Minggu, 06 Maret 2016

[FBC] 019 - NANO REINFIELD

NANO REINFIELD
VERSUS
SANELIA NUR FIANI
[Tantangan N4]
oleh: Dwi Hendra

---


UNHAPPY ENDING LOVE STORY

[Suatu Tempat di Exiastgardsun]


Di suatu malam yang ramai, seseorang bertopeng rubah dan memakai hoodie biru gelap sedang berlari menembus kerumunan penduduk Exiastgardsun yang sedang menyelenggarakan karnaval malam tahun baru. Ia mendorong dan menyenggol orang-orang yang berada di sekitar jalan. Ia menaruh dua dagger di pinggangnya bersiaga sewaktu-waktu para prajurit Exiastgardsun menghadang langkahnya.


Tap..
Tap..
Tap..


Suara lari dari orang itu tidak bisa menyamai riuh rendahnya suara orang-orang yang berada di karnaval itu. Ia sesekali menengok ke belakang memastikan tidak ada prajurit yang mengejarnya.


"Hei, Kau! Berhenti!!" teriak salah satu prajurit.


Drap!
Drap!
Drap!


Suara berat dari gesekan baju besi prajurit menandakan mereka masih mengejar orang itu. Para prajurit berpencar menjadi kelompok-kelompok kecil dan menyebar ke semua jalanan sempit yang ada untuk mempersempit ruang gerak orang itu.


"Orang Exiastgardsun memang tidak gampang menyerah."


Terpaan cahaya lampu jalan silih berganti menerangi jubah biru tua yang terkesan kumuh itu. Ia menoleh ke kiri dan kanan berharap menemukan sebuah tempat untuk meloloskan diri dari kejaran prajurit Exiastgardsun.


Drap!
Drap!


"Nano! Berhenti atas nama Ketua Sanelia!"


Seorang prajurit menghadang di depan dengan menghunuskan pedang dan bersiap untuk menyerang. Nano mengambil dua dagger di pinggangnya dengan cekatan dan terus berlari menerjang hadangan prajurit itu.


Trang!!


Dua dagger itu menyilang menahan tebasan dari pedang prajurit itu. Kedua senjata saling beradu membentuk pancaran kembang api. Nano menendang bagian perut prajurit memberikan sedikit celah untuk ia menyerang. Nano mundur satu langkah dan menendang kepala prajurit itu hingga tersungkur. Ia pun melesat berlari meninggalkan prajurit yang pingsan.


Bruk!


Prajurit Exiastgardsun menabrak tubuh nano hingga jatuh tersungkur. Sekumpulan prajurit Exiastgardsun menodongkan tombak dan pedang mereka ke arah Nano. Nano tersenyum dan menepis todongan senjata prajurit Exiastgardsun dengan kedua daggernya. Ia menyatukan kedua gagang daggernya menjadi bentuk nunchaku.


"Sepertinya kalian meremehkan Penari Dual Dagger dari Muarza."


Nano memutar dual dagger nunchaku-form ke tubuhnya dan menahan setiap tusukan dan tebasan senjata para prajurit. Prajurit mengayunkan pedangnya ke tubuh Nano. Nano menghindar dan menendang perut prajurit yan lain. Nano melompat dan memutar dual daggernya menepis tusukan tombak para prajurit. Ia menendang satu per satu kepala dan perut prajurit-prajurit itu. Satu per satu dari mereka tumbang oleh gerakan senjata Nano. Nano berlari meninggalkan para prajurit yang tumbang.


Sementara itu, Nely menatap indahnya gemerlap kota dengan tatapan gelisah di kamarnya. Ia merasa tak nyaman dengan perasaan seperti itu. Sejenak ia tersenyum karena sudah bertemu dengan pangeran hatinya, Nano Reinfield. Masih terbayang beberapa saat lalu mereka bertemu dan saling melepas rindu sambil menunggu letusan kembang api di langit Exiastgardsun. Akhirnya kehadiran Nano diketahui oleh para prajurit Exiastgardsun dan Nano sempat mencium sekilas pipi kanan Nely sebelum pergi menyelamatkan diri.


"Anda baik-baik saja, Ketua?" tanya Ketua Penasehat yang juga Paman Nely.


Nely menoleh ke arah Pamannya. "Aku baik-baik saja, Paman."


"Tapi Ketua..."


"Sudah kubilang aku baik-baik saja!" bentak Nely.


"Ba-baiklah, Ketua. Saya mohon diri." Ketua Penasehat meninggalkan kamar Nely.


Nano terjebak di tepi bendungan serta dikepung oleh beberapa prajurit Exiastgardsun. Nano hanya menatap setiap prajurit yang mengepungnya tanpa bicara. Dagger yang ia genggam sudah kembali di kedua pinggangnya.


"Angkat tanganmu dan menyerahlah!"


Nano mengangkat tangannya dan sekilas melihat ke sungai yang ada di belakangnya. Ia melangkah mundur perlahan menuju tepian bendungan.


"Sebenarnya aku ingin menemui ketua kalian. Tapi maaf, sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Selamat tahun baru untuk kalian semua!"

Tiga..
Dua..
Satu..


Nano bergumam pelan seperti menghitung mundur untuk sesuatu.


Duar!
Duar!
Duar!


Kembang api mulai meluncur ke angkasa menerangi langit Exiastgardsun. Cahaya kembang api itu juga yang membutakan mata para prajurit. Nano merentangkan tangannya dan terjun ke sungai. Para prajurit mendekat ke arah jatuhnya Nano.


"Sial! Kita kehilangan dia lagi!" umpat salah satu prajurit.


Sementara itu, Sanelia melihat kembang api seorang diri. Ia hanya menghela nafas panjang tidak bisa melewati pergantian tahun dengan seseorang yang ia cintai. Tapi Ia senang bisa bertemu dengan Nano walaupun hanya sebentar.


[Kerajaan Muarza]


Matahari bersinar lembut menerangi ruang senjata khusus keluarga Reinfield. Nano Reinfield sedang fokus membersihkan koleksi pisaunya. Ia mengamati setiap bagian pisau yang ia pegang. Merasa ada yang mengawasi, Nano melempar pisau ke belakang tubuhnya. Pisau itu menancap di daun pintu tepat disamping seseorang. Nano berbalik dan melihat siapa orang yang ada di belakangnya sedari tadi.


"Ternyata kau Natera. Kukira siapa." kata Nano sembari mendekat ke pintu dan mencabut pisau yang menancap.


"Kau selalu sibuk dengan pisaumu, Kak. Pantas saja Ayah sangat cemas dengan jodohmu." kata Natera sambil mengikuti Nano yang mengelap pisau.


Nano meletakkan pisau yang sudah dilapnya ke tempat penyimpanan. Nano hanya bisa tersenyum saat Natera mencemaskan tentang jodohnya. Hatinya sudah terisi oleh sosok perempuan bernama Sanelia, perempuan kedua yang bisa meluluhkan hati dan mengubah sifat playboy Nano. Natera yang melihat Nano tersenyum merasa kebingungan dengan sikap Kakaknya.


"Kenapa kakak tersenyum?"


Nano meletakkan pisaunya dan mengelap pisau yang lain. Seketika Ia teringat akan pesan mendiang Ibunya agar tidak menunda pernikahannya dengan Dimara yang kini berbeda dunia dengan dirinya.


"Tidak ada apa-apa. Aku heran saja Adikku juga mencemaskanku. Kau mirip seperti mendiang Ibu."


"Kakak ini bisa saja." Natera mendorong sedikit tubuh Kakaknya.


Nano berjalan menuju jendela dan menatap padatnya kota di kerajaan Muarza. Suara burung berkicau dan angin yang berhembus sepoi-sepoi membuat Nano merasa betah lama-lama di tempat itu.


Seorang prajurit memasuki ruangan itu. Nano mengalihkan pandangannya ke prajurit itu.


"Pangeran, Anda diminta Raja untuk menghadap."


Nano menatap Natera dan Natera mengisyaratkan Nano untuk mengiyakan.


"Baiklah, aku akan ke sana."


Prajurit itu keluar dari ruang persenjataan itu. Dengan berat hati, Nano keluar dari ruangan itu menuju ruang singgasana.


[Ruang Singgasana Kerajaan Muarza]


Nano berdiri di depan Ayahnya yang juga sebagai Raja Muarza. Tak lupa Nano membungkuk memberi hormat. Dari raut wajah Raja Muarza, Ia sangat marah sekali namun amarahnya bisa teratasi.


"Nano, kenapa kau membuat onar lagi di Exiastgardsun?"


Nano terdiam tidak bisa menjawab.


"Kau membuat Ayah malu, Nak! Seorang calon putra mahkota Kerajaan Muarza pergi ke wilayah orang lain hanya untuk menggoda gadis-gadis di sana! Apa kau tidak kasihan dengan Ayahmu ini? Dan apa kau tak kasihan dengan nasib Adikmu?"


Ayah Nano menghela nafas sebentar. "Ayah beri kau satu kesempatan lagi. Ayah harap kau tidak mengulangi perbuatanmu lagi."


"Baiklah, Ayah. Aku berjanji tidak akan mengulangi lagi."


"Ayah berharap begitu. Sekarang kau bersiap karena beberapa hari lagi kita akan mengadakan pesta penobatanmu sebagai putra mahkota."


[Mansion Reinfield, Muarza]


Malam yang cerah dihiasi bintang-bintang yang bersinar. Lampu-lampu kota bersinar menerangi wilayah Muarza. Keluarga Reinfield mengadakan pesta perkenalan Nano Reinfield menjadi putra mahkota. Nano mengamati setiap tamu yang datang dari balkon. Berharap Nely bisa datang ke pestanya. Ia tak menyadari sejak tadi Natera mengamati dirinya dari belakang.


"Tamu istimewa kakak belum datang?" tanya Natera mengagetkan Nano.


Nano terperanjat dari tempat ia berdiri dan menoleh ke adiknya. "Kau ini mengagetkan saja."


Nano kembali melihat para tamu yang melintas di halaman depan mansionnya. Ia terus mencari sosok yang ingin dia lihat malam ini. Natera berdiri di samping Nano dan ikut melihat para tamu yang satu per satu memasuki tempat pesta.


"Apa kakak mencari pemimpin dari Exiastgardsun itu?" tanya Natera tiba-tiba.


Seketika Nano memalingkan wajahnya ke Natera. Tatapan kaget bercampur tidak percaya tertangkap jelas di wajah Nano. Natera yang tahu akan hal itu hanya tersenyum dan kembali melihat para tamu pesta.


"Darimana kau tahu aku mencari Nely?" tanya Nano tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.


"Ya ampun, Kak. Apa kau sudah lupa? Aku ini kan Putri dari Kerajaan Muarza dan adik dari Si Playboy. Jadi aku tahu semua apa yang kau lakukan di luar sana."


Nano hanya bisa terdiam. Rahasia yang selama ini Ia pedam sendiri dengan mudahnya diketahui oleh Natera, adiknya. Natera yang mengetahui sikap kakaknya yang berubah drastis memegang pundak kakaknya dengan lembut disertai senyuman. Nano yang merasakan tangan adiknya menoleh dan membalas senyum.


"Tenang saja, Kak. Ayah belum tahu kakak menjalin hubungan dengan Nely."


"Terima kasih, Natera."


"Tapi kenapa kakak bisa menjalin hubungan dengan Nely? Bukankah Exiastgardsun itu musuh bebuyutan kerajaan kita?"


Nano kembali terdiam dan menghela nafas. Ia sedang merangkai kata-kata agar Natera bisa mengerti dengan keadaannya. Ia pun sesekali memandang langit yang ditaburi gemerlap bintang-bintang.


"Sebenarnya aku ingin mendamaikan kerajaan kita, sama seperti Nely. Tapi sepertinya perdamaian tidak cukup dengan cinta tulus kami." Nano menghela nafas panjang.


Natera tersenyum mengerti dengan penjelasan Nano.


Sementara itu, Nely muncul di depan Mansion dengan gaun pesta warna hitam. Umur 30 tahun tidak terlihat dari penampilan Nely malam itu. Nano seketika takjub melihat Nely yang berdiri kebingungan di depan mansion. Natera melihat ke arah Nano memandang. Ia hanya tersenyum setelah mengetahui wanita yang membuat Kakaknya tergila-gila.


"Cantik juga. Kukira penampilannya akan seperti mendiang Ibu, ternyata sangat cantik seperti masih gadis saja." komentar Natera tentang penampilan Nely.


"Aku yakin kau juga suka, Natera." kata Nano tidak melepaskan pandangannya ke Nely sambil tersenyum.


"Kenapa kau tak menyapanya, Kak?"


Nano mengerti dengan pertanyaan Natera dan melompat turun dari balkon. Ia mendarat di semak kecil dan berlari menuju Nely. Nely yang melihat seseorang berlari ke arah tersenyum karena tahu siapa orang itu.


"Selamat malam, Nely." sapa Nano terengah.


"Selamat malam juga, Nano." jawab Nely tersenyum.


"Akhirnya kau datang juga."


Nano dan Nely terlibat percakapan yang hangat malam itu. Sementara salah satu mata-mata Exiastgardsun mengintai mereka di atas pohon. Mengamati setiap gerak gerik yang mungkin mencurigakan untuk dilaporkan.


"Selamat ya kau sudah menjadi putra mahkota."


Nano tersipu malu dan Nely hanya tersenyum.


"A-ayo masuk, Nely." kata Nano sekenanya


Nely menggandeng tangan Nano memasuki halaman Mansion Reinfield. Tiba-tiba langkah Nely tersandung dan Nano mencoba menangkap tubuh Nely. Keduanya terjatuh saling berpelukkan dengan tubuh Nely di atas Nano. Nely membuka matanya dan pipinya memerah ketika Nano memeluk tubuh dan payudara D-cup menekan dada Nano.


"Nano, bisakah kau melepaskanku?" tanya Nely tersipu malu.


Nano melepaskan pelukannya dan salah tingkah terdiam seribu bahasa. Natera yang mendekat hanya tersenyum menutup mulutnya melihat tingkah Nano dan Nely.


[Ruang Pertemuan di Istana Exiastgardsun]


"Ini tidak bisa kita biarkan! Kerajaan Muarza sudah menghina kita!"


Suasana di ruang pertemuan para petinggi Exiastgardsun pagi itu menjadi tegang. Para petinggi saling berdiskusi menentukan hal yang harus dilakukan oleh mereka.


"Betul sekali! Mereka sudah menghina kita!"


"Iya betul! Hancurkan mereka!!"


Suasana makin ricuh saling mengeluarkan pendapatnya dengan amarah. Kepala Penasehat Exiastgardsun mengetuk palunya menenangkan para petinggi Exiastgardsun. Suasana di ruang pertemuan itu kembali tenang.


"Seperti yang kita tahu, putra mahkota dari Kerajaan Muarza mencintai pimpinan kita, Ketua Sanelia. Apakah kita tidak bisa menempuh cara diplomasi untuk menyatukan cinta mereka?"


"Apa kau buta, Pak Tua?" terdengar teriakan dari Menteri Pertahanan. "Negara kita dan Muarza sudah bermusuhan bertahun-tahun yang lalu. Dan kau mau kami melupakan rasa sakit akibat perang hanya karena putra mahkota Muarza jatuh cinta pada Ketua Sanelia!"


"Betul! Kami tidak terima!"


"Lebih baik kita hancurkan Muarza sampai hancur berkeping-keping!"


Suasana di ruang pertemuan kembali memanas. Ketukan palu dari Kepala Penasehat tak serta merta mendinginkan suasana pertemuan itu. Kepala Penasehat tidak habis pikir dengan orang-orang yang saat ini ada di hadapannya. Menurutnya ini kesempatan yang baik untuk melakukan ikrar perdamaian dengan Kerajaan Muarza dan menjalin kerja sama.


"Semuanya, saya mohon tenang." Kepala Penasehat menenangkan.


Semua tenang kembali. Kepala Penasehat menghela nafas berat dan berdeham membersihkan tenggorokannya yang agak kering.


"Saudara-saudaraku, apakah kalian tidak berpikir kalau perdamaian kita dengan Kerajaan Muarza berdampak baik untuk kita? Kalian seharusnya berpikir untuk kesejahteraan dan masa depan negara ini."


Pertemuan itu diakhiri dengan pengusulan perjanjian damai dengan Muarza. Semua keluar ruangan, Menteri Pertahanan geram dengan sikap Kepala Penasehat.


"Apa-apan Si Tua itu? Ini tak boleh terjadi! Exiastgardsun dan Muarza tidak harus berdamai!"


"Benar, Tuan. Saya juga tidak menyetujuinya!"


"Mari kita temui Ketua Sanelia."


Menteri Pertahanan dan bawahannya menemui Sanelia. Sesampainya di ruang kerja Sanelia, mereka melihat Sanelia sedang membaca sebuah buku. Menteri Pertahanan maju ke hadapan Sanelia.


"Maaf kalau kami mengganggu, Ketua."


"Ada perlu apa kalian kesini?" tanya Nely fokus dengan buku yang Ia baca.


"Kami mau memberitahukan soal Nano Reinfield dari Muarza, Ketua."


Nely menutup buku dan memperhatikan Menteri Pertahanan. "Lanjutkan."


"Nano Reinfield membuat kekacauan di wilayah kita. Banyak rakyat kita yang protes dengan ulah Nano Reinfield, terutama yang mempunyai anak gadis yang mengaku digoda oleh Nano."


Hati Nely hancur mendengar penjelasan dari Menteri Pertahanannya. Ia terdiam memikirkan apa yang harus ia lakukan.


"Jadi apa yang ketua ingin lakukan?"


"Kita akan berperang dengan Kerajaan Muarza!"


Malamnya, Nano memasuki kamar Nely melalui balkon. Ia disambut dengan serangan pedang dari dalam kamar. Nano menangkis serangan itu dengan salah satu daggernya dan menendang orang yang menyerangnya. Nano mencari sumber penerangan dan menyalakannya. Ia melihat Nely tersungkur di tanah.


"Kenapa kau menyerangku, Nely?"


"Pergilah! Aku tak ingin melihat wajahmu lagi!"


"Tapi kenapa? Apa salahku?"


"Kau! Kau tak mencintaiku! Kenapa kau menggoda gadis-gadis lain?"


"Aku bisa jelaskan semuanya. Aku hanya mencintaimu."


"Pergi! Pergi kau! Aku sudah mengirimkan surat pernyataan perang dengan kerajaanmu. Kita bertemu di peperangan!"


Pagi harinya, semua pasukan sudah bersiap menuju medan perang. Kepala Penasehat mendatangi Nely di kamar. Ia melihat Nely sedang membersihkan Gauss Rifle.


"Nely, Paman mohon. Hentikan peperangan ini."


"Sudah terlambat, Paman. Perang ini akan terjadi."


"Nano Reinfield sangat mencintaimu."


Nely berhenti membersihkan Gauss Riflenya.


"Paman tahu kau juga mencintainya. Sejak kalian bertemu, Paman melihat Nano hanya mendatangimu. Dan juga kau selalu tersenyum bila berada dekat dengannya."


"Paman salah. Aku tak mencintainya."


"Baiklah jika itu memang kemauanmu. Oh iya, Nano menitipkan ini padamu."


Kepala Penasehat meletakkan sebuah kotak kecil di meja dekat pintu. Dan Ia pergi meninggalkan kamar Nely. Nely meletakkan Gauss Riflenya dan menghampiri kotak kecil itu. Ia mengambilnya dan melihat sebuah cincin yang ada di dalamnya setelah dibuka.


[Daratan Luas Perbatasan Exiastgardsun-Muarza ]


Kedua kubu mengerahkan pasukan masing-masing. Perang antara Exiastgardsun dan Muarza tidak bisa dibendung lagi. Para prajurit masing-masing bersiap dengan baju dan senjata mereka masing-masing. Langit di perbatasan kedua kubu itu mendung pertanda akan hujan. Angin bertiup dengan kencang tidak menyurutkan pertumpahan darah yang akan terjadi. Kedua utusan masing-masing kubu saling memberi tanda untuk berperang.


"Serang!" seru Komandan Perang Exiastgardsun.


"Serang!" balas Komandan Perang Muarza.


Kedua kubu mulai saling menyerang. Pasukan garis depan masing-masing kubu saling beradu senjata. Nano berlari menerobos garis depan musuh. Ia hanya menyerang pasukan-pasukan Exiastgardsun dan membuatnya pingsan tanpa membunuhnya. Pasukan pemanah Exiastgardsun melepaskan ratusan anak panah ke pasukan Muarza. Banyak pasukan yang terkena anak panah. Nano menangkis arah panah yang datang padanya dengan dual dagger yang Ia miliki.


Duak!
Bruk!


Satu per satu Nano melumpuhkan sebagian pasukan pemanah Exiastgardsun. Pasukan berkuda Muarza mulai menghancurkan catapult milik pasukan Exiastgardsun. Catapult Exiastgardsun yang tersisa melemparkan bebatuan ke para pasukan Muarza.


Di suatu bukit kecil tak jauh dari area peperangan, Nely dengan tenang membidik para pasukan Muarza dengan Gauss Riflenya.


Dor!


Satu pasukan Muarza tertembak. Pasukan Muarza yang lain menjadi panik dan satu per satu dihabisi oleh pasukan Exiastgardsun.


"Jangan panik! Buat perlindungan!"


Pasukan Muarza mulai berlindung di barisan pasukan bertameng. Nano sigap membantu para prajurit Muarza berlindung.


Dor!


Satu pasukan bertameng tertembak dan jatuh. Membuat pasukan yang berlindung semakin panik.


Nano mengamati arah datangnya peluru dari Gauss Rifle. Nano berlari mendekat ke tempat Nely berada. Nano menendang tubuh Nely yang merangkak membidik sasaran. Tubuh Nely berguling dan melihat ke arah Nano.


"Jadi kau ada disini, Sayang?"


Nely hanya terdiam.


"Kita bisa bicarakan semuanya di tempat lain."


Nano berlari ke suatu tempat dan Nely mengikutinya. Menteri Pertahanan Exiastgardsun melihat mereka pergi ke suatu tempat.


"Hei, Kau! Cepat susul mereka! Dan pastikan kau membunuh Nano Reinfield!" kata Menteri Pertahanan Exiastgardsun ke pemanah yang ada di dekatnya.


"Siap, Tuan!"


Pemanah itu pergi meninggalkan area pertempuran dan menyusul Nano dan Nely.


[Kota Mati di Bukit Juanar, Muarza]


Nano berlari dan bersembunyi di salah satu reruntuhan tembok. Tenaganya sedikit terkuras saat pertempuran tadi. Nano mengintip dari balik tembok mencari Sanelia yang membidiknya dengan Gauss Rifle.


Dor!


Satu tembakan dari Gauss Rifle menghancurkan tembok tempat Nano bersembunyi. Nano berlari mencari tempat perlindungan yang baru. Nano mengintip kembali mencari keberadaan Nely.


"Sanelia, maafkan aku! Aku tahu kamu juga tidak menginginkan pertempuran ini. Tapi percayalah tidak ada dada wanita lain yang selembut dirimu."


Suasana menjadi hening sesaat. Nano menghela nafas lega berharap rayuannya berhasil meluluhkan hati Nely. Kemudian beberapa tembok di sekitar Nano hancur satu persatu diselingi suara tembakan Gauss Rifle milik Sanelia.


Dor! Dor! Dor!


"Sial! Ternyata rayuanku tadi malah membuat dia tambah marah dan ingin membunuhku." kata Nano cemas.


Nano melihat pepohonan di sebelahnya dan memutuskan berlari menuju pepohonan itu. Tembakan Gauss Rifle milik Nely hampir mengenai tubuh Nano jika Nano sedikit lebih lambat. Ia bersembunyi di salah satu pohon sambil mengamati. Dan terlihat jelas gerakan Nely yang lamban dari pengamatan Nano. Nano berlari menuju tempat Nely dengan dual daggernya yang siap menyerang. Ia melompat dan melakukan spinning kick ke tubuh Nely.


"Reflexio!"


Nely merapalkan manteranya dan menangkis spinning kick milik Nano dengan dinding es yang ia ciptakan. Nano melompat mundur dengan posisi siaga. Ia sudah memperkirakan kalau Nely akan mengaktifkan Dark Mage mode. Nano tersenyum sekilas dan menyatukan dual daggernya dengan rantai hingga menjadi nunchaku.


"Jangan panggil aku Penari Dual Dagger dari Muarza kalau aku tidak bisa mengalahkanmu, Nely."


"Ardescat!"


Tiga buah bola api mengelilingi tubuh Blue Haired Magus itu. Satu per satu bola api itu mengarah ke Nano.


"Wind Shield!"


Nano membuat pertahanan dari bola angin yang mengelilingi tubuhnya. Dua bola api milik Sanelia berhasil merusak perisai angin Nano. Nano menepis sisanya dengan dagger miliknya. Nano berlari menerjang Nely dan menendang tubuh Nely hingga terhempas sejauh 2 meter.


Tap..
Tap..
Tap..

Nano melangkah mendekati Nely yang terjatuh dan mengulurkan tangan.


"Mau kubantu, Sayang?"


Pipi Nely memerah dan merapal mantera untuk menyerang Nano.


"Iaculation Fulgoris."


Sebuah petir padat berbentuk tombak sudah ada di dekat Nano dan Nely. Nano melompat mundur sejauh 2 meter dan petir itu menyambar tubuh Nano. Belum sempat Nano menghindar dengan cepat, petir itu menggores lengan kanan Nano hingga berdarah. Nano meringis menahan lukanya.


"Kau kejam sekali, Sayang."


Tombak petir meluncur cepat di belakang punggung Nano. Dengan sigap Nano melompat menghindari tombak petir itu. Tombak petir itu kembali meluncur dengan cepat. Nano bersiap dengan dual dagger nunchaku-form miliknya. Ia menangkis serangan tombak petir Nely dengan mengayunkan senjata miliknya hingga terjadi ledakan.


Duar!


Tubuh Nano terhempas dari asap tempat ledakan terjadi. Nano berguling menahan tubuhnya. Ia membersihkan darah yang ada di sudut bibirnya.  


"Fulguratio Albicans!"


Sebuah loncatan listrik menyambar cepat ke arah Nano. Nano yang terluka terkena serangan itu dan akhirnya Nano lumpuh oleh serangan Nely. Nely mendekati Nano yang sudah tidak berdaya.


Pemanah yang menyusul Nely dan Nano bersembunyi di suatu semak-semak berjarak 3 km. Bersiap membidik tubuh Nano yang lumpuh karena serangan Nely. Tubuh pemanah itu bergetar karena sasaran panahnya adalah putra mahkota dari Muarza yang terkenal dengan dual daggernya.


Swuush..


Panah meluncur cepat tepat ke arah tubuh Nano. Nely menyadari ada panah yang meluncur mengincar Nano, mendorong tubuh Nano untuk menghindari panah.


Jleb!


Panah itu mengenai punggung Nely. Kemeja dan jubah Nely mulai berwarna merah akibat luka panah. Pemanah itu bergegas pergi mengetahui bahwa Nely yang terkena panahnya. Nely segera mengambil Gauss Rifle dan membidik pemanah yang kabur.


Dor!


Pemanah itu tumbang ketika peluru Gauss Rifle milik Sanelia menembus baju besinya. Gauss Rifle milik Nely jatuh dan tubuh Nely tersungkur ke tanah. Nano menghampiri Nely yang terluka. Nano mencabut panah yang ada di punggung Nely dan memangku kepala Nely di kedua kakinya.


"Nely, bertahanlah! Kau harus tetap hidup!"


Nely tersenyum melihat kekasih hatinya ada di sampingnya. Ia memegang pegang pipi Nano dengan lembut sementara Nano berusaha menahan air matanya melihat Nely yang terluka. Nano menggenggam dan mencium tangan Nely. Nano tersenyum saat melihat cincin pemberiannya di jari manis Nely.


"Maafkan aku, Nano. Aku tidak bisa menghentikan perang ini." kata Nely tersenyum.


"Kamu tidak salah, Nely. Aku yang seharusnya bisa menghentikan ini seandainya aku bisa mengubah pikiran Ayahku."


"Aku sudah tahu semuanya, Nano. Maafkan aku yang tidak mendengarkanmu waktu itu."


"Nely, kumohon jangan bicara lagi. Akan kubawa kau ke dokter."


Saat Nano akan membawa Nely, tangan Nely menggenggam erat lengan Nano. Kepala Nely menggeleng mengisyaratkan penolakan.


"Tapi kenapa Nely? Kau harus tetap hidup. Apakah kau mencintaiku?"


"I-iya. A-aku mencintaimu." jawab Nely menahan rasa sakit di punggungnya.


"Berjanjilah padaku kau akan terus hidup, Nely."


Air mata mulai menetes di pipi Nano. Ia tak kuasa melihat Nely yang menderita dengan rasa sakit yang dialami.


"Ma-maafkan.. a-aku.. Aa-aku.. tidak bisa.."


"Jangan bilang seperti itu! Kumohon bertahanlah! Aku mencintaimu!!"


Nely menutup matanya tanpa menjawab.


"Nely!! NELY!!!!"


Hujan turun membasahi dataran Muarza. Menghapus semua sisa pertempuran. Juga menutupi air mata yang jatuh dari kedua mata Nano. Sekali lagi ia kehilangan, kehilangan orang yang ia cintai.

10 komentar:

  1. Oi, Ratu Huban! Dimana kau di entri ini? Bisa dibilang si Kepala Bantal ini yang paling menunjukan eksistensi [Alam Mimpi] jadinya entri ini agak rancu setting-nya.

    Nilai: 8
    -Dea (OC: Serilda Artemia)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih dengan kritikannya. soalnya saya benar-benar newbie soal Battle of Realms. jadinya saya kurang paham dengan keberadaan Ratu Huban :')

      Hapus
  2. Wogh, akhirnya ada yang bikin love story tentang Nely~
    XD

    **joget2 kegirangan**


    Saya nulis komen ini sambil baca, jadi komen yang ada akan berjalan seiring sampai mana saya membaca.

    1. Romance di awal benar benar kental vanilla. Meski saya ngerasa sediki ada yang kurang, terutama ketika pengarang menceritakan begitu saja tentang bagaimana keduanya saling mencinta. Padahal di sini ada motif yang bisa digali. Seperti Nano yang pernah menyelamatkan Nely misalnya.
    Badai salju liar menyapa, Nely terpisah dari rombongan ketika melakukan perjalanan, terguling-guling jatuh menuruni tebing, nyari mati kedinginan. Di sana (kebetulan) ada Nano, dan dia bertindak sebagai penyelamat. Keduanya menghabiskan malam berdua di dalam gua, lalu *** dan *** dan **** hingga akhirnya mereka jatuh cinta.

    kalo Premis pembukannya kayak gitu kan kece~ wkwkwkwk

    2. Ada penggunaan SFX~ Pasti dari LiNE ya~ :D

    3. Sebenarnya ada yang kurang akurat dari segi penceritaan Nely sih, seperti penerapan sistem parlemen di kerjaaan (penasihat, perdana mentri, dll) padahal seluruh titah Nely itu absolut lho dan dia bisa dibilang seorang diktator.

    Tapi masa bodo, saya gak pernah mempermasalahkan hal kecil kayak gini. OC saya digarap sama orang lain aja udah seneng kok, makasih ya~ :D

    4. Ada satu turning plot yang bikin saya janggal nih. Bukannya Nely itu punya perasaan sama Nano? Lantas kenapa dia begitu mudah kena pengaruh sama kabar burung dari si mentri pertahanan?
    Melakukan deklarasi perang itu bukan sebuah keputusan ringan lho. Seorang pimpinan kerajaan harus berpikir matang sebelum melakukannya. Sementara di lain pihak, Pemikiran Nely seakan diabaikan begitu saja. Masa sih dia nggak percaya sama Nano? Dihasut begitu mudahnya lewat satu bisikan pelan yang rasanya kurang motivasi utama. Saya sendiri sebagai pembaca, ngerasa ucapan si Mentri Pertahanan itu tidak berdasar, dan hanya menyandar pada asumsi saja.
    Butuh alasan lebih kuat untuk mengubah pemikiran seseorang yang lagi jatuh cinta.


    Btw, dia bisa seenaknya bilang, "Kita perang"
    Dasar cewek, gampang banget kebawa perasaan~ wkwkwkwk

    5. Dalam battle epic itu, cuma si Nely aja yang pake senapan, nyentang satu persatu dari kejauhan. Curang banget, wkwkwkwkwk

    6. Battle 1 vs 1 sama Nano, bisa-bisanya si Nely tersipu malu. Dasar sundere~

    7. Eh, panahnya beracun? Bisa one hit kill gitu.
    ._.

    8. Baca komen di bawah, saya juga baru ngeh, si Ratu Huban gak nongol sama sekali~ wkwkwk



    Nilai : 7

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas komennya. jujur awalnya liat-liat dulu karakter Nely, baru diterapin. maaf kalo penceritaannya kurang berkesan, efek dari lama vakum bikin cerita dan baru pertama masuk ke genre ini.

      Hapus
  3. Padahal love tragedy bersama Bu Nely, kenapa tidak ada netnot?
    Aku mengharapkan netnot -sangat sangat sangat mengharapkan-- biar punya temen

    Aw aw kisah cinta Nano sama Nely ini manis, beraroma dewasa banget. Sayang tidak ada netnot

    Itu kenapa Nely langsung percaya sama omongan orang? Menurutku lebih baik Nano sedang jalan sama cewek untuk urusan kerajaan, si cewek mencium Nano, Nely melihat dan salah paham. Perang deh

    Pertaruangannya seru dan enak diikutin

    7 untuk Nano, semoga menemukan cinta yang baru

    OC Rea Beneventum

    BalasHapus
    Balasan
    1. makash atas kritik dan sarannya. maaf kalo belum ada adegan netnot. soalnya masih awam soal BoR dan baru pertama kali ikut. kedepannya bakal lebih baik lagi.

      Hapus
  4. OC: Ghoul :=(D

    Ehem… Prolognya dah ngos-ngosan, aku suka prolog yang membangkitkan sisi sportiku dan merindukan sepatu jogingku yang nganggur di dekat rak komik.

    Penggunaan em-dash (--), bukan meses… eh maksudku tanda koma:
    Sejenak ia tersenyum karena sudah bertemu dengan pangeran hatinya—Nano Reinfield (em dash bukan koma).
    Hatinya sudah terisi oleh sosok perempuan bernama Sanelia—perempuan kedua yang bisa meluluhkan hati
    Natera—adiknya
    Seperti yang kita tahu, putra mahkota dari Kerajaan Muarza mencintai pimpinan kita—Ketua Sanelia

    Napas napas napas… bukan nafas… hosh-hosh…

    Eyd bagus ga banyak mesesnya. Kalo banyak, dah kujilat mesesnya…

    plotnya bagus n lumayan ga terduga…

    ehm… di sebelah mana kutaruh poin delapan bagusnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas kritik dan sarannya. untuk em-dash (--) jujur saya masih belum paham penggunaannya. karena keseringan dengan tanda koma. untuk EYD saya sering liat di KBBI untuk meminimalkan kesalahan EYD

      Hapus
  5. Duh maap ke-skip dari sekuens penilaian saya.

    Buat tantangan Love Tragedy. Ini entri boleh juga deh.

    Build-up udah bagus, klimaks pas eksekusi plot juga udah sip bangets. Ya itu cuma cerita cintanya agak kurang kalau ga ada bumbu netnot <(")

    Overall udah halus deh, jadi 8 dari saya.

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru bersama Zarid Al-Farabi

    BalasHapus
  6. Seperti kata komentator pertama, settingan Alam Mimpi-nya benar-benar tak dimunculkan di cerita ini sehingga latar belakang tempatnya pun menjadi rancu. Ini terjadi di manakah? Apakah benar di dalam settingan si Nano jika Kerajaan Muarza-nya tetanggaan dengan Exiastgardsun? Alasan berperangnya juga perlu dikritisi. Seperti kata orang bijak, perang itu merupakan jalan terakhir yang sebisa mungkin harus dihindari. Sebenarnya alasan kedua negara itu saling berperang karena apa? Dan si menteri pertahanannya juga ngawur sekali menolak kesempatan berdamai dan menentang perjodohan diplomatis. Begitu pula dengan Raja Muarza yang asik aja nyerbu-nyerbu negeri lain. Sekali lagi saya tekankan, motivasi perangnya mesti digali lagi.

    Sebenarnya mudah saja dan banyak contohnya di fiksi ataupun dunia nyata. Suatu negeri bisa berperang dengan negeri lain, misal karena wilayahnya diinvasi. Atau karena negeri itu dijajah oleh negeri yang lebih kuat. Atau mungkin saja memang sedang ada politik memperluas wilayah sehingga harus menaklukkan negara lain dan mencaploknya.

    Kemudian masuk ke cintanya, seperti kata empunya OC Nely, perlu ada penjelasan atau latar belakang juga kenapa Nely dan Nano bisa saling cinta~ Atau minimal, kasihlah adegan mereka bertemu untuk pertama kalinya. Di sini kan pembaca sudah disuguhi kalau keduanya sudah saling suka. Pembaca (terutama jenis seperti saya) butuh lebih.

    Dan terakhir, nggak kebayang sebenarnya bentuk Dual Dagger yang dijadikan Nunchaku itu seperti apa ._. Nunchaku itu double stick yang dihubungkan dengan rantai atau tali, kan?

    Ponten 6++

    - hewan -

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.