Jumat, 10 Juni 2016

[PRELIM] 55 - WAMENODO HUANG | APAKAH INI MIEMPI?

WAMENODO HUANG
oleh : Nibelhero

--
1st Thread
The reverier

Di Alam mimpi, ada dua sosok makhluk yang sedang berjalan-jalan sambil singgah ke beberapa mimpi dan menandai para pemimpinya sebagai Reverier.

Mereka berusaha secepat mungkin menemukan orang-orang atau makhluk atau malah benda yang mereka anggap memiliki mimpi yang tak biasa, dengan tujuan melaksanakan suatu acara agar sang Kehendak kembali tenang.

Sampai saat ini, sudah ada beberapa yang terkumpul. Mulai dari seniman biasa, orang-orang dengan kemampuan super, bahkan pembunuh pun sudah mereka datangi dan tandai.

Tidak sampai di situ, ada juga botol penyemprot ruangan, ayam dan juga hantu mereka tandai. Entah apa kriteria yang mereka pakai.

Saat mereka mau menyudahi tugas dadakan mereka tersebut...

"Paman Nurma, aku mau ke sana!"

"Hey, kita harus kembali ke museum semesta. Jangan ngeloyor kemana-mana deh." Tumpal Zainurma, sang kurator.

"Tapi... ada wangi makanan yang enak banget...aku jadi lapar..." Si kepala bantal manyun, walau tak ada bibirnya.

Zainurma yang sedari tadi mencoba mengabaikan rengekan Huban, mulai menyadarinya.

"Oh, jangan-jangan ini salah satu reverier ya?"

"Ya kan? ya kan? ayo ke sana!!!"

***

Mereka melangkah ke sumber aroma yang menggugah hidung dan perut mereka. Apa yang mereka dapati lumayan berbeda dengan para reverier sebelumnya. Mimpi yang mereka hadiri kali ini...terkesan ceria.

Sebuah desa, yang tampaknya damai, sedang mengadakan pesta rakyat. Semuanya beraktivitas dengan penuh senyum dan tawa. Tak ada orang yang tinggal di dalam rumah, semuanya bergerak di luar rumah.

Orang-orangnya bukan orang biasa, desa ini bukan desa biasa. Desa ini milik para salah satu ras Centurizan, setengah manusia-setengah laba-laba. Tampilannya sebagian besar mirip manusia biasa, namun mereka memiliki semacam kaki laba-laba di punggung mereka. Ras yang unik. Ras yang umurnya di atas 100 tahun tepatnya.

Orang dewasa di ras ini rata-rata mampu menghasilkan benang dari kaki laba-laba mereka yang fungsinya banyak sekali. Mulai dari memanjat, memintal, berayun.

Bahkan ada yang sudah berevolusi dengan lebih menakjubkan, benangnya bukan hanya sekedar benang. Karena kesukaan mereka dan keahlian mereka dalam measak mie. Benang yang mereka keluarkan pun berubah menjadi mie. Jangan tanya bagaimana caranya. Evolusi adalah misteri.

Kegiatan desa ini sangat meriah.

Asap mengepul dari perapian, ketel air besar, dandang raksasa, berbagai macam bahan makanan yang diolah, semuanya lengkap!

Yang paling menonjol adalah, di tengah pesta ini terdapat beberapa gundukan mie yang menggunung, dari berbagai jenis, warna dan rasa. Lalu, beberapa keluarga maju bergantian, mereka membawa rebusan khas keluarga mereka, membawa olahan daging dan sayuran yang mereka punya, menaruhnya dalam beberapa mangkuk, lalu semuanya saling mencicipi.

Bayangkan kombinasi dari seluruh mie dan kuah khas masing-masing keluarga itu disuguhkan dengan apik. Semuanya mendapat bagian yang mereka suka, yang mereka ingin.

Tak ada rebutan, tak ada kemarahan, tak ada keburukan apapun di sini. Semuanya berbahagia. Saling berbagi, saling menghormati.

Perut kenyang, hati senang, pikiran pun tenang. Sebuah Utopia. Mimpi mana lagi yang bisa lebih indah dari ini?

Namun, apakah ini memang hanya sebuah mimpi?

Ini bukan mimpi biasa, ini adalah masa lalu yang tersimpan dari Men, Wamenodo Huang. Sudah hampir 1 abad dia melupakan mimpi ini. Kini dia mendapatkannya lagi, dengan tambahan 2 makhluk aneh yang menghampiri mimpinya.


"... aku langsung lapar." Ujar Zainurma. Jenggot putihnya berkibar.
"Samaaa, aku juga lapaar~ pasta, ramen, udon, aku mau mie~" kepala bantalnya masih tetap ungu, seperti kena blau.
***
Di salah satu kelompok, ada seorang anak kecil yang dikerumuni oleh orang-orang dewasa.

"Anak kalian sungguh berbakat, mungkin dia sudah pantas untuk mendapatkan resep utama klan kita." Ujar salah satu dari mereka.

Men kecil, dengan sangat tangkas memadupadankan semua bahan di depannya, tepung dan air, telur dan rempah, semuanya menjadi satu. Dibanting, diulir, diputar, dipisah dan dipotong menjadi beberapa macam mie sekaligus.

"Nak, kalau sudah besar, ingin jadi apa?"

"Aku tidak ingin menjadi apapun kek!"

Yang mendengarnya pada terkejut. "Aku...aku hanya mau semua orang bisa bahagia dengan mie yang kubuat!"

Keterkejutan itu berubah menjadi sebuah koor serempak penuh haru dari orang-orang di situ.

"Itu saja nak?" tanya ayah Men.

"Umm...aku...aku ingin resep Mie semesta!"

Lalu, perasaan mengganjal muncul. Pandangan Men kabur, mimpinya seakan pudar perlahan.

Dia mendapati dua sosok yang menghampirinya secara langsung. Tapi tak jelas.

"Bravo! Ka-u, sal...satu...rev..rier...ka...u bis...wujud...kan...tu."

"A..ka, kalian siapa? Apa?"

"Kam..men..daimu...ber...si..plah.."

Men gelisah...kemudian masuk dalam kekosongan.

***

2nd thread
The Noodle God and The Kurator

"Dia masuk dalam mode mimpi kosong ya? Sepertinya dia jarang sekali bermimpi ya." Nurma mengelus janggutnya. Jarang-jarang ada reverier yang begini.

"Ah yang penting sudah ditandai. Ya kan Huban?"

Huban mengangguk.

Namun, dari tadi mereka tidak sadar sedang diperhatikan oleh sosok yang memiliki kekuatan Maha Dahsyat di dimensi ini.

"Apa yang kalian rencanakan pada hamba-KU?"

"Eh?"

Sosok itu muncul ke hadapan mereka berdua.

"MIIIIIIIIIEEEEEEEEEEEEEE. MAUUUUUUU," Huban yang melihat gumpalan mie raksasa yang melayang-layang di udara dengan wangi yang menggoda, langsung berusaha menubruknya.

Tapi segera dicegah oleh Zainurma. "Yang sopan dong Huban."

"Maafkan perlakuan teman seperjalananku ini."

"Dimaafkan wahai pengembara."

"Kurator, aku kurator museum semesta. Wahai...pastafaria?"

"Aku Kamian, Serupa tapi tak sama dengan DIA."

"Oh, oke, aku paham. By the way, maafkan kehadiran kami di sini.."

Zainurma mencoba menjelaskan duduk perkara di sini.

Apa yang terjadi pada Museum Semesta, kenapa mereka hadir di sini, juga apa yang akan dilakukan sang kehendak.

"Jadi...kami terarahkan ke sini bukan Cuma kebetulan. Bukan karena Huban tiba-tiba menicum bau makanan enak. Tapi pasti karena salah satu Hambamu, Men, adalah Reverier yang cocok untuk ikut dengan kami."

"....Kalau aku menolak dan tidak membiarkan kalian campur tangan dalam kehidupan Hamba-KU, apa yang akan terjadi?"

"Well...Walau tingkatan kita berbeda, maksudku, tentu saja, Engkau lebih hebat dariku wahai Kamian.  Tapi ini wilayah Dunia mimpi, dan kekuatanku maksimal di sini. Aku juga bersama dengan si kecil ini." sergahnya sambil menunjuk Huban.

"Yooo," tukas Huban sambil memutar-mutar payungnya.

"Jika kita saling gempur hanya untuk melindungi satu hambamu itu, kita benar-benar tidak tau apa yang akan terjadi. Tapi, memang... Aku maupun berusaha mempertahankan agar kami mendapatkan hak membawanya. Hanya saja..." Nurma menggosok-gosok tangannya. Gesture negosiasi yang biasa dilakukan olehnya jika dia yakin akan mendapatkan keuntungan.

"...Sang Kehendak, kita, dalam hal ini khususnya, aku...pun tak bisa mengetahui apa yang akan dia lakukan. Kami sudah menandainya, dengan begitu bisa saja Sang kehendak menghancurkannya sekarang, dan menghilangkan eksistensinya dari semesta ini lalu menaruhnya di museum semesta –ataupun tidak." Lalu Nurma membuka tangannya, mengangkat bahunya, mengangkat alisnya.

Nurma yakin Kamian paham akan hal ini. Satu kalimat lagi untuk memenangkan negosiasi ini.

"Dengan begitu, usaha apapun yang kita lakukan nantinya, jika dia sudah campur tangan. Akan sangat berat daaaaan...membuang-buang waktu. Ditambah lagi, kau juga sudah memperhatikan mimpi hambamu tadi. Paham kan apa yang dia mau? Apa yang dia gelisahkan? Di sana dia bisa mendapatkan hal yang mungkin dia lupakan. Demi kebaikan Hambamu, bagaimana kalau relakan saja?" tendangan terakhir dari Nurma dan Bola negosiasi itu melesat menuju gawang!

"Aku paham. Tapi dengan syarat." Suara Kamian tegas.

Nurma terkejut. Ternyata bolanya masih bisa dihentikan. Dewa memang sulit diajak tawar menawar. Pasti selalu ada yang namanya tetek bengek prosedur panjang. Mau tak mau, dia harus menjawab, "Oke."

Setelah mengajukan syarat. Kamian menghilang dan kembali masuk ke dalam bawah sadar Men.

Sedangkan Nurma dan Huban segera kembali ke asal mereka. Karena ada guncangan besar yang disebabkan oleh sang kehendak. Sepertinya tidak ada waktu lagi. Nurma mencoba bernegosiasi sekali lagi dengan sang kehendak.

***
3rd Thread
Bingkai Miempi

Men terbangun. Kepalanya sakit. Tubuhnya hanya terbalut oleh satu helai singlet dan celana pendek.

Suasananya sangat aneh, pandangan Men seperti terbatasi oleh sesuatu. Masih bisa melihat, tapi seperti ada cahaya aneh yang melingkupi area yang dia lihat. Seperti gelas kristal. Namun dia tak merasa terganggu dengan hal tersebut.

Men meraih pintu. Hal yang berikut dilihatnya membuat dia terkesiap dan masuk ke kesadaran penuh. Saat pintu itu dibuka, bukan ruangan tamu di rumahnya yang dia dapati. Tapi pegunungan tempat dia biasa bertapa.

Dia menutupnya kembali.

Melepaskan tangannya dari knop pintu, mengusap wajahnya, lalu menarik napas yang dalam. Hembusan nafasnya yang perlahan menandakan dia berusaha mencerna apa yang barusan dia lihat.

Kali ini dia mencoba sekali lagi. Pintu pun terbuka...

Suara bising terdengar. Pintu pun ditutup kembali...

"Kenapa jadi pasar ikan?" ujarnya dalam hati.

Dibuka lagi pintunya. Pantai. Tutup lagi.

Dibuka lagi. Negara seberang. Tutup lagi.

Dibuka lagi. Hutan sesat. Tutup lagi.

Dia melepaskan pegangannya dari knop pintu. Mundur perlahan. mengambil jarak untuk memerhatikan pintu di hadapannya.

Dia mengerenyit. Kemudian mengusap masker mulut dan dagunya. Masih berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Ini...pintu ajaib doraemon?"

Kali ini dia tinggalkan pintu dan mencoba melongok ke arah luar jendela.

Bukan pemandangan yang biasa didapatinya. Kini banyak mie melayang-layang seperti sebuah bingkai portal berwarna-warni.

"Mimpi?"

Dia meremas tangannya, mencubit pipinya. Ada rasa, ada sakit. Dia yakin kalau sudah terbangun.

Baru kali ini dia mendapati pengalaman begini seumur hidupnya. Selama 200 tahun, segala perubahan dunia sudah banyak dia saksikan. Tapi tidak dengan ini. dia tidak tahu apa yang ada di hadapannya sekarang.

Kembali dia menghela napas.

"Demi Dewa, apa yang sedang terjadi?"

Men memberanikan diri untuk membuka pintu sekali lagi.

Kali ini yang tampak adalah lorong yang dia kenali. Dia melangkah keluar. Menyusuri lorong. sepi.

Selang beberapa langkah, dia dikejutkan oleh sosok yang ikut berjalan di sampingnya. Kaki laba-labanya bersiap menyerang.

Sebelum akhirnya dia sadar, kalau ternyata itu adalah cermin.  Ternyata itu pantulan dirinya, tiba-tiba dia sudah memakai pakaian lengkap. Menggunakan pakaian ala chinese chef berwarna emas dan hitam.

Dia merapikan bajunya, menggulung lengannya.

Baru saja tenang, dia dikejutkan lagi oleh sapaan orang yang tiba-tiba muncul.

"ke..kenapa bapak terkejut seperti itu? Bapak tidak apa-apa?"

Men mencoba menenangkan diri lagi. Dia seperti bukan dirinya saat ini.

"Tidak..tidak apa-apa..."

"Oo...kelah kalau begitu. Perdana Menteri sudah menunggu anda di ruangannya pak. Pembicaraan akhir tentang pengadilan kasus termutakhir akan dilaksanakan segera." Ujar wanita cantik itu pada Men.

"o..oh. Baiklah, aku segera kesana. Terima kasih, Onya. Mohon persiapkan segala hal sesuai rencana yang sudah kita putuskan kemarin."

"Baik pak. Demi Kejayaan Ambrossia." Wanita bernama onya itu kemudian berbalik dan berlari kecil meninggalkan Men.

"Demi Kejayaan Ambrossia..." lirih Men.

***

Di ruangan perdana Menteri.

"Men, kau tahu, aku tidak mau kau menghadapi semua ini sendirian. Walaupun aku sudah menjadi perdana menteri, aku tak mau sahabatku menyokong aku tapi dalam kondisi merugi."

"Kita masih di kantor, Pak Perdana Menteri. Di sini cukup bicarakan apapun sesuai tanggung jawab dan kebijakan masing-masing."

"Tapi, kalau kau sendiri yang mengadili mereka, kau akan dinilai kejam dan tak manusiawi."

"Aku bukan manusia biasa." Men tak peduli dengan bujukan itu. "Ini demi tegaknya peraturan di Ambrossia. Kita tidak mau kehancuran datang kembali gara-gara banyak yang tak peduli aturan seperti mereka kan?"

"Baiklah..." Sang perdana menteri menarik napas, "Seperti biasa, kalau kau sudah memutuskan, kau takkan berubah pikiran."

"Cukup pimpin pemerintahan ini dengan baik. Aku takkan mencampuri tugasmu. Aku hanya akan melakukan apa yang jadi tugas dan tanggung jawabku. Kau tak perlu mengotori tanganmu. Karena aku yang akan menjadi wajah iblis di pemerintahan ini"

"Men..."

"Aku akan mengadili pentolan sindikat terbesar yang mengganggu pemerintahan kita selama ini. kau, siapkan bemper utama agar tak ada pemberontakan lanjutan, sekecil apapun. Dan pastikan itu berhasil. Kalau tidak, aku sendiri yang akan mengambil alih tonggak peraturan dan menghabisi semua pemberontak  baru tanpa ampun."

Sang perdana Menteri tentunya tak mau menambah musuh, apalagi sahabatnya sendiri di saat seperti ini.

"Baiklah, aku akan berikan yang terbaik. Jaga dirimu."

"Tak perlu kau bilang. Takkan ada yang mampu melampauiku di sini."

***

4th Thread
Ujian


Ruangan Khusus Departemen Mie dan Nasi.

"Onya, bawa tahanan ke sini."

"Siap Pak."

Onya, wanita bertangan besi. Asisten khusus Men. Orang yang paling dia percaya dan menjadi penyalur kebijakannya di departemen Mie.

Parasnya yang cantik dan sikapnya yang tegas membuat banyak yang segan dan patuh padanya.


Kombinasi kedua orang ini membuat reputasi Departemen Mie dan Nasi menjadi departemen dengan Aturan paling ketat dan program kerja terberat.

Tak ada yang mampu meraih prestasi pemerintahan setinggi mereka sampai saat ini. Tidak juga dengan departemen minuman yang mempunya bawahan terbanyak di Ambrossia city.

Tak perlu banyak tangan dan petugas, hanya ada beberapa tim khusus yang mereka kontrol. Efektif dan sangat efisien.

Hanya dengan komando dari mereka berdua, mereka dapat menuntaskan kasus seberat apapundi pemerintahan. Mulai dari korupsi, begundal rampok negara, penjahat super berkekuatan mengerikan dan masih banyak lagi.

Dan kali ini, mereka akhirnya mampu menangani kasus terberat yang pernah ada. Sindikat Mafia makanan terbesar di Ambrossia. "Asosiasi NerAka meMAsak Mie". Begitu mereka disebut, Anak Mamie.

Apa yang mereka lakukan?

Banyak. Mulai dari pemalsuan Mie. Kualitas bahan diturunkan tapi memakai label mie dari nama klan terkenal. Menjual mie yang membuat candu dengan bahan-bahan adiktif. Memasarkan mie instan oplosan dan membuat pasar mie hancur karena timpang. Pola masak tradisional dan konvensional kacau karenanya.

Beberapa menyatakan mereka benar-benar penjahat yang merusak hukum masak memasak di Ambrossia. Tapi, beberapa mengatakan, bahwa Kepala utama dari sindikat ini mempunyai tujuan baik. Ingin memasarkan mie dengan lebih cepat dan lebih baik.

Dia ingin Mie bisa dirasakan oleh siapa saja dan kalangan mana saja tanpa terbebani biaya, waktu ataupun skill. Bahkan untuk itu, dia tidak segan-segan menjual "obat super" yang mampu memunculkan kekuatan klan khusus pemasak mie agar orang-orang tidak perlu belajar dan mengikuti ujian masak untuk menjadi chef khusus.

Bagi Departemen Mie dan Nasi. Itu sudah pelanggaran berat yang sudah tak termaafkan.

Kali ini, Men akan mengadili mereka secara langsung.

***

Di tengah ruangan yang luas ini. cahayanya remang.

Di salah satu sisinya, Ada sebuah meja makan yang besar dan memanjang. Dikelilingi beberapa kursi. Sisanya, area kosong semata.

Di dinding sebelah meja makan ini terdapat sebuah layar raksasa yang menampilkan semacam siaran. Tapi bukan saluran terlevisi biasa. Tapi siaran langsung yang aman milik Departemen Mie, diambil langsung dari TKP dengan Drone.

Tampilan di layar menunjukkan adanya perpecahan kelompok. Dan terlihat jelas ada yang berhasil menguasai keadaan.

"Aku sudah mengambil beberapa orang yang kalian percayai, dan membuat mereka patuh padaku. Aku menyusupkannya di semua markas tersembunyi kalian sekarang." Men memberikan tekanan pada kalimatnya.

"Don Unagi. Ini akhir dari perjalanan kebaikanmu." Men mendekati sosok pria dengan tubuh gempal dan seperti raksasa itu. Tapi jika dibandingkan dengan tubuh Men yang tingginya 2 meter lebih dengan badan atletis, mereka tampak setara.

"Aku tak perlu basa-basi lebih lanjut kan? kau sudah melihat apa yang sudah kami lakukan ke gerombolan utamamu. Sekarang...."

"Prinsipku ada tiga."

"Satu, berikan kesempatan buat terdakwa untuk segera meminta maaf, menyerah dan menarik semua proyek apapun yang dia miliki. Tutup kegiatan sindikat apapun yang mereka miliki. Semua akan dimaafkan, tak ada yang perlu dipenjara. Kami akan terus mengawasi kehidupan kalian dalam beberapa tahun ke depan. Hiduplah dengan damai dan jangan buat kesalahan yang sama."

"..." Don pun hanya terdiam. Ekspresi tidak suka muncul di wajahnya.

"Baiklah,... jika tidak mau, prinsip kedua kaan berjalan. Aku sendiri yang akan berbicara dan memberikan jamuan terbaik yang pernah ada. Aku sendiri yang akan memasak dan menyajikannya untuk terdakwa. Pengadilanku adalah terdakwa harus memakan apa yang kusajikan."

Don terkejut dengan tawaran Men.

"Sekarang, mari, akan kusuguhkan penampilan terhebat yang takkan pernah kau lihat dua kali selama hidupmu."



Men berdiri di tengah ruangan, di area yang masih kosong dan hanya satu titik itu yang diterangi sinar lampu dari langit-langit ruangan.

"Pandragon..."

Dari arah belakang Men. Dari area yang gelap. Muncul sesosok kepala naga, yang kemudian diikuti badannya yang meliuk. Naga ini bukan makhluk hidup. Melainkan sebua robot metalik berwarna hitam dan putih. Peliharaan sekaligus peralatan khusus Men.

"Iron wok."

Pandragon pun memutari Men beberapa kali...lalu tubuhnya seperti terbuka, terpisah, sampai akhirnya menyatu kembali. Badan naga itu kini terekonstruksi menjadi sebuah kitchen set lengkap. Di sinilah Men akan memasak.

Tak butuh waktu lama, Men sudah menyiapkan 5 mangkuk berukuran sedang dan diisi dengan berbagaimacam topping. Keahlian chef tiada tara dari Men membuat Don Unagi terkesima.

Kemudian dia memusatkan pikirannya, mengeluarkan ke-enam tangan laba-labanya.

Perlahan, dia mengeluarkan kemampuan yang dia miliki. Satu persatu, mangkuk demi mangkuk terisi dengan kombinasi pintalan benang mie dari kaki laba-labanya.

Lalu diakhiri dengan penguapan ataupun pemberian kaldu khusus yang sudah dimasak di dalam Pandragon.

Mie pertama bernama Go-men. Berwarna hijau emerald. Berbahan dasar esens sayuran dan tumbuhan terbaik.

Mangkuk kedua berisi Ka-men. Mie berwarna bening, transparan. Tampak segar.

Mangkuk ketiga Ra-men. Warnanya dominan kuning, tapi karena toppingnya melimpah, tampak variatif.

Mangkuk ketiga Ike-men. Mie dengan warna paling menarik, emas, dan wangi dari kaldu ikannya sangat menggoda. Penuh omega 3.

O-men. Mie extra pedas. MERAH MEMBARA.

"Don Unagi. Aku sengaja memberikan pilihan ini untukmu, silahkan, kau boleh memilih mie yang menarik untukmu."

Don Unagi kebingungan. Bagaimana mungkin ada pengadilan seenak ini?

Mie yang mana yang akan dia pilih? Bisakah kalian menebaknya?

***

Tak ada manusia yang mengetahui dalamnya hati manusia lain. Tak ada yang mampu menerka niat seseorang sampai akhirnya orang itu sendiri yang menunjukkan wajah asli dirinya.

Sama seperti kalian yang tidak tahu dan sangat jelas asal menebak apa yang akan dipilih oleh Don Unagi. Kebanyakan orang yang tertipu penampilan ataupun kelihaian bicaranya di lapangan, akan menganggap Don Unagi memang semacam Robin Hood yang membantu orang-orang untuk mampu menikmati mie dalam level yang lebih tinggi.

Mereka tak tahu wajah asli Unagi sebenarnya. Juga apa yang ada di dalam hatinya.

Men berhasil menarik itu.

"Kakekku pernah berkata, tak ada makhluk yang tak makan. Semua makhluk butuh energi. Siapapun itu."

"Jika dia lapar, dan dia mulai melakukan aktivitas makan. Maka wajah aslinya akan terbuka di situ. Cara makannya, jumlah makanan yang masuk, semua akan menjelaskan siapa orang yang  sedang makan itu."

Men mengembalikan Pandragon ke wujud asalnya. Lalu mendekati Don Unagi yang sedang lahap.

"Bagaimana kalau dia sedang kenyang atau katakanlah tidak mau makan?" dia bertanya pada Don unagi yang sama sekali tak memerhatikannya.

"Kakekku bilang. Tak masalah. Karena lapar itu bukan hanya kondisi kosongnya perut. Satu aspek menakjubkan pada makhluk adalah, saat dia mengalami kekosongan jiwa, entah itu harta, kasih sayang, atau kekuasaan, dia akan menjadi rakus dan memakan apa yang dia butuhkan untuk mengisi kekosongan."

"Lapar itu bukan hanya memasukkan makanan ke mulut. Lapar itu adalah suatu bentuk kekosongan diri. Makan adalah soal perpindahan energi. Makan adalah tentang mengisi jiwa."

"Berikan orang tersebut pilihan, dan makanan yang paling dia butuhkan, akan mencerminkan siapa dirinya."

Don Unagi memakan semuanya, sekaligus. Beserta piring-piringnya.

Setiap mie yang disajikan Men memiliki efek. Tapi efek itu rusak dan campur aduk karena cara makan Don Unagi.

Don Unagi adalah kombinasi terburuk dari Greed dan Gluttony. Dia tak berpikir lagi sekarang. Sudah habis dilumatnya semua hidangan dari Men. Dia menjadi monster.

"Ternyata memang itu wujudmu...kalau begitu, aku akan memberitahukan prinsip ketigaku dalam mengadili terdakwa."

"ketiga, jika masih tidak mau menyerah dan berubah mengikuti peraturan. Maka hukuman mati akan menjadi satu-satunya keputusan."

Don Unagi berbalik, dan mendekap Men. Tenaga Don meluap-luap. Matanya memerah. Urat kepalanya membesar seakan mau meledak. Otot tubuhnya membengkak dan membuat bajunya robek.

Men tidak goyah. Kekuatan Don Unagi bukan ancaman baginya.

"Kau sudah menghancurkan dirimu sendiri. Aku tak mau kau mengotori ruangan masak dan makanku."

Men mengarahkan kaki laba-labanya ke Don Unagi. Lalu melilitnya dengan benang Mie terkuat yang dia miliki.

"Semakin kau memberontak. Semakin erat ikatanmu."

Lilitan mie itu sudah menutupi seluruh tubuh Don Unagi.

"Terima kasih sudah menikmati jamuan makanku, selamat tinggal."

Terdengar suara ledakan dari dalam lilitan mie itu. Darah merembes keluar dari sela-selanya.

"Onya, panggilkan tim pembersih. Lalu, bunuh semua anggota sindikat, tanpa terkecuali di semua markas."

Harusnya ini berakhir di sini.

Seharusnya...Onya menjawab perintah Men.

Tapi...

***

5th thread
Ujung jalan

Onya dan pandragon membeku dalam kristal bening. Ruangan berubah menjadi layaknya tampilan angkasa luar.

"Wamenodo Huang." Suara itu bergema.

Men merasa familiar dengan suara itu.

Jangan-jangan..."Dewa?"

Kamian menghampiri Men. Men langsung bersimpuh di hadapan sang Dewa.

"Kau tetap fokus pada tujuanmu dan mampu memberikan kinerja terbaik sebagai koki legendaris sekaligus salah satu penguasa di pemerintahan Ambrossia."

"Karena berkah-MU wahai Kamian Yang Agung."

"Men, sampai tadi, bahkan saat ini, kau sudah berada di dimensi yang berbeda. Kau berada dalam bingkai mimpi. Kenyataan dan mimpimu sudah terdistorsi."

"Maksudnya, Dewa?"

"Aku sedang mengujimu dalam mimpimu sendiri, Wamenodo Huang."

Men kembali mencubit pipinya.

"Sini, AKU bantu."

Salah satu tentakel mie Kamian menyentuh Pipi Men dengan lambat.

Men terhempas ke belakang puluhan meter.

"KOK SAKIT." Ujar Men sambil bangkit kembali.

"...kan tadi sudah dibilang mimpi dan kenyataanmu terdistorsi." Timpal Kamian.

"Yang penting adalah, Kau, masih harus menjalani satu ujian lagi."

"Apa itu wahai Dewa?"

Kamian menggerakkan salah satu sulur Mie-NYA. Lalu muncullah sebuah cermin bening yang sangat besar entah darimana.

Berdirilah di hadapan cermin itu.

Men melihat bayangannya sendiri di cermin itu.

Kemudian, cermin itu sendiri menghilang, sosok bayangan Men tetap di situ.

"Wamenodo Huang.  Dialah lawanmu. Kalahkan."

Tak pakai basa-basi.

Men dan bayangannya melaju dan saling hantam. Pukulan ke perut di balas dengan pukulan ke perut. Tendangan dibalas tendangan.

Setiap trik dan perangkap Man ditiru dengan jelas oleh  bayangannya.

Tak kurang, tak lebih. Hanya saja, alih-alih Seri, Men sedikit tidak beruntung. Men mendapatkan luka. Tapi bayangannya tidak.

Men memutar otaknya.

"Wahai Dewa, aku ingin...kami bertanding memasak. Dengan penilaian, kami harus saling mencicipi masakan lawan."

Hanya itu satu-satunya cara yang terpikir olehnya untuk melawan bayangannya sendiri.

Pandragon dibebaskan dari kungkungan kristal untuk membantu Men. Begitu juga dengan bayangan Men. Dia diberikan satu pandragon yang sama, hanya berbeda warna saja. Merah dan biru.

Di saat ini bukan lagi pertarungan fisik yang terjadi. Tapi mental dan spiritual.

Memasak adalah satu bentuk yang tak dapat diprediksi arah serangan ataupun ide yang akan diwujudkan. Tak ada yang dapat meniru kreativitas dan inovasi seseorang saat masing-masing peribadi berada di sisi dapurnya.

Jikapun bisa membuat sama persis, maka yang menentukan adalah...

Jiwa yang ditorehkan dalam inti masakan dari masing-masing koki.

Benar Dugaan Men. Bayangan tetaplah bayangan. Jiwa sesungguhnya dari Men ada dalam dirinya sendiri.

Saat selesai memasak dan masuk waktunya saling mencicipi.

Men merasakan rasa yang hambar dari masakan bayangannya. Sedangkan bayangannya, saat memakan Mie buatan Men, dia menunduk lalu langsung menghilang.

Tampak jelas siapa pemenang dari Ujian ini.

***

6th thread
Berkah  kekosongan

"Kau bahkan berhasil mengalahkan dirimu sendiri. Kecermatan, kecepatan bahkan kekuatanmu ditopang dengan sangat baik oleh kepercayaan dirimu, tidak ada rasa takut, tak ada keraguan. Juga tak ada belas kasih pada kelemahan."

"Aku tak mau kalah bahkan oleh diriku sendiri." Tegas Men.

"Dengan ini kau berhasil melewati semua ujianmu. Tak ada lagi yang bisa kau dapatkan..."

".....aku..."

"Apa yang kau kehendaki Huang?"

"Dengan semua ini, aku merasa aku kehilangan tujuan dan arahku. Aku tak bisa maju karena sudah tak ada apapun yang bisa kudapatkan lagi. Aku juga tak bisa mundur karena aku tak boleh meninggalkan tanggung jawab dan jabatanku di sini."

"Lalu?"

"Katakan Wahai Kamian Yang Agung. Apa yang harus kulakukan selanjutnya? Bahkan dengan ketidaktahuanku melangkah ini, aku tak bisa merasa takut, aku tak merasakan kebingungan, aku berada di puncak evolusi terbaik yang bisa didapatkan oleh rasku."

"..."

"Aku telah berpikir sampai ujung ideku. Aku juga sudah menjalani mimpi yang engkau berikan ini. Dengan kondisi begini, yang bisa aku kejar adalah posisi sebagai dewa, seperti kalian para penyokong dunia wahai Kamian Yang Agung. Tapi itu tidak mungkin. Aku bukan itu, aku bukan kalian. Dan aku tidak berhasrat untuk itu."

"Namun, jika aku terus menjanalni rutinitas ini, aku tidak merasa seperti makhluk hidup lagi. Apakah aku lebih baik mati? Atau, jika ini memang benar mimpi, bisakah aku tak perlu bangun lagi?"

"Aku akan memberikan jawaban padamu Huang. Keputusan berikutnya ada di tanganmu."

"Aku mendengarkan, Kamian Yang Agung."

"Di balik dimensi ini, ada banyak dimensi lain. Ada ruang-ruang yang tak terbatas oleh waktu."

"salah satunya kini telah terguncang oleh kuasa yang mungkin sama atau lebih besar kekuatannya daripadaku atau sejenisku. Mereka mengutus orang untuk menjemput para makhluk dengan impian besar, atau pemilik kekuatan besar tapi tak memiliki tujuan, sepertimu."

"Tujuannya hanya mereka yang mengetahui. Tapi kau, kau bisa mencari tujuanmu berikutnya di sana, kau bisa menemui hal yang tidak kau temui di sini. Jika kau mau, aku akan merestuimu dengan berkah-Ku agar kau bisa pergi kesana dengan tantangan baru."

"AKU MAU!" Mendengar ada sebuah tantangan baru yang belum pernah dia temui sebelumnya, membuat sesuatu bergejolak dalam diri Men.

"Baiklah, tapi ada satu syarat."

"Apa itu wahai Kamian Yang Agung?"

"Selain tubuh biologismu, semua kreatifitasmu yang sudah mencapai batas, semua kemampuan istimewamu akan kutarik kembali ke diri-KU. Kau akan merasakan kembali kecemasan, kegamangan, lalu karena itu kau akan menemui kesulitan yang besar. Karena yang akan kau temui akan lebih baik atau lebih buruk dari dunia ini tentunya."

"..."

"Jika kau siap, aku akan memberimu apa yang kau mau sekarang."

Men menunduk, menggerakkan kedua tangannya dan melihat keduanya seakan ada sesuatu yang harus dilepas sekaligus mendapatkannya. Apakah semua ini memiliki nilai yang sesuai nantinya? Apakah dia benar-benar akan mendapatkan sesuatu yang baru?

Lalu, Men yang awalnya tak merasakan takut, tiba-tiba bertanya, "Apakah ini akan sangat menyakitkan?"

"Maukah kau membandingkan rasa sakit yang akan dirimu terima saat ini untuk maju ke depan dengan kekacauan pikir yang dirimu keluhkan sedari tadi?"

Men terdiam...tangannya yang meremas perlahan, mulai mengepal. Lalu menarik nafas panjang.

Dia sudah memiliki keputusan.

"Aku siap."

"Baiklah Wamenodo Huang. Menghambalah padaku!"

Men bersimpuh, bermunajat pada Kamian.

"Wamenodo Huang. Kau sudah mencapai apa yang kau anggap puncak, namun kau merasa hilang. Kau mampu memenuhi segala tugas dan mewujudkan banyak hal selama hidupmu, namun kau merasa gamang. Kau yang sedang dirundung kegelisahan, memutuskan untuk menantang. Maka, AKU sebagai Junjunganmu, akan memberikan apa yang kau mau!"

Kamian menyulurkan 5 helai mie dari tubuhnya. Menyentuh Men bahkan menembus tubuh Men! Tapi bukan darah yang keluar, melainkan semacam energi yang memancar menyaluri mie tersebut.

Kamian menarik berkatnya, dengan sangat pelan sekali.

Perasaan yang aneh mulai tersalur pada Men. Ada sesuatu dari dalam tubuhnya yang ditarik keluar dengan sangat berat dan lambat. Rasa sakit perlahan muncul dan menguat. Men yang awalnya mencoba bertahan pun akhirnya berteriak pecah. Suaranya melengking, tak pernah dia sesakit ini sebelumnya.

Yang dirasakan Men bukan hanya sakit pada fisiknya. Teriakan Men adalah sebuah gumpalan rasa kehilangan. Seluruh inspirasi Men buyar. Sekejap dia ingat cara memasak, lalu berikutnya, menghilang. Sekejap dia merasa mendapatkan ide menu baru dan ingin segera mewujudkannya, tapi berikutnya...dia tidak paham apa yang harus dilakukan. Imajinasi dan kenangan dia akan seluruh pengetahuan memasak utamanya, terutama resep, menghilang.

Dikatakan, ide, kreativitas bukan hanya bawaan seseorang. Tapi berkah dari Dewa.

Sekarang Men merasakan sebenar-benarnya rasa saat berkah itu ditarik langsung oleh dewa saat Men masih hidup.

Teriakan rasa sakit itu, bercampur dengan amarah. Marah karena apa yang sudah dia punya tak bisa dia pertahankan, karena dia sendiri merasa tidak mampu berkembang lebih jauh.

Lalu...

Rasa marah itu berubah jadi kesedihan. Sedih karena dia harus kehilangan hal yang dia miliki. Bagaimanapun, resep, kreativitas memasak, adalah bagian hidup –bahkan keseluruhan jiwa dari seorang koki.

Teriakan itu diselingi dengan isak tangis, meminta maaf, menyesal, bahkan meminta sang dewa untuk berhenti menarik berkahnya.

Namun, sederas apapun air mata Men, sebanyak apapun iler yang dihasilkan Men, tak akan mengubah keputusan yang sudah diambilnya sendiri.

Kini Men kembali ke dasar. Hanya sedikit dari ilmu mendasar yang dia miliki. Tak lebih.


***
Epilog

"Eee....jadi sekarang kami ga bisa nyicipin mie dong?" Huban manyun lagi.

Zainurma hanya  melengos. Malas menanggapi Huban.

"Terima kasih Kamian. Semoga sebagai reverier, Men mampu menjalani tugasnya sampai akhir nanti."

"Ya, aku yakin dia bisa. Bawalah dia."

"Aku masih terkejut, ada dewa yang bersusah payah untuk membantu memberikan ujian pada calon reverier supaya kami tidak perlu turun tangan." Takjub Huban.

"Aku hanya tak mau salah satu hamba terbaik-KU dikontrol sesukanya oleh sang kehendak. Sekarang, pergilah. Bereskan kekacauan yang ada. Aku akan mengabari kondisi ini ke Pastafarian."

"Baiklah, terima kasih, Dewa Mie Yang baik." Ujar Nurma Sambil terkikik. Ada juga yang seperti ini, pikirnya.

"Men, ayo." Ajak Nurma.

"Sebentar," sergah Huban.

Dia merogoh tasnya, mengambil sesuatu dari dalamnya. Domba putih, yang sangat fluffy.

"Domba ini untukmu, anggap dia bagian dirimu. Jangan sampai kenapa-kenapa ya." Tegas Huban.

Men, sosok koki yang sedang mencari impian baru. Berjalan menuju Dunia yang tak pernah diketahuinya.

...dikawal oleh dua makhluk aneh dan seekor domba. Salah satunya dari tadi menggandul di tangan Men. Minta dibuatkan Mie.

--

>Cerita selanjutnya : [ROUND 1 - 6F] 15 - WAMENODO HUANG | PEMIEMPIN ADIL 

24 komentar:

  1. salah satu dengan entri dengan arah berbeda.

    saya kurang mudeng dengan paragraf ini,

    "... aku langsung lapar." Ujar Zainurma. Jenggot putihnya berkibar.
    "Samaaa, aku juga lapaar~ pasta, ramen, udon, aku mau mie~" kepala bantalnya masih tetap ungu, seperti kena blau.

    ini zainurma atau hewanurma, atau zainurma nyamar jadi hewanurma?

    interaksi antar karakternya juga lumayan solid. hanya saja proses narasinya aja kok lumayan "encer" ... dominan dialog mksudnya. terus juga adegannya aksinya juga kurang tergambarkan buat saya. pacenya sendiri agak terlalu cepat.

    saya harap di r1, Men bs memasak lagi dengan lebih baik lagi sehingga mampu membuat para penyicip "bisa terhanyut" dalam cerita selanjutnya.

    7

    Axel Elbaniac

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asli lupa. Hahahah
      Kecampur ingatannya sama bor v.

      Thanks sudah mampir!

      Hapus
  2. Pas liat gambaran utopia dia awal, berasa denger suara hati penulis sendiri

    Mungkin baru ini entri yang munculin entitas level tinggi lain yang ngirim oc buat jadi perwakilan di acara tanding antar dimensi. Selain Wamenodo Huang, kayaknya cuma Ganzo Rashura yang saya inget punya 'dewa' di baliknya. Saya juga sebenernya nyimpen satu sub-oc serupa gini sih, cuma belum dikeluarin

    Buat entrinya sendiri, saya bingung mau ngomentarin apa. Rasanya terlalu cepet dan lumayan bernada ngedikte pembaca - sesuatu yang orang bilang mereka temuin juga di entri saya. Bunuh Don Unagi gitu aja, dan lawan bayangannya juga berasa tanpa tantangan, bikin ceritanya jadi kurang ninggalin kesan buat saya

    Satu lagi kritikan saya, penulis rasanya sering bikin dialog yang tanpa dijeda. Saya pikir aturannya kalo udah ganti paragraf atau beda tanda kutip, berarti pembicaranya udah lain orang. Di sini keliatannya malah diterusin, dan terkadang saya jadi mikir mungkin baiknya diselipin kalimat penghubung atau semacemnya di antara dialog" itu

    Nilai 7

    BalasHapus
    Balasan
    1. -soal Don Unagi dan Battle lawan bayangan.

      Awalnya malah lebih ribet dari ini, tapi bingung untuk narasi dan bikin alur kompleksnya. Karena pengen padu padankan antara uphold the law dan manipulate.

      Dan yang ini udah gubahan yang ketiga kalinya.
      Tapi ternyata malah jadi ga ada waktu buat bikin battle yg lebih apik.

      Khususnya bayangin battlenya shadow itu mix dari game Genji -Ps2(pas lawan bayangan sendiri) dan pas Liu Mao tsing lawan si topeng keji (master cooking boy). Tapi gagal kayaknya ya. Hahahah

      -untuk dialog
      Nah, yang ini aye pernah baca beberapa novel, yang dialognya dari 1 orang, terputus jadi beberapa paragraf, tanpa jeda narasi/keterangan subjek.

      Aye kira yang gitu bisa diterima...tapi ternyata ganggu pembaca ya...
      Berarti style begini harus dibatasi jadi dua paragraf aja kali ye...


      Note:
      Sebenarnya ada alasan juga kenapa don unagi ga ngomong, kenapa gambaran battlenya begitu, dan lainnya.
      Tapi gagal juga kayaknya naruh hal2 simbolik begitu wkwk

      Thanks udah review!

      Hapus
  3. K: udon, sanuki udon, kitsune udon, kakiage udon, torotoro udon, misonikomi udon, tantan men, kishi men, ra-men, kare-udon, soba, yakisoba...
    C: sebut aja tuh smua nama mie. ah tp gua lbih suka unagidon. kalo gak gtu unagisushi. ah hitsumabushi paling enak. makan berkali2 pun nggak bkal bosen. duh jd pengen hitsumabushi

    Z: kok ini malah pda ngomongin makanan? ya udah gua ambil alih. td awalnnya gua kira men lg di kastil berjalannya Howl, ternyata pintunya doraemon.
    C: lu ndiri malah ngomongin pintu sama kastil
    Z: blm slsai thor! ok. lanjut! di sini dialognya panjang2 bnget ya? jd bg gua itu serasa narasi yg dijadiin dialog apalagi kdang beberapa dialog tp cuma didominasi satu orang aja. ibarat itu dia lg ceramah dan lawan bcrnya harus dngerin dg baik.
    K: iya aku stuju bgian itu. dan krn itu pas bgian bttle jd kurang seru
    Z: kalo emang jd in masak sbg fokus konflik n bttle harusnya digambarin dg dskripsi yang menggugah selera dan menunjukkan suasana panas saat proses masak. slipin ketegangan di tiap adegan supaya pembaca ikutan deg2n
    C: kaya nonton master chef dtik2 trakir atau nunggu komen dr juri gtu ya?
    Z: 100 buat author

    C: wah tp ini di alam mimpi si men bs jd divisi konsumsi yah. kan bertarung juga butuh makan. hihihi
    Z: udah deh thor. jangan dipanjangin lg! langsung aku tutup aja dg 7

    BalasHapus
  4. Live Learn and Love, and so let's the journey begin ..

    Entri yang cukup menarik, alur yang cukup rapi dengan penceritaan yang gampang dimengerti, biarpun masih agak kurang sreg dengan masuknya kalimat meme/populer real life dalam cerita. Demi Dwwa !


    Cuma penasaran sampai sejauh manakah keahlian Men diambil oleh Kamian. apa termasuk skill dasar seperti memegang pisau? Apapun itu Men benar benar sudah mendapatkan Handicap yang luar biasa bahkan sebelum Turnamen di luar. Akan menarik melihat perjalanan Men selama turnamen dalam menemukan jati dirinya kembali ...

    7/10

    BalasHapus
  5. ... *seka iler*
    (sabar nak. bedug magrib masih lama) #abaikan

    Please.. ane sempet ngakak pas bagian "demi dewa" karena inget sinetron india langganan mama
    Trus istilah "Anak Mamie" juga. Haduh, finggang ane ngorbit(?)

    Adah, kasian Ratu Huban ga dapet mie buatan Men.
    Oh tar.. sekarang ane penasaran gimana cara kepala bantal makan

    Tapi agak kecewa pas adegan battle masak. Terlalu singkat
    Padahal ngarep battlenya macam cooking master boy #eh

    ----------------
    Rate = 7
    Ru Ashiata (N.V)

    BalasHapus
  6. semua sudah dikomentari.

    Biarkan saya membahasnya:
    Dedikasi solid.
    Reinkarnasinya dipaksakan,
    Eh bkan dipaksakan.

    Inilah Utopia yang diharapkan si botak superhero sekali tonjok.
    Karena kelewat imba jadi bosen.
    Kalau Wamenodo Huang, udah pinter masak, galau mau bikin apa.

    Ada similiarity ama CMB (Cooking Master Boy)
    yang membedakan, CMB malah merasa dia butuh ilmu, masih merasa kurang
    kalau ini merasa sudah segalanya, jadi pengen restart.

    Kelewat cepat bawaan ceritanya. Tau2 udah eksekusi, tau2 udah beku.
    Tapi tergambar dengan jelas kok.

    Zainurma jadi lenjeh seriusssssss~
    Kukira Wamenodo bakal jadi orang skeptis bin nihilist, karena kekuatan Mie dia.
    Ternyata, masih religius lah.

    Saya kenyang jadinya
    8

    BalasHapus
  7. akhirnya kelar baca ini dari hape. Saya seneng pas dari awal diceritain kalau mimpi si huang ini dibilang mimpi yang ceria, karena memang ngomongin impian huang dari sejak dia kecil, kemudian mulai transisi dari masa2 ceria ke bagian serius, bahkan akhirnya disuguhin politik makanan (horysheet dunia makanan ternyata ada politiknya :o)

    konfliknya tersaji rapih dimana kita gak langsung disuguhkan ke battle, disini benar2 ada alasan kenapa bisa sampai berantem bahkan sampai adu skill masak, cuma rasanya spotlight Onya dikit banget jadi agak kecewa wkwkwk btw itu mie apaan bisa sampai ngancurin tubuh orang, keren amat dah (y)

    saya kasih nilai 8 karena bikin saya lapar

    BalasHapus
  8. Mi bukan pasta, jadi itu tepatnya deity Mifarian bukan Pastafarian.

    Well anyway, konsep karakternya lumayan menarik, pendekar pembuat mie. Pas adegan orang ngerasain minya juga ga ada yang orgasme lebhay kaya di manga-manga seinen (tapi kalo yang mbucat juga nggak ada si). Protag mulai sebagai kesempurnaan dan kembali ke ketidaksempurnaan ya... konsepnya bagus juga sih. Boleh dilihat sajalah bagaimana perkembangannya.

    7/10
    Nazhme Kaikhaz
    Writer Nightpen

    BalasHapus
  9. Serilda: Mirip Arachne, tapi laki-laki dan pekerjaannya koki, bukan penenun.
    Me: Terus, pendapatmu gimana?
    Serilda: Kekuatannya belum keluar semua. Nanti kalau bertemu aku baru mau berpendapat soal dia.
    Me: Oke. Jadi aku yang review. Jujur saja hyperlink di bagian awal agak mengganggu karena secara teknis pembaca bisa lihat di katalog soal Alam Mimpi, Museum Semesta, dan OC-OC panitia. Typo lebih dari 5 juga mengurangi nilai. Alurnya agak terlalu cepat dan kalau bisa tolong dibuat lebih greget adegan battle-nya.

    Nilai: 7

    SERILDA ARTEMIA

    BalasHapus
  10. Link-link di atas sepertinya ditujukan untuk para pembaca non-peserta ya? sempet kepikiran, tapi males ngunjungin page-pagenya lagi. /plak

    Openingnya berasa bang dhiko banget yang nuturin narasi. Banyak repetisi... sugesti?

    Nampaknya belakangan sejak FBC (Si Cata) makin banyak unsur pun yang masuk entri bang dhiko. Uniknya wamenodo adalah pun di kemampuannya. Pas battle lumayan bikin lapar.

    Nopendragon?

    Ini salah satu entri yang negosiasi Zainurma sama penghuni asli realmnya lancar. Lucifer di entri Ru Ashiata salah satunya. Jadi udah jelas si wamenodo bakalan dibawa ke alam mimpi. Juga mirip di latar 'pertarungan mafia'-nya.

    "When I grow up, I want to be nothing at all." Pas baca respon Men untuk si kakek, saya malah inget lirik lagu MCR ini.

    Suka penggambaran pertemuan wamenodo dengan dewa mie. Juga gimana makanan nggak cuma ngisi lapar perut tapi juga lapar jiwa. Nampaknya porsi battle cukup tersita dan terbayar pake adegan ketemu Kamian. Andai porsi battle lebih banyak, saya mungkin bisa lebih lapar lagi. Sehingga.

    8/10

    PUCUNG

    BalasHapus
  11. kesan pertama saya, rapi.
    Saat baca narasi yang ringan saya bisa kebawa ngalir tapi ternyata plot yang dibawa lumayan berat juga. Unexpected. Ada negosiasi antara Zainurma dan dewa dalam realm aslinya, jadi agak kaget aja. Tapi jujur aja saya suka dewanya.

    Kenapa saya jadi kepikiran gambar spageti yang menggantikan Tuhan di lukisan adam meraih langit itu ya?

    Nilai : 9/10
    William Amadeus Anderson

    BalasHapus
  12. Oke, untuk entrinya bang Dhiko ini...

    Gila, filosofis banget. Temanya makanan, tapi sampai ke kekosongan jiwa juga. Hahaha.

    Saya terhibur juga baca cerita ini. Sayangnya buat saya yang penggemar action, saya kurang mendapatkan aksi yang wah dalam entrinya Wamenodo ini. Saya kira bakal seheboh Toriko begitu, tapi masih kurang heboh bang.

    Tapi Konfliknya sendiri sudah mantep. Dan saya ketawa sendiri pas ada salah deskripsi antara Hewanurma dan Zainurma.

    Jadi saya titip 9 deh buat Men. Soalnya saya mendadak jadi merenung sendiri pas baca entrinya.

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut

    BalasHapus
  13. Miempi
    vvah keren nih, entri yang ngirimnya h - beberapa menit xD
    kerennya... tulisannya rapi banget ga kek punyaku.
    oke
    alignment chalange check
    gaya bertarung... (ini memang prefer bertarung psikis kan ya?) check kurasa

    Men mimpi dan ditandai zainurma dan huban. bangun bangun sudah di bingkai mimpi. skip dia mengadili penjahat. pertama dengan berkenalan melalui mie. lanjut hand to hand combat... yang sangat singkat. lanjut lavvan image yang juga CQC nya ga seberapa intens. eh.. emang ga intens sih. lalu muncullah kura-kura singa untuk mengambil pengendaliannya //salahfandomlu

    1. banyak yang bisa dilakukan dengan kaki laba labanya tetapi tidak ditunjukkan ke pembaca. keren sih sebenernya. salahku juga belum baca charsheet. intinya kurang tang ting slash zraaasshh gitu, tiba tiba udah di-fataliti pake jaring
    2. dari bab ke bab jujur masih abu abu sama latarnya. narasinya bagus, tapi kurang deskripsi ke latarnya kali ya? kayak ruangan perdana mentri, trus yg vvaktu di avval mimpi

    selebihnya bagus
    btvv jadi kebayang mortal kombat... tapi ga ada gore gorenya
    so -2 poin yang artinya 8/10
    maaf kalau ada kata kata yang kurang pas

    OC: Zia Maysa

    BalasHapus
  14. Jadi, Kamian itu Flying Spaghetti Monster? Pastafarian? Tapi disini jadi entitas setingkat dewa, Wow ._.

    Kalau saya sih ga ada masalah dengan gaya penulis yang: walau beda paragraf namun yang ngomong masih orang yang sama. Selagi itu enak diikutin, kenapa engga?

    Saya sendiri suka dengan karakterisasi Men yang ngga cuma jago memasak, tapi jago juga tentang filosofi makanan yang dibuatnya. Tapi agak gimana gitu kalau saya membayangkan diri saya yang memakan mie buatan Men karena mie nya sendiri keluar dari tubuhnya, haha.

    Saya sejauh ini sebenarnya enjoy baca tapi agak terganggu dengan narasinya yang cepat sekali. Tiba-tiba saja Men melakukan ini, melakukan itu. Kaya kata Mas Sam, seperti didikte.

    Apalagi pada saat Men memasak, kok tiba-tiba udah jadi gitu aja. Karena memang ini tokoh yang pintar memasak, jadi saya mengharapkan bagian memasak itu bisa dijelaskan dengan rinci, supaya cap pintar memasaknya benar-benar tersematkan pada diri Men. Atau, setidaknya diberi beberapa penjelasan singkat.

    Sebenarnya battle dengan bayangannya sendiri dengan cara memasak itu sebuah langkah bagus. Namun, sekali lagi, dijelaskan dengan amat cepat jadi kesan yang seharusnya menjadi battle yang seru, seketika terasa agak hambar karena tiba-tiba berakhir begitu aja.

    Nilai 7

    OC: Alexine E. Reylynn

    BalasHapus
  15. salah satu entri yang unik dengan battle memasak mie.

    saya lumayan terkesan dengan entrynya. cuma poin kehilangan inspirasinya itu miss banget. kenapa kehilangan inspirasinya saat diambil sama Dewa Mie? kenapa nggak saat lawan masak dengan bayangannya sendiri? semisal lupa memberi bumbu apa aja atau perlahan lupa cara membentuk mie dengan baik. kalo kaya gitu rasanya lebih menegangkan daripada yang disajikan di entry.

    well, nilai dari saya 7. semoga sukses..

    Dwi Hendra
    OC : Nano Reinfield

    BalasHapus
  16. Demi Dewa, semoga besok kami sekeluarga bersahur dan berbuka dengan Mie.

    Halo om Dhiko ini Manya mau ngisi kuota komentar, Assalamie-- ..

    Assalamualaikum..

    Banyak uncle joke yang bikin saya ngikik sendiri. Dan pemakaian hyperlink itu saya salut, seenggaknya infodump jadi ditekan lah.

    Dari cerita sih, gak saya permasalahkan ya. Bulan puasa bikin entri ini jadi dapet nilai plus (bagi saya, hue).

    Saya beri 8 ya!

    -bukan Alpacapone

    BalasHapus
  17. Entah kenapa ... saya nggak ngerasa Men ini evil, malah kayak neutral--atau cuma perasaan? Tapi nggak mengubah apa pun sih.

    Ini unik, entran koki yg bawa dewanya sendiri. Sifatnya juga kepala dingin, jadi keren karakternya (kalau dibandingkan punya sendiri yg hot-headed, wkwkwk). Tapi agak disayangkan ya, pembawaan prelimnya kesannya "begitu aja". Maksudnya si Men ini menghadapi aral rintang tanpa kesulitan yg berarti. Udah gitu yah, tersajinya dengan gitu aja. Sehingga kurang kesan.

    Jadi saya titip 7

    -Sheraga Asher

    BalasHapus
  18. Jadi laper lagi meskipun udah makan banyak tadi *usap iler...

    Eem entri ini ceritanya rapih sih, narasinya ngalir dan penuh filosofi meskipun hanya sekedar masak mie tapi ya setelah baca entri ini, saya gak dapet feel apa aja. Malah lebih ke kesan "yah gitu aj?" kurang ninggalin bekas, meskipun harusnya bisa bikin nangis pas baca bagian kemampuannya diambil lagi sama dewa mie.
    Nilai ; 7
    Mahapatih Seno.

    BalasHapus
  19. Dunia makanan ternyata penuh dg intrik politik dan kekuasaan...

    :')

    Ceritanya menarik sampai baca tanpa skip. Link-link juga memudahkan pembaca non peserta untuk memahami bagaimana jalan cerita BoR ini. Di bagian battle, rasanya ada yg kurang. Kurang greget. Saya bayangin komik Yakitate Japan waktu baca ini, dan saya sukaaaaaa <3

    Babak selanjutnya Men masak mie lagi ya? Mau dong dimasakin....

    Nilai 8
    Merald

    BalasHapus
  20. Filosopis!
    Pesan moralnya tersampaikan. Untuk narasinya sih ngga ada kritik. Suka interaksi semua pemeran. Zainurma, Huban sama Kamian terutama.

    Kurangnya di pertarungan Men vs dirinya. Terlalu singkat. Tense yang dibangun seperti hilang karena penyelesaiannya kurang greget(?)

    Tapi saya enjoy (dan jadi lapar) bacanya :D
    Jadi nilai 8 untuk Men dan impiannya untuk membahagiakan semua orang dengan mie buatannya.
    ---
    Marietta Sullivan

    BalasHapus
  21. Absen aja, saya udah baca entry ini sebagai referensinya Men...

    Ada bagian2 yang kalau dibaca ada nilai filosofisnya, which is, menjadi bahan yang bagus buat saya menulis Men nantinya

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.