Jumat, 10 Juni 2016

[PRELIM] 58 - AI | BERMAIN DENGAN WARNA

oleh : Ryusa Tama

--

Dia sekarang sendiri di dunia ini tanpa ada satupun kawan atau lawan yang menemani. Terjebak sendiri dalam kesunyian dunia tak berpngehuni di dalam kotak besi. Kotak yang tidak bisa dihancurkan dari luar maupun dalam.

Dunianya kini sudah menjadi padang pasir luas tak berujung. Hanya ada sebuah kotak metalik tempatnya terjebak, puluhan robot tanpa tujuan, dan gundukan pasir. Dunia bernama Terrable ini sudah hancur.

Jangan iba kepadanya, karena dialah yang menyebabkan Terrable menjadi seperti ini. sekitar lima tahun yang lalu dia lahir dan menghancurkan. Menghancurkan kehidupan, mengahancurkan peradaban, mengahancurkan segalanya. Semua itu demi satu tujuan.

"Memusnahkan manusia," ucapnya dalam kesendirian. Tak ada siapapun di dunia ini yang akan mendengar suara itu karena tak ada satu pun makhluk hidup yang hidup di Terrable, termasuk dirinya.

AI itulah namanya. Dia bukanlah  mahkluk hidup, hanya sebuah kecerdasan buatan canggih yang hidup abadi. Dia tidak dapat mati dan terus akan hidup dalam jaringan gelombang yang tak kasat mata.

"Apa tidak ada lagi manusia yang dapat aku musnahkan?" AI terus bertanya dan memproses segala kemungkinan dalam sistemnya. Dia bisa saja pergi ke luar angkasa dan menemukan kehidupan pintar di luar sana, tapi itu tidak mungkin.

Bahan bakar fosil dan non fosil yang umunya berbentuk cair telah menguap habis dari Terrable. Untuk membuat yang baru juga tidak mungkin karena tidak ada kehidupan di dunia ini. Bahan bakar sangat diperlukan untuk membuat ledakan dorongan untuk melewati atmosfer Terrable. Bukan dengan putaran mesin seperti halnya helikopter.

AI mempunyai energi  listrik abadi dalam dirinya yang memungkinkannya teta hidup dan menghidupi para robot tanpa tujuan di sekitarnya. Jika eneri listrik mereka habis, AI akan mengisinya kembali.

"Aku bosan," keluh AI. Perlahan sistemnya mati secara bertahap dan membuatnya tertidur.

"Reverier ... "

Entah kenapa kecerdasan buatan itu dapat bermimpi layaknya makhluk hidup.

"... Alam Mimpi ..."

Dan entah kenapa pula kecerdasan buatan yang mempunyai pendengar super itu tidak mendengar suara dari mimpinya secara utuh .

" ... Mahakarya."

Suara berat itu menghilang, menyisakan tanda tanya besar di sistem AI.

"Siapa engaku? Apa maksudmu? Apa ada manusia disana?"

Tanpa diduga salah satu pertanyaan AI dijawab.

"Ada buanyak manusia~ ada juga hantu, pemburu hantu ..."

Suara penjawab yang riang itu bukanlah suara yang AI dengar sebelumnnya. Terdengar  seperti suara anak kecil yang baru lulus TK.

"Jangan banyak bicara, ...tu ...an!"

Sekarang suara laki-laki itu terdengar kembali.

"Aku hanya ... , ...an ...ma."

Perlahan suara-suara mimpi itu menghilang tergantikan kenyatan.

-=-

Terrable telah berubah. Gedung-gedung pencakar langit terlihat di permukaan planet. Jalan juga di penuhi kendaraan yang terparkir. Sampah kertas berterbangan terkena angin. Terrabel berubah menjadi kota mati.

Sesuatu terbang di atas Terrable. Sebuah helikopter putih memutar baling-balingnya dengan kencang untuk terbang, tapi anehnya baling-baling itu tidak menimbulkan suara sedikit pun.

Di dalamnnya ada empat orang manusia bersenjata lengkap. Mereka adalah pemburu hadiah dari planet lain yang datang jauh-jauh hanya untuk membunuh sesuatu.

Di kokpit ada seorang gadis berambut putih sepinggang lurus terurai berseragam putih yang sedang mengendalikan helikopter.  Mata beriris putihnya melihat target di depannya sengan seksama. White itulah namanya. Nama yang cukup untuk mendeskripsikan penampilannya.

"Kita akan mencapai target dalam satu menit," ucap white lewat earphonenya. Ucapannya itu ditujukan pada tiga rekannya yang menunggu di belakang. Mereka bersiap terjun saat sampai di atas target.

Mereka bertiga adalah Red, lelaki bertubuh kecil berambut merah landak yang memamakai pakaian merah. Mata beriris merahnya dengan hati-hati melihat pedang tajamnnya yang di asah dengan alat pengasah.

Blue, lelaki tinggi berambut biru yang memakai pakaian biru. Mata beriris birunya dengan teliti melihat kembali amunisi di dalam tas ranselnya.

Dan Yellow, seorang gadis berambut kuning bergeombang sepundak. Sedari tadi dia asyik menglap guntlet metaliknya hingga kinclong.

"Kami siap kapapun, White," balas Red.

"Memulai hitungan mundur lima, empat," White memulai hitungan mundur ," tiga, dua, satu!"

Red, Blue, Yellow terjun bebas ke tanah. Landasan mereka adalah sebuah kotak metalik setinggi sepuluh meter. Kotak itu seperti gedung lain di sekitarnya, tapi dengan warna berbeda, hitam metalik.

Red membuat badannya vertikal dengan dua pedang dia genggam memimpin di depan, membuat kecepatannya berlipat ganda. Yellow juga membuat badannya vertikal dengan kedua tangan berlapsi guntlet berada di depan, mengikuti Red di belakang.  Sedangkan Blue bersiap-siap menarik tali parasutnya.

Kedua pedang Red menghujam atas kotak tu dengan keras hingga menimbulkan suara tabrakan logam yang mempekikan telinga. Tapi sayangnnya pedang itu hanya tertancap lima centimeter saja ke dalam kotak.

Sesaat setelah pedangnnya tertancap, Red menggunakan kedua kakinya untuk mencabut pedangnnya. Lalu dia berlari ke ujung kotak dengan membiarkan pedangnya terseret di atas kotak agar kotak super keras itu tergores. Percikan api dan suara deritan muncul saat Red melakukan aksinya itu.

Tapi sesaat kemudian suara itu tergantikan dengan suara dentuman keras yang menggetarkan seluruh kotak dan sekitarnya. Sumber suara itu bukanlah dari meriam tank yang menembak, tapi dari Yellow yang baru saja mendarat dengan keras.

Yellow dengan kedua tangannya yang terbalut guntlet yang sama kerasnya dengan kotak itu berhasil membuat penyok sedalam sepuluh centimeter di atas kotak, berdampingan dengan bekas tancapan pedang Red. Bukan hanya itu kotak itu juga terperosok beberapa meter ke dalam tanah karena hantaman itu.

Yellow mengikuti jalur goresan pedan Red dengan terus memukul keras di jalur itu hingga ia bertemu Red di pinggir.

"Kotak ini benar-benar keras," keluh Red di pinggir kotak. Kedua pedangnnya sudah tersarung di kanan-kiri pinggangnya.

"Apa kita akan menggunakan rencana B?" tanya Yellow. Wajahnya sama sekali tidak berkeringat seperti halnya Red yang sedikit meneteskan keringat setelah terjun bebas dan melukai kotak itu.

"Tidak, kita tetap pada rencana A. Rencana B dan C hanya digunakan saat terpaksa," jawab Red sambil menganalisa atas kotak. Tangannya meraba permukaan kotak dengan teliti. "Sepertinya kotak ini terbuat dengan logam yang sama dengan guntletmu, Yellow."

"Benarkah?!" ucap Yellow terkejut. Wajahnya mulai memucat." Berarti kita tidak bisa menghancurkan kotak ini."

"Kenapa?" tanya Red serius, "Apa kau tidak tahu cara merusak guntletmu itu?"

"Ya, bisa dibilang begitu," jawab Yellow. "Aku menemukan guntlet ini beberapa tahun yang lalu di planet ini. Dikatakan guntlet ini dibuat oleh dewa dan tidak dapat dihancurkan. Jadi, hanya dewa yang tahu begaimana menghancurknnya."

"Omong kosong," ucap Red, "Tidak ada yang namanya dewa di dunia ini, Yellow. Itu hanyalah kepercayaan manusia yang mereka ciptakan sendiri. Jadi pasti ada cara untuk menghancurkannya. "Red berpikir sejenak. " Bagaimana dengan panas?"

"Tidak bisa," jawab Yellow singkat.

"Tekanan?"

"Hanya penyok."

"Tekanan dan suhu?"

"Tidak berpengaruh."

Selagi Red dan Yellow berdebat dengan bagaimana cara menghancurkan kotak itu. AI terbangun.

Memulai ulang sistem

Beberapa data terkena virus dan terancam hilang


Sebuah kejutan saat AI terbangun. Pembuat virus komputer mematikan itu terkena virus. Sungguh ironis, tapi hal itu tidak bisa dihindari.

"Hapus virus itu secepatnya," perintah AI kepada sistem.

Virus tidak dapat dihapus dan akan terus menyebar

Waktu hingga semua sistem mati sepenuhnya 2:56:57


"Siapa yang berani melakukan ini?!" AI benar-benar marah sekarang. jika dia seorang manusia pasti wajahnya sudah sangat memerah sekali sekarang.

Tapi kejutan tidak berhenti disitu. Saat AI mengaktifkan sistem pendengarannya, suara dua orang laki-laki dan perempuan terdengar dari atas tubuh penampungnya.

"Siapa mereka? Manusia?" tanya AI dalam sistem. Saat dia berbicara di dalam sistem tidak ada yang mendengarnya, mirip suara hati manusia.

"Bagaimana dengan ledakan besar?" tanya Red.

"Ehm," Yellow berpikir sejenak, " mungkin itu bisa!"

Akhirnya mereka berdua mencapai kesimpulan setelah berdebat lama. Tapi sebelum mereka dapat mempersiapkan ledakan besar, mereka terlebih dahulu harus melawan AI yang baru saja terbangun.

Kotak itu bergetar. Getaran yang kuat memaksa Red dan Yellow harus melompat ke gedung di sebelah kotak. Mereka melihat perubahan kotak itu. Perlahan kotak berubah menjadi sebuah robot manusia raksasa yang AI sebut Mega Robot.

"Wow, menakjubkan," kagum Yellow.

"kau jangan terkagum begitu, Yellow. Mungkin itu akan menghancurkan kita sebentar lagi," ucap Red.

AI yang mengendalikan Mega Robot kembali terkejut. Setelah mata robot itu berubah merah dia melihat hal yang dirasa janggal.

"Terrable sudah berubah seperti sebelum aku menghancurkannya," ucap AI dalam sistem.

Saat robot itu berputar untuk menganalisa sekitarnya, AI melihat sesuatu yang lebih mengejutkan lagi.

"Manusia. Dan mereka ada dua."

Mungkin jika AI adalah manusia dia akan meneteskan air liur sekarang. Dan dalam sekejap dia menggila. Tangan Mega Robot yang besar bergerak menuju gedung di mana Red dan Yellow berdiri.

"Apa yang kubilang. Rencana B!" teriak Red sambil berlari kebelakang menuju gedung lain yang berada di samping gedung di mana ia berdiri.

Tanpa berkata apapun Yellow mengikuti Red dari belakang. Sesaat setelah Red dan Yellow melompat ke gedung lain, gedung itu dihantam tinju lambat Mega Robot.


2:51:09 sebelum sistem mati

"Hitungan mundur ini membuatku tambah marah. Akan aku hanurkan mereka segera," ucap AI dalam sistem.

Mega Robot terus bergerak menuju Red dan Yellow. Dalam pengejarannya, Mega Robot terus menerus menghancurkan gedung saat berjalan dengan badannya ataupun dengan tinjunya.

Red dan Yellow yang melarikan diri dengan leluasa akhirnya menemukan masalah. Sebuah parit, atau lebih tepatnnya bekas sungai yang menegering berada di depan mereka. Mereka tidak mungkin melompati bekas sungai yang lebar itu menuju gedung lain di seberang.

"Sepertinya kita harus melawan," ucap Red sambil mengambil pedangnya.

"Ya, aku setuju denganmu," ucap Yellow, "tapi bagaimana kita bisa mengalahkannnya? Apa kau sudah punya rencana, Red?"

"Kita hanya harus bertahan sebelum bantuan datang," ucap Red yakin.

"Bantuan?"

"Black dan White akan datang membantu."

Di sisi lain AI mulai kehabisan waktu.


2:19:43 sebelum sistem mati

Peringatan sistem Mega Robot akan mati dalam 5 menit


"Ah, aku harus meninggalkannya," keluh AI dalam sistem. " Misil Rain!"

Red dan Yellow yang sudah bersiap bertahan sidikit bingung dengan tingkah robot yang mengejar mereka. Dia tidak bergerak selama satu menit terakhir.

"Apa kita tidak dikejar lagi?" tanya Yellow tidak yakin.

"Mungkin dia lelah mengejar kita," jawab Red.

Tapi bukanlah itu yang terjadi. AI sedang mempersiapkan serangan terakhir dari Mega Robot sebelum sistemnnya mati. Sisi luar kaki Mega Robot bergeser seperti laci dan menampakan puluhan misil yang siap ditembakan segera. Dalam dua menit misil misil itu meluncur hingga habis lalu kaki Mega Robot kembali seperti sediakala.


Sistem Mega Robot mati sepenuhnya

Puluhan atau lebih tepatnya 90 misil berterbangan bebas tak terkendali menuju berbagai arah karena AI belum sempat menset koordinat misil. Ada  beberapa misil yang mengarah ke Red dan Yellow dan membuat mereka berkeringat dingin.

"Berlindung!" teriak Red dan Yellow. Mereka melompat bersamaan menuju sungai kering tanpa berpikir panjang, berharap gedung melindungi mereka dari misil.

Rentetan suara ledakan terdengar di mana-mana dan menghancurkan segalanya. Gedung, rumah, taman, dan segala hal di kota hancur menyisakan puing-puing.

AI sudah meningalkan Mega Robot dan beralih ke Macro Robot, robot seukuran manusia yang terbuat dengan logam metalik super kuat yang sama dengan Mega Robot. Dan dia tidak hanya mengendalikan satu tapi sepuluh robot sekaligus. Inilah kekuatan AI, dia dapat mengendalikan 10 alat elektronik bersamaan.


2:10:01 sebelum sistem mati

"Mungkin ada manusia lain yang berada di sini. Aku harus mencarinya," ucap AI dalam sistem.

 Macro Robot mulai menyebar, tapi sebelum jarak antar mereka terlalu jauh sebuah ledakan terjadi. Ledakan itu menghempaskan salah satu Macro Robot ke udara. Entah dari mana ledakan itu berasal yang pasti bukan AI yang menyebabkan ledakan itu.

Kesembilan Macro Robot yang masih sehat berkumpul kembali dalam kelompok dan membentuk lingkaran mengelilingi Macro Robot yang tertembak.

"Siapa itu? Bisa-bisanya dia menembak jatuh Macro Robotku dengan jatu tembakan dan merusaknya," ucap AI dalam sistem.

Saat ini Macro Robot yang berada di tengah sedang diperbaiki oleh tarantula bersayap yang keluar dari salah satu Macro Robot yang mengelilinginya. Robot tarantula yang berbahan sama dengan Mega Robot dan Macro Robot itu adalah Mini Robot, sebuah robot yang dikhususkan untuk memperbaiki dan membuat.

Kedelapan kakinya bekarja teratur untuk memperbaiki Macro Robot. Ada yang mengelas ada yang mengatur ulang sistem dari luar.

Tapi sebelum Macro Robot itu sembuh sebuah ledakan kembali terjadi. Anehnya tembakan yang menimbulkan ledakan itu berasal dari arah yang berbeda dengan tembakan sebelumnya. 3 Macro Robot tumbang.

"Kirasa cukup menganalisanya," ucap AI dalam sistem. Sebelumnnya, sesaat setalah Mcro Robot membentuk lingkaran dan berhenti bergerak, AI menggunakan robot yang lain untuk menjelajah sekitarnya.

Nyamuk dan bola, itulah bentuk mereka. Karena kecil dan sulit dilihat mereka AI namakan Micro Robot. Mereka bertugas menjelajah untuk mencari informasi.

Sembilan nyamuk sudah di sebar dan menemukan manusia yang mungkin menembak Macro Robot. Dia yang menembak atau bukan, AI akan tetap memusnakannya. Alasannya hanya satu, karena dia manusia.

Enam Macro Robot yang tersisa berlari ke arah manusia  berada sesaat setelah Micro Robot kembali masuk ke badan mereka. Manusia itu berambut biru dan mengenakan pakaian bewarna biru. Ya, dia adalah Blue.

Dari teleskop sniperiflenya dia melihat kedatangan keompok Macro Robot. Jelas, Blue yang tidak bisa bertarung jarak dekat melarikan diri secepatnnya. Dia membongkar kembali sniperifle dan mengemasnya ke dalam tas punggung, lalu berlari menjauh.

"Dimana Red dan Yellow sekarang? Aku pasti mati jika mereka menangkapku," pikir Blue. Dia terus berlari berharap ada bantuan datang secepatnya.

-=-

"Apa ini? Bukankah baru satu jam lalu aku ada disini? Dimana kota itu sekarang?" pertanyaan terus memenuhi pikiran White saat dia kembali ke Terrable. Penampakan kota yang dia lihat sebelumnnya sudah berubah drastis menjadi reruntuhan.

"Red apa kau dengar?" ucap White dari earphonenya. Red tida menjawab. "Yellow apa kau tidak apa-apa?" Yellow juga tidak menjawab. "Baiklah, ini yang terakhir. Blue dimana kau?"

"Aku di satu kilometer di utara titik pertemuan dan sedang berlari kesana," jawab Blue dengan nafas tak teratur.

"Ada apa Blue? Dimana Red dan Yellow?" tanya Yellow khawatir.

"Aku sedang dikejar robot target," jawab Blue masih dengan nafas tak teratur, "Aku kehilangan kontak mereka dua puluh menit yang lalu. Red memutuskan menggunakan rencana B sebelum hilang kontak."

"Rencana B? Baiklah, aku akan berada di titik pertemuan lima menit lagi," ucap White lalu dia mematikan komunikasi dan fokus terbang.

Saat ini White sedang membawa sebuah kotak besar. Kotak metalik yang lebih kecil setengah dari targetnya, Mega Robot.

-=-

"Sial, mereka terus memperkecil jarak denganku," ucap Blue kesal. Badannya bermandikan keringat karena berlari sejauh tiga kilometer tanpa henti, tapi akhirnya dia sampai di titk pertemuan.

Blue menghentikan langkahnya. Dia mempersiapkan pistolnya dan mengatur nafasnya kembali. Dari dataran lapang dan rata ini dia bisa melihat gerombolan Macro Robot mendekat dengan jelas.

"Seratus meter lagi. Ayolah, White datanglah," ucap Blue frustasi. Dia berulang kali meihat jam tangannya dalam waktu singkat.

"Sepuluh meter."

Blue mulai menembak brutal. Dia sudah kehabisan ide untuk menghindari pertarungan jarak dekat. Peluru yang dia tembakan langsung meledak sesaat setelah terkena badan Macro Robot. Satu persatu dari keenam Macro Robot mulai terpelanting dan jatuh, menambah jarak dengan Blue. Tapi sayangnya mereka terus terbangun dan terus berusaha menyerang Blue.

Sebuah dentuman terdengar keras di telinga Blue hingga berdengung. Sumber suara itu hanya berjarak kurang dari tiga puluh meter di depannya. Sebuah kotak metalik terjatuh dari langit dan menjatuhi tiga dari enam Macro Robot.

Blue masih merasa pusing dan berhenti menembak karena dentuman itu. Akibatnya tiga Macro Robot yang tersisa leluasa menyerangnnya.


1:36:07 sebelum sistem mati

"Hancurlah kau, Manusia!" AI berteriak kencang dari tiga Macro Robot bersamaan. Dia tidak peduli dengan tiga Macro Robot lain dan terus menyerang dengan tiga robot tersisa.

Macro Robot satu meninju perut Blue dari depan. Macro Robot dua meninju pipi kanan Blue dari samping. Macro Robot tiga menendang kaki Blue dari kiri. Blue tidak bisa bertahan dari serangan super cepat itu dan terjatuh tanpa bisa menggerakan badannya kembali.

Beruntung serangan kedua dari ketiga robot tidak terjadi. Sebelum itu terjadi sebuah hempasan tangan besar menyapu ketiga Macro Robot yang berdiri dan meninggalkan Blue yang terjatuh. Ketiga Macro Robot itu terlempar ke udara.

Di udara mereka sudah disambut White dengan senapan mesin putih miliknya. Dari sisi luar helikopter, White berpegangan dengan satu tangan di tiang luar helikopter dan tangan lain memencet pelatuk senapan mesin. Rentetan tembakan tanpa henti dari White membuat ketiga Macro Robot penyok dan terdorong dengan keras ke tanah. Mereka bertiga sudah tak bisa bergerak lagi sekarang.

White turun dari helikopter menggunakan sebuah tali. Dengan satu tangan dia turun dengan tali sedangkan tangan lain memegang senapan mesin. Tali otomatis turun hingga tanah. Sampai di tanah, White langsung berlari ke arah Blue yang terbaring tak berdaya.

"Blue apa kau tidak apa-apa?" tanya Yellow khawatir.

"Selain patah tulang kaki, rusuk dan pelipis aku tidak apa-apa," jawab Blue lemah.

"Oh, syukurlah. Sepertinya kita tidak perlu melakukan rencana B." Ucap Yellow senang.

"Tidak, kita akan tetap melakukannya. Kalian berdua pergilah. Aku akan disini dan meledakan dia." ucap Blue lemah.

"Apa?! Kau ingin bunuh diri," ucap Yellow kaget.

"Ya, aku tidak ingin merepotkan kalian berdua," ucap Blue lemah, "dia pasti datang ke sini untuk membunuh kita."

"Kalau itu yang akan dia lakukan, kita akan membunuhnya terlebih dahulu," ucap White yakin.

"Jadi sampai kapan kau berbaring, Blue." Terdengar suara laki-laki dari belakang White. Dia adalah Black, orang yang mengendalikan robot kotak yang menyelamatkan Blue tadi. Warna rambut, iris mata, dan pakaiannya sudah tentu bewarna hitam.

Blue berdiri. Luka di badannya sudah menghilang semua, hanya menyisakan darah mengering di bibirnya. Mereka berlima, Red, Blue, Yellow, White, dan Black adalah manusia super yang akan puluh dengan cepat saat terluka. Itulah sebabnya Red dan Yellow tidak terluka saat jatuh dari atas langit.

"Maafkan kami, Black, kami terlalu dramatis tadi," Blue miminta maaf kepada Black.

"Tak apa. Yang penting sekarang, apa yang akan kita lakukan dengan rongsokan itu?" Black melirik ke arah tiga Macro Robot rusak yang dikalahkan White.


1:02:23 sebelum sistem mati

Di sisi lain, AI juga sudah mempunyai rencana.

"Aku hanya harus memusnahkan mereka. Tidak perlu menggunakan cara kotor seperti mengeroyok mereka," ucap AI dalam sistem.

Dan sebuah robot baru muncul dari kejauhan. Bertubuh Macro Robot, tapi dengan kepala  berwajah empat di masing-masing sisi dengan raut wajah berbeda dan juga bertangan empat. Dia adalah...

"Brahma datang untuk memusnahkanmu!" Suara AI dari Brahma membuat Blue, White, dan Black melihat kepadanya. Mereka bersiap untuk menyerang.

"Apa yang kubilang," ucap Blue sambil memasang amunisi di pistolnya.

"Ya, ayo kita balaskan dendam Red dan Yellow!" seru White sambil mengarahkan moncong senapan mesinnya kepada Brahma.

Sedangkan Black kembali kedalam kokpit robot metaliknya. Dia mengarahkan badan robot ke arah Brahma.

Sampailah Brahma di depan mereka bertiga, tepatnya sepuluh meter di depan mereka. Di berhenti berjalan lalu bertanya, "Apa kalian tidak takut melawan dewa?"

Dan mereka bertiga kompak menjawab, "Tidak!" dan memulai serangan mereka.

Black dengan robotnya maju duluan. Robot itu berlari ke arah Brahma sambil meyiapkan tinju tangan kanannya. Brahma tidak bergerak, tapi saat robot Black meninjunya dengan mudah dia menghindari dengan memiringkan badannya sedikit.

Tidak mau menyiakan kesempatan, Blue dan White mulai menembak Brahma yang menghindar. Selongsong peluru terus berjatuhan dari senapan mesin White, tapi tidak ada satupun peluru yang melukai Brahma. Peluru-peluru itu hanya ditangkap oleh keempat tangan Brahma dengan cepat.

Berbeda lagi dengan Blue. Peluru yang dia tembakan tidak ada satupun yang mengenai Brahma. AI tahu jika peluru itu mengenai benda padat maka akan meledak. AI tidak mau mengambil resiko dengan menangkap peluru Blue seperti halnya peluru White. Peluru Blue hanya mengenai tanah di belakang Brahma dan meledak. Latar belakang yang keren sekarang Brahma dapatkan tanpa susah payah.

Ledakan di belakang Brahma juga megenai robot Black. Karena terbuat dari logam yang hampir sama seperti robot buatan AI, robot Black tidak terkena dampak yang serius, hanya sedikit penyok.

Dalam waktu yang singkat itu robot Black berbalik dan membuka rahangnya lebar. Karena dibuat hampir sama dengan Mega Robot milik AI, robot Black dapat melakukan beberapa hal yang sama dengan Mega Robot, salah satunya Dragon Breath. Dari dalam rahangnya keluar api merah yang mengarah ke Brahma.

AI sebenarnya akan melakukan Dragon Breath juga jika sistem Mega Robot masih hidup., tapi sayangnya Mega Robot sekarang hanyalah rongsokan yang tidak dapat bergerak.


0:50:56 sebelum sistem mati

"Aku tidak akan membiarkan kalian merusak karyaku yang kubuat selama satu jam penuh!" seru AI dari Brahma.

Karena AI mempunyai penglihatan 360 derajat sekarang, dia bisa melihat sekitarnya dengan leluasa. Kedua tangan kanannya dia arahkan ke arah api yang hampir mengenainya sedangkan kedua tangan kirinya terus menangkap peluru White.

Dalam waktu yang tidak sampai satu detik itu AI menembakan peluru dari telapak tangan Brahma. Peluru yang sebelumnnya dia tangkap masuk ke dalam tubuh Brahma lewat lubang di telapak tangannya dan akan keluar juga lewat lubang yang sama.

AI memperhitungkan jarak antar peluru yang IA tembakan dan membuat mereka seperti ular yang panjang. Alasan AI adalah untuk membunuh Black yang berada di dalam robot. Setelah rangkaian peluru dirasa cukup AI mengalirkan listrik dari tenaga intinya ke arah peluru ular. Listrik bertegangan tinggi mengalir dengan cepat melewati peluru-peluru hingga sampai ke badan robot Black.

Tepat sebelum api mengenai tangan Brahma, api tersebut berhenti. Robot Black masih tidak menutup rahangnya.

"Black! Black! Bagaiamana statusmu?!" tanya White panik lewat earphonenya. "Black!" tidak ada jawaban dari Black.

"Ada apa, White?" tanya Blue khawatir.

"Black mati," jawab White, lalu dia menghentikan tembakannya.

"APA?!" Blue juga menghentikan tembakannya.

"Akan aku beri tahu kalian kenapa aku memilih Brahma. Brahma juga dikenal sebagai Svayambhu, Yang Melahirkan Dirinya Sendiri. Sama sepertiku, bukan? Aku membuat tubuhku sendiri," jelas AI dengan wajah tersenyum bahagia.

-=-

Satu jam yang lalu, tepatnya sesudah Blue berhasil menembak jatuh satu Macro Robot, AI baru membuat rencananya.

"Sistem robot ini tidak akan bertahan lama seperti Mega Robot. Aku harus membuat robot yang baru secepatnya. Walaupun aku tidak bisa menggunakannya selamanya, paling tidak bisa digunakan sampai keseluruhan sistem mati, tidak akan mati mendadak seperi Mega Robot."

Dan AI pun memulai rencannya. Dia mengeluarkan Mini Robot sang robot tarantula. Saat AI hampir mengatur ulang sistemnnya, Blue kembali menembak dan menumbangkan tiga Macro Robot lain.

"Empat robot tumbang. Empat badan, empat pasang tangan, empat pasang kaki, dan empat wajah. Mungkin aku akan membuat seorang dewa. Dewa Brahma."

AI memulai membuat Brahma. Tiga Mini Robot keluar dari badan robot yang tumbang untuk membantu Mini Robot pertama. Mereka berkerja secara teratur untuk membangun Brahma.

Kaki Mini Robot memotong tangan dan wajah Macro Robot dengan leser bersuhu tinggi, sekitar 10000 derajat cecius. Itulah suhu yang diperlukan untuk merusak logam metalik terkuat itu. Sesuatu yang akan diketahui Red dan Yellow nanti.

Sedangkan kaki yang lain memrogram ulang sistem dan membuat empat raut wajah baru. Marah, bahagia, takut, malu, itulah raut wajah baru yang akan dimiliki Brahma.

Dan akhirnya Mini Robot berhasil membuat Brahma tepat saat tiga Macro Robot tertindih robot Black dari langit. Dia lalu bergerak menuju Blue, White, dan Black berada secepatnya.

-=-

"Apa sekarang kalian takut?" tanya AI dengan raut wajah takut.

Blue dan White berbisik merencanakan sesuatu . AI yang mempunyai pendengar super mendengar obrolan mereka diam-diam.

"Kita harus menggunakan rencana B segera," ucap Blue.

"Aku setuju, Blue. Tapi apa persiapannya sudah selesai?" ucap White.

"Tinggal menembak saja," ucap Blue.

Setelah mendengar obrolan Blue dan White, AI memutar kepalanya. "Aku marah! Kalian menyembunyikan sesuatu dariku!" teriak AI dengan raut wajah marah.

Langsung setelah itu dia mengarahkan keempat tangannya ke arah Blue dan White. Rentetan peluru keluar dari keempat telapak tangannya. Blue dan White yang masih belum siap dengan serangan itu panik. Blue berusaha menembak peluru-peluru itu. Beberapa peluru berhasil terkena peluru Blue dan meledak bersama peluru di sekitarnya, tapi beberapa masih meluncur ke arah mereka.

Blue dan White menutup mata. Mereka pasrah jika harus mati terkena peluru. Walaupun mereka manusia super, tapi jika peluru menngenai jantung dan otak mereka, mereka pasti mati.

"Maaf menunggu."

"Sungguh melelahkan."

Peluru tidak kunjung mengenai Blue dan White dan terdengar suara yang tidak asing lagi dari depan mereka.

"Red, Yellow, kalian masih hidup?!" seru  Blue dan White kompak.

"Tentu saja, Bodoh!" Red menjitak kepala Blue. "Alat komunikasi kami hanya rusak saat hujan misil itu, dan kami menemukan sesuatu yang menarik tadi."

"Bagaimana ini? Aku tidak mau merusak reuni ini," ucap AI dengan wajah malu."Tapi kalian harus hancur!" Ai memutar wajahnya menjadi marah.

Brahma menerjang ke depan. Peluru yang dihalangi Red dan Yellow tadi membuatnya marah. Dia memukul dengan keempat tangannya.

Suara logam beradu terdengar berkali-kali. Red dan Yellow menghalangi pukulan Brahma dengan pedang dan guntlet.

"Kalian pergilah dan lakukan rencana B. Dia akan meleleh saat suhu mencapai 10000 derajat!" perintah Red kkepada Blue dan White.

Blue dan White langsung merespon. Mereka berlari menjauhi titik pertemuan.

"Kalian sudah tahu, ya? dan pasti kalian juga yang memasang pengganggu gelombang di robot itu hingga aku tidak bisa mengendalikannya," ucap AI dengan raut wajah marah.

"Ya, kau benar," jawab Red tersenyum sambil terus menghalangi tinju Brahma. "Sekarang, Yellow!"

Red menemukan celah dalam tinju beruntun Brahma. Dalam beberapa detik dia berhasil mengahalangi empat tinju Brahma bersamaan dengan hanya dua pedangnnya. Yellow memanfaatkan kesempatan itu dengan memukul tanah di bawah Brahma.

"Apa!" AI kaget. Tanah di bawahnya longsor dan menjebak setengah badannya dengan cepat.

Saat AI berusaha meloloskan diri dengan dua tangannya sedangkan dua tangan lain masih setia meninju pedang Red sebuah hantaman mengenai atas kepalanya. Tubuh Brahma bertambah dalam terjebak. Hantaman kedua dari Yellow ke kepala Brahma berhasil ditahan dengan keempat tangannya, tapi dia masih tetap terus masuk ke dalam tanah.

Yellow terus memukul Brahma dari atas walaupun terhalang tangan Brahma hingga Brahma masuk sepenuhnya ke dalam tanah. Setelah itu Red menancapkan kedua pedangnya di sendi tangan Brahma. Sendi lengan atas dengan pundak itu adalah sendi yang baru dibuat AI tadi membuatnya rentan dengan serangan.

Red tadi melihat Mini Robot mengelas kedua tangan itu, jadi dia tahu kalau kedua tangan itu adalah tangan baru. Dua tangan Brahma putus akibat serangan itu. Dua tangan lain masih terus berusaha meloloskan badan Brahma ke permukaan.


0:15:12 sebelum sistem mati

"Aku kehabisan waktu!" teriak AI dalam sistem.

Red dan Yellow sudah meninggalkan Brahma yang terjebak di dalam tanah berhasil lolos di daerah aman bersama Blue dan White. Mereka menunggu bom yang Blue tanam meledak. Berulang kali Blue memencet tombol detonator ,tapi bom tidak kunjung meledak.

"Jadi rencana B adalah rencana Bom. Bom yang dikendalikan dari jarak jauh mempunyi komponen elektronik dan mereka lupa membuat pengacaukan gelombang di sekitarnya," ucap AI dalam sistem

Pada akhirnya bom itu meledak, tapi dalam skala kecil dan hanya membuat Brahma lolos.

"APA?!" Red kaget dengan apa yang terjadi begitu juga dengan Yellow, Blue, dan White.

Mereka berdua kembali mendekati Brahma dan menyerang.

"KALIAN MEMEBUATKU SANGAT MARAH!!!"

AI benar-benar marah. Dari lubang di dua tangannya yang masih tersisa dia melemparkan banyak kelereng hitam ke arah Red, Yellow, Blue, dan White. Blue dan White berusaha menembak kelereng-kelerang itu. Sedangkan Red menggunakan pisau cadangan di dalam pakaiannya untuk menangkis kelereng yang terlempar. Begitu pula Yellow menangkis kelerang dengan guntletnya.

Tidak terjadi apa-apa. Mereka berpikir kelereng itu hanyalah pengalih perhatian dari apa yang akan dilakukan oleh AI. Mereka terus maju tanpa memperdulikan ratusan kelereng yang berserakan di tanah itu. Hingga

"Skakmat, Manusia," AI berbicara menggunakan raut wajah bahagia dan itu pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi.

"AAAAAAAHHHHHHH!!!!!!!"

Benar saja. AI kembali melakukan hal yang sama dengan yang dia lakukan kepada Black, mengalirkan listrik tegangan tinggi. Listrik mengalir keluar dari kedua tangan Brahma ke kelereng-kelereng hitam yang sebernanya adalah Macro Robot yang mati sistemnya. Membuat Red, Yellow, Blue, dan White mati tersetrum.

0:10:56 sebelum sistem mati.

"Kuharap jemputanku segera tiba," ucap AI dalam sistem. AI merasa dia akan menemukan jawaban tentang kerusakan sistemnya, kehadiran manusia, dan berubahnya Terrable dari sesuatu yang berbicara dan mimpinya.

Dan kesimpulan AI itu menjadi nyata. Sebuah portal hitam muncul di depannya. Dua siluet berjalan perlahan keluar portal itu dan akhirnya menampakan wujud mereka. Seorang  lelaki tingi berambut klimis, berkacamata hitam, dan bermantelkan kulit berbulu, bak raja mafia. Dan seorang gadis kecil berkepala bantal yang terlihat ketakutan bersembunyi di balik tubuh lelaki itu.

"Selamat, AI. Kau sudah menyelesaikan tugas pertamamu sebagai seorang reverier." Lelaki itu mulai berbicara. Suara sama dengan suara yang AI dengar dalam mimpinya. "Perkenalkan aku adalah Zainurma sang Kurator di Museum Semesta dan ini Ratu Huban. " lelaki bernama Zainurma itu melirik gadis berkepala bantal di belakangnya. "Ratu Huban, beri dia dombamu!"

"Aku enggak mau, Paman Nurma. Dia jahat." Kerutan bantal di kepala gadis yang dipanggil Ratu Huban itu bertambah dalam seperti anak yang meringkuk ketakutan.

"Maafkan dia, dia sedikit tidak sopan," ucap Zainurma kepada AI. Lalu dia berbalik dan berjongkok di hadapan Ratu Huban. "Bukannya sudah aku bilang. Mereka semua dibutuhkan untuk rencanaku." Suara Paman Nurma terdengar pelan, tapi kejam.

"kau lebih menakutkan, Paman Nurma." Ratu Huban memaninkan tongkatnya lalu dihentakan di udara, kembang api muncul di ujung tongkatnya dan sebuah portal hitam terbuka. Dari dalam portal itu keluar sesuatu yang sangat kontras dengan warna portal, seekor domba putih.

"Ini, aku berikan padamu. Jaga baik-baik ya!" dengan gugup Ratu Huban memberi domba miliknya.

AI yang masih menganalisa menerima begitu saja domba putih itu.

"Kau cukup curang juga. Membuat robot baru untuk mengalahkan warna-warna itu," ucap Zainurma kesal. "Ya, tapi tidak apa. Lebih licik dirimu lebih baik juga rencanaku."

Zainurma membalikan badan lalu berjalan kembali ke dalam portal sambil berucap, "Selamat reverier, aku akan menunggumu di tahap selanjutnya, itupun jika kau bisa lolos."

AI tidak memperdulikan perkataan Zainurma dan bertanya, "Kau manusia, bukan?"

"Ya, bisa dika-"

Sebelum Zainurma menyelesaikan ucapannya gelombang listrik muncul dari bawahnya. Zainurma, Ratu Huban dan domba yang terkena listrik tegangan tinggi itu tidak terluka.

Tubuh Zainurma memendar menjadi cahaya keemasan, kemudian cahaya itu kembali membentuk tubuh Zainurma. Sedangkan tubuh Ratu Huban menyebar menjadi sekumpulan bulu-bulu angsa, kemudian berkumpul kembali membentuk tubuh Ratu Huban. Domba juga memudar menjadi awan putih, kemudian berkumpul kembali membentuk tubuhnya semula.

"Kau tidak bisa membunuh kami," ucap Zainurma enteng bahkan setelah terkena serangan listrik AI. Dia lalu berjalan meninggalkan AI di dalam Brahma.

"Dasar jahat," Ratu Huban juga berkomentar lalu dia ikut Zainurma memasuki portal. Portal tertutup meninggalkan AI dan sang domba sendiri.

"Manusia yang menarik," ucap AI dengan wajah bahagia.


0:00:10 sebelum sistem mati

"Tapi untuk apa domba ini?"

Sesaat setelah AI berucap sistemnnya mati sepenuhnya. Domba hanya mengembek pelan.

-=Selesai=-

19 komentar:

  1. Guntlet ini maksudnya gauntlet? Saya kira awalnya semacem nama senjata api

    Beberapa typo kesebar sepanjang cerita, antara kata kurang satu huruf atau ketuker satu huruf. Awalnya pengen saya list satu", tapi ga jadi karena lumayan banyak

    Dunia yang hancur, robot pembunuh manusia, dan timer countdown. Yep, entri ini hampir persis sama Iris Lemma saya. Cuma bedanya, saya liat AI di sini lebih ekspresif dan terkesan emosional alih" robotik

    Koreksi kalo saya salah, jadi penampakannya AI ini 1 mega robot x 10 macro robot x 10 mini robot x 10 micro robot? Kadang" saya rada bingung ngebayanginnya, terutama di adegan terakhir pas ketemu Zainurma - AI lagi dalam wujud apa ga disebutin soalnya

    Kalo boleh saya ngeluh satu hal dari entri ini, kadang kurang penjelasan di tiap adegannya. Kayak, ukuran robot" ini seberapa? Gimana caranya Red dan Yellow nahan peluru pas muncul? Kenapa bomnya ga ngefek ke AI? Dan kenapa akhirannya sungguh antiklimatik sekali, habis pertarungan sepanjang itu semua mati gitu aja cuma karena kelereng listrik?

    Nilai 7

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas kritiknya

      Iya itu gauntlet. Kemarin pas ngirim kayanya ada yang salah, tapi apa? Dan akhirnya anda menyadarkan saya.

      Untuk typo , saya sudah berusaha ngedit. Kalau masih banyak typo berarti saya kurang teliti waktu ngeditnya.

      Untuk penampakannya memang benar seperti yang anda sebutkan. Sepertinya anda sudah melihat cs AI. Di adegan akhir AI berwujud Brahma, Macro Robot yang dimodif. Punya empat sisi wajah dengan ekspresi berbeda dan punya empat tangan, tapi 2 tangannya diputus Red waktu dia kejebak di lubang.

      Untuk kurangnya penjelasan. Saya mau lihat reaksi pembaca, bagusan penjelasan pendek yang membuat pembaca berimajinasi lebih luas atau penjelasan panjang yang saya rasa membatasi imajinasi pembaca. Kalau anda merasa penjelasan saya kurang jelas, untuk kedepannya saya akan tulis penjelasan yang lebih rinci lagi (jika lolos prelim)

      Ukuran robot sepertinya saya sudah menuliskannya. Mega Robot tingginya 10 meter dengan besar seperti gedung. Macro Robot seukuran manusia. Micro Robot ukurannya kecil seperti nyamuk. Hanya Mini Robot yang saya kurang jelasin.

      Ada alasan kenapa saya tidak menjelaskan bagaimana Red dan Yellow menangkis peluru AI. Saya ingin pembaca merasakan apa yang dirasakan Blue dan White. Mereka menutup matanya saat akan tertembak dan tidak melihat Red dan Yellow yang datang menyelamatkan.

      Kenapa bom enggak ngefek ke AI? Di awal sudah dijelaskan bahan pembuat robot AI itu kuat dan keras sekali. Saat di adegan akhir AI yang meledakan sebagian bom yang sudah dipasang untuk meloloskan diri. Dia menggunakan kemampuan pengendali alat elektroniknya untuk memicu ledakan bom dalam skala kecil dengan memanipulasi sistem kendali ditonator. Karna itu Blue tidak bisa meldakanya dari jauh.

      Kenapa mereka mati hanya karena listrik? AI sebelumnya berpikir hanya perlu menggunakan serangan fisik untuk mengalahkan mereka. Tapi karena tidak berhasil dan sitemnya akan mati, dia memutuskan untuk melakukan rencana B. Mungkin untuk kedepannya saya akan menuliskan sistem kerja AI yang rumit (kalau lolos)

      Tambahan
      AI tidak bertanya kepada Zainurma dimana dia, apa yang sebanarnya terjadi dll karena dia sudah tahu setelah menganalisa Zainurma dan Ratu Huban. Zainurma juga sudah tahu tidak perlu menjelaskan lagi kepada AI karena dia sudah tahu. Ratu Huban yang biasanya cerewet enggak ngejelasin karena dia takut sama AI. Dan untuk domba, karena dia baru muncul AI belum sempat menganlisnya, jadi tidak tahu gunanya.

      Hapus
  2. Protes saya hampir senada sama komen di atas. Sejak kontemplasi AI di awal nggak begitu keliatan memang, tapi saat masuk interaksi dengan para 'sentai' dengan robot2nya, AI keliatan begitu manusia, tapi tidak manusiawi.

    Tapi memang akan jadi berbeda kalau AI diprogram semanusia mungkin. Sayangnya Ryusa belum menguak latar belakang ini.

    BTW, latar belakang alasannya ngebunuh para sentai juga masih bisa dieksplor: dalam artian dijelaskan gimana konflik batin AI untuk milih percaya terus sama para sentai walau mereka punya tujuan yang bagus menurut mereka, atau fix ngejudge mereka cuma seperangkat sentai tanpa rasa hormat terhadap kepercayaan AI.


    Di sini, nggak ada pula niatan AI untuk mempertimbangkan atau mencoba memahami keputusan para sentai itu.

    Intinya, jelaskan lebih banyak mengenai gimana rasanya dikhianati. /tssaah

    Juga, masalah rincian para robot. Alangkah baiknya jika bentuk dan kemampuan mereka lebih unik ditonjolkan. Misal si Yellow robotnya bertangan bor. Jadi dia bisa ngegali, dst.

    Sementara, di bawah ini yang saya suka.

    +strategi battle, ngelibatin banyak orang dan mengakhirinya bukan pekerjaan mudah, banyak juga intrik di battlenya.

    +countdown bikin segalanya lebih menegangkan.

    +dari awal vibe fiksi ilmiahnya sangat terasa, kerapian narasi juga sangat mendukung ini

    +cara ratu huban ngeluarin warna pake tongkatnya cukup jarang ditemui di entri lain

    Sehingga.

    7/10

    PUCUNG

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas kritiknya

    Meluruskan, warna-warna itu adalah adalah pemburu hadiah. Target mereka adalah membunuh AI atau paling tidak membuatnya tidak mempunyai tumpangan lagi.

    Yellow enggak punya robot, dia bertarung tangan kosong dengan gauntletnya. Red pakai dua pedang. Blue pakai pistol dan sniperifle. White pakai senapan mesin. Dan Black saja yang punya robot.

    Alasan bunuh? AI enggak butuh alasan buat bunuh manusia. Kalau ketemu manusia dia pasti langsung bunuh bagaimanapun caranya. Jadi alasannya karena mereka manusia.

    Untuk latar belakang AI yang seperti manusia tapi enggak manusia, mungkin akan saya bahas lebih dalam di babak selanjutnya(kalau lolos).

    Sedikit tentang latar belakang AI. Dia itu bisa dibilang kopian ingatan kebencian penciptanya. Jadi dia bersikap layaknya manusia. Dia adalah pilot robot, tapi tanpa bentuk fisik. Jadi dia itu ngendaliin robot dengan memerintah sistem robot, enggak dia gerakin langsung seperti entri robot yang lain.

    BalasHapus
  4. Di tiap pertarungan biasanya ada pihak yang didukung oleh pembaca. Tapi ane.. malah bingung dukung siapa
    Yang 1 destroyer, yang satu power ranger atheis yang tujuannya belum diketahui. Menghancurkan AI demi keamanan, atau untuk mengendalikan AI setelah mengalahkannya.
    Tapi, yah.. sudah dijawab sebenernya :l

    Ada beberapa typo seperti 'pedangnnya' 'kirasa' 'keompok', ah, mungkin karena efek deadline. Ane maklumi
    ...karena nasibnya sama macam entry ane *nangis*

    Ane enjoy cerita ini. Battlenya menegangkan terutama karena ada countdown, sci-fi kental terasa, lalu strateginya, waaah~!!

    Ada part yang bikin ane ngakak sebenernya. Di bagian yang efek backgound ledakan pas bertarung. Itu bikin otak seger lho xD
    ---------------
    Rate = 8
    Ru Ashiata (N.V)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kritiknya

      Jujur saya enggak menganggap para warna itu power ranger, walaupun saya sering nonton dari kecil. Mereka bergerak dalam individu dan kelompok jika diperlukan, tidak seperti power ranger yang main keroyokan.

      Hapus
  5. cerita futuristik yang menarik. awalnya masih bingung dengan jalan ceritanya yang rumit karena terlalu banyak karakter yang terlibat.

    well, nilai dari saya 7. semoga sukses..

    Dwi Hendra
    OC : Nano Reinfield

    BalasHapus
  6. Intronya enak banget dibaca. Sayangnya kok banyak typo bertebaran juga, walau saat cerita bereskalasi semakin ilang typonya.

    Untuk ceritanya sendiri, sangat menarik. musuhnya kuat dan berhasil mengancam AI yang menurut saya cukup IMBA. Ada juga sih kata yang menurut saya gak sesuai dari Red saat berhenti dikejar robot. "Mungkin dia lelah mengejar kita." katanya. hellooo? mana ada robot yang kelelahan? Adanya mereka kehabisan batre, kehilangan deteksi panas atau apalah yang memang khas robot. Padahal mereka pemburu dari luar angkasa loh. Setidaknya punya otak dikitlah hehehe.

    All in all,saya kasih grade 7. ceritanya menghibur, sih. Ditunggu kemunculan dewa robot lain semacam Brahma. Mungkin Shiva atau Vishnu?

    salam,
    Akbarari/Tombakpatah
    O.C Marikh, Dewa Arak Kolong Langit

    BalasHapus
  7. Wel, yea..
    Ceritanya super sekaleeh.. power ranger new version, hhheheh..
    Plot dan alurnya, okee.. tapi banyak pemilihan kalimat tidak efektif.. typo.., yaaa mau gimana lagi, hrus seratus kali ngecek kli yaak.. :o

    Overall
    7 Point

    RJ Marjan

    BalasHapus
  8. Entah kenapa saya malah respect sama pemburu hadiahnya itu. Mereka udah datang dengan keren, bertarungnya juga keren tapi sayangnya mereka tewas dengan cara yg gak keren sama sekali.
    Untuk AL, dia bener2 Sisytem AI yg mudah baper alias bawa perasaan. Wkwk
    Lepas dari typonya yg cukup banyak, entri ini menarik untuk diikui dan dibaca sampai akhir. Penyampaian narasinya cukup enak saat dibaca ditambah plot ceritanya yg mengusung tema robotic dan penghancuran manusia.

    Nilai :8
    Mahapatih Seno, karakter dari entri yg biasa menunggu seseorang atau mungkun author cerita ini sudi mampir dan komentar dilapak saya. Hehe

    BalasHapus
  9. AI memang terlihat terlalu berperasaan untuk disebut sebagai mesin/sistem penghancur ya.

    dan ini saya aja yg miss pas pertama baca tapi kirain brahma itu robot segede rumah lawan warna2 yg kecil. ternyata dijelasin dia itu makro sebesar manusia. adegan battle di kepala saya jadi salah sambung :'3

    ceritanya sendiri ok. sayang mega robot terhenti di awal, padahal seru ngeliat dia kejar2an sama warna2 itu sambil ngancurin gedung2 xD

    nilai: 8
    oc: castor flannel

    BalasHapus
  10. Wadooo... entri robot-robotan.

    Kesukaan saya.

    Perkara teknis, narasi, dan adegan saya udah oke lah. Kekurangan dan kelebihan udah ditunjukkin.

    Yang mau saya kritisi ini lebih di AI sendiri sebagai kecerdasan buatan.

    AI ini level intelegensinya udah di atas cendekia kan? Terus apa dia punya algoritma perasaan?

    Masalah Advanced AI di rata-rata cerita itu:

    1.) Kelewat Logis, sampai tidak ada perasaan dan sangat datar (Contoh: HAL 9000 punya Space Odyssey, SHODAN dari System Shock, dan GLaDOS dari Portal)
    2.) Kelewat Ekspresif, sehingga kadang ekspresinya tida natural (Contoh: Wheatley dari Portal.)

    Kasus AI menurut saya ini ada di tengah-tengah. Berasa nanggung antara logis dan ekspresifnya. Jadi ingetnya AI AI jahat di kartun barat.

    Saran saya diperjelas aja sih AI-nya mau AI ekspresif tapi jahat banget atau AI yang bener-bener datar dan tida bisa merasa. Gitu aja kayaknya.

    Nilai sendiri saya titip 8 untuk AI.

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut

    BalasHapus
  11. Welp... Not really what i expect to be.

    Kuberi tepuk tangan karena dapat memainkan banyak karakter dalam satu waktu. Red, Yellow, Blue, White, Black semua punya ciri khas masing-masing yang konsisten dari awal hingga akhir cerita.

    Yang aku keluhkan di cerita ini adalah minim deskripsi pada tiap adegannya. Adegan epik hanya didiskripsikan dengan kalimat simpel dimana seharusnya adegan itu bisa dijabarkan menjadi lebih detil.

    --Contoh :

    Kotak itu bergetar. Getaran yang kuat memaksa Red dan Yellow harus melompat ke gedung di sebelah kotak. Mereka melihat perubahan kotak itu. Perlahan kotak berubah menjadi sebuah robot manusia raksasa yang AI sebut Mega Robot.

    --Bisa diubah jadi :

    “WARNING! WARING!”

    Baris tulisan warning merah menyala di permukaan kotak hitam raksasa itu, tampak berubah warna dari hitam legam menjadi belang hitam dan merah.

    Mendapat peringatan bahaya, lantas Red dan Yellow melompat ke gedung di sebelah mencari perlindungan. Sayang gedung yang mereka tempati bukan tempat yang aman. Tanah bergemuruh meruntuhkan gedung-gedung di sekitar kotak hitam-merah itu.

    “Mega Robot. TRANSFORM!!” Erangan suara robotik menggema di udara.

    Kotak raksasa itu meroket ke angkasa. Ia cepat berputar di udara, begitu cepat hingga tornado tercipta dalam rotasinya. Awan yang terisap dan ikut berputar dalam tornado membuat kotak itu tak nampak. Tiba-tiba sepasang tangan besi raksasa mencuat dari dalam tornado itu, kemudian diikuti sepasang kaki raksasa yang kokoh.

    Mendadak tornado itu berhenti dan sesosok manusia besi raksasa jatuh dari dalamnya. Dia jatuh menghentak tanah, menggempakan dunia, menyerukan kekuatannya. Ialah sang kuasa dalam realm ini, ialah yang terkuat di dunia ini. Sang dewa genosida, sang penghancur peradaban, sang Mega Robot.

    ***

    Akhir kata aku tidak terlalu menikmati entri ini, tapi masih ada ruang untuk perkembangan. Nilai 6

    OC : Begalodon

    BalasHapus
  12. tadinya aku berharap sesuatu seperti jarvis
    challange destroy everything hsmpir gs terasa karena memang kotanya sudah mati... akn?
    Gaya bertarung cukup menjelaskan
    sedikit revievv
    Ai tinggal di dalam kotak raksasa. masuk ke dalam mimpi lalu bertemu dengan RVVBY (salah satu animasi kesukaanku. terutama yellovv)sekaligus kemasukan virus. mega robot don, beralih ke macro robot. mini robot membuat macro robot baru dan selesai

    banyak yang menggangguku saat membaca
    1. logikaku jadi cacat setelah baca ini. blue itu flash yak? 3 kilometer dalam 5 menit (vvich mean 36 km/h). tapi dia masih kalah dan gabisa lari dari kelereng hitam. bahan bakar menguap habis... yang padahal... senyavva senyavva organic itu lebih berat dari densitas udara. gabisa menguap seharusnya. atau entahlah. thats a chemistry... dont mind it
    2. tidak nyaman dengan plot. mungin pembavvaan plotnya terlalu cepat. narasi kurang deskriptif, juga penggunaan kata gauntlet agak kurang pas. pemilihan diksi juga kurang variatif, maksudnya banyak kata yang diulang. atau ya... kembali lagi kurang deskriptif
    3. mini robot bisa bavva tangan kepala kaki robot macro yang rusak.... sama sih kayak poin 1

    ahh entahlah
    mungkin berbeda dari komentar yang lain. aku belum bisa menikmati ceritanya. belum ada nilai plus yang bisa aku lihat. tapi aku yakin bisa lebih keren kalau dippoles lagi. terutama deskripsinya. (mungkin sedikit contoh dari si begal alut lepas kita). soalnya tadi aku ngiranya mega robot itu bentuknya kotak. tangan kotak. kaki kotak dan telapaknya lempengan kotak. vvell.

    challange masih samar terselesaikan dan 3 poin minus, sehingga 5/10 dari saya. kuharap dengan bilai ini tidak membuat Al lantas shutdovvn seperti di akhir entri
    maaf jika penggunaan kataku kurang tepat

    OC : Zia

    BalasHapus
  13. Halo Manya dis- gua aja yang komen.. Ini Al, A sama El.

    Whoa nama kita samaan. Tapi kita beda nyatanya ya. Situ pake I

    Jujur aja gua belum bisa menikmati ini karangan, keknya plotnya yang susah gua cerna ama bingung ama beberapa deskripisinya ya? auk deh. ehtapi AI di sini ngingetin gua ke AM, sodara lo sih keknya, yang dari cerpen aku pengen tereak tapi gak punya mulut. kecerdasan sintetis yang rada punya perasaan gitu. secara karakter lo asik sih keknya. jadi pengen gua beli.

    gua kasih harga 7 dari 10 ya.

    hail Hydra!

    -alpacapone

    BalasHapus
  14. AI lebih punya perasaan daripada OC saya

    :{

    Destroy everything-nya kurang kerasa karena Mega Robot dapat porsi sedikit, padahal saya beeharap mega robot ngejar power rangers sambil ngancurin apa2 yg ditemuinya

    Dari segi cerita saya sangat suka, sama seperti Sang Robot Mata Satu Iris Lemma, bedanya Iris Lemma lebih cool /cielah

    Alurnya enak diikuti, juga karena sudah membaca komen yg lain haha. Penghancuran memang mengagumkan <3

    Nilai 9
    Merald

    BalasHapus
  15. Saat baca entri ini, saya rasa banyak banget typo-nya. Walaupun masih bisa dimengerti, tapi cukup mengganggu kenyamanan membaca.
    Untuk karakter AI, dia cukup ekspresif untuk ukuran program buatan.
    Adegan aksi di entri ini menarik, bisa ngebawain banyak karakter sekaligus tapi saya kurang puas dengan endingnya, dimana empat orang karakter mati gitu aja gara-gara sengatan listrik dari kelereng.

    Nilai dari saya, 7
    OC : Catherine Bloodsworth

    BalasHapus
  16. Wih,,seru ini ngebaca ceritanye kayak berasa nonton filem jagoan tapi dari sudut pandang musuhnye gitu.. Dan beneran itu si kelompok warna-warninye ngebikin cerita jadi idup,,bikin seru. Mungkin bakalan ngebosenin kalo lawannye bukan mereka. Dan satu lagi bang,,mirip sama yang dikata komen sebelum-sebelum aye ..berasa kurang ngerobot gitu. Paling ya ngebantu di tulisan sistemnye gitu.

    Skor dari aye 9
    Karkter OC aye : Harum Kartini

    BalasHapus
  17. Keren.
    Personifikasi bug/virus dalam sistem komputet dan bener2 melawan AI


    Kotak hitam raksasanya ini semacam cube kah?

    Micro, macro...
    Lawannya berwarna-warni.
    Apakah ada representasi atas sesuatu untuk masing2 warnanya?

    Lalu mengambil wujud wajah brahma...

    Menarik.
    8/10!

    Wamenodo Huang

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.