu indra listrikmu. Itulah kenapa kami menyerangmu dengan benda mati yang tidak memancarkan impuls. Kesempatan menangmu tidak ada. Kau boleh menyerah sekarang juga, tidak ada keharusan bagi kita berdua untuk membunuh."

"Begitukah? Kalau begitu kupecahkan saja kacanya!!"

Penuh percaya diri Begalodon mengangkat patung besar yang dilemparkan padanya. Dengan mengambil gerakan berputar ala atlet tolak peluru, Begalodon melemparkan patung itu arah dinding kaca terdekat. Namun di luar dugaan, tidak ada suara kaca pecah, malah patung itu terlontar kembali pada Begalodon dan menghantamnya kembali dengan sangat keras.

"Percuma, kami sudah mengganti kacanya dengan karet. Oh, dan sebelum kau mencobanya, kami juga sudah memberi lem di setiap pintu keluar dan mengganjal semua toilet yang ada di tempat ini."

Sebuah lampu menyala di kepala Begalodon ketika mendengar perkataan Lazuardi barusan, "Karet ya? Hehehe... Kalau begitu akan kulakukan ini!!"

Begalodon berenang cepat ke dinding karet, kemudian ia memutar badannya dari berenang menjadi menendang. Ia menghantam dinding karet, lalu menggunakan daya dorongnya untuk melontarkan diri dan berenang dengan kecepatan tinggi.

Begalodon membuka mulutnya lebar-lebar, satu Ensahaka Lazuardi langsung digigitnya. Kemudian Begalodon memantul pada dinding karet di sisi lain, meluncurkannya lagi dengan kecepatan tinggi dan menggigit enshaka Lazu lainnya, mengulangi prosesnya berkali-kali dengan kecepatan tambahan tiap ia memantul.

Melihat kawan-kawannya dibantai dengan cepat, para Lazu mulai panik, prioritas utama mereka berganti, dari mengalahkan Begalodon, menjadi menghindar dari serangan Begalodon.

"Apa yang harus kita lakukan?!"

"M-Mana Lazu yang asli?! Kasih rencana apa gitu!!"

"Aku yang asli dan aku punya rencan-!"

Kalimat Lazuardi yang asli terhenti di tengah-tengah ketika Begalodon mencabik setengah badannya dalam sekali gigit. Mendengar pemimpin mereka dikalahkan, para Lazu parasit jatuh dalam kepanikan total.

"HUWAAAA!!! Keluarkan aku dari sini!!"

"Aku tidak mau mati!! Aku tidak mau mati!!"

Para Lazu yang panik mencoba berbagai cara untuk kabur, merobek dinding karet, mendobrak pintu, bahkan keluar lewat toilet. Sayang semua antisipasi yang mereka lakukan sebelumnya untuk mengurung Begalodon justru berbalik menjadi perangkap yang mencegah mereka kabur dari sang begal laut lepas.

"Benar-benar sebuah ironi. Kalian mungkin mencoba mengurungku di sini, tapi sebenarnya kalianlah yang terkurung di sini bersamaku. BWAHAHAHAHAHA!!!!"

***

Sementara Begalodon berpesta jeli di markasnya, Ratu Huban dan domba pengendara motornya baru sampai di markas Begalodon. Rupanya Huban dan dombanya mengambil rute yang agak jauh agar Huban bisa menikmati sensasi berkendara di atas Vorye lebih lama.

"...Jalan-jalan seperti tadi sangat menyenangakan. Lain kali kita lakukan lagi ya?"

"MBEEEKKK!!!"

Si domba mengembek tanda setuju, tapi untuk sekarang mereka harus mengembalikan Vorye pada Begalodon. Mereka mendarat di atap karet observatorium kapal, roda dayung Vorye yang tajam merobek dinding karet yang sudah kendor.

Mereka berdua mendarat di lantai observatorium dengan selamat. Begalodon duduk di sana sendirian, memakan jeli-jeli biru yand dikumpulkan dalam ember besar. Begalodon nampak terkejut melihat dua sosok yang dikenalnya mengendarai sepeda motor kebanggaanya, ia pun baru ingat motornya tertiggal di tempat ia melawan Pausaber.

"Wah kamu bawa motorku, makasih ya! Kamu mau jeli?" tanya Begalodon ramah(?) seraya menyodorkan seember jeli biru.

"...Terima kasih. Selamat ma...."

Tangan Huban baru melayang di atas ember jeli, tapi tangan mungil itu langsung ditampar dan ember jeli itu ditarik begitu saja darinya. Begalodon langsung membentak Huban dengan keras.

"Bukan buat kamu, Huban!! Ayo makan sini, Dombadass!!"

"MBEEEKKK!!"

Dombadass, domba badass yang bisa menyetir motor air dengan lihai itu melompat dari kursi Vorye dan langsung memakan jeli biru dari ember dengan rakus seperti seekor Babi.

"...Hiks. Aku juga mau jeli..," Huban hanya memandang iri domba dan manusia hiu yang berpesta jeli itu. Tiba-tiba pandangan Huban menjadi kosong, ia memproses kejadian ini dalam pikirannya yang agak lamban.

"....Kalian kenal satu sama lain?"

"Ingat waktu pertama kali kita bertemu? Dombadass menantangku balapan motor air dan wow, dia sangat hebat. Aku ajak dia ke gengku dan dia mau. Dia jadi anggota gengku sekarang."

"MBEEEKKK!!" Dombadass mengembek, setuju dengan perkataan Begalodon.

Melihat dombanya akrab dengan orang lain, membuat Huban sedikit iri, belum pernah ia melihat dombanya memakan jeli dengan begitu lahap dan mengembek dengan begitu bahagia. Tiba-tiba sebuah pertanyaan menghantam kepala Huban.

"...Dari mana kamu dapat semua jeli ini?"

"....Percayalah kalian tidak mau tahu." Jawab Begalodon singkat, ia yakin Dombadass akan langsung memuntahkan jeli enak ini bila diberitahu asalnya.

Dombadass mengetuk-ngetuk lantai di bawah kakinya, sebuah ekspresi kebahagiaan. Tanpa disadari, retakan kecil tercipta dari ketukan Dombadass, perlahan merambat ke kursi yang diduduki Begalodon.

Dari satu retakan kecil,  lantai yang sudah melemah karena pertarungan Begalodon dan Lazuardi itu meretak lebar. Berat Begalodon yang sudah memakan banyak jeli bagai pelengkap penderitaan, lantai di bawahnya rusak, mengirimkan boss manusia ikan itu ke ruangan di bawahnya.

"AAAAAA!!!!!"

***

"Jangkar! Lantainya jebol..."

Begalodon bangun, ia langsung mengenali sekitarnya. Ini adalah ruang mesin, tempat dimana Begalodon dan gengnya merakit dan memodifikasi motor air mereka. Tidak ada sumber cahaya kecuali dari lubang jatuhnya tadi, tempat ini memang selalu gelap ketika lampunya tidak dinyalakan.

Maunya Begalodon langsung berenang ke atas dan meneruskan makan jelinya, tapi ada suara decit logam yang menarik perhatiannya. Anggota gengnya kah? Atau Enshaka Lazu yang berhasil melarikan diri?

Tebakan Begalodon terbukti salah, asal suara itu adalah sebuah kereta dorong yang membawa benda lonjong misterius. Objek apakah itu? Begalodon belum pernah melihatnya sebelumnya, mungkinkah itu sebuah sosis hitam raksasa?  

Namun ada benda lain yang lebih mengintimidasi di belakang sosis besar itu. Sekilas pandang, Begalodon merasa seperti melihat cermin. Benda itu mirip Begalodon, hanya saja terbuat dari besi. Sebuah baju mesin besar yang duduk di dasar kapal tanpa pilot.

Begalodon ingat ada anggota gengnya yang membuat mesin yang bisa menyaingi Begalodon, "Mecha-Begalodon" atau sejenisnya. Robot itu bahkan dilengkapi motor air yang menyatu dengan kakinya untuk menyaingi kecepatan Vorye.

"Halo, ndree! Aku galon, ndree! Galon si galon, ndree!"

Begalodon dikagetkan di tengah analisanya, ternyata sosis hitam besar di depan Mecha-Begalodon itu bisa bicara. Begalodon juga heran, indra listriknya tidak merasakan impuls motorik dari sosis yang bisa bicara itu. Begalodon bertanya-tanya, apa mungkin ia berhalusinasi? Apa ia terlalu banyak memakan jeli Lazuardi?

"Aku dengar kamu suka jeli, ndree. Mau jeli lagi, ndree? Aku juga punya banyak lho, ndree," Galon si tabung hitam yang ramah menawarkan.

"Nggak. Aku kebanyakan makan jeli, tapi aku masih mau makan sosis sepertimu. Sudah lama aku tidak makan makanan darat," ucap Begalodon sambil mengecap-ngecap mulutnya.

Permintaan Begalodon itu membuat Galon kaget. Ia diam, berpikir sejenak. Tak lama ia kembali bicara dengan nada riang dan polosnya, "Hei, itu ide bagus, ndree!! Buka mulutmu lebar-lebar, ndree! Aku akan melompat masuk ke mulutmu, ndree!"

Tanpa curiga sedikitpun Begalodon membuka mulutnya selebar mungkin. Galon menarik selangnya dan menyemprotkan sebuah jeli biru ke mulut Begalodon. Jeli biru itu langsung masuk ke kerongkongan Begalodon dan bergerak, memaksa jalannya ke lambung Begalodon. Segera manusia hiu itu menjadari kejanggalan dalam sistem pencernaannya.

"Apa itu yang barusan kamu semprot?"

"Jeli, ndree! Kau suka jelikan, ndree? Hanya saja jelinya hiperaktif, suka gerak-gerak, ndree! Namanya aja jeli cap Lazuardi! Bukan Lazu yang asli sih, tapi dia masih punya kekuatan Enshaka yang sama dengan yang asli."

Perut Begalodon bergemuruh, sesuatu bergerak-gerak dalam perutnya. Dengan satu sentuhan satu Lazu parasit yang masih hidup, semua jeli biru yang ditelan Begalodon bangkit dari kematian dan mulai menggeliat-geliat dalam perut predator itu.

"Jadi kamu antek Huban yang satu lagi?"

"Akukan sudah bilang. Aku galon, ndree! Galon si galon dan sampai jumpa, ndree! "

Setelah mengatakan kalimat perpisahannya, Galon menyemprotkan minyak hitam yang pekat pada Begalodon dan melompat ke baju mesinnya. Suara mesin terdengar dari balik semburan minyak Galon, kokpit Mecha-Begalodon menutup dan meluncur ke atas dengan cepat, menembus atap-atap yang meghalanginya.

Begalodon harus menjauh dari minyak semburan Galon, kalau tidak ia akan mati sesak nafas. Di sisi lain, Lazu benar-benar menghisap banyak cairan tubuhnya dalam waktu singkat. Jika dibiarkan Begalodon akan mengalami nasib yang sama dengan anggota-anggota gengnya yang kurang beruntung.

Kaki Begalodon menyandung sebuah mata bor. Bukan mata bor biasa, tapi bor berujung lancip yang dimodifikasi untuk senjata, lengkap dengan kain untuk pegangannya. Tak pikir panjang Begalodon langsung menghujamkan mata bor itu ke perutnya.

"Diam kamu di dalam sana!!"

Ujung mata bor itu menusuk Lazu yang bersemayam dalam perut Begalodon. Setelah itu jeli-jeli Lazuardi tidak lagi bergeliat dalam perutnya, namun sebagai gantinya kini perut Begalodon mengucurkan darah, setidaknya ini lebih baik daripada darah itu dihisap oleh makhluk jeli dalam perutnya. Begalodon membiarkan mata bor itu menancap dalam perutnya, walau perih mata bor itu mencegah lebih banyak darah keluar dari badannya.

"MBEEEKKKK!!"

Terdengar embekan Dombadass, Begalodon menengok ke atas. Anak buahnya itu mendorong Vorye ke ujung lubang. Motor air kebanggaan Begaldon itu jatuh lembut ke basement, siap dipakai Begalodon.

"Kejar, Boss!! Jangan mau kalah!!"

Seakan bisa mengerti arti embekan Dombadass, semangat Begalodon kembali membara luar biasa, tidak lagi lemas, seakan lupa dengan mata bor yang menancap di perutnya. Manusia hiu itu langsung naik ke motornya dan menyalakan mesinnya.

"Ship!! Bakal kuhajar dia habis-habisan!!"

Handle gas ditarik, Vorye langsung melaju kencang melewati lubang yang digunakan Galon untuk kabur. Mengikuti lubang yang dibuat Galon, Begalodon keluar dari markasnya, mencium aroma laut lepas. Begalodon langsung menyapu pandang sekeliling, mencari lawannya.

Di sanalah Galon, mengendalikan robot penyelam yang ia dapat dari basement kapal. Seakan melayang di dalam air, robot itu menyilangkan tangannya, menunggu Begalodon keluar dari markas.

"Heh. Gak mau lari lagi?"

"Bukannya tidak mau, ndree. Tapi tidak rasanya sayang kalau robot ini tidak kupakai bertarung. Bisa menembus dari basement kapal hingga ke atapnya itu sangat hebat! Bayangkan kalau robot ini bisa dibawa keluar dari alam mimpi!"

"Berarti kamu mau berantemkan?"

"Iya. Mari kita cari tahu, siapa yang lebih kuat. Begalodon, atau Be-Galon-Don. Ndree!!"

Pertarunganpun dimulai, mereka berdua sama-sama memacu motor air mereka. Berbeda dengan Galon yang baru mencoba pertarungan di atas motor air, Begalodon punya banyak pengalaman Duel motor air. Insting Begalodon langsung menendang sebuah rencana dalam kepalanya.

Begaldon dan Be-Galon-Don sama-sama melesat dengan kecepatan tinggi. Satu meter sebelum mereka bertabrakan, Begalodon memiringkan Vorye untuk menghindar ke samping. Dengan tempo yang tepat, Begalodon memutar Vorye ke belakang dan menyangkutkan roda dayung depan Vorye dengan roda dayung belakang Be-Galon-Don.

"L-Lho? Ini kenapa, ndree!! Ayo jalan, ndree!!" Galon kaget, motornya tiba-tiba berhenti melaju.

 "Rasakan jurusku, Voryecane!!"

Begalodon menarik Vorye dan menyalakan gas penuh, menciptakan perputaran horizontal yang cepat. Pergerakan Vorye dan Be-Galon-Don terkunci jadi satu, hanya bisa digerakkan oleh roda belakang Vorye, Be-Galon-Don tidak bisa lepas dari pusaran air Vorye.

"AAAHH!! Lepaskan, ndree!!"

Be-Galon-Don mulai bergemuruh, monitor mengindikasi kerusakan besar pada kaki motor air Be-Galon-Don. Galon mulai panik, ia langsung memencet-mencet tombol dan menarik tuas acak, tiba-tiba pinggang Be-Galon-Don berputar 180 derajat ke belakang. Kini Galon bisa bertatap muka Begalodon dari kokpitnya.

"Aku bilang lepaskan, ndree!!"

Be-Galon-Don meninju manusia hiu yang menyangkut di roda belakangnya. Pukulan pertama kena kepala Begalodon, pukulan kedua kena badan Begalodon, pukulan ketiga kena perutnya. Kaki motor air Be-Galon-Don semakin bengkok tiap kali ia memukul. Be-Galon-Don tidak sempat melancarkan pukulan keempat, roda belakangnya menyerah pada pusaran air Begalodon.

"AAAAHHH!!" Galon menjerit ketika Be-Galon-Don terhempas dari pusaran air Begalodon.

"BWAHAHAHA! Dasar amatiran!" Begalodon menyeringai dari jauh, melihat robot itu jatuh ke rimbunan pohon kelp hijau di dasar laut.

Seperti biasa, Begalodon akan mengecek kematian lawannya, tapi tiba-tiba Begalodon menyadari sesuatu yang janggal. Air di sekitar Begalodon berubah merah, saat itulah ia menyadari luka dalamnya kembali terbuka dan mengucurkan darah yang banyak. Mata bor yang ia gunakan untuk menambal lukanya hilang entah kemana, mungkin terlepas ketika ia membuat pusaran air.

"Ah. Biarlah, nanti juga sembuh sendiri."

Mata Begalodon menangkap cahaya di antara daunan hutan kelp, Begalodon langsung memacu motornya menuju hutan rimba bawah laut itu. Tiba-tiba indra listrik Begalodon merasakan sesuatu yang bergerak cepat ke arahnya. Insting Begalodon mengambil alih dan reflek melompat dari Vorye, tepat sebelum Be-Galon-Don meyeruduk motor air kebanggannya. 

Rongsokan besi tak berupa tenggelam ke dasar laut. Tak bisa dipercaya beberapa detik lalu rongsokan itu adalah motor air yang selalu menemani Begalodon dalam setiap pertarungannya.

"JANGKAR!! Motor bagus kayak Vorye itu susah dicari, otak udang!"

Be-Galon-Don mengambang di atas si Begal laut lepas, menatap rendah padanya. Kakinya terlepas karena pusaran air Begalodon sebelumnya, namun ia masih bisa berenang menggunakan dua motor air di kedua telapak tangannya.  Retakan nampak pada setiap senti robot baja itu. Minyak bocor dari tangkinya, mengotori lautan dengan cairan hitam pekat dan menutup cahaya dari permukaan laut. Memberi ilusi seakan Be-Galon-Don menumbuhkan sepasang sayap hitam.

Begalodon pun tak jauh beda penampilannya dari robot itu. Memar-memar biru dan kulitnya yang putih mengelupas menggambarkan beratnya pertarungannya melawan Lazuardi. Darah merah yang mengucur deras dari perutnya mengotori lautan, seakan menirukan minyak yang bocor dari Be-Galon-Don.

"Masih mau lanjut, ndree?"

"Lanjut...!!!"

Keduanya melesat bersamaan. Tinju bertemu tinju, suara dentingan antara besi dengan tulang terdengar hingga beberapa kilometer jauhnya. Pertarungan sebenarnya, baru akan dimulai.

Setelah bertukar tinju dengan Begalodon, Galon langsug menyambungkan selangnya pada mekanisme penembak dalam robotnya. Be-Galon-Don mengarahkan kedua telapak tangannya pada Begalodon dan siap menembak.

"Semprotan minyak!!"

Minyak disembur tepat di muka Begalodon, rasa pahit dan lengket licinnya minyak masuk ke dalam mulutnya. Begalodon segera mengelak ke kiri dan menggigit lengan Be-Galon-Don, sementara lengannya menyikut kepala robot menjengkelkan yang mirip dengannya itu.

Suara denyit nyaring terdengar dari pundak robot itu. Ternyata kerangka Be-Galon-Don lebih kuat dari yang Begalodon kira. Lengan robot itu masih setengah menyambung, padahal biasanya benda apapun bisa bengkok atau robek dalam sekali gigitnya. 

"Lepaskan!! Lepaskan!!" Galon mulai kewalahan. Lengan Be-Galon-Don yang satunya lagi memukuli kepala si manusia hiu, tapi rahangnya masih saja tidak mau lepas dari lengan satunya.

Kehilangan tangan kiri bisa bahaya bagi Galon, Be-Galon-Don tidak mungkin bisa bermanuver di dalam air hanya dengan satu motor air. Namun di sisi lain, karena Begalodon tidak bergerak, ini adalah kesempatan terbaik bagi Galon untuk menggunakan jurus yang akan memastikan kematian Begalodon.

"Garam leleh!!"

Cairan di dalam tabung Galon berubah menjadi garam, tapi bukan garam biasa, melainkan garam leleh yang akan menyebabkan reaksi ledakan ketika bersentuhan dengan air. Galon langsung menyemburkannya dalam jumlah besar untuk memastikan kematian Begalodon.

Begalodon tidak tahu bahaya mendekatinya, yang ia tahu robot itu menyemburkan siraman gelembung putih padanya. Namun detik berikutnya, gelembung-gelembung itu meledak, membungkus Begalodon dan Be-Galon-Don dalam ledakan yang dasyat.  

Kabut darah dan minyak membaur jadi satu, pertanda berakhirnya pertarungan mereka. Kedua sosok itu tertelan kabut merah-hitam. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Tiba-tiba dua siluet kedua petarung itu jatuh dari kepulan kabut tebal. Be-Galon-Don tidak bergerak. Ketika Galon menyemburkan garam lelehnya, air laut berganti masuk melalui selangnya, meledakkan Galon bersama garam leleh yang ia simpan di dalam tabungnya.

Untuk Begalodon sendiri, ia masih hidup. Tapi bila mempertimbagkan badannya yang setengah diledakkan dan darahnya yang terus mengucur selama pertandingan, mungkin hidupnya tidak akan lama lagi. Keadaan yang mengenaskan, tapi Begalodon tersenyum, senyum bahagia dan puas yang jadi satu.

"Mbeeekkk!!!"

Dombadass mengendarai sepeda motor air dengan Huban di kursi belakang, menjemput si begal laut lepas yang baru saja memenangkan pertarungannya. Tali lasso di ikatkan pada Begalodon dan mereka menyeretnya ke markas Begalodon. Pertarungan Begalodon selesai untuk saat ini, sekarang adalah waktunya ia beristirahat dan memulihkan diri, bersiap-siap untuk pertarungan berikutnya.

~The End~

16 komentar:

  1. Entri ini gokil :v
    Super sekali~~~

    "Percuma, kami sudah mengganti kacanya dengan karet. Oh, dan sebelum kau mencobanya, kami juga sudah memberi lem di setiap pintu keluar dan mengganjal semua toilet yang ada di tempat ini."
    Gw baru tahu selama ini ternyata berada di dalam Krusty Krab :v wkwkwkwk

    "Bukannya tidak mau, ndree. Tapi tidak rasanya sayang kalau robot ini tidak kupakai bertarung. Bisa menembus dari basement kapal hingga ke atapnya itu sangat hebat! Bayangkan kalau robot ini bisa dibawa keluar dari alam mimpi!"
    Agak sedikit janggal pas baca 'Tapi tidak rasanya sayang' bagusnya dibuat jadi 'Tapi sayang rasanya'

    Terakhir, hilangkan penggunaan elipsis di awal kalimat. Kayak ini
    ....Atau seperti itulah seharusnya tempat ini terlihat.

    Itu saja. Titip salam untuk si mbekkk~~~
    Overall 9
    OC: Samara Yesta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan Krusty Krab sih, tapi para Lazu menggunakan ide yang sama.

      Salam dari si embek. :)

      MBEEEEKKK!!

      Hapus
  2. MBEKKKKKKKKK
    CIYEEE SI EMBEK BAWA HUBAN, CIE CIEEEEEEE
    UHUYYYY

    Kok rasanya kayak nonton sepons kuning ye?
    dalam perspektif si Begalodon. Ya yg Hiu kekar gtu.
    "JANGKAR" Sumpah serapahnya lautan. Gue ska.

    Impact awalnya kurang nendang, Tapi biarin. Asik soalnya komedinya

    9
    OC: Kaede Hazuki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hyap. Dari sanalah inspirasi Begalodon, sudah pasti ada rasa dunia si spons kuning dalam ceritanya. Rencananya mau aku tambahin kosakata sumpah serapah Begalodon. Aku juga harus banyak belajar tentang aksi dan pertarungan dari banyak penulis lain.

      Hapus
    2. penasaran klo Begalodon ketemu mamalodon, bakal dibully2 genknya Begalodon pasti.

      Sayangnya sih klimaks lazu di awal, bkan Galon.

      Saya anggap bkal epic kalau Lazu diabisin di terakhir, dimana Huban ama Embek dateng tau2 markas ancur, dan Lazu udh jadi makanan Begalodon. Trus ditawarin.
      Happy ending krn semuanya sibuk jadi kanibalistik

      Hapus
  3. BOA EDAN XD

    Nilai: 10

    Entri ini super sekali, jenis cerita yg saya suka, protanya juga edan lah, keren banget lah, penamaan karakternya kreatif, Begalodon, Dombadass, Welut XD

    Pertarungan lawan geng Lazu juga efektif, bisa dibilang poin terbaik entri ini. Di sini karakter Begalodon menonjol banget, sy selalu suka tipe yg hot blooded seperti ini.

    No complaint, edan pisan lah ^_^

    BalasHapus
  4. ada chara preman takut emak :v

    penggambaran settingnya cukup jelas. saya ga perlu mengkritisi soal plot. but..

    "Wah. Wah. Wah. Coba lihat siapa yang muncul?"

    Saya koreksi yg ini. seharusnya sih pake tanda seru. soalnya, berkesan klo si chara kurang ekspresif>

    nilai 8

    adam cainable

    BalasHapus
    Balasan
    1. Noted. Tanda seru untuk ekspresi. Terima kasih sudah mampir~

      Hapus
  5. Mas Begal, butuh golok, gak? Plotnya sudah bagus, tapi kayaknya memang lebih cocok kalau yang tewas duluan si Galon bukan Lazu. Ngomong-ngomong, kok Begalodon gak nyadar kalau dia lagi mimpi? Apa dia tidak sadar kalau dia lagi pindah "alam"? Ngomong-ngomong, kenapa gak ditampilin aja si Mamalodon marahin Begalodon pas bangun?

    Nilai: 8
    OC: Serilda Artemia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku baru sadar waktu dibilangin mas Faikar di atas. Intensitas battlenya juga lebih tinggi pada pertarungan Lazu, cocok untuk final battle.

      Begalodon gak nyadar soalnya dia bodoh. Dia tidur lalu bangun di alam mimpi, tapi mengira dirinya bangun di alam nyata. Begalodon juga tidak bisa membedakan hal yang nyata dengan yang tidak. Abnormalitas dunia mimpi yang ia saksikan dianggap hal lazim.

      Dan Mamalodon tidak sempat tampil karena waktu yang super mepet dengan deadline. Tapi rencananya dia muncul di BoR april nanti.

      Hapus
    2. Ketawa ketiwi baca entri ini. Begalodon itu lucu, si embeekk juga lucu, para Lazu juga lucu, si ndree juga lucu

      Karakter Begalodon kuat sekali di sini, ekspresi dan emosinya kelihatan. Pertandingan melawan para Lazu keren, lebih keren daripada melawan si Gallon. Mungkinkah karena para Lazu unyu?

      9 untuk Megalodon dan para Lazu yang imut

      OC Rea Beneventum

      nb. tempat pertempurannya keren

      Hapus
  6. Wih. Begalodon karakterisasinya kerasa banget. Walau lugasnya dia kadang bikin pertarungan kerasa berjalan cepet, tapi di sini dia berhasil ditampilin sebagai stock petarung brute force yang cerdasnya bisa bikin orang kagum dalam pertarungan.

    Semacam Bane di The Dark Knight Rises.

    Openingnya keren, sangat membantu memperkenalkan begalodon dan suasana alam mimo yang di sini musuh2nya abadi. Seperti afterlife? Sepertinya spesialisasi Overlord Hall ini bisa ngegambarin hal2 gelap dengan santai. Jadi inget Deismo dan Relima Krukuru. Awalnya saya kira Deismo bakalan gelap banget entrinya.

    Kalau Begalodon, dari namanya udah ada unsur begal dan monster sih, jadi bayanginnya ga terlalu gelap :))

    Cerita dan battle ciamik. Cara begalodon ngebalik keadaan waktu lawan jelly lazu. Lazunya juga lebih tenang dibanding entri pak po dulu. Dan bisa bikin begalodon seakan terdesak.

    Hal yang sama juga kejadian sama galon, yang udah pede masukin jelly ke mulut begalodon. Dia juga bikin kelimpungan sampe akhir karena jadi begalondon. Sampe ledak2an. Jauh beda dengan yang dibentri saya.

    Konklusinya, lazu dan galon benar2 jadi petarung yang berpengalaman di sini. Kerasa banget kalo mereka udah pernah ngalamin pertarungan2 lain sebelum begalodon. Begalodon pun secara alami emang suka bertarung, jadi ya diladeni aja.

    Also, wordplay seperti dombadass, begalondon, dll lumayan menghibur.

    Verdict: 9/10

    Kalau dimunculin di bor 6, dari endingnya sih begitu, sampai jumpa!

    Othema Spreed

    BalasHapus
  7. Gile lu, ndreeeee

    Mas overlord ini memang jagonya bikin entri "setengah-serius-setengah-gendeng"

    terakhir pas saya baca entri Relima (yang melibatkan kematian Zarid u w u) kerasa feel SSSG dalam ceritanya.

    Begitu juga dengan begalodon ini. Berhasil bikin saya berapi-api dan berhaha-hihi dalam waktu yang sama.

    Cocok kalau dikasih 10 buat entri ini deh.

    Salam Jangkar dari Zarid Al-Farabi beserta Enryuumaru

    BalasHapus
  8. Kagumnya aye sama entri ini karena nama2 karakter dan idenya itu bisa membaur apik.
    Aye mau belajar kreatif begini wkwkwk


    Aye kira pertarungan dengan galon bakal panjang, rupanya ndak.
    Soalnya kan di laut nih.
    Galon kan bakal punya kekuatan gak terbatas sebenarnya......

    Satu kekurangan...
    Aye kecapekan bacanya karena ga ada jeda.
    Maunya dibagi dalam beberapa part.

    Overall, 8!
    "I LOVE SHARK-KIN. saya jadi bernostalgia saat saya masih menjadi fish-kin."_ Cata Astro Phee.

    BalasHapus
  9. Satu-satunya entri tantangan pertempuran dalam air yang muncul dan saya bisa bilang kalau ini cukup OK. Pembawaan narasinya gampang dicerna walau kadang kalimatnya kurang efektif dan ada kesalahan sedikit di penggunaan "kan". Misalnya itu adalah singkatan dari kata "bukan", mestinya dipisah oleh koma dan selanjutnya dikasih tanda ' sebagai keterangan kalau itu penulisannya disingkat. Jadinya gini mestinya:

    "Kamu beneran mati, 'kan?"

    Kayaknya waktu BoR4L pernah saya komen tentang beginian .-. Tapi yah, sudahlah. Anggap saja intermezzo.

    Pertarungannya sendiri seru. Persoalan intensitas dan urutan battle sepertinya bisa dijadikan pertimbangan lagi untuk membuat klimaks yang lebih memukau. Detailnya oke tapi barangkali masih bisa ditambah lagi biar pembaca percaya kalau mereka bertarung di dalam air. Misal dikasih adegan gelembung-gelembung air yang keluar dari insang, atau pergerakan puing-puing yang agak lambat karena hancurnya di dalam air, atau suara yang teredam, atau tekanan air dan segala macamnya.

    Dan satu yang buat saya penasaran, ruang observatorium itu ... observatorium itu yang untuk melihat bintang, 'kan? Itu kapal apa sebenarnya?
    -
    Penutup, saya sangat setuju kalau OC ini didaftarkan untuk mengikuti turnamen utama BoR6 nanti. Pasti bakalan seru :D

    Poin 9-

    - hewan -

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.