Senin, 13 Juni 2016

[PRELIM] 61 - MAHAPATIH SENO | OZ

oleh : KingOnes



OZ

#Prolog : Nirmala, Kutukan, Boneka



Seharusnya hari ini menjadi hari libur penting bagi seorang pria yang tengah kasmaran, jika saja semalam dia tidak terlalu gugup sampai membuatnya harus terjaga semalaman. Pria berkacamata dengan rambut tak terurus itu hanya bisa menguap sepanjang waktu, meskipun disebelahnya ada seorang gadis manis yang bisa membuatnya melek seharian.
"No, ko nguap terus sih? Kan kamu yang minta ditemenin ke panti asuhan Harapan Terakhir." Protes Dhita, gadis berkuncir kuda yang berada di sampingnya.
Dilihat dari alisnya yang naik turun, urat-urat dikening mendadak terlihat jelas. Bisa dipastikan kalau dia sudah tak bisa bersabar lagi dengan laki-laki yang sudah membuatnya menghabiskan waktu liburnya begitu saja.

"Hoam, kenapa dhit?" Tanya pria yang dipanggil 'No olehnya. Namanya Mahapatih Seno tapi mengingat kondisinya sekarang, sikapnya sama sekali tak mencerminkan kepribadian yang sesuai dengan identitasnya tersebut.

"Dat, dit, dat, dit. emang namaku adit, ah tau ah." tak bisa ditahan lagi rasa kesalnya, gadis berjaket hijau itu berlalu gitu dengan langkah gusar meninggalkan Seno yang sesekali hampir terjatuh lantaran kantuknya yang tak bisa ditahan.

Sadar dengan situasinya yang tak menguntungkan,  cowok kucel itu langsung menampar pipinya sendiri dan berharap kantuknya segera hilang.

"Akh! Padahal cuma hari ini satu-satunya kesempatanku untuk berduaan dengannya seharian."batinnya menggerutu kesal.

Tak ingin Dhita mendadak cuek padanya, tanpa buang waktu ia segera berlari mengejar wanita yang telah lama menyita perhatian dan pikirannya. 


(***)

Kota Bandung telah mengalami beberapa perkembangan yang cukup pesat belakangan ini. Ditangan seorang walikota, kota ini menjadi begitu ramah lingkungan sekaligus menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi.  Berbekal prinsip  "membangun kota pintar.", sang pemimimpin kota berhasil menyulap Bandung menjadi kawasan drone karena hampir setiap sudut tempat di kota ini, beberapa tipe drone pengawas berada. Termasuk dipepohonan atau atap-atap bangunan yang biasanya "dihinggapi" drone bertipe serangga atau burung atau yang biasa disebut FDS (Flying Drone Secure). FDS bertugas mengawasi setiap warga dari segala macam tindak tanduknya termasuk dalam hal melanggar peraturan kota yang tak bisa tertangkap kamera pengawas dari drone bertipe mamalia(Landic Drone Secure/LDS.)

Berbagai tipe Drone Secure System yang merupakan bagian dari perencanaan tata kota tak bisa lepas dari perusahaan tempat para "pengawas" itu berasal. PT.Narayana Industri atau yang lebih dikenal dengan Narayana.Corp, merupakan perusahaan terbesar dan termutakhir di negeri ini.

 Pendiri sekaligus CEO Narayana.Corp, Anjana Jayasri merupakan salah satu dari mereka yang terpilih di sebuah insiden terbesar dan terburuk yang terjadi di bumi pertiwi ini, yakni kemunculannya COLONY dua tahun lalu atau yang lebih dikenal sebagai Kemerdekaan Runtuh karena bertepatan dengan hari besar negeri ini, hari dimana seharusnya warga Indonesia berbahagia karena merayakan kemerdekaan ini dari kolonial penjajah.

Kini di tahun 2013, Anjana atau yang lebih akrab dipanggil Bang A'an terus mengembangkan sistem keamanan DSS yang tak hanya bisa menindak lanjuti pelanggaran manusia tapi bisa mendeteksi kemunculan para COLONY untuk meminimalisir, meskipun hanya sekedar satu dari sekian ratus Rabbugs, unit infantri terendah dari COLONY atau dengan kata lain pasukan berani mati yang selalu berada digaris depan melindungi  seekor monster yang tingkatannya jauh lebih kuat diatas mereka atau yang lebih dikenal sebagai Parents.  Anjana juga membentuk tim khusus dibawah pengawasannya langsung,MAGUS.

Sepasang sejoli yang saling berkejaran seperti di adegan-adegan film india lantaran si cowok terlalu ngantuk untuk "berkencan", Mahapatih Seno dan Dhita Eila Abhinanda  termasuk dari mereka yang terpilih dan ikut tergabung dalam MAGUS.

Untuk hari ini, mereka libur dari tugasnya karena belakangan ini para COLONY tak melakukan pergerakan apapun yang dapat meresahkan penduduk sekitar. Meskipun biasanya mereka mendapatkan perhatian lebih dari warga karena aksi kepahlawanannya tanpa menggunakan topeng atau sejenisnya yang berguna untuk menutupi identitas masing-masing dengan alasan demi melindungi keluarga para pahlawan tersebut.  Di hari libur ini pun mereka masih mendapatkan perhatian tersebut, hanya saja kali ini dengan tatapan yang berbeda seolah mengatakan "Lari-larian dikamar saja sana." Karena memang beberapa kali Dhita ataupun Seno menabrak orang-orang yang berlalu lalang ditempat favorit warga sekitar, Balai kota Bandung.

Namun kejar-kejaran mereka terpaksa dihentikan setelah mendapatkan handphone mereka berbunyi dan dari tulisannya Bang A'an lah yang menelepon mereka secara bersamaan.

"BISA BERHENTI GAK KEJAR-KEJARANNYA?" Teriaknya di alat komunikasi yang ia gunakan untuk menghubungi Dhita dan Seno

"Berhenti kejar-kejarannya atau malam ini kalian harus tidur bersama boneka-bonekanya Nirmala, yang paling seram  lucu." Sambungnya lagi.

Nirmala atau nama lengkapnya Nirmala Adhisti Putri merupakan nama dari putri satu-satunya Bang A'an. Usianya baru lima tahun, awalnya dia itu balita lucu dan normal sampai sesuatu merasuki raganya dan memperkenalkan diri sebagai dewi Artemis, Nirmala menjadi menyukai boneka-boneka yang tak bisa lagi disebut lucu. Berbagai macam bentuk aneh mulai dari boneka pucat dengan mata besar yang menghitam dan kosong sampai boneka cumi raksasa bersayap kelelawar, Cthulhu dia menyebutnya seperti itu meskipun ia mengatakannya harus dengan susah payah dan terkesan lucu jika saja dia berbicara seperti itu tanpa memeluk boneka yang sepertinya itu adalah salah satu boneka favoritnya.
"Tolong berhenti mengatakan seram dan lucu secara bersamaan, aku hampir tak bisa lagi membedakan mana yang lucu atau seram."  Protes atau lebih tepatnya pinta Dhita sambil merangkul tubuhnya sendiri, wajahnya terlihat pucat setelah mendengar kata 'boneka Nirmala'.

"Pfft! Memangnya saya mengatakan seram, bukannya yang saya katakan hanya lucu." Sangkal Anjana dari suaranya sepertinya dia mencoba untuk menahan diri agar tak tertawa setelah mengatakan apa yang dikatakan Dhita

"Anda mengatakannya pak, meskipun terdengar samar dan anda juga hampir tertawa tadi." Sahut Seno dengan nada menyindir.

"Ah mungkin itu cuma pemikiran kalian aja, baiklah lupakan masalah ini. Kalian berdua segera temui rekan kalian yang berada Coffe Dean dekat stasiun, menurut Raka ada OZ yang tak dikenali di sekitar sana. DSS tak bisa mendeteksinya, jadi segera pastikan dari siapa OZ itu berasal."Bang A'an kembali ke mode "bossy", dia segera memerintahkan Seno dan Dhita ke tempat kejadian perkara, meskipun saat itu memang tak ada perkara apapun selain 'firasat' dari salah satu anggota MAGUS, Raka Utomo Putra soal OZ yang tak dikenali.

Energi tak kasat mata yang dapat mematahkan kutukan atau hal negatif lainnya kami menyebutnya dengan sebutan OZ. Sama halnya dengan mana atau chakra, OZ juga memerlukan perantara untuk menyalurkan energinya. Dalam kasus mereka yang terpilih, SOUL orblah yang menjadi perantara sekaligus tempat penyimpanan OZ tapi bukan berarti semua benda yang misterius yang memiliki energi tersebut bisa dipakai oleh setiap manusia karena adanya proses sinkronisasi antara atma(jiwa) yang ada pada tubuh manusia dengan energi OZ tersebut. Fatal akibatnya bila atma dan OZ tak bisa bersinergi satu sama lain.

"Tapi bukannya kita hari ini libur yah? Kenapa harus menyelidiki sesuatu lagi, toh OZ tak dikenali itu seperti enggak ganggu sama sekali kan?." Seno mengatakan sesuatu yang harusnya tak ia ucapkan karena kebiasaanya yang suka memprotes sesuatu yang tak ia sukai, kalaupun itu yang harus dia lakukan dia tetap akan bertanya dan meminta penjelasan kenapa harus melakukan hal tersebut.

"Untuk seseorang yang sangat berkeringat di hari liburnya berani protes seperti itu, kau benar-benar luar biasa Seno tapi kau tetap harus melakukannya atau bermainlah dengan boneka-bonekanya anak tersayangku, Nirmala." Meskipun mereka melakukan percakapan melalui via suara tanpa saling melihat, Anjana bisa mengetahui apa yang terjadi pada timnya. Masih ingat dengan DSS yang perusahaanya ciptakan, saat ini DSS tipe FDS berwujud burung perkutut tepat di  atas pohon yang dimana mereka berada di bawahnya.

"Berhentilah mengancamku dengan boneka-boneka kutukan itu." Jawab Seno dengan ekspresi menahan kesal.

"Sudahlah, no.  Kita turuti saja lagian aku juga sangat haus sekarang, mungkin segelas White Chocolate Ice Blanded akan mengurangi dahaga ini." Dhita mencoba menghentikan percakapan yang ada kemungkinan tak akan berakhir dalam waktu singkat, mengingat kedua pria itu sama-sama tukang gosip, ah maksudnya sama-sama suka bicara. Bahkan mungkin lebih rewel daripada ibu-ibu arisan tingkat RW.

Dhita terlihat begitu berkeringat juga, sedari tadi dia diam hanya untuk menghilangkan keringatnya menggunakan sapu tangan berillustrasi Patient Bird, sekumpulan illustrasi burung yang sabar meskipun 'dibully' oleh ular-ular bercorak batik.

Mendengar namanya dipanggil ia tak sengaja melihat dhita yang tengah membuka sedikit resleting jaketnya dan mengelap keringat yang berada di lehernya. Melihat hal itu sukses membuatnya harus mengeluarkan suara 'gulp'.

"Baik, apapun permintaan tuan putri akan hamba lakukan termasuk mentraktir dua atau tiga gelas minuman yang anda sebutkan tadi."  Mencoba kembali ke kondisi semula seolah tak pernah melihat kondisi menggairahkan baginya , sikapnya malah menjadi kaku dan persis seperti buttler-buttler tampan yang membuat para gadis ber'kya-kya' ria, hanya saja Seno itu begitu berantakan untuk disebut sebagai buttler tampan.

"Huh! Aku tak akan meminum sebanyak itu tau, tapi makasih kalau mau ditraktir."

"Sebagai permintaan maafku akan kulakukan apapun untukmu, te-te-termasuk bergulingan bersama salah satu bonekanya Nirmala." Seperti yang dilakukan setiap pria, sepertinya dia mencoba bersikap keren dengan mengatakan kata-kata keren meskipun dia harus memaksakan diri mengatakan hal yang tak ia sukai.

"Haha! Tak usah memaksakan diri sejauh itu, lihat kakimu bergemetaran seperti itu." Dhita tertawa dengan bahagia seolah melihat Seno sebagai Solai, pelawak yang sering muncul di stasiun televisi swasta.

"Grraah! Berhenti bermesraan di saat saya sedang menelepon kalian seperti ini. Lakukan sesuatu sesuka kalian setelah saya mematikan teleponnya. Dasar!"

Bip. Suara telepon terputus terdengar, sepertinya Anjana sangat kesal dengan sikap mereka yang bisa-bisanya bermesraan di dengar olehnya yang sudah tak lagi beristri dan menjadi single parent.

Seno dan Dhita hanya bisa tertawa dengan sikap bosnya yang mendadak itu. Setelah puas tertawa akhirnya mereka segera pergi menemui Raka dan Lusi ditempat yang dijanjikan.

(***)

#Talk 1 : CQC, Gadis kecil, Akh!


Seno dan Dhita telah sampai ditempat tujuan, meskipun dari jauh mereka sudah tau harus pergi ke kursi mana untuk duduk karena tempat mereka akan menghabiskan waktu untuk menyeruput kopi hangat atau es adalah kursi yang dipenuhi hawa misterius yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata atau mungkin ada satu kata untuk mewakilinya yaitu dingin itu dikarenakan Raka dan Lusi hanya bisa saling bertatapan tanpa mengatakan apapun, ditambah seolah Lusi bersiap menyerang dengan sihir airnya yang terlihat dari punggung tangan dan jari-jarinya menjadi cair dan elastis. Sementara Raka hanya bisa membalas menatap sambil memegang meja yang terbuat dari besi, sehingga kapanpun Luci menyerang dia akan menahan dengan besi-besi yang sudah ia manipulasi.

"Wah-wah seperti biasa kalian gak pernah akur, kayak Timmy and Jarot aja. Hihi!" Ledek Seno saat sudah sampai dikursi mereka berdua.

"BERISIK!"teriak mereka berdua ke arah Seno yang baru saja mau duduk untung saja dia tidak jatuh tapi entah kenapa mereka mendadak kompak kalau sudah diledekin seperti itu.

"Seno, berhentilah mengganggu mereka. Baiklah mari kita diskusikan mengenai sumber OZ misterius itu." Kata Dhita berusaha menenangkan mereka.

"Jadi gini…" Raka yang masih memakai seragam IndahMart karena baru saja beristirahat dari pekerjaanya sebagai kasir mencoba menceritakan apa yang dia rasakan mengenai sumber OZ yang tak ia kenal. Sebagai seseorang yang merupakan bagian dari MAGUS, Raka juga mempunyai side skill yaitu kemampuan mendeteksi keberadaan sumber OZ ,baik yang telah tersinkronisasi dengan atma seseorang ataupun masih terdapat dalam benda asing.

"Hmm, begitu rupanya. Baiklah kita akan menyelidiknya lagi nanti, untuk saat ini kalian bisa kembali ke urusan masing-masing. Aku akan memberikan laporan langsung ke Bang A'an, kita tau dia orang sibuk  jadi sulitnya sepertinya kalau harus memberikan laporan via telepon terus. "  Seno memahami hal yang terjadi dan membuatnya harus memutuskan seperti itu karena mereka tak bisa bertindak sembarangan kecuali benar-benar darurat meskipun terkadang dia masih mencari jalan lain untuk mengatasi hal darurat itu.

"Baiklah, kalau begitu aku kembali bekerja. Jika aku merasakan sesuatu akan kuhubungi kalian lagi, ya termasuk kau, Lusi." Ujar pria yang selalu memakai topi dimanapun dia berada, kecuali saat dia mandi dan tidur.

"Urus saja urusanmu sendiri, aku tak begitu mau tahu apa yang kamu rasakan. Gak penting juga." Sahut ketus gadis dan anggota termuda di MAGUS ini. Usianya memang masih berusia 17 tahun tapi untuk soal berpakaian, dia jauh lebih modis daripada Dhita yang usianya lebih tua 3 tahun darinya. Memakai blazer biru muda dibagian luarnya dan kaos putih tanpa lengan serta rok mini yang memiliki warna yang senada dengan blazernya.Tak kalah nge-jreng dengan pakaiannya sepatu dan tasnya juga berkelas. Sepatu kets tinggi berwarna putih yang mengimbangi rok mininya.

"Geeh!Ka— "

"Stop, stop. Udah yah jangan saling berantem lagi,Lusi ikut samaku aja yah. Aku mau belanja tadinya sih mau ditemenin ama seseorang tapi orangnya mau bobo kayaknya, gak jadi deh padahal mungkin aja aku mau bergandengan tangan sama dia." Sindir Dhita kepada Seno,sambil sesekali melihat ke arahnya/

"Eeh! Tunggu-tunggu, aku bisa temenin kamu kok. Udah gak ngantuk lagi, sumpah! Laporan ke Bang A'annya bisa entaran."

"Ih! Lagian siapa yang ngajak kamu, no. Udah ah kita jalan dulu yah, bye-bye."

Begitulah akhir yang tak begitu menyenangkan untuk para pria di sana, Seno berjalan lunglai menuju Narayana.Corp sementara Raka berjalan dengan gusar  kembali ke tempat kerjanya.

(***)

Sebuah lingkaran sihir transportasi terwujud di lapangan yang dipenuhi anak-anak yang saat itu sedang sibuk dengan permainannya masing-masing. Terlihat tak ada yang menyadari adanya lingkaran sihir tersebut sampai muncul seorang gadis kecil yang berpenampilan seperti seorang agen khusus tepat di atasnya.

Memakai kacamata hitam, rambut dikuncir satu yang memperlihatkan kening lebarnya, memakai jaket kulit khusus dengan motif garis-garis kuning ditambah dia memakai celana hitam pendek yang memperlihatkan pahanya yang berkulit kuning langsat.

"Khukhukhu, akhirnya sampai juga di dunia ini. Jadi dimana pria itu? Menurut Goobling Map harusnya dia berada di sekitar sini sih dan gimana caranya yah bikin dia tidur?" 

Gadis misterius itu melihat sesuatu yang terlihat seperti cermin dari balik tangannya, rupanya itu adalah gambaran peta untuk dunia yang ia kunjungi termasuk lokasi dimana targetnya harus ditemukan.

"Kalo diliat-liat lagi pakaian kaya gini keren juga yah jadi pengen ngaca terus. " ucapnya lagi sambil melihat 'cermin peta' miliknya. Di sentuhnya layar kaca tanpa di sangka muncul beberapa option seperti smarthphone. Dia pun mengklik option Ask? Entah apa yang mau ia tanyakan.

"Mbah Goobling, katakan padaku siapa yang paling cantik sekarang?" Tanyanya pada cermin yang ia sebut Goobling sambil sesekali memasang senyum yang menurutnya paling manis.

"Kau memang cantik Nara tapi ibumulah tetap yang paling cantik…" Tak di sangka ternyata cerminnya menjawab dengan jawaban yang sepertinya membuat gadis yang cermin itu panggil dengan sebutan Nara menjadi begitu kesal dan benar saja, dia mengangkat cermin goobling itu tinggi-tinggi dan kemudian…

Praang!!!

"Ah! Pecah lagi, yasudahlah." Seperti tak peduli kalau dia baru saja menghancurkan benda yang mungkin akan sangat penting baginya nanti. Seolah tak terjadi apa-apa dia segera meninggalkan pecahan kaca ajaib yang dipunggung tertulis KASUS, sepertinya itu merk cermin goobling itu.

(***)

"Gagal deh kencan bareng Dhita, hiks!" Rintih Seno sepanjang jalan karena gagalnya rencana yang sudah dia susun untuk hari ini, matanya terlihat sembab. Apa dia segitu inginnya berkencan dengan gadis  berpakaian serba hijau itu sampai-sampai ia menangis karenanya.

"Huhuhu…" Tak jauh dari hadapannya, ada anak kecil menangis dalam keadaan jongkok, sementra di depan anak itu ada beberapa anak-anak lainnya yang bersembunyi di balik pohon sambil bergemetaran melihat ke anak kecil yang tengah menangis itu.

"Apa yang terjadi dengan mereka? Jangan-jangan COLONY tapi dimana?"  Pikirnya sambil bersiaga dan memasang kuda-kuda sambil melihat sekelilingnya, waspada akan serangan dadakan.

SOUL orb yang berada di punggung tangannya tiba-tiba bersinar, itu menandakan kalau makhluk panggilannya, X. Ingin melakukan komunikasi dengannya, tak membuang waktu dia melepaskan sarung tangannya dan mengetuk batu bundar itu tiga kali yang menyatakan kalau X bisa menampakan diri dari dalam sana serta melakukan komunikasi.

"Seno, aku merasakan OZ yang asing di sekitar sini. Waspadalah dan tolong jangan menghampiri anak itu, aku merasakan ada energi yang tak biasa pada tubuhnya. Seperti energi yang meluap-luap dan meledak jika terlalu lama diwadah sempit seperti tubuh anak itu."

"Jadi benar yah apa yang dikatakan Raka, jadi makin penasaran siapa pemilik OZ misterius itu."

"Bagaimana aku tak menolongnya kalau sudah tau itu yang akan terjadi nantinya, baiklah mungkin aku akan menguras energi berbahaya itu sedikit demi sedikit."

"Kau ini, kenapa tidak mau mendengarkanku? Terserahlah, kau bos di sini. Aku akan mengikutimu kemanapun, jadi jangan mati."

"Hey-hey, kau terlalu berlebihan dia itu cuma anak kecil. Ah dia pergi lagi."

Setelah percakapannya dengan X telah berhenti dia kembali mengenakan sarung tangannya lagi, dia tak ingin anak itu menangis lebih keras setelah melihat tangan seorang pria berusia 23 tahun tertanam benda bulat berwarna merah menyala. Merasa sudah yakin dengan apa yang ia lakukan, dia mulai menghampiri anak itu dan tetap waspada terhadap sekitar.

Namun semakin dekat dia dengan anak gadis kecil itu, beberapa anak yang berada dibalik pohon itu menggelengkan kepalanya seolah mereka melarangku untuk mendekati anak itu, aku semakin waspada tapi entah kenapa rasa penasaranku semakin menjadi-jadi. Apa sih yang terjadi pada anak itu sampai X dan teman-teman dari gadis kecil itu memperingatkan Seno.

"Hey! Kamu gak apa-apa?"

"…"

"Dik, kok diem aja? Pipis di celana yah? Ih malu udah SD masih aja pipis di selana."

"…"

"Nih anak kenapa sih, sariawan?"

Tiba-tiba anak itu berteriak sebelum Seno menarik tangannya dari pundak si kecil

"C  Q  C !!!"

"Eh!..."

CQC, Close Quarter Combat adalah salah satu dari gerakan beladiri yang terdapat dalam dunia militer, entah apa yang dipikirkan oleh gadis kecil berambut pendek seleher itu yang jelas dia melakukan gerakan bahaya dengan tubuh kecilnya. Dia memelintir tangan Seno dengan kuat meskipun masih dalam posisi jongkoknya, tanpa bisa berbuat banyak Seno hanya bisa mengadu kesakitan dan tiba-tiba gadis itu berdiri sementara posisi kepala Seno masih tertunduk diatas kepala bocah yang mempunyai kekuatan berlebih.

Sontak saja hidung Seno terhantam keras oleh kepalanya, terlihat darah mengalir dari lubang hidungnya. Dalam keadaan setengah sadar, Gadis kecil itu langsung mendorongnya jatuh terlentang ke tanah dan kemudian menindih perutnya tanpa ampun. Tak ada lagi harapan, kali ini Seno benar-benar "tertidur".

"C  Q  C !!!"

Dia masih berteriak seolah itu kemenangan pertamanya, sementara anak-anak kecil lainnya sudah lari ketakutan entah kemana.

"Aduh, bocah ini berlebihan ngebikin cowok ini tertidur, semoga otakknya gak ada yang geser."

Rupanya gadis pemegang cermin ajaib goobling yang membuat gadis ini semakin terobsesi dan bertenaga dalam melakukan gerakan CQC.

"Ya, ya tugasmu udah selesai. Sekarang selamat tidur."  Nara memegang kening si gadis itu sampai telapak tangannya bersinar dan seketika bocah CQC itu tertidur begitu saja tanpa perasaan berdosa sama sekali.

"Baiklah, petualangan sesungguhnya baru akan dimulai."



(***)



#Talk 2: Reverier, Mahakarya, Alam Mimpi.

  …. … … …. Alam Mimpi.

… … Reverier … …  … … … … Mahakarya





Mulai paragraf ini narasinya akan dibawakan olehku, sang petualang antar dimensi yang manis, NaraThor.  Sebenarnya aku tak tahu harus menceritakan apa tapi karena kehendak dari sang ChaincepThor , mau tak mau harus bercerita jika aku tak ingin keberadaanku dilenyapkan di universenya.

Kali ini aku harus membantu sekaligus meminta bantuan kepada seorang pemuda berkacamata berantakan dan biasa aja yang terjebak di alam mimpi karena kecerobohannya. Entah apa yang dipikirkan oleh ChaincepThor meminta bantuan kepada orang yang terlihat normal sepertinya. Bukankah banyak yang lebih keren darinya seperti robot bermata satu, pembasmi iblis, atau sekaleng parfum. Ah lupakan kalimat terakhir, bahkan aku tak tahu apa yang bisa dilakukan olehnya tapi tak menutup kemungkinan benda ajaib itu akan menyajikan kisah yang indah, yah siapa tau.

"Jadi apa yang kau katakan itu benar, Nara? Sebelum bangun aku memang mendengar kata-kata itu meskipun yang terdengar hanya 3 kata." Akhirnya dia membuka mulut setelah sebelumnya dia hanya bisa menganga tak percaya pada apa yang terjadi pada dirinya atau memang ada yang geser pada beberapa bagian otaknya setelah dibanting sama si bocah CQC.

"Tentu saja,kau bukan orang sembarangan yang diberikan stempel secara acak oleh duo unik dari alam mimpi ini. Kau terstempel karena DestinaThor meminta kepada salah satu dari duo itu untuk memberikannya hanya karena kau berkesempatan untuk menolong seorang karakter dari universenya ChaincepThor  yang terjebak sebelumnya di alam ini."

"Maksudmu sekarang aku berada di alam mimpi? Maksudnya jiwaku secara sadar berada dunia ini dan mampu bertarung sungguhan seperti di dunia nyata? Bukan kaya astral projection gitu?"

"Astaga! Mau berapa kali kau bertanya, aku tak bisa menjawab semua pertanyaanmu. Sekarang bangunlah, jalan-jalan sebentar. Mungkin kau akan menemukan sesuatu yang menarik dari dunia ini."

"Kau ini mencurigakan, mulai dari berpakaian seperti yoko dari serial super sentai favoritku sampai mengatakan hal aneh tentang dunia ini, jelas-jelas ini masih di Bandung. Ini kan halaman depan Balaikota."

"Apa Bandung ada gedung sate seperti di sana? Atau Monas seperti yang ada beberapa meter disebelah kirimu, tentu saja tidak karena ini adalah alam mimpi."

"AAAA."

"Nganga lagi mulutnya, dibilangin susah sih."

Begitulah yang terjadi sekarang, dia masih sulit percaya seolah dia baru saja bangkit dari kematian. Mungkin kejutan-kejutan yang ada dipikirannya dan terwujud di sini akan membuat sesuatu yang menarik di alam mimpi ini. Jadi gak sabar, hihi.

"Aku masih tak percaya, kalau begitu biarkan aku pergi kemanapun di tempat ini." Ujarnya  sambil berdiri dan sesekali memandang sekelilingnya.

"Silahkan, bukankah aku menyarankan seperti itu."

(***)

Mahapatih Seno, 23 tahun.  Pria yang tak mau mengurus diri selain mandi dan sikat gigi menjadi pemeran utama di realm ini, setidaknya itulah yang dikonsepkan oleh ChaincepThor. Memiliki sihir api dan sihir pemanggilan, ah ngomong-ngomong soal pemanggilan sepertinya ada yang kulupakan untuk kusampaikan padanya. Yah biarlah, entar juga inget lagi.

"Jadi kau sekarang sudah percaya sekarang?" tanyaku sambil berkacak pinggang.

"Yah antara percaya dan gak percaya sih tapi yang jelas tempat ini unik, semua tempat yang ada di negeriku bisa ada di dunia ini meskipun hanya beberapa meter aku berjalan. Baru saja tadi ngelewatin Candi Borobudur."

"Aku tau itu ,Candi Borobudur yang begitu terkenal di negerimu."

Alam mimpi, alam yang diciptakan oleh Sang Kehendak mempunyai latar tempat yang disesuaikan dengan tempat si karakter berada. Hanya saja sedikit ekstrem karena mereka berhasil "membawa" beberapa landmark yang ada dikota besar ke tempat sekecil ini. Mungkin Seno tak menyadari kalau dia hanya berputar-putar di empat sisi saja, yang membuatnya terlihat jauh hanya tempat-tempat itu yang terus berubah sesuai keinginanya. Namun ada beberapa yang tak bisa ia selesaikan hanya bermodalkan semangat dan keinginan saja.

Seperti yang terjadi sekarang, munculnya karakter penting untuk menentukan lolos atau tidaknya makhluk berkacamata ini. Bertindak sebagai super villain yang akan menghempaskannya begitu saja jika dia lengah sedikit saja.

"Sepertinya kau tak bisa jalan-jalan lebih jauh lagi, Seno." Sergahku untuk membuatnya berjalan lebih jauh lagi dan menunjuk kearah depan, arah dimana aku melihat sesuatu yang mencurigakan, besar dan berbulu." Lihatlah ke depan sepertinya ada yang menunggumu."

"Eh! Siapa?" tanyanya dengan mata yang nyaris keluar, ya di melotot meskipun matanya terhalang kacamata tebalnya. "Aku merasa tak mengenal dengan siapapun yang berada dunia ini dan  apa mau mereka?" sambungnya  lagi, kali ini dia memicingkan matanya, sebuah tatapan penuh curiga.

"Berhentilah bertanya dan tolong lihat sendiri sana." Pintaku karena sudah tak sabar dengan seseorang yang terus-terusan bertanya seperti wartawan gosip dari dunianya." Oh! iya Familarmu sekarang sudah terbangun juga, mungkin mereka akan bingung kenapa mereka bisa ikut terjebak di sini, jawablah sebisamu meskipun seharusnya jawabannya simple karena kau tuannya tentu mereka terjebak di sini juga jadi mau tidak mau, suka atau tidak. Mereka akan selalu bersamamu." Jelasku lagi.

"Lalu dimana mereka sekarang?"

"Tak usah memusingkan mereka dulu, urus saja yang di depan kita sekarang."

"Rabbugs! Kenapa bisa mereka ada di sini lagi?"

"Owh, ayolah berhenti bertanya aku mulai muak mendengarkan setiap pertanyaanmu, jadilah bijaksana dan lakukan hal yang sama seperti para pahlawan kuno, bertarung tanpa berpikir atau bertanya selama misi mereka terlaksana."

"Baiklah-baiklah, aku tak akan bertanya lagi tapi aku tak ingin di samakan dengan para pahlawan kuno itu. Lagipula aku tak mau memakai zirah besi seperti mereka. "

"Terserahlah." Ucapku pasrah. "Sambar!" seketika petir menggelegar, menghantam dan menyengat sekumpulan serangga bertubuh gabungan kelinci dan manusia, bagian kepala dan sayapnya lah yang seperti  serangga. Ah! Mungkin suaranya juga, mereka benar-benar berisik. Berdengung persis kumpulan lalat di tempat sampah.

"Wah! Bersih seketika!" kagumnya, sepertinya dia tak pernah melihat kemampuan AOE yang biasa menghabiskan lawan dalam sekali serang dengan radius yang luas.

"Berhenti berkata seolah skillku adalah sebuah sabun pembersih piring." Protesku.

"Hehe, ta— "
Sebuah tinju dari sesuatu yang amat berbulu dan besar telak mengenai wajah pria berkacamata itu, atau sekarang aku tak perlu menyebutnya seperti itu karena saat ini kacamatanya tertinggal di kakiku sementara dia terpental entah kemana tanpa menyelesaikan perkataanya. Sepertinya inilah akhir baginya. Ternyata benar kau salah memilih orang , ChaincepThor.

Kurasa ceritaku juga berakhir di sini, setidaknya aku sudah menjelaskan beberapa hal yang penting meskipun sepertinya aku lupa akan sesuatu yang harus disampaikan tapi aku tak bisa mengingatnya. Biarlah dia mencari tahu sendiri, itu jika dia masih hidup.

(***)

#Talk 3 : Gorila, Galau, Gagal.


Seperti batu yang dilempar sekuat tenaga, sosok pria terpelanting menembus hutan yang entah kapan munculnya kemudian sukses mendarat dengan posisi kepala dibawah setelah bertabrakan dengan pohon jati.

Derap langkah kaki menginjak dedaunan kering terdengar kemudian setelah sebelumnya hanya ada suara grasak-grusuk sebelum pria itu terjungkal seperti sekarang. Langkah kaki itu perlahan mendekati laki-laki yang berusaha mengembalikan posisi meskipun dia harus menahan sakit terkena hantaman dari dua sisi, wajahnya yang terhantam sesuatu atau lebih tepatnya terpukul oleh sekepal tangan berukuran raksasa dan punggungnya menghantam pohon jati nan kokoh.

"Adududuh..." ringisnya dengan kedua tangannya mengusap ke bagian tubuhnya yang nyeri.

"Wah! Jadi kau masih hidup rupanya dan luka bakar dilenganku ini, apa ini ulahmu sesaat setelah tinjuku mendarat diwajahmu."

"Ah!  Jadi itu ulahmu, tuan gorila." Nyinyirnya sambil tetap mengusap-usap pipi yang sakit. "Maaf saja, aku tak sempat untuk membakarmu di saat kau langsung menghajarku tanpa babibu seperti itu. Luka kecil itu disebabkan side skill-ku yang hanya aktif saat aku lengah seperti tadi."

"Begitu yah, kalau begitu mungkin kali ini tinjuku benar-benar akan membuat wajah tampanmu menjadi seabstrak lukisan yang baru saja kulihat beberapa hari yang lalu." Gorila hitam besar berbaju zirah perak itu terlihat kesal dengan kalimat yang diucapkan oleh Seno. Kepalan tangan besarnya ia remas beberapa kali.

"Hey-hey, tak bisakah kita mengobrol sebentar saja lagipula jika wajahku ini menjadi abstrak, besar kemungkinan aku akan menjadi pajangan dipameran karya seni abstrak di Eropa sana dan tentu saja hargaku akan menjadi sangat mahal nantinya." Seolah tak peduli dengan apa yang akan terjadi padanya, Seno terus saja memprovokasi dan meladeni setiap perkataan makhluk besar berbulu itu.

"Maaf! Aku sama sekali tak ingin duduk mengobrol dengan laki-laki yang belum matang sepertimu, lagipula tak ada teh di sini." Sepertinya dia sudah tak bisa bersabar lagi, dengan cepat dia meluncurkan tinju yang lagi-lagi mengarah ke wajah pria tanpa kacamata itu.

"Ups! Hampir saja." Tak mau mengalami hal yang sama kedua kalinya, dia berguling ke samping kanan dan membiarkan pohon jati yang menjadi korbannya.

"Maafkan aku, Tuan Jati!" Batinnya setelah melihat pohonnya berlubang

"Hoi-hoi, bukannya kau ini salah satu dari SOUL penjaga hutan tapi kenapa kau begitu tega melubangi perut dari tuan jati." Entah dia bodoh atau memang sengaja, bukannya dia mempedulikan keselamatannya dia malah memprovokasi lawannya dengan berkata seperti itu. Terlebih lagi dia belum berdiri kembali dan bersiap untuk bertarung.

"Dibanding dengan ulah kalian para manusia, luka kecil seperti ini tak ada artinya bagi mereka." Berbeda dengan Seno, sepertinya gorilla hitam ini benar-benar sudah siap untuk melumat tubuh Seno dan menjadikan bangkainya menjadi pupuk untuk menanam ribuan pohon yang dirusak manusia. Dia terus melancarkan tinjunya meskipun beberapa kali dihindari Seno dalam posisi terduduknya.

"Tak semua manusia bersikap seperti itu, akupun turut menyesal atas perusakan-perusakan yang terjadi dihutan kami. Itu juga merugikan buat kami tau." Terlihat dari ekspresi wajahnya, Seno terlihat benar-benar sedih meskipun saat ini dia tengah memegang tangan besar yang kapan saja siap menggerus wajahnya hingga kebawah tanah.
"Hup!" Seno melepaskan genggamannya dan menendang perut makhluk primata itu sekuat tenaga agar dia bisa menjaga jarak dengannya.

"KongKaLiKong, berhentilah terlibat dengan para serangga COLONY itu. Kau adalah salah satu SOUL terhormat yang melindungi alam ini, bahkan kau bergabung dengan mereka hanya demi melindungi hutanmu kan?"

"BERISIK!!!" Kesabarannya benar-benar habis, kali ini dia benar-benar mengayunkan tinju terbaiknya ke arah Seno yang tak lagi sempat menghindar dan hanya bisa menyilangkan tangannya untuk menahan serangannya.

"Ohok!!! Nice Punch! Hoek.." Dia pun akhirnya kembali terpental kebelakang tapi tak seperti sebelumnya, kali ini tubuhnya tak bisa menahan lagi serangan sekuat itu. Mulutnya mengeluarkan darah tapi dia tetap mengacungkan jempolnya dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Berhentilah bertindak sok kuat,  berubahlah dan panggil SOUL yang melindungimu."

"Eh! Siapa?"

"Hah! Apa pukulanku benar-benar telak mengenai kepalamu sampai bisa-bisanya kau melupakannya. Cepatlah berubah sebelum kesabaranku benar-benar habis."

"Tapi aku benar-benar tak mengingat siapa yang kau maksud, yah sepertinya memang tak ada pilihan lain lagi, aku juga ingin mengetahui siapa yang kau katakan." Seno terlihat kebingungan berkali-kali dia melihat punggung tangannya dan akhirnya memutuskan untuk melepaskan sarung tangan yang selama ini menutupi kebenaran yang terjadi padanya sebagai pahlawan.

"Pantas saja sedari tadi aku merasa ada sesuatu yang kulupakan, tapi apa itu yang dikatakan olehnya?" batinnya mendadak galau tapi tak ada waktu untuk menebak-nebak mungkin dia akan mengingatnya setelah berubah.

Seno menunjukkan punggung tangannya yang terdapat batu bersinar merah menyala, kemudian mengusapnya sampai batu itu menunjukkan simbol api di dalamnya.

"Berubah!"

[MAGUS On Fire. Fire, fire, fire...]

"Dari dulu aku penasaran darimana suara itu berasal setiap kali kalian berubah ditambah kalimatnya tiap orang berbeda, kalian sama sekali tak terlihat kompak saat suara ini saling beradu." Tanya Kong dengan ekspresi datar setelah ia melihat tubuh Seno seperti terbakar selama beberapa menit dan mengeluarkan suara yang entah darimana asalnya sebelum perubahan Seno selesai.

"Ah! Aku juga penasaran sebenarnya tapi kata Bang A'an tak usah mempedulikan hal sepele seperti itu." Seno telah berubah menjadi Flame MAGUS, lengkap dengan berubahnya berbagai aksesoris dan pakaian yang ia kenakan menjadi pakaian yang siap digunakan untuk bertarung kapan saja.

"Ya sudahlah, mari kita lanjutkan perkelahiannya."

"Maksudmu pertarungannya?"

"Ya itu maksudku, bagaimana kau sudah mengingatnya?"

"Samar-samar dalam tahap berubah tadi aku memang melihat seseorang yang seluruh tubuhnya selalu terbakar, tapi tetap saja aku tak mengingatnya. Memang dia siapa sih? "

"Astaga! Lupakan kalo begitu, kita lanjutkan saja berkelahinya meskipun aku tak yakin kau bisa menandingiku tanpa dia."

"Pertarungan kali bukan perkelahian dan bisa tidak berhenti berkata dia, dia lalu dia lagi. Jika kau memang mengetahuinya kenapa tidak menyebut namanya saja, lagipula kalian sesama SOUL kan." Protes Seno seolah merasa tak senang jika gorila itu terus memanggilnya dia sambil memasang kuda-kuda dengan kepalan tangan kanan yang berada di depan, sementara kepalan tangan kirinya berada dipinggangnya.

"Itu dia, justru aku lupa namanya. Kupikir kau sebagai tuannya bisa mengingat namanya tapi jangankan nama, kau bahkan lupa sama sekali keberadaanya. " katanya lagi masih sama seperti sebelumnya, dia mengatakan hal itu dengan wajah "bodohnya" meskipun awal-awal dia terlihat mengerikan."Sudahlah, aku tak berminat lagi untuk mengetahui namanya. Mari berkelahi."

"Tau ah aku capek betulin kalimatmu, kapan saja kau siap majulah dari arah manapun."

"Bukannya maju cuma dari arah depan yah? Baiklah..."

Kriiing...

"Ras— ah sebentar, ada telepon masuk."

"Yaelah!"

"Maaf menunggu, sepertinya pertarungan kita harus disudahi sampai sini. Monster yang mengirimku ke alam mimpi untuk menghabisimu sudah tak memiliki waktu yang lama untuk mempertahankan gerbang masuknya." Jelasnya sambil mengantongi hpnya di kantung besi yang berada di bagian dada zirahnya.  "Jadi semoga kita dapat bertemu kembali nanti dan segera berkelahi sampai pakaian kita kotor dipenuhi darah, adieu." Sambungnya lagi sambil berlalu begitu saja masuk ke dalam hutan meninggalkan Seno yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi sekarang, terlihat dari mulutnya yang lagi-lagi terbuka lebar.

#Epilog : Domba, Wol dan Bantal.


Sementara itu di suatu tempat, seorang pria necis dan klimis baik rambut maupun jenggotnya terus mengawasi setiap perjalanan dari para reverier yang terpilih. Termasuk Mahapatih Seno, meskipun ia terpaksa harus menepuk jidatnya karena pertarungan pemuda itu hanya dipenuhi dialog.

"Astaga! Ini benar-benar diluar ekspetasiku, dia tak seperti apa yang dikatakan DestinaThor. " Zainurma begitu kesal setelah melihat "pertarungan" mereka yang tak bisa dibilang bertempur hingga darah penghabisan.

"Tuan Nurma, lucu yah pertarungan mereka. Tak banyak yang seperti dia." Tiba-tiba gadis berkepala bantal, Ratu Huban muncul begitu saja di samping Zainurma yang masih saja memperhatikan Bingkai Mimpi.

"Ini bukan tempat pendaftaran stand up comedy, harusnya mereka tak perlu membuat lelucon seperti itu di tengah-tengah pertarungan penting."

"Anda terlalu serius tuan,  yang terpenting dia sudah menjadi pemenang. Kenapa kita tak segera menghampirinya dan memberikan dombaku ini, sepertinya dia menyukai pria bernama Seno itu. Benarkan, Doroti."

[Mbeeek]

"Lihat dia setuju kan, kalau begitu ayuk kita segera ke sana. Sebelum dia mendadak jadi manekin gara-gara terkejut seperti itu. " Ajak Huban sambil menarik-narik domba dan Zainurma secara bersamaan.

"Baiklah-baiklah, tenanglah sebentar."

(***)

Feng dan Agni yang sedari tadi mencari tuannya, tak menyangka kalau mereka menemukannya dalam keadaan mematung. Mereka yang panik berusaha untuk menyadarkannya dengan beberapa cara, mulai dari menampar-nampar menggunakan sayapnya Feng sampai Agni terus berputar-putar dikepalanya dan berteriak untuk membangunkannya.

"Oy! Seno, sadarlah dan tutuplah mulut baumu itu." Masih menampar-nampar, burung familiar milik Seno terus mencoba agar  ia benar-benar mau bergerak kembali.

"Iya apa yang terjadi denganmu tuan?" Agni yang terlihat paling sedih dengan keadaan tuannya.


Zainurma dan Huban menghampiri familiarnya dan berusaha menenangkan mereka dan menjelaskan apa yang terjadi di sana."Tenanglah kalian, dia hanya sedikit terkejut karena perkelah— ah maksudku pertarungannya yang tiba-tiba berhenti di jalan meskipun dia sudah berubah."

"Siapa kau? " tanya Feng  kepada mereka yang baru saja datang. "Kau bilang ini sedikit,tapi  lihatlah dia bahkan tak merespon suara kami."

"Tenang saja, Doroti akan menyadarkannya." Gadis berkepala bantal itu menurunkan gendongan dombanya dan membiarkannya menggigigt bokong Seno agar ia segera sadar.

[Mbeeek]

Crash!

"IYAAAW!!!" Seno berteriak kesakitan bahkan hampir lompat tinggi

"Lihat sadarkan dia." Ucap Huban bangga.

 "Selamat untukmu, Mahapatih Seno. Kau terpilih menjadi salah satu reverier di alam mimpi ini, semoga kau bisa menciptakan Mahakarya yang indah selama berada di sini." Jelas Zairnurma sekaligus ucapan selamat untuknya.

"Domba itu milikmu sekarang yang menandakan kau juga terpilih, namanya Doroti." Sambung Huban. Sementara yang ditanya hanya bisa terdiam tak mengerti dengan apa yang mereka katakan.



.Fin.

30 komentar:

  1. Pas ngomongin kota Bandung berasa secara ga langsung lagi nge-endorse Ridwan Kamil

    Saya kurang sreg tiap kali entri ini masuk ke 'mode deskripsi', karena jadi ngejelasin gitu aja dan kebanyakan tell, kayak soal drone atau nirmala. Emang sih ga ada aturan yang bilang harus lebih banyak show daripada tell, cuma ini preferensi saya aja. Mungkin bisa diakalin pake selipan dialog Dhita sama Seno, atau adegan yang ngelibatin objek yang pengen dijelasin biar lebih reasonable dan bisa paling ngga imbang show sama tell-nya

    Setelah diterusin baca, ternyata ini terus"an ada ya sepanjang entri. Kayak tiba" ngejelasin Lusi penampilannya kayak gimana sampe satu paragraf sendiri

    Masih ada beberapa kalimat yang kerasa kurang lengkap sebutan objek/subjeknya. Kadang" nyebut 'dia' aja kerasa ganjil, meski saya tau maksudnya Seno

    Selain kurang sreg sama 'narator main peran' (ini bukan entri pertama yang kayak gini), saya juga agak miss ngikutin cerita ini dari pertengahan entri. Dan menjelang akhir, kok ya kayaknya penulis capek atau udah ga ada ide lagi jadi Seno vs gorilanya udahan gitu aja

    Singkat kata, saya masih kesulitan nikmatin entri ini dari awal sampe akhir

    Nilai 6

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mau baca meskipun gak sampai selesai sih
      Jujur, emang udah capek pas kebawah-bawahnya dan saya juga tau ini terlalu tell, makanya insyallah akan diperbaiki lagi kesananya.Saya gak akan nyalahin deadline karena emang salah saya sendiri sampai harus bikin entri ini jadi seperti ini dan mepet deadline.

      Hapus
  2. Entry yang cukup menarik. Awalnya, saya suka dengan dialognya. Santai, terasa natural, mudah diikuti. Pembangunan ceritanya juga oke, dengan world building yang mudah dicerna karena menggunakan dasar setting dunia nyata terus dimodifikasi.

    Tapi semakin lama, ritma cerita jadi terasa aneh. Bagian awal cerita membangun pace yang enak, tapi lama-lama pace ini jadi ngebut sampai ke finish. tulisan yang awalnya rapi mendadak jadi terkesan berantakan. dan challenge negotiatenya pun terasa berlalu begitu saja. Mana ada interupsi dari Thor yang malah bikin jarring, bukannya memperkaya ceritanya :))

    Anyway, nilai yang terpikir oleh saya adalah 6.5. Saya bulatkan jadi 7.

    Fahrul Razi
    OC: Anita Mardiani

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mau baca dan berkomentar...

      Hmm, ya seperti yg saya bilang ke paman sam. Saya terlanjur lelah sebelum bisa menyelesaikan entri ini *bahkan ketiduran pas ngetik. Alhasil saya juga sadar kalau hasilnya malah berantakan.

      Hapus
    2. ya, sudah saya duga, lol. terasa begitu kok. awalnya dibangun hati-hati terus langsung tancap gas

      Hapus
    3. Salah saya pak memang, soalnya gak bisa ngatur waktu secara efisien buat nulisnya. Alhasil lagi-lagi mefet deadline.
      Makasih sekali lagi.

      Hapus
  3. Aduh pak, saya jadi inget cerita saya yang saya tulis mirip gini. Pace maksud saya. Waktu awal nulis enaaaaak gitu, terus makin ke belakang makin buru-buru. Gara gara deadline?

    tos dulu ya,

    Terus deskripsi mendadak. Saya kasih pelajaran dikit gapapa kan? Penjelasan dan Deskripsi suatu karakter, kota dan sebagainya itu bagus kalau kamu sebar di berbagai tempat, jangan dijadikan satu sampe menghentikan alur cerita gini.

    Misal soal FDS, daripada jelasin kayak gitu mending kamu tunjukin gimana FDS berperan dalam perkembangan bandung dan pembuatnya siapa sembari jalanin alur cerita.

    Susah ya? saya juga perna ngalamin kayak gini kok.


    Nilai : 7
    William Amadeus Anderson

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiyaa ada arai rupanya...
      Makasih pak udah nyempetin baca entri ini ditambah dapet ilmu gratis lagi. Ya kalo dibilang susah sih. Bisa aja kalo saya punya cukup waktunya, soalnya salah saya juga ga bisa manage waktu sehingga jdi deadliner gini.
      Oke, nanti saya coba terapkan ilmu gratisnya ini. Hihi
      Makasih loh... :3

      Hapus
  4. Intronya sebenarnya bagus, walau semakin saya scroll kebawah rasanya kok makin bosan.
    Banyak tanda baca yang lupa dibubuhkan sehingga mengurangi kenyamanan membaca. Contohnya ini, 'meskipun dari jauh mereka sudah tau harus pergi ke kursi mana untuk duduk karena tempat mereka akan menghabiskan waktu untuk menyeruput kopi hangat atau es adalah kursi yang dipenuhi hawa misterius yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata atau mungkin ada satu kata untuk mewakilinya yaitu dingin itu dikarenakan Raka dan Lusi hanya bisa saling bertatapan tanpa mengatakan apapun.' Wow, waktu baca ini berasa kayak saya itu raja jalanan yang berkendara nggak pakai helm dan tanpa rem, siap menerabas apapun dihadapan saya.

    Battle dengan om kingkong abrupt karena mandek begitu saja. Tau-tau ada telpon aaandddd 'poof', he's gone! Penjelasan bahwa portal masuknya dia udah gak bisa dipertahankan lagi terdengar maksa.

    final grade dari saya 5.

    Akbarari/Tombakpatah
    O.C Marikh, Dewa Arak Kolong Langit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh ada dewa mabuk, ah maksudnya dewa arak...
      Baik, nanti akan saya perbaiki lagi nanti sesuai saran dari guru *sejak kapan jdi murid beliau. XD
      Makasih udah mampir n nilai 5nya.

      Hapus
  5. tbh saya lumayan enjoy baca entri ini. randomnya ngingetin sama anime samurai flamenco, apalagi beneran ada gorilanya xD

    keluhannya mungkin sama kaya yg lain. world building di awal bagus, tapi seolah 'gak kepake' di sisa ceritanya. banyak karakter2 dan istilah2 yang seakan numpang lewat padahal deskripsinya begitu detail (yah mungkin buat ke depannya bisa jadi fondasi yang bagus).

    seno juga belum sempet beraksi apa2 selain dibanting anak kecil dan menghindar dari gorila.

    akhir kata, karena sudah nemenin saya ngabuburit semoga seno terus lanjut dan menghadirkan aksi yang lebih seru lagi <(")

    nilai: 8
    oc: castor flannel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih udah mampir dan juga nilainya.

      Aamiin, semoga lolos dan bisa segera diperbaiki kekurangan di sana-sininya.

      Hapus
  6. Baca ini kayak lagi denger seorang temen cerita, terus di tengah diganti sama temen lain yang ceritanya sama dengan gaya yang agak mirip (waktu muncul narathor).

    Dialog santai sama narasi yang rapi bisa bikin nuansa ceritahya ringan. Yang bikin ini seperti cerita dari seorang temen yaitu penggunaan istilah agak meta kayak super villain, AOE, sama astral projection.

    Adegan-adegan pembuka mudah dicerna karena ngasih gambaran setting yang udah familiar, dibalut dengan konsep original. Ini juga akhirnya dihubungkan dengan Seno dan Dhita yang ternyata anggota COLONY. Mungkin alangkah baiknya jika ditambah penggambaran apa yang dilakukan penduduknya. Misal, di adegan Seno dan Dhita 'main' bareng ini kerasa nggak ada orang lain di sekitarnya. Jadi bisa digambarin gimana penduduk ngeliat mereka. Atau simply gambarin kehidupan penduduk kota yang udah ga asing sama drone secara keseluruhan.

    Reaksinya atasan Seno dan Dhita ini waktu mereka malah ngobrol 'mesra' humornya seger dan natural. ;)
    Pun indahmart paling ngena di saya, lol.

    Dari segi plot agak jumpy memang, saya kira temen-temen Seno, X, familiar2nya, atau bahkan para drone akan berperan lebih besar. Seakan belum selesai di satu masalah di bab sebelumnya, ada masalah lain yang langsung muncul. Tapi cukup keliatan kok benang merahnya. Dari munculnya energi oz besar sampai ngelawan gorila.

    Nah, narasi alami pembuka pertarungan dengan gorila sempat bikin saya mikir, "Waini. Akhirnya bertarung juga." Meski akhirnya ga jadi bertarung, seenggaknya kerandoman ini berlangsung sampai akhir, jadi nggak heran Seno pun ngerasa kebingungan waktu terbangun. Cuma sekali lagi, agak jumpy. Familiarnya terkesan tiba2 muncul dan disebut sejak di tengah2 aja.

    Ada semacam suara-suara perubahan heisei rider ya. Dan ini jadi lelucon parodi seger waktu Seno bingung itu suara siapa dan berbeda2 tergantung perbahannya :))

    6/10

    PUCUNG

    BalasHapus
    Balasan
    1. TBH, akhirnya ada juga yg komentarin isi ceritanya ketimbang teknis *bukan berarti teknis ga penting sih.

      Boleh koreksi dikit...
      COLONY itu nama kerajaan para monster yg mengganggu Bandung City.
      MAGUS itu baru tempat seno dan dhita berada buat ngalahin colony itu.

      Ada juga yg ngerti joke heisei rider, tadinya sempet kepikiran. Duh kayaknya ga ada yg paham nih tapi trnyata ada juga. Terimakasih wildan udah mengembalikan kepercayaan diri saya. XD
      Dan yah semua kesalahan itu saya sadari juga, semoga klo lolos bisa saya perbaiki.
      Thanks

      Hapus
  7. halo... sori baru komen..

    saya suka penggambaran suasana ttgnya. cuma agak salah kalo diletakan di bagian bawah. efeknya narasi terasa agak datar, IMO.

    untuk battlenya meski negosiate tp rasanya agak akkaward moment gitu.. saya ngarepin seno bisa ngebacot lebih lama lagi biar "feelnya" keluar. adegan tarungnya juga musti diperjelas lagi alurnya. gitu aja

    moga bisa lebih baik lagi di r1

    7

    BalasHapus
  8. Baca cerita ini, kesan yang saya dapat satu.

    Baca cerita Tokusatsu Hero jadul 80-an yang suka ada info dump seperti Gaban, Kamen Rider generasi Showa, dan Jiraiya.

    Dengan sentuhan modern.

    Infodump-nya memang kadang kerasa kebanyakan, tapi nuansa tokusatsu 80-an memang begitu. Di tengah-tengah battle suka ada infodump www.

    Agak terkesan heroik, tapi mbanyol. Kalau diterjemahin, mungkin terasa seperti tontonan kamen rider yang untuk anak-anak seperti Den-O.

    Saya enjoy konflik ceritanya, hanya saja, lagi-lagi masalahnya di eksekusi yang kurang halus. Mungkin lebih tepatnya bagian negosiasinya kurang seimbang sama bagian battlenya. Negosiasinya harusnya bisa lebih wah...

    itu aja sih.

    Soal nilai, saya titip 8 buat Seno. Semoga sukses

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut

    BalasHapus
  9. Jujur pas pertama baca namanya saya kira dia beneran mahapati dari kerajaan, tapi ternyata dia kamen rider.

    Cerita cukup menarik dengan awalan world building yang terasa tidak berguna dalam alur cerita. Negosiasinya kurang terasa. Dan keren dombanya punya nama.

    7 dariku
    -=AI=-

    BalasHapus
  10. Saya punya ketertarikan sendiri sama tema lokal x modern gini. Dan itu jadi nilai plus buat saya. Sayangnya, dengan universe unik gini, penulisnya nggak memanfaatkannya dengan baik. Malah memberikan info-info yang kurang penting.
    Alurnya memang tell banget, sehingga saya sempet beberapa kali skip.

    7

    Gold Marlboro

    BalasHapus
  11. OZ, kupikir kamen rider 000 karna pelafalannya sama.

    wah bkal saingan sama bima nih, kamen rider lokal.

    entry ini memasukkan beberapa nama duv entry sblmnya ya, kaya cthulhu dr dwi, ada iris lemma sama stalla juga.

    hmm...ntah knp dr smua pnjelesan yg P x L itu ada beberapa yg nggak penting dan cuma skedar basa-basi jd bkin bcnya radak gmana gtu. trus pas mulai battle, battle nya nggak terlalu disorot karna fokusnya ke bnyak bacot, mgkin krn tantangan yg diambil negosiasi kali ya. tp jdnya, terkesan si seno melakukan perubahan yg sia2. buat apa berubh kalo toh akhirnya nggak dipake? seenggaknya bkin show dikit gtu lah
    jd, 7 dulu dr saya

    BalasHapus
  12. Kombinasi besar-kecil-beda jenis fontnya kurang sreg di mata ._.

    Memang challengenya negosiasi. Tapi.. ini negosiasi yang bikin 'ngalohok' karena ane ga sabar pertarungannya. Eh, ga jadi. Kampret.
    Ane sebagai pembaca ditroll.. SENOOO!! oAo)

    Baiklah, setidaknya komedinya menghibur.
    ----------------
    Rate = 7
    Ru Ashiata (N.V)

    BalasHapus
  13. Bahasanya agak aneh sejak awal. Paragrafnya juga (baik versi web atau mobile). Dan sering nemu kayak kurang kata atau penggunaan yang janggal misal: ... gadis berjaket hijau itu berlalu gitu dengan langkah gusar meninggalkan Seno ...

    Berlalu gitu? ._.

    Oke, kemudian saya lihat worldbuildingnya cukup bagus. Bandung futuristik. Berasa lumayan 'sesuatu' karena jarang yg nggarap begini (atau bisa jg karena saya jarang baca karya sejenis)--tapi yang mana pun, saya cukup terkesan. Karena kalau berhubungan dgn futuristik, biasanya orang" lebih suka settingan luar negeri. Yah, walau cuma sambil lalu itu WB. Ke bwahnya kurang dibahas lagi.

    Banyak pelesetan nama. Dan kayaknya juga banyak part yg sengaja bermaksud ... komedik. Tapi saya cuma nangkep sedikit, gitu ._. Banyak juga istilah yg gak saya mengerti. Dan karena banyak nge-skim (sebab penarasiannya itu), yah saya terpaksa pasrah dgn interpretasi seadanya.

    Ah saya bingung mau ngomong apa lagi. Jadi saya titip 7 buat sesama pyromancer.

    -Sheraga Asher

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf mengecewakanmu dengan entry ini. ._.
      Semoga bisa lolos dan memperbaiki kesalahan yg ada dan banyak sampe ga tau mau ngomong apa lagi. ._.

      Iya maksudnya memang gtu berlalu begitu saja, sepertinya saya mengantuk jadi gak nyadar kalau kalimatnya jadi absurd gitu.
      Btw makasih udah mampir.

      Hapus
  14. Halo, Manya disini mau ngasih komentar buat ngefill kuota. Sampurasun..

    Entri ini ngingetin saya ke prolognya Mima dulu, ringan walo agak writer-sentris. Tapi keknya saya bakal ngeluhin yang sama kek diatas yang nyebutin tensinya yang merosot dan php nya.

    Saya gak akan bahas teknis kok. Dari cerita saya rasa cukup lah.

    saya kasih 7 ya.

    -bukan Alpacapone

    BalasHapus
  15. Halo, Manya disini mau ngasih komentar buat ngefill kuota. Sampurasun..

    Entri ini ngingetin saya ke prolognya Mima dulu, ringan walo agak writer-sentris. Tapi keknya saya bakal ngeluhin yang sama kek diatas yang nyebutin tensinya yang merosot dan php nya.

    Saya gak akan bahas teknis kok. Dari cerita saya rasa cukup lah.

    saya kasih 7 ya.

    -bukan Alpacapone

    BalasHapus
  16. Hallo Bang Adhie. saya mau numpang kunjung balik. sori telat ya. karena sibuk amir belakangan ini. aku gak bakal komentar banyak sih.

    untuk pertama satu yang membuat aku suka sama cerita ini adalah world buildingnya yang bagus. bandung yang sudah sangat maju dan ide-ide tentang Drone itu saya suka. coba kasih tau Kang Emil deh. siapa tau dia mau buat. :p

    Cuma ya itu, dunia yang udah dibangun seolah gak dimaksimalin. beruntung karakterisasinya dapet.Seno pemalas tapi heroik juga.

    untuk narasinya aku gak ada masalah meskipun terkesan padet, apalagi pas ngejelasin tentang teknologi-teknologinya.

    aku kasih 8/10 karena karakterirasinya dapet.

    Bian Olson.

    BalasHapus
  17. Setelah baca entri ini saya ngerasa banyak bagian yang memberikan penjelasan berbentuk narasi yang terlalu detail. Menurut saya pribadi sih, mungkin bakal lebih enak kalo penjelasannya dibawakan sama karakter lain dalam bentuk dialog dsb.
    ceritanya menurut saya menarik, konsep futuristik bersettingkan indonesia modern, tapi saya kurang puas di bagian akhir. Rasanya seperti di cut begitu saja.

    Nilai dari saya, 7
    OC : Catherine Bloodsworth

    BalasHapus
  18. Aku duduk membaca cerita sehari-hari Seno, mengharap aksi hebat menunggu di akhir. Konflik baru ditendang di seperempat bagian akhir, dan jujur kurang memuaskan. Aku sarankan tendang konflik di 1k pertama untuk memancing perhatian pembaca dan kurangi dialog+adegan gak penting atau overtell.

    Chalange negotiate, tapi aku tidak bisa mengikuti percakapannya.

    Terlalu banyak info yang masuk. Otak kelas menengahku tidak bisa menampung begitu banyak info dalam satu waktu, akibatnya bisa loss ketika baca di tengah-tengah.

    Nilai 7~

    OC : Begalodon

    BalasHapus
  19. Bandung dipercanggih? Mari mengheningkan cipta supaya warung internasional kebagian armada dron khusus buat nambah divisi kirim-mengirimnya, hahamin. Well, cerita Mahapatih ini dibuka dengan sedikit mengejutkan. Teknologi dan adegan india? Keren. Saya juga suka narasi di paruh pertama, infonya detail, sayang engga dimaksimalin di akhir-akhir. Ya, paruh akhirnya (selain si pencerita komikal yang ikut jelasin paragraf tertentu, saya suka) agak rush. Kerasa itu. Sayang, padahal kalo si penulis konsisten dan punya lebih banyak waktu, materi ini pasti bisa jadi cerita yang bagus banget. Tugas buat R1 kalo gitu. Carry on! 8/10

    Oc: Namol Nihilo

    BalasHapus
  20. Baca cerita ini bikin aye kabayang nonton power rangger sama winspector dan sejenisnye gitu,Bang..paling kampungnye aje diganti jadi Bandung...tapi versi canggih gitu. Aye setuju ama komenannya bang Sam rillme,,kayaknye bisa dibikin lebih asik lagi itu pas ngejelasin sesuatu daripada kayak serasa baca berita gitu...terus ganti- ganti jenis tulisan rada ganggu nyaman aye baca,,Bang. Tapi keseluruhan sih tetep seru..mantep ini jagoan banget.

    Skor 9 dari aye
    Karakter Harum Kartini

    BalasHapus
  21. woow.. cerita kamen rider jadi komedi gitu ( *w*)

    joke dan parodinya pas. openingnya halus namun di bagian akhir agak absurd. lagi-lagi deadline jadi masalah utama.

    overall ceritanya bagus dan menghibur..

    nilai dari saya 8. semoga sukses..

    Dwi Hendra
    OC : Nano Reinfield

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.