Selasa, 07 Juni 2016

[PRELIM] 44 - UNO FIBRI | HUKUM RIMBA


oleh : Luna Love
--
 
Sebuah hutan tropis di bagian tengah benua Utereu sedang mengalami perubahan cuaca akibat perpindahan letak bulan terdekat dari Planet Animalia yang bernama Bliss Lunar. Hujan yang tidak terlalu deras dan angin dingin yang berhembus menyelimuti kawasan hutan tersebut. Suasananya yang gelap ditambah dengan cuaca yang tidak mendukung membuat sebagian penghuni hutan lebih memilih untuk bersembunyi dari basah dan juga beristirahat.
Danau besar yang berada di tengah hutan terlihat berkilauan hitam kebiruan akibat sinar bulan yang terpantul di balik awan besar yang berkumpul. Pepohonan seperti sedang sibuk berbisik akibat tetesan air hujan. Suara makhluk malam pun juga ikut meramaikan.
Di dalam sebuah gubuk kayu di tepian danau, terlihat dua orang yang sedang duduk di depan perapian.
Sabba Salamander sedang sibuk memasak makanan untuk makan malam mereka berdua dengan ekor panjangnya yang bergerak-gerak santai. Terlihat jelas di wajahnya terdapat sepasang janggut tipis yang berbentuk kipas menyatu dengan leher, sebenarnya itu merupakan kulit tipis yang merupakan ciri khas dari Ras Salamander. Kulitnya yang berwarna cokelat gelap membuatnya terlihat sedikit menyeramkan, namun jangan lihat seseorang dari wajahnya. Karena kita tidak tahu hati sesorang bagaimana jika belum mengenalnya.
Di dekat perapian juga, seorang anak kecil bernama Uno Fibri di samping Sang Salamander terlihat sedang asyik berguling-guling. Tubuhnya yang mungil berkulit pucat dan memiliki mata besar dengan iris berwarna merah terang yang menggemaskan. Sudah berapa kali mata pria salamander itu menangkap wajah lucu anak angkatnya itu yang sedang menguap beberapa kali. Mungkin karena akibat dari cuaca di luar dan udara yang dingin, sehingga situasi seperti itu sangat pas jika digunakan untuk tidur.
“Uno kalau kamu mengantuk tidur saja dahulu.” Pria itu mencoba membujuknya agar mau beristirahat. Tangannya tetap sibuk membalik-balik makanan yang dia panggang.
Bibir mungilnya mengerucut dan berguling mendekati Ayahnya sembari berkata, “Tapi Uno mau temani Ayah masak kwok.” Matanya yang besar terlihat berair karena terus menguap dan kedua selaput matanya terlihat menutup beberapa kali saking mengantuknya.
“Jangan memaksakan diri, sudah sana tidur kakkakkakk.” Pria itu tertawa kemudian dengan pelan mengusap kepala anaknya satu-satunya itu dengan lembut.
“Ya Ayah.”  Kedua tangan mungilnya mengusap-usap matanya yang terasa sedikit perih karena memaksanya agar tetap terjaga. Terlihat jelas di sela jari-jari kecilnya terdapat selaput tipis yang merupakan alat berenang alami yang dia miliki sejak lahir sebagai keturunan Ras Ampibia.
Pangeran mungil dengan wajah menunduk berjalan menuju ranjangnya yang hangat untuk merebahkan diri. Hujan di luar sana masih lumayan deras bagaikan lagu ninabobo yang dinyanyikan oleh alam untuknya. Terlihat tangannya menggenggam sebuah kincir angin yang dia beri nama ‘Walla’.
Uno segera memejamkan mata menikmati hangatnya selimut yang membungkus tubuhnya.
U
Pangeran kecil mendengar beberapa orang terlibat perbincangan serius. Namun dia tidak tahu dengan pasti, apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Yang terdengar di telinganya hanyalah beberapa kata saja yang jelas. Reveriers, mahakarya dan alam mimpi. Ketiga hal itu dia baru dengar dan tidak dia pahami sama sekali.
Apa sedang ada tamu yang datang? Pria mungil itu mencoba membuka matanya namun ntah kenapa terasa sangat sulit dan berat? Dari sela-sela celah di antara kelopak matanya, dia melihat ada dua bayangan samar yang seakan tertutupi berkabut. Salah satunya berwarna hitam tinggi sedangkan yang lainnya lebih pendek berwarna ungu dan putih. Siapa meweka?
Saat akhirnya dia bisa membuka matanya, Uno tidak mendapati satu orang pun ada di sana. Pembicaraannya pun juga terhenti. Apa tadi itu hanya mimpi? Matanya berkedip beberapa kali dan tangannya mengusap perlahan namun tetap saja tidak terlihat ada seorangpun di sana. Bibir mungilnya bergerak mengucap kata-kata samar yang dia dengar barusan. “wepewiews?”
Mungkin saja jika dia bertanya kepada Ayah, dirinya akan mendapatkan jawaban. Kedua kaki kecilnya yang tidak pernah mengenakan alas kaki berjalan menuju ke arah perapian dan mencari sosok yang dia hormati itu.
Saat dia melihat punggung ayahnya. Bocah itu langsung melompat mencoba mengejutkan Ayahnya. Namun dengan sigap Sabba menghindar dan menangkap lengan anaknya sebelum menabrak dinding kayu.
“Anak ini, sudah berapa kali diberitahu masih saja bandel.” Pria paruh baya itu membimbing bocah nakal itu untuk duduk dengan tenang.
“Maaf kwokkwok!” Dia tertawa. Mata besarnya jika sedang tertawa menjadi terlihat segaris.
“Ini makan dulu. Ayah memasak serangga racun untukmu.” Tangannya menyerahkan beberapa tusuk serangga untuk Uno.
“Ya Ayah.”
Rumahnya ini memang berada tepian hutan. Sehingga jika hanya untuk menemukan serangga sebagai makanan tidak akan sulit. Tapi jika Uno disuruh untuk memilih, di antara semua serangga dia lebih suka belalang panggang atau mentah menurutnya itu sangat enak.
“Nah ayo kita makan dulu, nanti keburu dingin.” Tangan besarnya memberikan beberapa sate serangga racun untuk pangeran katak.
“Tewimakasih Ayah, tapi kapan Uno makan belalang panggang lagi?”
“Uno kamu makan saja ini dulu ya.”
Serangga ini memang cukup enak tapi karena terlalu sering memakannya membuatnya menjadi bosan. Ayahnya tidak ikut makan serangga racun karena beliau tidak bisa makan makanan seperti itu. Tidak seperti dirinya yang masih keturunan Dart Poison Frog. Tubuhnya dapat menerima semuanya karena tidak akan mempengaruhinya. Beberapa kali ular terkadang jadi santapan jika tertangkap dan itu merupakan salah satu makanan lezat lainnya yang jarang dapat dia makan kerena jarang ada di sekitar hutan tempat mereka tinggal.
Karena terlalu menikmati makanan dia hampir lupa untuk bertanya kepada Ayahnya tentang siapa tamu yang datang dan apa saja yang Ayahnya bicarakan dengan mereka?
“Ayah!”
Ketika Uno ingin memulai pembicaraan, tiba-tiba saja pria paruh baya tersebut meletakkan mangkuk makanannya dan terdiam sembari memejamkan matanya.
“Ssst!” Dia mengangkat sebelah tangan kirinya ke wajah Uno.
Melihat wajah ayahnya yang serius, Uno sudah paham jika beliau sedang mendengarkan suara dari luar rumah yang mungkin dirasanya aneh. Seseorang atau sesuatu pasti yang sedang mendekati rumah mereka.
Sabba dengan gerakan jari menunjuk ke arah jendela belakang. Segera saja mereka mematikan semua lampu dan juga perapian untuk melompat keluar dari jendela dan kemudian berpisah. Ini merupakan salah satu ajaran dari mantan assasint tersebut kepada Uno untuk bersembunyi.
Di luar sangat gelap dan masih basah oleh hujan. Petir beberapa kali terdengar di angkasa yang tertutupi oleh awan hujan.
Kaki dan tangannya memiliki alat penghisap alami, sehingga Uno dapat menaiki pohon dengan mudah. Dia lebih memilih pohon yang tertinggi untuk bersembunyi dan agar bisa lebih luas mengawasi sekitarnya.
Air dari danau yang menghantam bebatuan pinggir danau membuat suara germericik. Daun-daun yang gemerisik bergesekan satu sama lain akibat angin yang berhembus. Rintik hujan yang terjatuh di tanah dan pepohonan. Bahkan suara serangga malam terdengar biasa saja.
Dia mencoba mengedus bau udara di sekitar, bau tanah basah, bunga lavender, dan bau khas hutan lainnya. Namun hidungnya belum menemukan aroma aneh yang mencurigakan.
Apa ayah salah dengaw Kwok? Pikirnya sedikit bingung. Bocah katak itu mencoba mendengarkan sekali lagi, siapa tahu Ayahnya tadi memang benar mendengar sesuatu? Dia mendengarkan suara kembali dengan lebih seksama dan akhirnya dia menemukan suara pergesekan tanah yang asing. Sepertinya ini bukan seseorang yang sedang berjalan, melainkan suara ini lebih mirip dengan cara berjalan mangsanya yang melata.
Apa yang sebenarnya sedang mendekati rumah mereka?
Beberapa saat kemudian matanya melihat sebuah bayangan besar yang memasuki rumah mereka. Terdengar suara barang-barang dilempar dan berjatuhan.
Tangan terlihat mengeluarkan kincir angin yang selalu dibawa dari dalam bajunya. Gagang pegangan yang berbentuk silinder dia lepaskan dari kincirnya. Sedangkan kincirnya dia simpan di balik bajunya kembali.
Matanya menatap ke arah rumah kayu yang baru beberapa bulan ini dia tinggali dengan Ayahnya. Mereka memang suka berpindah-pindah tempat dengan alasan Sang Ayah hanya ingin lebih banyak mengumpulkan tanaman obat dan menghindari kelompok Destroyer, yang merupakan sekumpulan penjahat. Salah satu di antara lima yang terkuat bernama Lord Geoda L. Epinephelus.
Karena penasaran Uno memutuskan untuk menlompat ke pohon yang lebih dekat dengan rumahnya. Kedua kakinya terlipat dan katak kecil bersiap untuk melompat ke pohon tinggi lainnya yang berjarak lebih dekat dengan halaman depan rumahnya untuk melihat ke dalam rumahnya.
Saat dia mengintip ke dalam, tidak terlihat seorangpun atau bahkan sosok dari pemilik bayangan yang dia lihat tadi. Dengan perlahan dia menurunkan tubuhnya dari pohon.
“Flamo!”
Tiba-tiba sebuah cahaya melesat ke arahnya. Uno segera melompat ke samping untuk menghindarinya namun sebagian kecil bajunya terkena dan terlihat gosong dan pohon yang dia tempaati terbakar. Dia segera melompat dan bersembunyi kembali di semak-semak yang tinggi dekat rawa-rawa.
Dia benar-benar tidak tahu siapa dan apa yang menyerangnya tadi? Uno segera berenang masuk ke dalam air dan mengawasi di antara tanaman rawa yang terapung di tepian danau.untung saja tidak mengenai tubuhnya. Sekarang dia harus lebih hati-hati.
U
Terdengar suara pertarungan dari atas tanah. Lebih tepatnya suara tembakan-tembakan cahaya membabi-buta ke segala arah yang membakar sebagian dari tepian hutan. Karena sebagian hutan terbakar membuat Uno dapat melihat sosok asli dari bayangan besar tadi. Makhluk tersebut memiliki tiga kepala dengan tubuh memiliki sepasang tangan dan tubuh yang panjang yang melata.
Makhluk apa itu? Apakah benaw itu salah satu makanan lezat yang pewnah Uno makan? Kenapa kepalanya ada tiga? Wujud ular besar itu membuat bocah katak sedikit menggigil ngeri, karena dia belum pernah memakan ular berkepala tiga dan dia jadi penasaran apa rasanya enak jika dimakan? Pemikiran dari bocah pemakan segala itu.
Uno mencoba melihat lebih dekat dan lebih berhati-hati.
“Hei Orang tua, aku tahu kamu ada di sini!”
Makanan berkepala tiga itu berteriak-teriak sembari membakar hutan.
Tidak ada sahutan sama sekali dari orang yang dimaksud.
“Sabba, aku tahu beberapa tahun yang lalu kamu telah mengambil barang milikku. Sebaiknya kamu kembalikan segera dan mungkin saja aku bisa mengampunimu.”
Bagaimana dia mengenal ayah? Uno mencoba mendengarkan dulu agar lebih mengerti. Tidak mungkin dia bertanya kepada ayah atau ular itu untuk saat ini kan?
Hutan yang terbakar sekarang hanya menyisakan sebagian kecil kebakaran karena hujan yang masih mengguyur wilayah tersebut sehingga api padam di beberapa tempat.
“Tidak akan, karena itu juga bukan barang milikmu!”
Suara gema yang terdengar di penjuru hutan membuat sang ular semakin kesal karena jawaban yang diberikan oleh pria tua itu tidak sesuai dengan yang dia harapkan.
Uno tetap menenggelamkan diri di dalam air dengan kepala mengintip ke atas dan kaki-tangan tetap bergerak pelan, agar tetap bisa mengawasi.
Ketiga kepala ular itu menjulurkan lidahnya secara bergantian mencoba membaui alam. Tubuhnya yang besar tidak menghalangi gerakannya yang gesit.  Dia melata mencari di setiap bagian hutan untuk mencari salamander.
“Kembalikan telur katak yang kau ambil itu Cicak!” Sang ular sepertinya sudah kehabisan kesabaran. Saat dia mencium bau dari Salamander berada di salah satu pohon, dia segera menyerang tempat tersebut dengan ratusan bebatuan yang dia terbangkan dari sekitarnya.
Lidahnya terjulur kembali mencoba membaui bau, namun yang dia dapati hanya tanah basah dan tanaman busuk bukan bau anyir darah.
“Sial!” Itu tadi hanya tipuan ternyata.
Salamander itu memang meninggalkan beberapa lendir di sekitar pepohonan hutan agar mengacaukan penciuman dari sang ular.
“Dasar Cacing, pengecut sepertimu hanya bisa menyerang penduduk Poisont Dart Frog dengan cara licik.”
“Segala cara akan kulakukan untuk menjadi kebal dan abadi.”
Pangeran katak terkejut mendengar daerah tempat asal dan keluarganya disebutkan dalam pembicaraan ini. akhirnya dia tahu kalau ular di hadapannya itu adalah sang Lord Geoda. Segera dia meniupkan jarum racun dari dalam silinder gagang kincir angin tadi ke arah musuh. Kemudian menyelam.
Ular besar itu sedikit terkejut karena salah satu kepalanya yang paling kirinya terkena oleh jarum. Dia langsung mencabut dan membuangnya. “Hahaha Trik seperti ini tidak akan membunuhku.”
Bocah katak itu menunggu beberapa saat untuk melihat apa racunnya akan bekerja atau tidak. Namun yang dia dapati musuhnya itu seperti tidak terkena dampak apapun. Bagaimana mungkin?
Uno bingung melihat dia masih bisa berdiri tegak dengan tubuhnya. Yang dia tahu racunnya ini tidak ada penawar karena terbuat dari lendir yang ada di tubuhnya yang mengandung racun mematikan. Jika saja ada orang yang terkena maka pasti akan membuat seseorang bertahan hidup tidak lebih dari satu menit. Satu-satunya yang dia tahu hanya Ayahnya yang memiliki obatnya. Bagaimana mungkin ulaw itu tetap berdiri?
“Sial, apa yang kamu lakukan?” ucap Sabba sepertinya sama terkejutnya akrena dia tahu siapa yang menyerang Lord Geoda tadi.
“Sssllttt, aku hanya memakan mereka dan rasanya lumayan nikmat.” Tawa mengerikan bergema di seluruh hutan dan menampakan deretan taring mengerikan milik ular berwarna hitam kehijauan tersebut. Lidahnya terjulur beberapa kali tatap berusaha menemukan Sabba.
Cahaya bulan tampak semakin jelas dengan seiring menghilangnya awan hujan di langit danau Urria. Hutan-hutan yang terbakar meninggalkan asap mengepul di beberapa tempat.
Lord Geoda memiliki tubuhnya yang lebih mirip seperti sebatang pohon Oak bersisik yang memiliki ekor dan tiga kepala dengan jubah hijau mewah.
Makhluk itu memakan kakak-kakak dan adik-adiknya dan tanpa rasa iba. Uno mencengkram Walla dengan erat. Rasanya dadanya sesak karena amarah. Mulutnya terbuka lebar untuk mengumpulkan air liurnya di belakang lidah dan segera ingin menyudahi nyawa dari ular congkak yang ingin mati tersebut. Namun kepalanya seperti dihantam benda berat, dia menjadi lupa aapa yang harus dia lakukan?
Dia merasa pusing dan linglung. Ludah, seharusnya ada yang harus dia lakukan selanjutnya tapi seakan hal yang ingin dia kerjakan tadi menguap dari otaknya. Dia benar-nemar bingung. Apa ini akibat dari serangan pertama yang mengenai tubuhnya tadi?
Tidak, dia harus membunuh ular karnivora itu. Dia sudah mengambil nyawa keluarganya! Air mata menetes dan menyatu dengan air danau. Rasa kesal semakin bertumpuk di hatinya.
Uno mengeluarkan kincir dan melepaskan menjadi dua bagian yang merupakan sepasang pedang kembar yang dapat membelah apa saja. Kemudian dia menyelam ke dalam air untuk melakukan lompatan kejutan dengan menyerang langsung. Namun saat dia menatap ke atas kembali, air bergejolak dihantam oleh tubuh ular besar yang menyelam ke arahnya
Makhluk berkepala tiga itu pun sudah berada di atasnya dengan ketiga mulutnya yang terbuka. Taringnya itu terlihat mengerikan. Katak kecil sama sekali tidak punya kesempatan mengelak, sehingga mengakibatkan bahu kiri, tangan kanan dan kaki kiri tertangkap gigi ular tanpa bisa bergerak sama sekali. Darah pekat membuat air menjadi keruh.
Permukaan air danau tersentak kembali oleh sebuah bayangan ramping yang menceburkan diri ke dalam danau. Saat Uno melihatnya ternyata ayahnya yang sedang menceburkan diri dan berusaha mencoba melepaskannya dari gigitan. Ekor ular tersebut mencoba mencengkram tubuh Sabba namun dengan gesit dia berenang menghindar menggunakan kaki tangannya yang berselaput tipis.
Salamander itu mencoba menyerap energi sang ular dengan menyentuh tubuh bersisik sang ular pada bagian ekornya. Namun saat dia mencoba menyerap lebih banyak tiba-tiba saja prosesnya terhenti. Matanya yang besar berkedip beberapa kali karena heran dengan apa yang terjadi.
Dia tidak mampu melepaskan tubuh kecil Uno masih berada di dalam terkaman mulut ular.
Salamander tua itu tetap berusaha menyelamatkan nyawa anaknya, sehingga dia terpaksa menggunakan ‘KARAM’ sepasang pedang pendek yang sangat jarang dia gunakan karena ketajamannya. Dengan menggunakan salah satu dari karam memotong leher kanan salah satu dari tiga kepala sang ular sehingga gigitan pada tangan katak kecil bisa terlepas.
Tanpa buang waktu Sabba segera berenang menggapai tubuh anaknya yang tidak berdaya dan berusaha secepat mungkin keluar dari dalam danau sebelum mereka tertangkap kembali. Tubuh katak kecil semakin pucat dengan darah yang mengalir dari lukanya.
Mantan assasint tersebut menggendong tubuh kecil itu di punggungnya sembari berjalan melalui bebatuan besar dan mencari tempat persembuyian. Dia berjalan cukup jauh sampai akhirnya menemukan sebuah pohon besar sehingga dia segera naik dan bersembunyi.
Dia segera mengambil sebuah botol kaca kecil berwarna biru dari tas kulitnya yang merupakan obat mujarap untuk menyembuhkan luka. Tangannya dengan perlahan mengoleskan salep obat tersebut untuk menutup luka anaknya.
Katak kecil merasakan sakit saat obat itu beraksi dan menutup lukanya. Dia mengerang kesakitan beberapa saat. Obat ini cukup berguna untuk menutup luka bukan untuk memulihkan energi sehingga dia masih belum bisa bergerak banyak. Sabba mengeluarkan serangga racun panggang yang belum sempat dimakan oleh Uno dan menyuruh anaknya itu memakannya. Meski hanya sedikit, kalau makanan ini bisa mengembalikan sebagian tenaganya yang hilang.
U
Dari tengah danau Urria, air terlihat bergejolak memperlihatkan seekor ular marah raksasa berwarna hitam kehijauan yang ukurannya semakin besar dan besar saja hingga mencapai tinggi mencapai 100 Meter di atas permukaan air. Yang terlihat hanya dua kepala sedangkan satu kepala yang hilang terpotong terlihat seperti cabang kayu yang terpotong rapi. Asap hitam terlihat mengepul dari lubang hidung dan kedua mulutnya yang besar seakan-akan terdapat lahar aktif dari dalam tenggorokannya itu.
Perwujutan dari Lord Geoda tersebut menyemburkan nafas apinya ke segala arah seakan ingin membumi hanguskan segalanya dan meratakannya. Hutan yang sebelumnya sudah padam sekarang terbakar kembali. Bahkan rumah kayu di pinggir danau.
Uno merasakan bumi sedikit berguncang. Karena dia tenaganya sudah sebagian kembali, dia berusaha bangun untuk duduk dan melihat apa yang terjadi. Mata besarnya menyaksikan danau yang sedang kacau balau dengan kebakaran di mana-mana.
Sabba tampak tidak percaya dengan penglihatan matanya karena ular sebesar itu hanya merupakan makhluk mitos yang ada di animalia saja dan hewan itupun sudah lama punah.
Danau seakan diaduk oleh sebuah sendok raksasa dan airnya meluap-luap ke sekitar danau membuat tsunami kecil. Hutan dibanjiri oleh air bah. Sehingga membuat Burung-burung berterbangan dan makhluk-mahkluk hutan berlarian menjauhi tempat kejadian ketakutan dan menyelamatkan diri.
Untungnya mereka bersembunyi di tempat yang tinggi agar tidak tersapu oleh air.
“Ayah ini di mana?” Pangeran kecil mengerutkan dahinya saat melihat goresan yang bertuliskan namanya di kulit pohon besar tempat mereka bersembunyi sekarang.
Seingat bocah katak satu-satunya yang terdapat goresan tangannya itu merupakan pohon bekas rumah mereka beberapa bulan lalu. Dan pohon itu letaknya di selatan gunung dengan jarak sebulan perjalanan dari danau dan harus melewati tebing curam. Bagaimana bisa dari tempat ini dia dapat melihat ke arah danau dengan jelas?
Mulut katak mungil tersebut terbuka dan membentuk huruf ‘O’ karena takjub.
Namun saat ini hal yang perlu mereka perhatikan terlebih dahulu adalah makhluk besar yang mengamuk di tengah danau.
“Ayah ulaw itu mewusak hutan.” Mata besarnya sedikit berkaca-kaca karena melihat kerusakan hutan yang ditimbulkan oleh Lord Geoda.
“Ya sebaiknya kita cepat hentikan dia segera. Apa kamu siap?”
Uno mengeluarkan pisau Walla dan Sabba mengeluarkan Karam miliknya. Mereka bersiap untuk berlari menuju ke arah danau bersama-sama. Dengan tetap berhati-hati keduanya berlarian bersama menuju ke hutan yang tidak terbakar.
Hutan benar-benar seperti neraka. Ular besar masih menyemburkan api ke segala arah. Api di mana-mana, warna merah menyala mendominasi dari warna gelap malam hari yang memperlihatkan siluet makhluk besar yang mengamuk.
Mata besar ular itu menangkap pergerakan dari keduanya sehingga mencoba membakar mereka hidup-hidup. Namun mereka punya sepasang kaki alami yang bisa bergerak lebih cepat untuk menghindari serangan yang mengarah ke mereka.
Uno melompat dari pohon ke pohon sedangkan Sabba berlari dengan cepat melalui darat. Beberapa ikan dan penghuni air terlihat mengglepar di tepian danau. Hutan hampir setengahnya sudah terbakar habis.
Pangeran katak melihat semua kerusakannya menjadi semakin marah. Mereka langsung terjun masuk ke dalam air dan berenang dengan cepat menuju ke arahnya. Namun saat mereka berusaha mendekat gelombang air yang dibuat oleh ular besar terlalu kuat sehingga sangat sulit untuk mendekatinya.
Dari ke dua mulut ular itu bergantian menyemburakan api ke arah air dengan membabi-buta karena melihat pergerakan dua bayangan di dalam air. Namun mereka terlalu cepat sehingga semuanya tembakannya meleset.
Air di dalam semakin panas karena semburan api yang bertubi-tubi sehingga membuat mereka berdua semakin terdesak. Jika tidak melakukan sesuatu mereka pasti akan menjadi daging rebus.
“Sebaiknya kalian menyerah saja.” Suara berat dan mengerikan terdengar dari salah satu mulut ular yang tidak menyemburkan api.
Mereka berdua pun menggunakan alat penghisap di kakinya untuk menempel pada batu besar di bawah danau yang tidak terlalu terkena dampak hempasan gelombang supaya bisa mendekat secara perlahan-lahan. Tanpa banyak membuang waktu mereka menebas tubuh bagian bawah dan menghasilkan luka yang tidak terlalu besar namun dalam hingga mengenai nadi utama. Meski demikian Ular itu masih bisa bergerak dan juga semakin marah.
Karena mereka sudah terlalu letih sehingga pergerakannya melamban. Ular besar itu melihat kesempatan tersebut dengan memanfaatkan ekornya yang besar dan panjang dengan mencambukannya ke dalam air. Keduanya hempas keluar dari air dan terbang melambung di udara.
Mulut besar ular sudah bersiap dengan membuka mulutnya lebar-lebar menerjang, melahap dan menelan mereka mentah-mentah. Matanya tertutup. Senyuman puas tersemat bibirnya yang penuh taring. Abadi adalah sebuah kata yang merupakan tujuan hidupnya.
U
Dia mendambakan saat ini akan terjadi dalam hidupnya dan akhirnya harapannya terwujud juga.
Tawanya pun meledak membuat semua makhluk di sekitarnya merinding dan ingin lari.
Namun sesuatu terjadi. Dia berhenti tertawa. Perutnya yang berwarna hijau terlihat benjolan-benjolan besar bergejolak. Darah segar dimuntahkan dari mulutnya. Tubuhnya langsung ambruk ke dalam danau dengan kepala berada di tepian danau.
“Makanan sialan, diam kalian di perutku!” Dia berguling-guling beberapa kali menahan sakit.
Rintihan dan teriakan kesakitan terdengar mengerikan ke seluruh penjuru dunia.
Tubuhnya sudah tidak sanggup lagi bertahan. Perutnya terbelah. Darah mengalir membanjiri danau. Dua makhluk keluar dari luka tersebut. Ternyata mereka berdua masih hidup dan bekerja sama membelah tubuh sang ular sehingga raksassa mitos ini tidak dapat bergerak sama sekali.
Air danau berubah menjadi lautan darah dan berbau anyir mengerikan. Ikan-ikan beberapa pingsan atau mati terapung di atas air karena keracunan.
Mereka segera berenang keluar dari danau dan memutahkan air bercampur darah dari perutnya agar tidak ada hal buruk yang akan tertinggal di tubuh mereka.
“Ayah ulawnya gak enak kwokkwokkwok.”
“Jangan ditelan kalau begitu Kakkakkak.”
Tawa puas terdengar dari mulut mereka berdua.
Mereka berbaring beberapa saat untuk memulihkan tenaga mereka yang terkuras habis. Tubuh penuh dengan luka dan beberapa bagian tubuh terdapat lebam. Wajah mereka saat ini sangat kacau.
Mereka mengatur nafasnya dan mencoba mengembalikan tenaganya yang hilang.
Namun ketenangan mereka terganggu oleh suara tepuk tangan membuat mereka waspada kembali. Uno mengusap wajahnya perlahan dan menghembuskan nafas kesal. Dia tidak tahu apa masih sanggup untuk melawan atau bergerak lagi?
Dia berusaha menegakkan tubuhnya perlahan. Saat dia bisa berdiri, kedua matanya melihat sesuatu hal yang aneh. Seorang pria dengan pakaian rapi berdiri di hadapannya.
Makhluk apa dia? Apa dia salah satu kelompok Destroyer? tanyanya dalam hati.  
“Pertunjukan yang sedikit menjijikan sebenarnya.” Pria berpakaian hitam tersebut merapikan rambutnya kemudian melanjutkan perkataannya, “Omnivora sepertimu ternyata tidak terduga.”
“Ya, aku kira dia katak yang manis dan imut, ternyata jadi mengerikan mimpi ini.” Sebuah suara datang dari makhluk lain yang muncul dari punggung pria berstelan rapi tersebut. Dan dia berwarna ungu dengan kepala kotak putih dengan payung yang dia pegang.
Mata Uno hanya berkedip dengan perasaan bingung. Dia melihat dunia tempat dia berpijak seakan bergetar dan bergelombang kemudian perlahan berubah padang rumput hijau yang luas dan waktu pun juga berubah menjadi siang hari secara sekejab. Tubuhnya pun menjadi terasa ringan seperti tidak terluka sama sekali.
“Ayah kita di mana?” Saat dia bertanya kepada ayahnya. Namun tidak ada tanggapan sama sekali sehingga Uno menoleh ke arah pria tersebut. Dia terkejut melihat salamander itu berdiri mematung dan tidak bergerak. “Apa yang kalian lakukan?” Bocah katak mencoba melindungi ayahnya.
“Tenang saja, ini hanya dunia mimpi dan ayahmu ini hanya bagian dari memorimu yang aku masukan ke dalam mimpi.” Makhluk ungu tersebut berjalan ke arah salamander dan menembusnya.
“Mimpi?” tanya Uno terkejut dan sedikit ada perasaan takjub. “Lalu siapa kalian ini?”
“Perkenalkan aku Ratu Huban, panggil saja Huban.” Makhluk ungu tersebut tersenyum sembari menggiring seekor makhluk putih seperti gumpalan kapas ke arah Uno. “Dan dia ini Zainurma.”
Uno memperhatikan makluk kapas yang ada di kakinya dan dengan telunjuknya menyentuh hidung domba tersebut. “Ini apa?” kemudian menarik-narik telinganya, namun tidak ada reaksi sama sekali dari makhluk tersebut dan tetap mengunyah sesuatu di mulutnya.
“Domba, dia yang akan membantumu selama pagelaran ini berlangsung.” Hewanurma tempak sedikit kesal karena bocah katak ini terus saja bertanya. Satu tangannya berada di kantung celananya.
“Pagelawan itu apa?” tanya Uno sembari mengelus-elus bulu putih hewan yang baru dia tahu bernama domba. “Ini boleh Uno makan?”
“Pagelaran untuk bertarung dalam mimpi,” jawab Huban menggantikan Zainurma karena tahu pria itu gampang kesal. “Tentu tidak bisa.”
“Kenapa? Tewus kapan Uno bangun?”
“Untuk saat ini kamu tidak akan pernah bisa terbangun sampai acara ini selesai, sebaiknya sekarang ikut kami ke museum.” Huban berjalan dengan memutar-mutar payungnya dan melompat-lompat ringan menuju sebuah pintu.
Uno ikut saja karena mendapat domba dari huban dan mungkin dia bisa bermain-main. Dan ini hanya mimpi kata mereka. Dia berjalan mengikuti huban sembari terus bertanya. “Tewus kapan Uno bisa makan?” Domba yang dia berikan kepadanya tadi  dengan setia mengikuti di belakangnya.
“Tenang saja nanti ada hidangan lezat yang bisa kamu makan di sana.”
“Benarkah?”
“Tentu.”
Zainurma juga mengikuti dari belakang sembari menggelengkan kepala perlahan. “Bagaimana bisa Huban tahan menjawab semua pertanyaan bocah katak itu?”
Mereka keluar dari pintu. Suasana berubah dan sebuah ruangan luas dengan lorong-lorong penuh dengan karya seni lukisan menghiasi dinding yang bergerak dan mungkin bisa di katakan hidup, beberapa juga ada patung besar dari batuan granit putih yang indah atau baju-baju zirah yang berada di dalam kaca transparan. Pilar-pilar besar menopang atap yang terdapat lukisan cantik yang bergerak.
“Ini dimana?”
“Museum.” Huban massih saja menjawab pertanyaan bocah yang penasaran tersebut.
Mereka tiba di aula yang dipenuhi oleh beberapa orang yang berdiri di hadapan sebuah patung besar berbentuk seperti bagian tubuh dari makanan yang dia buka kepalanya.
“Kami tinggal dahulu ya?” Huban berpamitan
Uno mengangguk perlahan.
Zainurma mengikuti huban menuju ke hadapan patung otak tersebut.
Bocah katak itu mutuskan untuk duduk di atas punggung domba yang di berikan kepadanya. Karena bosan menunggu dia memainkan Walla dan meniup baling-balingnya. Sebagian orang yang berkumpul mengobrol. Tapi dia hanya mendengarkan tapi tidak tertarik untuk ikut menggobrol dengan orang-orang di sana karena tidak ada yang menarik.
U

26 komentar:

  1. Gaya ngomongnya berasa ngingetin kayak keponakan donal bebek

    Typo, assasint >> assassin, poisont >> poison. Sisanya typo bahasa indo yang kebolak-balik kayak akrena atau apaa.

    Perwujutan >> perwujudan. Saya juga ngerasa di entri ini rada kebalik, sekejap jadi sekejab, mujarab jadi mujarap.

    Sepanjang entri ini banyak kalimat yang saya liat agak ganjil pas dibaca, contohnya :

    "Lord Geoda memiliki tubuhnya yang lebih mirip seperti sebatang pohon Oak bersisik yang memiliki ekor dan tiga kepala dengan jubah hijau mewah."
    ^kalimat ini rasanya strukturnya rada aneh. Mungkin lebih tepat kalo 'memiliki tubuh' aja tanpa '-nya'

    "Makhluk itu memakan kakak-kakak dan adik-adiknya dan tanpa rasa iba."
    ^sebelum 'tanpa rasa iba', 'dan' kedua diilangin aja

    "Dengan menggunakan salah satu dari karam memotong leher kanan salah satu dari tiga kepala sang ular sehingga gigitan pada tangan katak kecil bisa terlepas."
    ^kurang kata subjek, mungkin tepatnya 'ia memotong leher' biar jelas dan ga ngebingungin

    "Keduanya hempas keluar dari air dan terbang melambung di udara."
    ^terhempas?

    Overall ceritanya sendiri ga masalah, cuma pembawaannya masih agak datar buat saya

    Nilai 7

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah menyempatkan komentar Sam ^-^/
      saya akan berusaha memperbaiki cerita saya di kemudian hari kalau lolos

      Terimaksih dan maaf belum sempat mampir ke tempat kamu ^-^

      Luna

      Hapus
  2. zweite: hwahahaha. kalo arsa magna-nya kuro aktif. si uno bisa ngiler tuh.
    chou: hush! jangan dibocorin dulu. si kuro lolos nggaknya aja masih tanda tanya. eh tp kali ni gua stuju ma lu. pasti uno bkal mikir 'ini terenak dari yg terenak'
    zweite: belum juga nyicipin, si uno udah dilahap duluan, thor!
    chou: kalo itu mah nggak bkal dibiarin ma kuro. dia kan nggak kaya lu, zweite.
    zweite: ck. dasar author pilih kasih! wih sama2 pengguna pedang kembar
    chou: halah. lu sendiri pedang. jangan bnyak bacot dah. pdang kan nggak bs bcr. ok mari kita komen ceritanya.

    ehm. jd, stelah membaca ini, memang sih ada beberapa typo dan kalimat jika kita pahami benar2 dan kaitkan dg kejadian yg ada akan terasa ganjil. sbg contoh, saya ambil satu adegan saja. 'si ular membakar seluruh hutan dan trus menyemburkan api'→dr kejadian ini dapat diimajinasikan (disimpulkan) kalo api sdang membara membakar pepohonan. pastinya panas. iya kan. akan tetapi, 'uno melompat dr pohon ke pohon untuk mendekati musuhnya'→ apa nggak panas tuh? menginjak api? tubuhnya ngiak kebakar? berarti uno kebal sama api? ya yg paling masuk akal memang 'uno punya kemampuan yg membuatnya kebal terhadap api'. hmm...mungkin hbis ini harus bc charseetnya. tp saya suka ini cerita karna ringan dan mudah dipahami, apalagi uno-nya imut. jd, bolehlah saya kasih 8. hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uno: Memang magna itu apa? makanan jenis apa?
      Sabba: Uno, jangan makan sembarangan nanti kamu sakit!
      Uno: katanya "pasti uno bkal mikiw 'ini tewenak dawi yg tewenak'" Ayah pasti enak wasanya

      Maaf ini saya tulis dalam kondisi labil/ sakit xD plus deadliner. semoga saya bisa lebih baik untuk ke depannya.

      Terimakasih sudah mampir ^-^

      Hapus
  3. Ketawanya jelek banget, kwokwokkwokkwok~ ♫

    Si Uno ini rakus yaaa~

    Ini karakter-karaternya pada non human semua~ Jadi serasa baca fabel, tapi suasananya suram~

    uuuu... babehnya heroik, berantem mati-matian demi sang anak~

    btw, ceritanya udah letih, terus kena caplok ular, tapi masih punya tenaga buat ngerobek perut dan keluar dari perut.
    ._.



    Luna keseringan pake kalimat langsung yang beranak pinak. Jadinya saya sulit untuk mengikuti pace cerita, karena rasanya si narasi jadi terlalu cepat.


    Point : 7
    OC : Venessa Maria

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ichannnnn makasih udah mampir

      Soal ceritanya udah letih, terus kena caplok ular, tapi masih punya tenaga buat ngerobek perut dan keluar dari perut.
      itu karena Uno udah makan serangga racun dari ayahnya sebelum mulai pertarungan

      Maaf kalau kurang nyaman pakai kalimat majemuk, aku coba biar gak githulah

      Terimakasih sekali lagi ^^

      Hapus
  4. .U.

    ^Jeda pembatas ini unyu banget sumpah #OotAbis

    Dialog Uno ini bikin gregetan juga ya, apalgi cadelnya itu XD ngomongnya jadi lucu. Khas anak balita.

    Tapi, disepanjang cerita saya lihat banyak sekali kalimat yang tidak koheren. Pengulangan kata yang amat sering dalam satu kalimat. Bacanya kadang harus diulang baru ngeh.

    Ide finishing musuhnya keren. Ngobok-ngobok perut si ular XD. Sayangnya image Uno jadi berubah di benak saya, dari balita kodok unyu jadi anak kodok genosida wkwkwk

    Skor 7
    OC: Ulrich Schmidt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf soal kalimat yang tidak sesuai dan bikin bingung, semoga saya dapat kesempatan buat lanjutin ceritanya dan bisa memperbaiki gaya tulisan saya

      terimakasih sudah mampir ^^

      Hapus
  5. Aku datang Mbak LL! /plak

    Pemilihan katanya agak-agak gimana gitu, bikin saya bacanya agak jenuh, jujur aja.

    Tapi abaikan itu, ceritanya sendiri menurutku unik. Sejarahnya lebih baik sedikit dikorek lagi.Seperti komentator-komentator diatas bilang, pertarungannya juga agak aneh. Tapi, aku pribadi pingin lihat lanjutannya, perkembangannya.

    Jadi,

    6/10

    Semangat! ^o^)9

    OC : Takase Kojou

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya maaf saya baru belajar, jadi kalau saya dapat kesempatan untuk memeperbaiki di cerita lanjutannya saya akan usahakan ^^

      Terimakasih sudah mampir ^^

      Hapus
  6. Baca cerita ini bikin saya .w.

    Nuansa fabel untuk anak-anak entah kenapa kerasa di sini. Hmm... mungkin kalau diterjemahin maksud saya itu dunia-dunia seperti dunianya Kirby, Klonoa, atau Tomba yang memang ringan dan ga perlu banyak mikir.

    Konfliknya jelas gimana-gimananya. Paling yang menurut saya kurang itu adalah pembawaannya aja sih. Kalau bisa dibuat jenaka, saya harap lakonnya Uno ini dibuat lebih jenaka aja. Soalnya nuansa cerita yang saya dapat dari Uno ini cerita untuk anak-anak banget. Unyu unyu gitu 0w0

    Tapi akhir pertarungannya malah kayak gim Mother/Earthbound www.

    Nilai saya kasih 8. Ceritanya solid sebenarnya, sayangnya penyajiannya kurang mantep.

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah mampir, maaf saya belum bisa mempir ke tempat kamu ^^

      insyaallah kalau saya diberi kesempatan lanjut saya akan perbaiki
      terimakasih ^^

      Hapus
  7. nuansa fabelnya kewasa banget. cewitanya sangat halus dan wuntut. Dawt poison fwog. ooo.. bikin takut..

    nilai dari saya 8. semoga bewhasil..

    Dwi Hendra
    OC : Nano Reinfield

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah berkesempatan mampir
      maaf soal ceritanya yang berantakan ^^ dan terimakasih sekali lagi

      Hapus
  8. Kwokwokwokwok~

    Lucu ceritanya. Asik dinikmatin buat aku. Kayak yang diatas omongin, kerasa kayak cerita Fabel. Saya sebagai yang masih termasuk anak-anak yang lucu /plak, ngerasa enjoy banget bacanya.

    Saya kasih 8

    Raditya Chema | Zauber Magi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir ^^

      Maaf jika ada banyak kekurangan dalam ceritanya.

      terimaksih sekali lagi ^^

      Hapus
  9. Wah, masih kecil tapi dah jadi assassin, dan ga punya masalah buat bunuh musuhnnya secara sadis. Apalagi setelah dibunuh, mau dimakan sekalian. Tapi gara2 rasanya ngga enak jadi ngga niat untuk makan. Si Uno pun masih bisa berlaku polos setelah kejadian itu.

    Ini anak kecil bener2 badass banget, gila xD
    Kayaknya cocok nih jadi tokoh utama Happy Tree Friends, wkwk

    Secara cerita oke, namun pembawaannya masih bisa dimaksimalin lagi. Juga kadang ada kalimat yang saya sendiri ngga maksud apa artinya dan perlu membaca dua kali agar paham. Yang dimana kalimat2 itu sudah dijabarkan oleh Mas Sam.

    Nilai 7

    ~ Alexine E. Reylynn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir ^^

      maaf kalau pembawaan cerita saya kurang bagus, saya masih perlu banyak belajar ^^

      terimakasih sekali lagi

      Hapus
  10. Fabel rasa modern.
    Incoherention of story. Sengaja kah?
    atau tidak sengaja?

    Gak usah banyak mikir baca tematik ginian. ENjoy dan habiskan sekali baca. Udah.

    8 Deh. Karena cadelnya lucu. As a word.

    OC: Kaminari Hazuki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa itu Incohewention of stowy?

      terimakasih sudah mampir. ini tokoh Uno berasal dari karakter adekku yang masih 4tahun cadel huruf R=w dan f=p ^6 dan kalau dengar rasanya pengen makan pipinya yang tembem xD

      terimakasih sekali lagi ^^

      Hapus
  11. mulai dr bagian tengah susunan katanya bikin bingung sehingga ganjil bacanya.

    btw itu kwokkwok sama kakkakkak suara tawa ya? klw gitu fix, ayah dan anak ini otaknya senget alias sedikit gila
    ularnya gk enak kwokwok < tawa
    jgn dimakan klw begitu kakkakkak < tawa
    pdhl keduanya baru lolos dr maut, kebanyakan makan serangga beracun jd gini efeknya

    pesan moralnya kunyahlah mangsamu jgn ditelan bulat2 lol

    seperti yg udah disebutkan di atas, entri ini masih sedikit datar, kurang wow dikit lagi

    7

    Samara Yesta~

    BalasHapus
  12. mulai dr bagian tengah susunan katanya bikin bingung sehingga ganjil bacanya.

    btw itu kwokkwok sama kakkakkak suara tawa ya? klw gitu fix, ayah dan anak ini otaknya senget alias sedikit gila
    ularnya gk enak kwokwok < tawa
    jgn dimakan klw begitu kakkakkak < tawa
    pdhl keduanya baru lolos dr maut, kebanyakan makan serangga beracun jd gini efeknya

    pesan moralnya kunyahlah mangsamu jgn ditelan bulat2 lol

    seperti yg udah disebutkan di atas, entri ini masih sedikit datar, kurang wow dikit lagi

    7

    Samara Yesta~

    BalasHapus
  13. hawanya ada polos-polosnya gitu..

    saya pikir banyak typo bertebaran di dialog uno, rupanya itu gaya khas omongannya dia..wokokwowkokowokw

    hanya saja ceritanya kurang memberi efek yang mendebarkan buat pembaca. yah, meski ini fabel..akan sangat bagus jika konfliknya lebih diperhebat lagi.

    6

    BalasHapus
  14. Ketawa karakternya beda-beda ya kayak 'Kwokkwokkwok' atau 'Kakkakkakk' jadi gampang bedain siapa yang bicara. Terus bacanya berkesan kayak fabel tapi makin tambah seru jadinya. Pertarungannya seru meskipun akhirannya mainstream.

    Beberapa kalimat sedikit bikin bingung seperti:
    'Ikan-ikan beberapa pingsan atau mati terapung di atas air karena keracunan.' < mungkin lebih baik diganti 'beberapa ikan' atau 'ikan-ikan' saja.

    Dari saya nilai 8, semoga sukses~
    OC: Snow Winterfeld

    BalasHapus
  15. Kalau nyebut nama makhluk ini bakalan nyangkul 7 kartu.

    Langsung aja. Andaikata pertarungannya lebih ada thrill dan suspens yang bikin mendebarkan dan kesan berbahayanya bisa terasa, ini mungkin bisa jadi seseru adegan2 film disney atau pixar. Kelebihannya, agak unik memang musuh dan lingkungannya, jadi ngebayangin battlenya sambil menerka-nerka.

    Kelebihan lain adalah ini salah satu entri dengan dialog paling lucu. Bukan lucu humoris sih. Tapi emang gaya bicaranya kayak gitu. Adegan keluarganya cukup hangat. Assassint sama Poisont itu sengaja disebutnya begitu? Berasa kayak si narator ini makhluk yang deket sama Uno. *nyangkul 7 kartu*

    Dari segi alur lumayan banyak lubangnya. Jadi saya pengen lanjut untuk lihat gimana Uno Fibri ini beraksi di alam mimpi nanti.

    7/10

    PUCUNG

    BalasHapus
  16. Hm...

    Dari segi teknis masih cukup banyak yang miss, tapi sudah ada yang komentar, jadi saya gak akan komentar lagi.

    Dari segi pertarungan, cerita ini datar. Saya sama sekali gak ngerasain emosi karakternya. Rasa panik mereka, rasa takut mereka, rasa marah mereka ketika dihadapkan dengan situasi hidup dan mati.

    Tapi dari segi strategi dan jalannya pertarungan sih udah oke, minus di teknis dan datarnya.

    Untuk itu saya hanya akan kasih 7 poin.

    Asibikaashi

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.