Senin, 14 Maret 2016

[FBC] 032 - ALEX ALDUIN

ASEP CODET (ALEX ALDUIN)
VERSUS
SANELIA NUR FIANI
FATANIR
LAZUARDI
[Tantangan NV6]
oleh: Dendi Lanjung

---

Peringatan: Cerita ini dibuat penulis tanpa melihat kembali charsheet OC yang bersangkutan. Semua OC ditampilkan berdasarkan gambaran kasar karakterisasi dan garis besar kemampuan khususnya.


[$1]
Semua Yang Terjadi Di Dunia Ini, Diawali Dengan Ledakan


DUAAARR!! Begitulah cerita ini dimulai.

Bersamaan dengan suara ledakan, sebuah lubang tercipta dari ketiadaan, menciptakan sebuah jalan tembus yang merobek ruang dan waktu.

Dari lubang tersebut, sesosok pria bertubuh besar, berambut kelabu, terlempar dengan kasar dari ujung sana.

Ah, ralat, rambutnya ternyata bukan kelabu, tapi ubanan.

Walau terlempar di tanah yang keras, si pria seperti tak merasakan apa-apa. Tangannya yang besar, menepuk-nepuk debu dan kotoran yang menempel di tubuh atasnya yang tak tertutupi kain apapun. Pria itu bernama Alex Alduin, atau lebih dikenal orang-orang dengan nama...

Asep Codet.

Preman Bandung itu pun mengarahkan pandangannya ke sekeliling tempatnya berada. Dia terkejut. Tempatnya sekarang berada adalah sebuah hutan lebat penuh dengan pohon-pohon besar yang menjulang, hampir menutupi langit cerah berwarna hijau. Matahari terik menyinari tempat tersebut, sementara di bagian langit lain, dua bulan tampak menghiasi.

''Langit hijau? Bulan kembar? Ini pasti bukan Bumi.''

Tapi Asep kemudian semakin terkejut ketika menyadari bukan hanya dirinya yang berada di hutan tersebut.

Di samping kiri dan kanannya, berdiri dua pasang manusia yang saling berhadap-hadapan. Keduanya seperti akan bertarung, tapi melihat wajah mereka, mereka juga sepertinya terkejut melihat kedatangan Asep yang muncul entah darimana.

Dua pasang yang pertama, satu perempuan dan satu laki-laki. Keduanya berwajah hampir serupa, menandakan mereka mungkin bersaudara. Mereka masing-masing memegang senjata yang sepertinya selalu digunakan setiap saat, si laki-laki memegang busur, sementara yang perempuan memegang sepasang belati di kedua tangannya. Sosok mereka terlihat sangat muda, mungkin belasan tahun. Asep sama sekali tak mengenali kedua remaja tersebut.

Namun Asep mengenali sepasang yang lain, dua orang wanita berbeda usia yang terlihat seperti ibu dan anak. Wanita yang lebih tua berambut biru cerah, sementara yang lebih muda berambut pirang.

''Maria Fellas, terus kau, Sanelia kan?'' tanya Asep tak berbasa-basi. ''Tapi kok jadi tua?''

Semua orang terheran-heran ketika Asep mengetahui nama mereka, kecuali wanita yang disebut Sanelia. Wajah Sanelia justru ketakutan.

''Kamu siapa? Apa kamu juga bermaksud memisahkan Fely dari Mama?!'' ucap anak gadis yang disebut Maria Fellas.

Asep hanya bisa bengong mendengar ucapan gadis berambut pirang tersebut.

''Kak Fely!'' bentak remaja perempuan sembari mengacungkan belatinya ke arah wanita berambut biru, ''Kak Fely bukan anak penyihir itu!''

''Kakak anak Tante Mawar, Kak Fely adalah kakak sepupu kami!'' tambah remaja laki-laki di sebelahnya.

''Bukan, aku tidak kenal Mawar, aku juga tidak kenal kalian!'' teriak Fely. ''Berhenti memanggilku kakak!''

''Fely, mundurlah, mundur ke belakangku!'' ucap Sanelia.

Mendengar ucapan ibunya, Fely menatap bingung. ''Kenapa Ma? Aku bisa mengalahkan mereka, aku bisa menggigit semuanya sampai mati!''

Tapi Sanelia tak memperdulikan ucapan Fely, dia kemudian menarik tangan si gadis dan membiarkannya berdiri di belakang.

''Siapa kau?'' tanya Sanelia kepada Asep.

''Loh, kau lupa ya? Ini aku, Asep.''

''Bohong!'' bentak Sanelia. ''Kau bukan Kang Asep, siapa kau?!''

Pandangan Sanelia begitu tajam terhadap Asep, tak memperdulikan sekitarnya. Bahkan sepasang anak yang sebelumnya berseteru dengannya pun menyadari kalau pria yang disebut Asep itu membuat Sanelia seperti ketakutan.

Namun Asep hanya tersenyum.

''Matamu tajam seperti biasanya, Sniper!'' jawab Asep. ''Kau benar, aku bukan Asep, aku Alex.''

''Mana Kang Asep?''

''Dia mati. Aku membunuhnya.''

•••

''Bagaimana caranya ngebedain Asep asli dengan yang lain?''

''Gampang,'' ucap Asep Hijau. ''Semua klon Asep, Alex, termasuk saya, masih memiliki tato Ballista. Sedangkan Tuan Asep asli, sudah kehilangan ajian Ballistanya saat ronde dua.''

''Iya, waktu itu teh saya terpaksa ngebunuh si Nobu, dan ajian Ballista akan menghilang kalau penggunanya membunuh orang.'' ucap Asep original.

''Ta-Tapi, bagaimana kalau si Alex berani membunuh dan kemudian kehilangan ajian Ballista-nya juga, atau, Kang Asep tiba-tiba mendapatkan kembali ajiannya?'' tanya Nely.

''Gak mungkin bisa kembali...'' Asep asli terdiam sejenak. ''Tapi kalau itu terjadi, ingatlah bahwa saya akan selalu memanggilmu 'Neng Nely'.''


Itulah ingatan terakhir Nely sesaat sebelum pertarungan antara kaum pemberontak dan rezim Alex dimulai. Ingatan saat dia masih berada di Alforea, ingatan yang telah tersimpan lima belas tahun lamanya. Saat itu usianya masih delapan belas tahun, sekarang dirinya sudah menjadi wanita dewasa yang kenyang pengalaman

''Tidak mungkin! Tidak mungkin Kang Asep kalah!'' bantah Nely dengan tegas. ''Apalagi dari orang sepertimu!''

''Tapi itu kenyataannya, aku membunuhnya dengan tanganku sendiri!'' ucap Alex sambil tertawa. ''Dia merengek minta ampun, tapi aku tak peduli, aku hantamkan saja tinjuku ini ke wajahnya—''

''Diam sialan!'' Nely yang terpancing emosinya, seketika merentangkan kedua tangannya. Dari kedua telapak tangannya, masing-masing muncul semacam kabut sihir serupa api dan es.

Fely yang sedari tadi berdiri di belakang Nely hanya bisa memandang khawatir ibunya tersebut. Sepanjang ingatannya, tak pernah dia melihat Nely yang begitu kalap terhadap seseorang. ''Ma, siapa lelaki itu?''

Tapi Nely tak menghiraukannya, pandangannya kemudian beralih ke sepasang remaja di sampingnya.

''Kalau kalian masih sayang dengan nyawa kalian, sebaiknya kalian cepat pergi.'' ucap Nely.

''Memangnya siapa kau berani menyuruh kami!'' balas si remaja perempuan.

''Bawa Fely juga, pergilah kalian sejauh mungkin!''

''Ma, aku gak mau ninggalin mama!'' ucap Fely. ''Siapa pria itu?''

Sepasang remaja itu saling berpandangan, selama ini usaha mereka untuk merebut sang kakak sepupu selalu gagal karena tindakan Nely yang gigih menghalangi mereka. Tapi di hadapan pria misterius tersebut, si penyihir malah tanpa pikir panjang menyerahkan Fely kepada mereka berdua.

''Ya, pergilah kalian semua, lari secepat mungkin, ini bukan tempat buat bocah ingusan seperti kalian!'' ledek Alex.

''Apa katamu!'' si remaja perempuan pun ikut-ikutan terpancing emosinya, sembari menyiagakan dua belati yang sedari tadi digenggamnya. ''Aku bisa mengalahkan pria sepertimu dengan mudah!''

''Buktikan kalau begitu!'' tantang Alex.

''Philia, jangan terpancing!'' seru si remaja laki-laki, tapi si remaja perempuan, Philia tak menggubrisnya.

Remaja tersebut menerjang Alex dengan kecepatan kilat, sama sekali tak memperlihatkan usianya yang masih belia. Dengan ganas kedua tangannya menyabetkan sepasang belati berbeda warna ke arah si preman palsu. Tapi Alex tanpa keluar keringat bisa menghindarinya dengan mudah, bahkan sempat menyarangkan dorongan ke badan Philia yang lebih kecil, membuat remaja tersebut sempat kehilangan keseimbangan.

Mencoba memamfaatkan celah yang ada, Alex mengambil ancang-ancang untuk menyarangkan tinju terkuatnya, [Dragon Vod''ka].

''DRAGON VODKA—''

Tapi belum sempat Alex bergerak, sebuah panah melesat dan menancap tepat di bahunya. Alex tersentak, serangan itu berasal dari busur si remaja laki-laki.

''Anjing, kalian sukses bikin aku marah!'' ucap Alex murka. ''Mampus kalian semua!!''

''Orlick, nice shot!'' seru Philia. ''Tapi harusnya kau menembak kepalanya saja tadi.''

''Aku memang mau menembak kepalanya!'' jawab Orlick. ''Tapi dia bisa menghindar.''

''Sudah kubilang, kalian berdua, pergilah, bawa Fely bersama kalian!'' seru Nely.

''Aku gak mau pergi Ma!'' balas Fely, ''Biar kulawan si berengsek itu, darahku menguap hanya dengan melihatnya!''

Tapi kemudian sesuatu terjadi, langit di sekitar mereka berubah gelap, lebih tepatnya berubah warna menjadi biru gelap. Bukan hanya langit di atas hutan tempat mereka berada, tapi di langit seluruh planet itu berubah warna. Mau tidak mau, mereka berlima mengarahkan pandangannya sejenak ke arah langit.

Apa yang sebenarnya terjadi?


•••

[$2]
Sebuah Planet Bernama Krismon


Pada zaman dahulu kala, di gugusan bintang yang sangat sangat jauh, tersebutlah sebuah planet bernama Krismon. Sempat disebut sebagai saudara kembarnya Bumi, Krismon yang berwarna dominan hijau, disebut-sebut sebagai planet terkaya seantero Galaksi Auramandie. Konon saking kayanya, ada yang mengatakan kalau seluruh permukaan tanah Krismon mengandung unsur emas 24 karat. Tapi tentu saja itu berlebihan.

Krismon sebenarnya adalah planet tempat berdirinya bank terbesar sealam semesta. Hampir semua bangsa-bangsa kaya yang mendiami ribuan planet di Galaksi Auramandie, menyimpan kekayaannya, dan segala harta berharganya di planet tanpa satelit ini.

Bank yang dimaksud adalah Bank Tamon, dan selama ribuan tahun pengelolaannya dipegang oleh Kekaisaran Tamon Receh. Saking besarnya, Bank Tamon memang lebih mirip sebuah negara serikat daripada sebuah perusahaan.

Selain Kekaisaran Tamon, di Krismon berdiri pula 'kerajaan-kerajaan' kecil yang berfungsi sebagai negara-negara penyokong. Ada kerajaan yang khusus mengelola makanan, kerajaan pakaian, kerajaan konstruksi, dan tentu saja ada juga kerajaan yang didirikan khusus untuk menjaga keamanan seluruh Planet Krismon. Nama kerajaan tersebut adalah Mercenaria. Pemimpinnya adalah Prabu Weasel dan Mahapatih Mimashiki.

Selain menjaga keamanan planet dari kejahatan maling luar angkasa, Kerajaan Mercenaria juga bertugas menjaga keamanan dari kejahatan para penduduk Krismon sendiri. Salah satu kelompok penjahat yang setiap minggu merongrong ketertiban Krismon adalah pasangan suami istri bernama Mawarepulsa dan Doktor Fata. Ironisnya, Mawarepulsa adalah adik kandung Mimashiki.

Dan seperti minggu-minggu sebelumnya, episode ini pun Mawarepulsa kembali berusaha mencuri gudang penyimpanan harta Bank Tamon di Gunung Celeng Bagong. Terjadi pertempuran dahsyat antara pasukan Bearserker-nya Mawarepulsa dan tentara penjaga Mercenaria. Namun pada akhirnya, pasukan dipimpin langsung oleh Mahapatih Mimashiki berhasil memukul mundur para Bearserker.

''Keluar kau Mawar!!'' teriak Mimashiki sembari menembakkan pistol lasernya ke kepala seorang Bearserker. ''Di manapun kau bersembunyi, aku akan menemukanmu, dan akan membunuhmu!!''

''Mahapatih, anda dipanggil untuk menghadap Sang Prabu.'' ucap seorang prajurit tergesa-gesa.

''Mau apa dia?'' tanya Mima.

''Suami anda—Maksud saya, Prabu Weasel membutuhkan anda di istana.''

Mima hanya mendengus, sebelum bisa menangkap Mawar, dia tak mau direpotkan oleh hal yang lain, termasuk suaminya sendiri. Tapi titah raja adalah absolut, dan mau tidak mau harus dituruti.

''Kau urus sisanya, Mawar sialan itu sepertinya tak ada lagi di sini,'' ucap Mima, ''Jangan ada yang selamat, habisi semua Bearserker itu!''

''Siap Mahapatih!''

Dengan kesal Mima pun menaiki Swallow dan terbang meninggalkan medan pertempuran, dan pulang menuju Istana Mercenaria.

•••

Mimashiki Pancawarna, atau dikenal sebagai Mima Sang Pembantai, adalah prajurit terkuat di seluruh galaksi. Kekuatannya setara dengan Chuck Norris dan Kang Yayan Ruhian. Sementara adiknya, Mawarkusuma Pancatunggara, atau dikenal sebagai Mawarepulsa Si Guru Pembunuh, adalah penguasa dunia kegelapan, ratu kejahatan yang tak mengenal belas kasihan, wanita paling kejam di planet Krismon.

Keduanya sebenarnya kembar, namun saat kelahiran, terjadi komplikasi. Mawar dilahirkan secara cesar, sementara kakaknya Mima justru lahir secara normal. Sejak kecil, bayi Mawar tak pernah beruntung, tangan kanannya harus diamputasi karena tak terbentuk normal. Kebotakan, mata minus, disorientasi kaki, hanya menambah daftar panjang hal yang bisa membuat Mawar iri terhadap Mima. Dibanding Mawar, Mima memang tumbuh menjadi gadis yang sempurna, mata hijau yang langka, fisik yang kuat, sifat yang tegas dan kecantikan alami yang tak dibuat-buat mengantarkan Mima berada di posisinya sekarang sebagai Mahapatih Mercenaria. Sementara Mawar sendiri, disamping kekuranganya, sebenarnya dikaruniai kepintaran yang luar biasa. Di usia yang sangat muda, Mawar telah dikenal sebagai seorang jenius dan mengepalai kementerian teknologi di Mercenaria.

Semuanya seharusnya berjalan di jalurnya masing-masing, Mima di dunia politik, sementara Mawar di dunia ilmu pengetahuan. Tapi satu hal terjadi di saat usia mereka beranjak dewasa. Mereka menikah.

Diawali dengan sayembara yang diadakan sang pewaris tahta Mercenaria, Pangeran Weasel. Sang Pangeran berniat mengambil permaisuri bukan dari kalangan bangsawan, tapi dari rakyat biasa. Singkat cerita, sayembara itu pun menyisakan Mawar dan Mima sebagai dua finalis, dan pada akhirnya Weasel pun memilih Mima yang saat itu masih menjabat Mahamenteri untuk menjadi istrinya. Hal itu meninggalkan luka yang perih di hati Mawar, timbul kebencian terhadap dua pengantin baru tersebut.

Namun tak berlangsung lama, Mawar pun mendapatkan tambatan hatinya sendiri di sosok seorang insinyur berambut kribo yang usianya terpaut jauh darinya. Nama insinyur muda tersebut adalah Fatanir.

Mereka pun menikah, menyusul sang kakak yang sudah lebih dulu berumah tangga. Sebagai hadiah pernikahan, Fata bahkan membuatkan tangan robotik untuk menggantikan tangan kanannya yang hilang sejak bayi. Mawar pun hamil. Keberuntungan akhirnya mulai berpihak padanya, begitulah pikir Mawar saat itu. Karena di saat yang sama, pernikahan Mima yang bertaut tiga tahun dengan pernikahan Mawar, malah belum juga dikarunia seorang putra. Padahal sebagai pasangan Raja dan Ratu, melahirkan keturunan itu sama pentingnya dengan menjaga keamanan kerajaan.

Hari kelahiran tiba, dan insiden itu pun terjadi. Bayi perempuan Mawar yang baru saja lahir, tiba-tiba saja menghilang. Kuat dugaan bahwa seseorang menculiknya. Mawar yang marah, tak berpikir panjang untuk menuduh Mima sebagai dalang penculikan. Mima dengan kedudukannya sebagai ratu dan mahapatih tentu saja tak terima, pertengkaran hebat antara dua saudari pun pecah. Keduanya sama-sama tak mau mengalah, saling tuduh dan saling menyalahkan. Mawar akhirnya diusir dari Mercenaria.

Sejak saat itu, Mawar pun mengganti namanya menjadi Mawarepulsa. Dia juga mengucapkan sumpah bahwa dia tidak akan berhenti untuk mengganggu keamanan di seluruh Planet Krismon, satu hal yang tentu saja menjadi tugas Kerajaan Mercenaria untuk menjaganya.

Sampai saat ini, perseteruan antara keduanya tak pernah surut. Sementara itu, kabar tentang keberadaan bayi Mawar yang diculik, seperti hilang ditelan angin. Apa benar dia disingkirkan Mima? Atau seseorang yang lain yang menculiknya? Masih hidup atau sudah mati? Tidak ada yang tahu.

Entah kebetulan atau tidak, setahun setelah Mawar diusir dari Mercenaria, Mima pun melahirkan sepasang anak kembar yang diberi nama Orlick dan Philia.

•••

Equilibrium, istana Kerajaan Mercenaria.

Kendaraan terbang yang dikendarai Mima akhirnya tiba di balkon istana. Tergesa-gesa Mima berjalan ke arah ruang tahta untuk menemui suami sekaligus rajanya, Prabu Weasel.

''Mahapatih Mima telah tiba!'' seru sang penjaga.

Tak memperdulikan protokol, Prabu Weasel yang melihat kedatangan Mima, dengan cepat menghampiri istrinya tersebut. Pria paruh baya itupun kemudian memeluk dan menciumi bibir dan wajah Mima. Diperlakukan seperti itu Mima gelagapan.

''Ja—jangan di sini, sekarang bukan waktunya untuk gituan,'' ucap Mima sambil ke arah penjaga yang juga terlihat salah tingkah.

''Tapi aku khawatir, sayang, setiap minggu kau pergi untuk berperang dengan Mawar, setiap minggu pula jantungku serasa copot,'' ucap sang prabu bernada pilu. ''Aku tidak ingin  terjadi kau terluka.''

''Kamu tau kan aku gak akan semudah itu terluka, apalagi kalah dalam pertempuran.'' balas Mima, ''Jadi kenapa kau memanggilku ke sini?''

''Eh, kamu gak mau bersantai dulu?'' tanya Weasel, ''Mandi dulu yuk, barengan.''

Mima sama sekali tak menjawab, dan hanya diam menatap suaminya tersebut.

''Ah, baiklah,'' ucap Weasel mengerti, ''Mungkin ini bukan apa-apa, tapi ada kabar kurang mengenakkan dari Kerajaan Ilmiah, Raja Hewanurma mengatakan ada sebongkah besar asteroid yang menuju Krismon!''

''Apa beliau yakin?''

''Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa jalur asteroid itu tepat menuju Krismon. Saat ini sedang ada pembicaraan khusus di Kekaisaran Tamon. Tapi skenario terburuknya, akan ada evakuasi untuk seluruh keluarga kerajaan Planet Krismon.''

''Bagaimana dengan perkiraan waktu tabrakan asteroid? Kapan batas waktu evakuasi harus dimulai.''

''Perhitungan kasar, paling cepat sehari dua hari, penampakan asteroid itu terlihat oleh kasat mata, perkiraan waktu tabrakan sekitar lima hari.''

''Mana sempat!'' ucap Mima. ''Tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu seluruh penduduk bisa dievakuasi!''

''Makanya, evakuasi akan diprioritaskan untuk keluarga kerajaan saja, tidak mungkin seluruh penduduk Krismon bisa diselamatkan.''

''Apa?!'' ucap Mima yang terlihat geram, tapi kemudian dia teringat sesuatu. ''Mana Orlick dan Philia?''

''Tenanglah, anak-anak sekarang sedang bersama Jade.''

Sekonyong-konyong seorang robot berbentuk manusia mendatangi mereka berdua. ''Tuan memanggil saya?''

Baik Mima maupun Weasel terkejut melihat kedatangan si robot. ''Jade, mana anak-anak?''

''Loh, bukannya mereka bersama Prabu Weasel?'' jawab Jade dengan polos. ''Me—Mereka minta ijin untuk menemui Yang Mulia Prabu.''

''Uh, sudah kubilang jangan gampang tertipu ucapan mereka, dan jangan melepaskan pandanganmu!'' bentak Mima. ''Mereka pasti sedang pergi lagi ke Hutan Jutawan, mencari lagi keberadaan anak si Mawar!''

''Tenanglah, sayang,'' ucap Weasel, ''Jade, bawa beberapa prajurit, jemput mereka sekarang!''

''Baik tuan.'' balas Jade sambil buru-buru pergi meninggalkan mereka berdua.

Mima hanya bisa mengurut dada, mencoba menahan emosinya. ''Sudah kubilang beberapa kali supaya mereka melupakan Mawar, atau anaknya, tapi mereka sama sekali tak mau mendengar.''

''Sifat keras kepala mereka menurun darimu.'' ucap Weasel sambil tersenyum.

Tak lama berselang, seorang penjaga datang menghampiri mereka. ''Lapor Yang Mulia.''

''Ada apa?''

''Langit Yang Mulia, terjadi sesuatu yang aneh dengan langitnya.''

''Apa maksudmu? Bicara yang jelas!'' bentak Mima.

''Mungkin lebih baik kalau anda berdua melihatnya sendiri.''

Mima dan Weasel saling berpandangan, namun kemudian mengikuti ajakan sang penjaga untuk pergi keluar istana. Sesaatnya di luar, mata mereka terbelalak saat melihat seluruh langit telah berubah warna menjadi biru gelap. Karena sejatinya warna langit Krismon di siang hari adalah hijau. Mereka berdua langsung teringat kepada asteroid yang dibicarakan sebelumnya.

Apakah ada hubungan antara perubahan warna langit dan kedatangan asteroid?


•••

[$3]
Sesal dan Luka


Di suatu tempat di tengah-tengah Samudera Dollars, di kedalaman tiga ribu meter di bawah permukaan laut, berdiri sebuah istana yang tersembunyi di karang berduri. Nama istana tersebut adalah Mawarenja. Pemiliknya siapa lagi kalau bukan pasangan ilmuwan paling jahat seantero planet, Mawarepulsa dan Doctor Fata.

Segera setelah pertarungan yang dengan kekalahannya, Mawar pun kembali ke istana dan berdiam diri di ruang kerjanya.

Mawarepulsa hanya bisa terdiam saat melihat layar monitor di depannya. Di monitor tersebut terlihat ngit yang berwarna biru indigo. Seumur hidup belum pernah dia melihat kejadian seperti itu. Sempat terpikirkan ide jahat untuk merubah warna langit menjadi merah, tapi itu hanyalah sebuah wacana. Apa mungkin ada ilmuwan jahat lain yang memikirkan ide brilian seperti itu dan berhasil mempraktekkannya?

''Sialan, sepertinya aku keduluan!'' ucapnya geram. ''Seribu pasukanku mati dan sekarang ini, hari ini benar-benar sial!''

Mawar pun kemudian mencari-cari suaminya, ''Bang, di mana kau Bang?''

Setelah menunggu beberapa detik, suami Mawar, insinyur kejahatan yang sekarang berjuluk Doktor Fata pun datang dengan tergopoh-gopoh. ''Iya Dek Mawar?''

''Lama ih!'' ucap Mawar sambil berkacak pinggang, jarinya kemudian menunjuk fenomena langit biru gelap di angkasa. ''Bisa jelaskan?''

Fata hanya bisa terperangah melihat fenomena tersebut. ''A—Aku gak tau apa-apa sayang, keahlianku kan cuma di bidang teknik.''

''Uh, aku tau itu! Maksudku, apa ada info tentang ini di Kerajaannya si Hewanurma? Kita masih menyadap mereka kan?''

''Aku... tak mendapat info apapun tentang langit indigo, dek.'' jawab Fata.

Mawar pun tampak berpikir sejenak, matanya melotot saat teringat sesuatu. ''Alien putih itu pasti tau sesuatu!''

''Eh, ma—mana mungkin, dia tak mungkin tau tentang hal ini, dek.''

''Tak ada salahnya mencoba.''

Mawar, disusul suaminya, bergegas menuju elevator yang membawanya ke lantai paling bawah Istana Mawarenja. Lantai tersebut ternyata khusus dibuat sebagai penjara bawah tanah tempat para kelinci percobaan ditawan. Gelap dan lembab, begitulah keadaan penjara bawah tanah tersebut, tapi Mawar dan Fata sama sekali tak terganggu dengan kondisi ruangan ataupun rintihan dari para tawanan yang mulai sekarat.

Namun semakin ke tengah, kondisi ruangan justru semakin bersih. Tepat di tengah ruangan, berdiri kokok sebuah penjara yang terbuat dari kaca serupa akuarium. Di dalam penjara kaca tersebut, seorang wanita yang seluruh tubuhnya berwarna putih, ditahan di sana.

''Kilatih, apa yang kau tahu tentang langit indigo?'' tanya Mawar langsung.

Wanita yang dipanggil Kilatih hanya diam menatap tajam dengan mata putihnya. Kilatih bukanlah penduduk Krismon, struktur tubuhnya serba putih, dari mulai rambut, mata, kulit, bahkan sampai organ intimnya pun berwarna putih. Ya, Kilatih memang tak memakai sehelai benang pun, tak ada baju khusus luar angkasa atau apapun. Bahkan saat dirinya terjebak oleh perangkap Mawar dan Fata, wanita luar angkasa tersebut dalam keadaan telanjang bulat. Satu-satunya benda yang dimilikinya saat dia tertangkap hanyalah sebuah selancar yang juga berwarna putih.

''Tak mungkin dia tak tau apapun kan, bang?'' ucap Mawar kepada suaminya. ''Sampai saat ini dia selalu bungkam, padahal sudah kusiksa ratusan kali, tapi dia tetap diam, makhluk menyebalkan!''

Fata sendiri tak berkata apa-apa, matanya menatap langsung Kilatih. Entah kenapa ekspresinya terlihat dingin.

TOK! TOK!

Suara ketukan pun terdengar dari balik penjara kaca. Kilatih tampak ingin berbicara sesuatu.

Mawar dan Fata sejenak saling berpandangan, namun wanita berkerudung itu pun kemudian mulai mendekati dinding kaca tempat Kilatih berada. ''Kau mau bicara sekarang?''

''Waktu yang dijanjikan itu, sekaranglah saatnya.''

Bersamaan dengan ucapan si alien putih, Mawar terpekik kaget. Sebilah pedang laser menusuknya dari belakang sampai menembus dadanya, pelakunya ternyata adalah suaminya sendiri, Doktor Fata.

''Ke—Kenapa?'' ucap Mawar pelan, darah segar mulai mengalir dari mulut maupun luka tusukan. Saat Fata menarik kembali pedang lasernya, tubuh Mawar pun ambruk seketika.

''Itu untuk Kana.''

•••

Mawar masih tak percaya bahwa suami yang telah bersamanya selama lima belas tahun, tega menusuknya dari belakang. Tubuhnya langsung kehilangan tenaga, wanita itu pun terus terbaring lemas. Tak terasa air matanya mulai mengalir.

''Kana? Serius?'' ucap Mawar, ''Kau masih mencintainya sampai sekarang?''

''Masih.'' jawab Fata singkat. ''Asal kau tahu, akulah yang menculik anakmu dan membuangnya di Hutan Jutawan.''

''Anakku? Maria itu anak kita, bang, kita bikinnya berdua!'' balas Mawar.

TOK! TOK!

Suara ketukan pun terdengar lagi dari balik penjara kaca.

''Sesuai perjanjian, lepaskan aku, dan kupastikan Sang Nol akan mengabulkan permintaanmu, apapun itu.'' ucap Kilatih bernada datar.

Fata tak merespon, matanya sayu melihat detik-detik terakhir hidup istrinya. Begitu juga dengan Mawar, pandangannya tertuju ke arah suaminya.

''Asal abang tau juga, aku memang membenci Kana karena menculik Maria dan berniat membunuhnya. Ya, aku tahu dialah yang menculik Maria.'' ucap Mawar lemah, ''Tapi bukan aku... bukan aku yang membunuh Kana.''

Mendengar itu alis Fata berkerut, ''Bohong, kau lah yang membunuhnya!''

''Bukan!'' bantah Mawar dengan sisa-sisa tenaganya, ''Saat aku mencari keberadaannya di Hutan Jutawan, aku menemukan mayat Kana telah membeku. Seseorang telah membunuhnya dengan senjata es atau semacamnya. Dan aku tak menemukan Maria, sementara satu-satunya orang yang tahu keberadaan Maria telah mati membeku!''

Fata tak bisa berkata apa-apa, dia tak bisa mempercayai ataupun membantah cerita Mawar.

''Setelah itu aku merelakan Maria di tangan sang takdir, membiarkan 'dia' yang menjaganya. Aku tak tahu apa alasanmu melakukan semua itu, membuatmu memusuhi kakakku sendiri, menjadikanku... menjadikan kehidupan kita mengalir di jalan kejahatan. Tapi satu hal yang pasti, aku membiarkan semuanya berjalan seperti kehendakmu, itu karena aku...''

Ucapan Mawar berhenti, pandangan matanya kosong. Wanita tersebut telah mati.

Fata terdiam. Pandangannya sama kosongnya. Dirinya masih hidup, tapi sesuatu di dalam hatinya seperti hancur berkeping-keping.

TOK! TOK!

Sekali lagi suara ketukan terdengar dari balik penjara kaca. Tapi kali ini Kilatih tak berkata apa-apa, matanya menatap Fata tanpa ekspresi.

Namun Fata hanya membalasnya dengan pandangan sepi. Tanpa berkata apapun, pria berambut kribo itu menekan satu tombol dan menghilangkan dinding kaca yang menahan Kilatih. Alien putih itu pun terbebas.

Kilatih pun mendekati Fata, ''Aku akan menemui Sang Nol dan membicarakan tentangmu. Kau boleh pergi sejauh mungkin. Atau membantu kami memanen sebanyak mungkin inti kehidupan planet ini. Perjanjiannya masih berlaku. Tapi yang manapun keputusanmu. Planet ini tetap akan mati.''

Selesai berbicara seperti itu, sebuah selancar putih tiba-tiba datang entah darimana menghampiri Kilatih. Kilatih dan selancarnya kemudian pergi dengan cepat meninggalkan Fata dan mayat istrinya. Entah kemana tujuan Si Alien Putih, tapi yang pasti kedatangan Sang Nol semakin dekat.



Fata berjalan gontai menuju elevator, tujuannya bukan ke lantai atas, tapi semakin jauh ke bawah. Pria itu membawa serta lengan robotik yang asalnya dipakai Mawar. Sebuah ruangan lain tersembunyi jauh di dasar Istana Mawarenja. Ruangan yang sangat luas, berisi  jutaan sosok mahkluk berzirah besi warna pink. Jutaan makhluk berwujud beruang tersebut berjajar rapi, diam tak bergerak.

Fata kemudian munuju tribun tempat berdirinya lemari hitam. Lengan robotik yang dibawanya dia benamkan ke arah lemari hitam tersebut. Seperti sebuah cairan, lemari yang itupun berubah bentuk. Fata dengan kemampuan Tecknopath-nya telah menciptakan sebuah zirah dengan teknologi nanomachine yang sangat canggih.

Zirah yang berbentuk dari perubahan lemari hitam itu kemudian menyelimuti tubuh Fata dan membuatnya seperti robot tempur setinggi tiga meter lebih. Tangannya kemudian mengarah ke atas, dan bersamaan dengan itu, jutaan pasukan beruang berwarna pink itu seketika menjadi hidup. Mereka meraung-raung, menggema ke seluruh ruangan.

Tak berapa lama, ruangan itupun bergetar. Sebuah mekanisme hidrolik mengangkat seluruh Istana muncul di permukaan. Istana Mawarenja terbelah dan ruangan tempat Fata dan jutaan pasukan beruangnya berada pun terbuka. Langit yang semakin biru pun terlihat jelas oleh Fata.

''STROBEARYTROOPER!!'' teriak Fata. ''Kalian lakukan apa yang telah kuprogramkan, gagalkan rencana evakuasi para penduduk Krismon, termasuk keluarga kerajaan itu. Bunuh mereka semua!''

Dan para beruang pink itu sekali lagi meraung, sebelum masing-masing dari mereka kemudian menyebar ke seluruh penjuru Planet Krismon.

''Aku tak peduli lagi.'' ucap Fata sebelum dia sendiripun terbang dengan memakai zirah robotnya.


•••

[$4]
Sang Nol


Jauh di luar angkasa, sebuah asteroid biru semakin mendekati planet Krismon. Sementara kabut yang mengiringi asteroid itu justru tiba lebih dulu dan menyelimuti seluruh Krismon, seakan memeluk, mengunci planet hijau tersebut.

Namun sebenarnya, itu bukanlah asteoid biasa. Benda itu bahkan bukanlah sebuah asteroid, dan sama sekali tidak terbentuk dari bebatuan. Benda itu adalah Sang Nol. Dia hidup dan telah berusia milyaran tahun. Bergerak dari satu galaksi ke galaksi lain, Sang Nol selalu mencari planet mati untuk dimakan. Itu adalah caranya bertahan hidup. Si Pelahap Dunia.

Tapi kali ini berbeda, Sang Nol datang dengan angkara murka. Pemandu jalan kesayangannya, Kilatih, Si Alien Putih yang bertugas untuk mencari planet mati, setengah dekade lalu telah mengirimkan sinyal SOS. Apapun yang telah membuat Kilatih dalam bahaya, Sang Nol takkan memberi ampun. Itu artinya kematian bagi seluruh planet.

Dan planet yang 'bersalah' itu adalah Krismon.


Kilatih mengendarai selancanya dengan cepat ke arah Sang Nol. Tanpa ragu, Si Alien Putih masuk ke dalam lapisan kenyal Sang Nol.

Ya, tubuh makhluk skala kosmik itu justru seperti ubur-ubur, atau sebuah gelembung biru setara planet. Lapisan luar tubuh Sang Nol berbentuk seperti cairan kental menyerupai putih telur. Secara kasar bisa dibilang, Sang Nol adalah telor kosmik tanpa cangkang yang mengarungi alam semesta.

Ah iya, ukuran Sang Nol sendiri adalah satu setengah besar Planet Krismon.

Di dalam Sang Nol, Kilatih meluncur terus ke arah ke inti sang makhluk. Inti yang dimaksud adalah sebuah gelembung berwarna hitam pekat seukuran bulan, dan seperti sebelumnya, Kilatih pun tanpa ragu menembus lapisan inti hitam tersebut.

Setelah berada di dalam inti, barulah Kilatih berhenti. Sesosok mahkluk kerdil datang dan menerjang Kilatih, namun wanita bertubuh putih itu hanya tersenyum. Makhluk itu memeluk erat Kilatih dan terlihat gembira. Mereka pun berbincang dalam bahasa yang tidak dimengerti manusia manapun di alam semesta, namun kemudian pandangan mereka menuju ke arah yang sama, Planet Krismon. Mereka berdua terdiam. Sementara itu Sang Nol, tak ada tanda-tanda akan berhenti.

•••

''Dia terus mengikuti kita!'' seru Orlick panik, ''Mau sampai kapan dia mengikuti kita?''

Nely maupun Fely tak satupun dari mereka yang menjawab, sementara itu tangan Nely terus memancarkan aura penyembuh ke arah Philia yang terluka parah. Fely yang berada di sampingnya hanya bisa berwajah cemas.

Saat ini mereka sedang menaiki Meja-Makan-Yang-Bisa-Berlari –semua bisa terjadi berkat sihir Nely; dan melarikan diri dari kejaran Alex yang bergerak di luar akal sehat. Alasan Philia terluka parah karena remaja tersebut memaksakan diri terus melawan Si Preman Palsu.

''Apa meja ini tak bisa lebih cepat?'' tanya Orlick.

''Aku bisa saja men-summon sepeda, tapi itu hanya cukup satu sampai tiga orang.'' balas Nely sambil tersenyum kecut.

''Sudah untung Mama baik hati dan membawa kalian, jadi diamlah!'' bentak Fely.


Tak jauh di belakang mereka, Alex berlari seperti singa kelaparan, menerjang semua hal yang ada di depannya. ''Berhenti kalian! Biar kuhabisi kalian sekarang!!''

''Mana bisa berhenti, berengsek!'' umpat Fely.

Sementara itu Nely hanya bisa menarap wajah si pengejar ayng terlihat buas. Itu memang wajah Asep, tapi bukan Asep yang dikenalnya.


Singkat cerita, mereka pun tiba di pusat Kerajaan Mercenaria.

Tapi semuanya telah menjadi kacau balau. Ribuan pasukan robot terbang berbentuk beruang berwarna pink menyerang membabi buta ke arah para penduduk dan para prajurit Mercenaria, korban pun berjatuhan. Target utama mereka adalah pesawat-pesawat evakuasi yang mencoba mengangkut para penduduk ke luar angkasa.

''Ada apa ini?'' tanya Orlick kebingungan. ''Ah, pokoknya kita pergi ke istana dulu!''

Menuruti ucapan Orlick, mereka bertiga sambil terus menaiki Meja-Berlari, pergi menuju Istana Equilibrium. Sesampainya di ruang tahta, mereka terkejut. Di ruangan tersebut, mayat para prajurit Mercenaria bergelimpangan. Tubuh Sang Prabu tergeletak di samping singgasananya. Sementara itu di dekat tubuh sang prabu berdiri sosok hitam setinggi tiga meter, tangannya yang besar mencekik leher seorang wanita.

''Bunda!'' teriak Orlick yang mengenali wanita yang dicekik, tanpa pikir panjang dia menembakkan panahnya ke arah si sosok hitam. Panah-panah tersebut tepat mengenai sasaran, tapi tak ada satupun yang mempan. Si sosok hitam yang menyadari kehadiran Orlick dan yang lain, kemudian melemparkan tubuh Mima yang sudah tak berdaya ke arah tembok.

''Lama tak jumpa, keponakanku.''

Sosok tersebut tak lain adalah Fata yang ber-armor. Rupanya kerajaan pertama yang dikunjunginya adalah Mercenaria.

•••

Di tempat lain di luar istana, Alex yang baru saja tiba melihat dengan takjub pemandangan di sekitarnya. Ratusan robot beruang terbang yang masih bertahan terus menyerang dan menghancurkan bangunan-bangunan yang ada di sekeliling istana. Ketika salah satu Strobearystrooper itu menyadari kehadiran Alex dan kemudian menyerangnya, Alex pun tanpa ragu menyarangkan tinju favoritnya.

''DRAGON VODKA!!''

Robot beruang itu pun hancur seketika. Si preman palsu tersenyum puas melihatnya. Seakan melupakan Nely dan yang lain, Alex malah bertempur melawan pasukan robot beruang terbang tersebut. Hingga tanpa disadari, dirinya telah berada di ruang tahta. Di tempat tersebut, dilihatnya Nely yang tadi dikejarnya sedang bertarung dengan satu sosok hitam menyerupai robot. Nely dengan kemampuan sihirnya yang memiliki level tinggi dan Armored-Fata dengan laser dan segala macama artilerinya. Orlick, Philia, Fely dan tubuh Mima tak terlihat di sana.

''Oi, Sane, kemana bocah-bocah itu?'' tanya Alex, tak peduli kalau Nely sedang bertempur mati-matian dengan Fata. ''Mereka akan membayar karena sudah membuatku berdarah!''

Nely sama sekali tak menghiraukan Alex dan terus melancarkan serangan sihir panah esnya ke arah Fata. Fata sendiri membalasnya dengan menembakkan berbagai misil ke arah Nely, namun si penyihir berambut biru itu memakai sihir tamengnya untuk memantulkan misil-misil tersebut.

Misil-misil yang berbelok arah tersebut menghancurkan atap istana sehingga memperlihatkan langit Krismon yang semakin membiru. Tak berapa lama, sebuah roket besar meluncur ke angkasa. Berbeda dengan roket biasa, roket besar tersebut dilengkapi dengan persenjataan lengkap sehingga beberapa Strobearytrooper yang mencoba menyerang dihancurkannya dengan mudah.

Fata yang melihat hal itu mengarahkan meriam tangannya ke arah roket tersebut. Namun sebelum bisa menembak, sebuah sihir es menutupi lubang meriamnya.

''Takkan kubiarkan kau menghalangi mereka!'' ucap Nely tegas.

Alex yang sedari tadi diam menyaksikan pertarungan keduanya, mendengar ucapan Nely dan marah, ''Ja—Jadi mereka di sana!''

Alex pun melihat ke arah Armored-Fata dan Mature-Nely, ''Kalian berdualah yang akan membayarnya!''


Bersamaan dengan terbangnya roket keluar dari orbit. Sang Nol pun menabrak Planet Krismon, lapisan luarnya yang menyerupai putih telur pun mulai melapisi atmosfir Krismon, seketika itu juga mengganti udaranya dengan lapisan yang menyesakkan.

Bagaimana nasib Nely, Fata ataupun Alex?

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelah itu. Hanya waktu yang menceritakannya.



[not]end

•••

Catatan penulis: Saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Karena bahkan setelah diberi tambahan waktu satu minggu, saya tetap tak bisa memberikan ending yang pantas untuk cerita ini. Memalukan.

Tapi ini percobaan saya untuk menulis kembali setelah sempat WO di turnamen sebelumnya. Percobaan menyembuhkan diri dari penyakit menyia-nyiakan waktu, walaupun hasilnya tetap saya, deadliner. Lain kali, mudah-mudahan bisa. Harus bisa.

6 komentar:

  1. ini entri rasa Gintama! Seriously!

    What the fuck... sejak kapan ada Prabu namanya Weasel, Mahapatih Mima.

    saya ngrasa kesanjung Nobu dinotis juga ke sini.

    hanya saja cara penarasiannya cenderung tell. dan plotnya kerasa khas drama keluarga TV. Anak hilang..anak tertukar

    dan endingnya Fantastic Four!

    Si kilat putih jadi silver surver, Sang Nol = Galactus life action

    sayangnya diakhiri dengan cliff hanger, mungkin Akang ingin menjadikan sebagai canon di BoR kalo ikut

    nilai 7

    adam Cainable

    BalasHapus
  2. Wogh, ini rupanya lanjutan dari "Dibuang Sayang"--- entry R4 Kang Asep yang ndak tuntas.....

    yang sayangnya juga nggak tuntas di FBC ini...
    Q_Q


    Ini ceritanya gado-gado abis, wkwkwk
    Asli na, penasaran nih sama hubungan Maria sama Fia, terus beragam misteri lain yang dibikin gantung gitu aja...
    Q_Q

    Banyak sekali cameo BoR sebelumnya ya, sampe Kilatih juga ada :D

    Point 8
    OC : Orchid Chocolatechan

    BalasHapus
  3. Merombak kembali karakter dari BoR sebelumnya dan menyusun kembali dalam setting berbeda. Sama yang dibilang di atas, kebanyakan tell sama penjelasan background karakter. Tidak banyak aksi, mungkin karena belum sampai klimaksnya.

    Walau nggak selesai sepenuhnya, setidaknya cukup menghibur melihat karakter BoRV menjalankan peran-peran yang berbeda.

    Nilai : 8
    OC : Begalodon

    BalasHapus
  4. Banyak cameo, ceritanya digantung, tapi menghibur. Sama seperti Mas Begalodon, mungkin belum sampai klimaksnya. Karakterisasi antar OC belum dikeluarkan.

    Tapi aku suka di bagian deskripsinya. Seperti awal kemunculan Kang Asep, Planet Krismon, Mimashiki Pancawarna. Membuat imajinasi bermain main liar. Pertarungannya? Oke lah

    8 untuk Kang Asep
    OC Rea Beneventum

    BalasHapus
  5. Hmm, begimana ya. Ini entrinya kerasa terburu-buru D:

    eksekusi ceritanya masih kasar, meski rasa "setengah-serius-setengah-gendeng" bisa saya dapatkan di sini, tapi ya begitu. Dan battle-nya gak kerasa kalau buat saya, jadi ini juga nilai minusnya.

    Jadi maap, terpaksa saya kasih 7 untuk eksekusi yang kurang halus di sini.

    Salam sejahtera dari Enryuumaru dan Zarid Al-Farabi

    BalasHapus
  6. Mawarepulsa, LEL~

    Sayang sekali ceritanya ndak sampai beres. Dan di ujung pun saya belum bisa melihat siapa yang sebenarnya jadi tokoh utama? Tak ada karakter yang benar-benar dikasih fokus, ceritanya menyebar begitu saja. Walau anehnya, saya bacanya tanpa berhenti juga. Ini bisa diacungi jempol~

    Ponten 6+ (karena tidak selesai)

    - hewan -

    PS: hayuklah ikutan BoR6 dan hajar itu WB~~

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.