Sabtu, 04 Juni 2016

[PRELIM] 37 - REVAND ARSEND | I AM A KING

oleh : Newbie Draft

--

"I AM A KING"

Megah, tertinggi dan indah. Itu adalah gambaran kekaguman orang-orang kepada salah satu gunung terbesar di Adgrarth, Gunung Atir. Di kaki gunung tersebut terdapat sebuah kota berteknologi canggih yang sangat besar bernama Atir. Sejauh mata memandang kalian akan melihat banyak sekali anak kecil berkeliaran dan berjualan di tempat itu. Tapi kalian tidak boleh salah, mereka adalah salah satu ras terpintar bernama Cegar.

Ras Cegar memiliki intelegensi yang tinggi serta keterampilan dalam membuat segala sesuatu. Atir adalah kota netral sehingga kalian bisa melihat banyak sekali ras yang berlalu lalang di jalan. Di kota itu pertarungan antar ras sangat terlarang dan apabila itu terjadi maka bersiaplah dipenjara atau di deportasi dari kota.

Tapi kali ini kita tidak akan menceritakan tentang kehidupan kota tersebut, tapi kita akan menceritakan kehidupan seorang pemuda ras campuran antara Cegar dan Prines yang disebuat Prinessa. Pemuda itu tinggal di sebuah rumah kayu di sisi gunung Atir dekat dengan Danau peri. Pemuda itu bernama Revand Arsend.

Revand Arsend memiliki wajah yang tampan serta postur tubuh yang tinggi dan gagah karena genetik dari ayahnya yang seorang ras Prines. Selain tampan dan tinggi Revand juga mewarisi kepintaran dari ibunya yang seorang ras Cegar. Para wanita akan terpesona saat melihatnya, bagaimana tidak rambut putih yang berkilauan terkena cahaya matahari, mata yang bersinar kuning keemasan dan kulit putih yang bercahaya.

Secara keseluruhan Revand adalah pria idaman para wanita, tapi entah kenapa Revand selalu menolak setiap ada wanita yang mendekatinya. Mungkin kalian semua akan berpikir bahwa Revand mungkin menyukai sesama jenis. Ha..ha..ha..ha kalian salah besar, Revand sebenarnya sudah menyukai seorang gadis prines dari akademi sihir di kota Atir. Revand dan sang gadis sudah berhubungan cukup lama dan saat Revand akan melamarnya sang gadis menghilang secara misterius.

Revand sudah bertanya kesana kemari tentang kekasih hatinya itu namun hasilnya nihil. Setiap alasan yang Revand terima terasa ganjil karena Revand tahu mereka semua menyembunyikan sesuatu. Revand memiliki kemampuan membaca pikiran orang-orang dengan menatap matanya langsung dan setiap informasi yang dia dapatkan dia kumpulkan. Semua informasi merujuk ke sebuah tempat rahasia di setiap akademi sihir di Adgrarth. 

Bukanlah sebuah rahasia umum bahwa setiap akademi pastilah memiliki sebuah rahasia yang ditutup rapat-rapat. Hanya para grandmagnus-lah yang dapat mengakses rahasia tersebut dan untuk menjadi seorang grandmagnus tidaklah mudah. Revand pernah mencoba mendaftarkan dirinya di sebuah akademi sihir di kota Atir dan berakhir dengan penolakan. Dengan berbagai alasan mereka menolak Revand mulai dari status ras, kemampuan Revand sebagai peniru, energi mana yang tidak terbatas dan lain sebagainya.

Sudah satu tahun berlalu sejak sang kekasih menghilang dan Revand belum mendapatkan pentunjuk yang berarti. Hingga pada suatu hari saat Revand sedang menjual hasil ladangnya ke pusat kota Revand tidak sengaja mendengarkan percakapan dari dua orang petualang manusia.

"Apa kau sudah dengar tentang hilangnya cucu dari profesor ternama di kota ini?" kata petualang pertama.

"Tentu saja, kalau tidak salah sekitar satu tahun yang lalu kan?" jawab si petualang kedua.

"Ya, dan lihat. Aku mendapatkan sebuah petunjuk," jawab petualang pertama seraya menunjukan sebuah kertas kumal kepada si petualang kedua.

"Ini kan… sebaiknya kita berbicara di tempat lain," kata si petualang kedua sambil melirik ke arah Revand.

Sebuah kesalahan untuk si petualang kedua, dengan manatap langsung mata Revand maka Revand mendapatkan informasi yang baru saja di dapat dari si petualang pertama dan juga informasi lainnya yang dimiliki petualang kedua. Tanpa disadari oleh para petualang itu bahwa informasi miliknya sudah diketahui Revand mereka segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Sebuah petunjuk," kata Revand dalam hati.

                        Revand segera menulis segala sesuatu yang dia dapatkan pada Tab komputer yang selalu dibawanya.

"Battle of Realms," katanya setengah berbisik.

Keesokkan harinya.

Pagi-pagi sekali Revand segera bergegas pergi menuju perpustakaan di kota Atir untuk mencari petunjuk tentang Battle of Realms. Perpustakaan Atir buka sepanjang hari dan banyak sekali orang yang keluar masuk perpustakaan. Pintu masuk perpustakaan di jaga oleh dua mahkluk bertubuh api melayang-layang. Mereka adalah Ras Elemental Spirit sehingga Revand tidak dapat membaca pikirannya. Mereka buka ras yang memiliki tubuh biologis sehingga bisa dikatakan mereka bukanlah mahkluk hidup.

Para penjaga itu melihat ke arah Revand dan lalu menyapanya. Mereka bercengkrama sebentar lalu Revand segera masuk ke perpustakaan. Suasana di perpustakaan sangat tenang dan teratur. Semua petugas perpustakaan berasal dari Ras Elemental Spirit. Revand tidak ingin membuang waktu dan segera menuju petugas perpustakaan yang berupa spirit angin. Angin sejuk menerpa wajahnya saat Revand mendekati si petugas.

"Permisi," sapa Revand sopan.

"Ya, ada yang bisa aku bantu?" jawabnya sekaligus bertanya kembali.

"Eemm… aku mencari informasi tentang Battle of Realms," jawab Revand.

Si petugas segera memeriksa layar hologram di hadapannya dan memasukan kata kunci untuk mempermudah pencariannya.

"Oh, kau bisa pergi ke sektor C," katanya.

"Baiklah, terima kasih," balas Revand kembali.

"Sama-sama," balas si petugas.

Revand dengan semangat bergegas menuju sektor C. Di sektor itu banyak sekali buku-buku tua, perkamen-perkamen dan beberapa informasi digital. Revand menuju seorang Elemental Spirit tanah yang berwujud Golem yang sedang duduk sambil membaca sebuah perkamen tua.

"Permisi," Revan menyapa si Golem.

Golem itu menoleh lalu bertanya "Ada yang bisa kubantu?"

"Ya, aku sedang mencari informasi tentang Battle of Realms," jawab Revand.

"Oh, lagi-lagi tentang itu," kata si Golem.

Revand yang mendengar hal itu langsung bertanya "Apa sebelumnya pernah ada yang bertanya tentang Battle of Realms ini?"

"Ya, kemarin ada sekitar 8 sampai 10 orang yang meminta informasi itu padaku," Jawabnya.

"Wow, lumayan banyak ya. Emmm... kalau boleh tahi apa yang mereka tanyakan?" tanya Revand.

"Ya, macam-macam, mulai dari apa itu Battle of Realms, siapa penciptanya, apa tujuannya dan bla...bla...bla...bla. Banyak sekali pertanyaan sampai aku pusing," jawabnya sambil menghela napasnya yang berat.

Mendengar keluhan dari si Golem, rasa ingin tahu Revand langsung surut. Kalau misalnya dia bertanya lagi mungkin bisa-bisa dia di hajar si Golem. Jadi Revand mengurungkan niatnya untuk mewawancarai si Golem.

"Oh ya, apa kau punya buku atau catatan tentang Battle of Realms ini?" tanya Revand sedikit waspada. Takut-takut dia akan marah saat menanyakan hal tersebut.

Tiba-tiba Golem itu bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju sebuah lemari yang berdebu. Tidak lama sang Golem kembali sambil membawa sebuah buku tebal. Kemudian Golem itu menyerakan buku tebal tersebut kepada Revand.

"Ini, semua tentang Battle of Realms tertulis dibuku ini, mulai dari terciptanya sampai siapa yang mengikutinya," kata sang Golem.

"Terima kasih," balas Revand.

Revand hendak pergi tapi tiba-tiba tangan sang Golem menyentuh bahunya.

"Aku lupa, buku itu tidak boleh dibawa pulang," katanya.

"Eh…"

Karena buku itu tidak boleh dibawa pulang mau tidak mau Revand membacanya di perpustakaan. Sebenarnya Revand merasa aneh dengan perpustkaan ini, walaupun di kota Atir teknologi sudah serba digital tapi perpustakaan ini masih menyimpan buku-buku tua dan perkamen tua. Revand membawa buku itu ke meja dan mulai membacanya.

Menurut buku itu Battle of Realms adalah sebuah kompetisi antar semesta yang mana setiap pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah yang bisa merubah hidupnya. Battle of Realms sudah lima kali terjadi dan sekarang sedang berlangsung Battle of Realms yang ke enam.

"Battle of Realms yang ke enam?" Revand bergumam.

Revand semakin tertarik membaca buku itu dan menulis beberapa hal penting dari buku tersebut ke tab miliknya. Di buku Revand melihat beberapa logo dan simbol-simbol yang aneh pada setiap bab-nya. Saat dirinya mulai membaca Bab ke-6 disana ada sebuah tulisan yang menarik baginya.

"Raihlah mimpimu melalui kompetisi ini" ya kira-kira begitulah maksud dari tulisan tersebut.

"Andaikan saja aku bisa ikut kompetisi ini," kata Revand secara tidak sadar.

Setelah kata-kata itu keluar dari mulutnya, tiba-tiba buku itu bercahaya terang sampai-sampai Revand harus menutup matanya dan Revand mendengar seseorang berbicara.

"Alam mimpi…. Reveriers…. Maha karya."

Berangsur cahaya terang itu meredup dan hilang. Revand langsung menengadah dan mencari sumber suara tersebut, tapi suara itu sudah hilang. Revand melihat jam besar yang menempel di dinding perpustakaan, jam sudah menunjukan pukul 8 malam. Revand segera menutup buku tersebut lalu menyerahkanya kepada Golem.

"Besok, aku akan kembali lagi," kata Revand.

"Ya, silahkan," balasnya singkat.

Revandpun meninggalkan sektor C dan berjalan menuju pintu keluar perpustakaan. Revand sangat terkejut saat dirinya keluar dari perpustakaan. Di depan perpustakaan berbaris pasukan kekaisaran Atir dan pasukan kerajaan Asloeville.

Komandan pasukan langsung berteriak saat melihat Revand keluar dari perpustakaan "Hormat kepada yang mulia Revand!"

Serempak semua pasukan segera berlutut memberi hormat kepada Revand. Revand menjadi bingung, lalu melihat ke depan yang membuatnya lebih terkejut. Di depan sana istana kerajaan Asloeville berdiri dengan megah.

"Sejak kapan istana kerajaan Asloeville berada di dekat Atir?" katanya dalam hati.

Masih dalam keadaan yang bingung Revand melihat sekitarnya dan matanya terpaku pada seorang wanita cantik berambut emas yang sedang duduk di pinggir pancuran pusat kota. Wanita itu sedang bersenda gurau dengan anak-anak kecil.

"Vina," ucapnya lirih.

Revand segera berjalan cepat menuju wanita cantik yang masih asik bersenda gurau dengan anak-anak.

"Vina," panggilnya.

Wanita itu menoleh kearah Revand lalu tesenyum manis. Tapi Revand segera berlutut dan memeluknya erat. Air mata kebahagian keluar dari kedua matanya yang berwarna kuning emas.

"Eeemm… sayang kenapa tiba-tiba?" tanya Vina.

Revand melepaskan pelukannya dan menatap dalam mata Vina.

"Apa yang terjadi denganmu sayang? Apa kau sakit?"

Revand mendengar suara Vina dalam pikirannya.

"Dia memanggilku sayang?" gumamnya.

"Kenapa? Sepertinya kamu terlihat bingung sekali," Vina khawatir.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa disini?" tanya Revand.

"Maksudmu? Bukankah kau yang membawaku kemari?" jawabnya.

Jawaban Vina semakin membuatnya bingung. Dan kebingungan Revand membuat Vina semakin khawatir.

"Oh, mungkin aku sudah lelah, sebaiknya kita pulang," kata Revand berkata dengan bingung dan mencoba mengenali situasi yang sedang terjadi pada dirinya.

Tidak lama kemudian sebuah kereta emas melayang datang kehadapan Revand dan Vina. Seorang pria berpakaian pelayan segera keluar dari kereta tersebut dan membukakan pintu kereta.

"Silahkan yang mulia," katanya sopan.

Revand dengan ragu masuk ke kereta diikuti oleh Vina. Kemudian sang pelayan menutup pintu kereta. Keretapun melaju cepat menuju istana kerajaan Asloeville. Selama di perjalanan Vina memperhatikan Revand yang tampaknya sedang memikirkan sesuatu.

"Sayang, apa kau sakit?" tanyanya khawatir.

Revand melihat kearah Vina mencoba membaca pikiran Vina lewat matanya. Berbagai informasi masuk ke dalam kepalanya dan mendapatkan berbagai kejadian yang bertolak belakang dengan apa yang dia alami sebelumnya. Dalam ingatan Vina, Revand dapat melihat dirinya melamar Vina di air mancur di pusat kota Atir. Lalu ingatan saat dirinya menerima pengakuan resmi sebagai seorang grandmagnus dari kerajaan Asloeville.

Kemudian dia juga melihat dirinya dan Vina bertempur melindungi kerjaan dari serangan para pasukan mayat hidup yang dipimpin oleh seorang grandmagnus bernama Orama. Kemudian Revand diangkat menjadi raja di kerajaan Asloeville atas perintah raja sebelumnya karena putranya meninggal dalam pertempuran.

"Sayang…"

"Sayang… kenapa kau melamun? Apa ada yang kau pikirkan?" tanya Vina.

Panggilan itu membuyarkan ingatan Vina yang baru saja masuk ke dalam pikirannya.

"Ah, tidak. Aku hanya mengingat saat-saat aku melamarmu," jawab Revand menutupi kebingungannya.

Saat tiba di istana Revand disambut oleh para pasukan kerjaan dan para pelayan kerajaan. Kemudian melakukan makan malam lalu masuk ke kamar. Kamarnya sangat besar, megah, indah dan nyaman. Revand berjalan menuju jendela kamarnya dan melihat lautan bintang di langit yang berkelap kelip. Revand masih bingung dengan apa yang baru saja menimpanya, dia melihat kerajaan-kerajaan yang seharusnya jauh kini menjadi dekat. Selain itu dia juga tidak melihat rumahnya yang berada di tepi danau.

Pintu kamar terbuka dan Vina masuk dengan mengenakan gaun tidur yang tipis. Penampilan Vina membuat jantung Revand berdekup kencang dan tidak dapat mengalihkan pandangannya.

"Sayang…" panggilnya.

Panggilan itu menyadarkan Revand. Vina berjalan mendekat lalu tangan lembutnya menyentuh pipi Revand. Aroma wangi tercium saat Vina mendekatinya membuat jantungnya semakin berdetak tidak karuan.

"Apa yang terjadi? Semenjak kau keluar dari perpustakaan itu sikapmu menjadi aneh," katanya.

"Emmm, entahlah tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh," balas Revand mencoba mengungkapkan isi kepalanya.

"Aneh? Apa maksudmu akan terjadi sesuatu?" tanya Vina.

"Bukan, itu…" perkataan Revand terputus, "maksudku… aduh aku sulit menjelaskannya," kata Revan kemudian.

"Mungkin kau lelah, sebaiknya kau segera tidur," kata Vina.

"Ya, mungkin."

Revand segera menuju tempat tidur dan membaringkan dirinya di kasur yang nyaman tersebut. Vina berbaring disebelahnya lalu mengangkat tangannya. Sebuah cincin emas tersemat di jari manisnya dengan ukiran nama Revan dan dirinya menyala seperti bara api.

"Kau ingat saat kau melamarku dengan cincin ini, kau berjuang keras untuk membuatnya dengan sihir molekul yang kau tiru dari seorang grandmagnus Orama," kata Vina.

"Ya aku ingat, tapi kemampuan itu sudah hilang," kata Revand mencoba menelaah informasi ingatan yang dia dapat dari Vina.

Bercengkrama sedikit dengan Vina membuat Revand merasa nyaman dan berlahan melupakan rasa bingung yang menghinggapinya. Revand menatap dalam mata Vina dan hanya puisi-puisi indah yang ada dapat dibaca dari pikiran Vina. Revand memeluknya membuat mereka berdua semakin dekat. Revand melampiaskan rasa rindu pada Vina yang sudah tidak terbendung lagi.

Keesokan harinya Revand bangun dengan kondisi yang segar dan bugar. Dengan informasi yang dia dapat dari ingatan Vina, Revand mencoba melakukan rutinitas hariannya sebagai seorang Raja. Mengontrol pendapatan kerajaan, pajak, keamanan, kesehatan, kesejahteraan penduduk, dan tugas-tugas raja lainnya.

Kehidupan yang sempurna menurut Revand. Kebingungan tentang kejadian yang mendadak ini berangsur hilang dan menggangap mungkin inilah kenyataan yang sebenarnya. Menjadi seorang grandmagnus sekaligus menjadi seorang raja ditambah Vina wanita yang dicintainya selalu ada di sisinya. Sungguh konyol bila dia tidak menikmatinya selagi bisa, walaupun akhirnya mungkin kebahagian akan hilang dalam sekejap.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. dari waktu ke waktu kerajaan yang dipimpin oleh Revand berkembang dengan pesat dan makmur. Kedamaian dan kebahagiaan yang dirasakan dalam hidupnya membuat Revand hampir tidak pernah menggunakan kemampuan menirunya. Dia hanya menggunakan kemampuan membaca pikiran sesekali untuk menemukan kebohongan dari para penjahat dan menggunakan mana partikel dalam tubuhnya untuk mempermudah kegiatannya. Keadaan ini membuat Revand sepenuhnya lupa tentang kebingungan itu.

Seperti sebuah hukum alam dimana ada kedamaian pasti ada kerusuhan. Itulah yang terjadi, tanpa diketahui oleh Revand, sebuah kejahatan muncul secara bertahap. Hingga pada suatu malam kejahatan itu menunjukan wujudnya.

Saat Revand sedang terlelap tidur sekelebat bayangan hitam melintas dan masuk menembus jendela kamar. Bayangan hitam itu melayang mendekati Revand yang sedang terlelap, lalu sulur-sulur hitam keluar dari tubuh bayangan itu dan membelit tubuh Revan hingga ke leher. Semakin lama semakin sulur hitam itu mengikat Revand dan akhirnya mencekik Revand. Revand terkejut dan bangun namun tidak bisa berteriak ataupun bergerak karena seluruh tubuhnya terbelit sulur-sulur hitam. Dalam keadaan seperti ini Vina masih tidur lelap dan tidak menyadari Revand dalam bahaya.

Dalam keadaan ini Revand pasrah pada takdirnya, tapi tiba-tiba Revand merasakan rasa hangat di dadanya dan terjadi ledakan kecil yang membuat sulur-sulur hitam itu buyar. Si bayangan hitam terkejut lalu terbang mundur. Ternyata cincin kawin yang dikalungkan oleh Revand melindunginya dari kekuatan kegelapan milik sang bayangan. Revand langsung bangkit dari tidurnya dan melihat si bayangan hitam.

"SIAPA KAU?!" teriak Revand.

Teriakan Revand membuat Vina bangun.

"Sayang…," panggil Vina yang masih setengah sadar.

Mata Vina langsung terbelalak saat melihat si bayangan hitam berdiri dihadapan Revand. Dengan sigap Vina merapalkan sebuah mantra suci dan sebuah busur cahaya terbentuk di tangannya.

"Lozoj Qojoho," ucapnya.

Sebuah panah cahaya meluncur cepat ke arah si bayangan hitam. Dengan mudah bayangan hitam itu menangkis panah cahaya Vina dan langsung menyerang balik dengan sebuah cambuk hitam yang keluar dari tubuhnya. Revand segera melompat mencoba melindungi Vina dan lecutan cambuk itu berhasil mengenai bahu Revand.

"AAAAHHHKKK…," Revand berteriak kesakitan lalu jatuh berlutut.

Si bayangan hitam itu segera melancarkan lecutannya kembali ke arah Revand. Tapi sebuah piringan cahaya langsung menyambar wajah si bayangan hitam hingga bayangan itu mundur beberapa langkah. Bayangan itu diam lalu berlahan menghilang menjadi asap hitam. Vina segera menghampiri Revand yang terluka.

"Maafkan aku sayang," katanya dengan suara lirih.

"Tidak apa-apa," balas Revand.

Vina merapalkan mantra penyembuhan pada bahu Revand dan perlahan lukanya pulih.

"Terima kasih sayang," kata Revand tersenyum sambil menyentuh pipi Vina.

Hingga fajar menyingsing Revand dan Vina tidak kembali tidur. Mereka berdua segera melakukan rapat darurat dengan para penjaga kerajaan. Dari pengakuan para penjaga, mereka semua tidak mengetahu sama sekali tentang keberadaan bayangan hitam itu. Revand juga mencoba mencari informasi tentang bayangan hitam tersebut, namun Revand tidak menemukan petunjuk apapun.

Malam berikutnya si bayangan hitam kembali beraksi dan membuat Revand terluka di kakinya. Begitu juga dengan malam berikutnya, sang bayangan hitam kembali beraksi dan menewaskan 4 prajurit yang ditempatkan di depan jendela dan pintu kamarnya. Revand pun mulai mengambil kesimpulan bahwa banyangan itu mengincar dirinya. Dengan begitu Revan kembali mengumpulkan informasi tentang si bayangan hitam, tapi lagi-lagi hasilnya tidak memuaskan.

Karena hanya sedikit petunjuk tentang si bayangan, akhirnya Revand memutuskan untuk melakukan jebakan kepada si bayangan tersebut. Revand mengundang para petinggi dan para komandan pasukan untuk melancarkan rencananya. Dengan perhitungan dan persiapan yang matang Revand berencana untuk menjebak si bayangan hitam di kamarnya sendiri.

Pada malam harinya Revand berpura-pura berbaring di tempat tidur dan benar saja bayangan hitam itu melesat masuk menembus jendela kamar yang tertutup rapat. Revand mengangkat tangannya, tapi tidak ada sesuatupun yang terjadi. Bayangan itu melancarkan serangan cambuk hitamnya dan Revand langsung berguling menghindarinya. Tempat tidur itu terbelah dan untung saja Revand sudah tidak berada di tempat itu.

Cambuk si bayangan hitam kembali beraksi mulai menyabet apa saja yang berada di kamar tersebut. Setiap cambukan meninggalkan bekas menghitam seperti terbakar dan mengeluarkan asap hitam. Revand melihat setiap sudut ruangan yang seharusnya ada para pengawal dan penjaga istana yang berkamuflase, tapi ternyata tidak ada siapapun dikamar tersebut selain Revand dan bayangan hitam tersebut.

"Sial kemana para pengawal itu?" gerutu Revand.

Bayangan hitam itu terus menerus melancarkan lecutan cambuknya sehingga kamar yang tadinya indah kini hancur berantakan. Revand berpikir keras dan mulai menganalisis pergerakan dari si bayangan hitam. Kemudian secara berlahan sebuah cambuk hitam terbentuk di kedua tangan Revand. Kali ini Revand tidak tinggal diam, saat si bayangan hitam kembali menyerangnya dengan sigap Revand melecutkan cambuknya. Alhasil kedua cambuk itu beradu dan saling mengikat.

Dengan sekuat tenaga Revand menarik cambuk itu dan membuat sang bayangan mendekat, lalu dengan sekuat tenaga menendangnya. Bayangan hitam itu jatuh terjungkal dan Revand cukup kaget dengan apa yang terjadi. Sekarang Revand tahu ternyata dia bukanlah sebuah bayangan, melainkan orang yang memiliki kekuatan bayangan. Revand mulai melakukan serangan balikan dan cambuk Revand berhasil menghatam keras tepat ke wajah si bayangan dan sebuah retakan terjadi di wajahnya.

Seberkas cahaya terang menyeruak keluar dari wajah si bayangan dan Revand terkejut bukan kepalang saat mengetahui wajah si bayangan.

"VINA!!"

Tidak ada respon dari Vina yang terselimuti bayangan, Revand melihat mata Vina secara langsung untuk membaca pikirannya. Pikiran Vina kosong dan itu berarti Vina sedang dikendalikan oleh si bayangan. Sang bayangan hitam yang mengendalikan kekasihnya membuat Revand tidak bisa berpikir dan hanya diam terpaku. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Vina dan langsung melacarkan serangan cambuknya. Serangan kali ini lebih kuat hingga Revand terpelanting ke belakang.

Revand meringis dan melihat Vina kembali menerjang. Dia ingin sekali membalasnya tapi apa yang akan terjadi pada Vina bila dia menyerangnya. Vina terus menyerang Revand sampai Revand terpojok dan di sudut kamar. Revand melihat kesana kemari mencoba mencari sesuatu mungkin bisa digunakan untuk pertahanannya. Revand melihat sebuah botol kaca tergeletak tepat di kaki Vina yang sedang berjalan mendekat.

"Botol itu, Botol yang berisi air suci dari para tetua," kata Revand dalam hati.

Bayangan itu bersiap kembali menyerang Revand dengan cambuknya.

"Baiklah, Aku harus sedikit mengambil resiko," kata Revand.

Revand segera bergerak maju membuat serangan Vina meleset dan langsung mendorong tubuh Vina hingga jatuh. Revand mencari-cari botol tersebut dan setelah ketemu langsung mengambilnya. Vina sudah kembali berdiri dan menatap Revand penuh benci. Revand membuka botol itu dan langsung menyiramkan isinya ke arah Vina.

"AAAAAAAHHHHHHHKKKK…" dua suara teriakan terdengar saat cairan dalam botol tersebut membasahi tubuh Vina.

Berlahan-lahan bayangan hitam yang menyelimuti tubuh Vina mulai menyebar dan berkumpul kembali di atas kepala Vina. Revand menyaksikan itu dan kembali menggunakan mana partikel dalam tubuhnya untuk membuat sebuah tombak kemudian menyiramnya dengan air suci yang tersisa. Saat semua bayangan yang menyelimuti tubuh Vina keluar, Revan sudah bersiap dengan tombaknya.

"MATI KAAAAUUUU…!!!" teriaknya sambil melemparkan tombak di tangannya.

Tombak itu melesat dan menacap tepat ke jantung si bayangan hitam.

"GGOOOOAAAARRRRR…!!!" bayangan hitam itu berteriak kencang hingga mengguncangkan kamarnya.

Revand segera menghampiri Vina yang masih setengah sadar dan menariknya menjauh dari si bayangan hitam.

"Apa yang terjadi?" tanya Vina yang masih linglung.

"Aku baru saja mengalahkan bayangan itu," kata Revand.

Masih dalam keadaan bingung Vina melihat si bayangan yang sedang berbicara tidak karuan. Vina mencoba mendengarkan apa yang di ucapkan oleh si bayangan hitam yang sekarat itu.

"Boye sen pele renl fupxemofo. Besowet vunltenkap. Tenkapmen xucae huxupfe pele ono"

"Boye sen pele renl fupxemofo. Besowet vunltenkap. Tenkapmen xucae huxupfe pele ono"

"Boye sen pele renl fupxemofo. Besowet vunltenkap.Tenkapmen xucae huxupfe pele ono"

Bayangan hitam itu mengulang kalimat yang sama. Dan mata Vina langsung terbelalak.

"Kita harus segera pergi dari tempat ini Revand," kata Vina panik.

"Ke- kenapa?" tanya Revand bingung.

"Dia merapal mantra penghancur milik bangsa Nagra," kata Vina.

"APA?!" Revan kaget.

Tanpa basa basi lagi, Revand dan Vina langsung keluar dari kamar dan mendapati kondisi diluar kamar sungguh mengerikan. Pasukan yang dia kumpulkan sudah tewas, pantas saja tidak ada yang datang menolongnya. Selain itu ternyata pasukan istana sedang bertarung mati-matian melawan pasukan bayangan yang menyerang kerajaan.

Revand dan Vina berlari diantara pertempuran antara pasukan kerajaan dengan pasukan bayangan. Keadaan di luar istana lebih kacau, banyak sekali pasukan bayangan yang menyerang dan langit di atas istana mulai membentuk awan hitam spriral.

"Ini buruk," kata Vina.

"Seburuk apa?" tanya Revand.

"Aku tidak tahu bahwa mantra penghancur itu akan berefek semengerikan ini," kata Vina.

Sebuah cahaya terang bersinar di pusat spiral dan mulai menghisap atap istana dengan cepat.

"Kita harus segera pergi," kata Revand yang mulai panik.

Vina setuju dan langsung berlari menjauhi istana. Tapi ternyata semua pasukan bayangan yang mati mulai merapalkan mantra yang sama yang digunakan oleh si bayangan hitam. Akibatnya spiral-spiral penghisap mulai terbentuk dimana si pasukan bayangan mati. Keadaan menjadi diluar kendali dan kepanikan terjadi dimana-mana. Para penduduk berlari ketakutan mencari perlindungan dan di saat keadaan yang seperti itu seseorang datang menemui Revand.

"Yang Mulia pergilah ke arah sana dan lindungi ratu," kata orang tersebut sambil menunjuk pintu keluar kota.

Vina dan Revand saling menatap lalu segera pergi menuju tempat yang ditunjuk oleh orang tersebut. Sambil berlari Revand menoleh kebelakang dan daya hisap dari spriral itu semakin kuat hingga membuat bangunan-bangunan dan para penduduk melayang ke langit. Revand dan Vina berlari sekuat tenaga agar tidak terhisap spiral itu. Sampai akhirnya mereka berdua tiba di luar gerbang kota kerajaan.

Revand menangis melihat kerajaan yang dibangunnya selama bertahun-tahun itu hancur dalam sekejap terhisap ke dalam spiral. Revand memperhatikan dengan seksama kehancuran kerajaannya dan dia menemukan sesuatu yang janggal. Revand tidak melihat satupun penduduk yang berlari mengikutinya, seolah para penduduk itu memang di takdirkan untuk terhisap ke dalam spiral tersebut.

Revand menoleh ke arah Vina untuk melihat keadaannya, tapi kini Vina mengenakan sebuah topeng untuk menutup wajah dan matanya.

"Revand kemarikan tanganmu," kata Vina.

"Kenapa?" tanya Revand.

"Cepatlah, tidak ada waktu lagi," katanya.

Revand dengan ragu mengulurkan tangan kanannya, kemudian Vina menggambar sesuatu berbentuk segienam dan seekor burung phoenix di telapak tangannya. Setelah selesai Revand memperhatikan gambar itu berkilauan seperti emas. Vina menunduk, kemudian membuka topengnya. Dia tidak berani menatap Revand.

"Kenapa? Ah... aku tahu kau pasti sedih dengan apa yang menimpa kerajaan kita," Kata Revand mencoba menebak apa yang dipikirkan oleh Vina.

Kemudian Revand menarik Vina mendekat dan memeluknya lembut, tapi tiba-tiba Revand merasakan sakit di dadanya. Revand mendorong Vina sedikit dan melihat sebuah belati nenancap dadanya. Vina baru saja menusukkan Revand.

"Uhhhkkk… sayang kenapa?" tanya Revand dengan darah segar keluar dari mulutnya.

Vina mendongkak dan Revand melihat matanya berlinang air mata. Revand tidak dapat membaca pikirannya karena rasa sakit sudah menjalar ke seluruh tubuhnya dan konsentrasinya sudah buyar. Vina menyentuh kedua pipi Revand dengan kedua tangannya lalu mencium keningnya.

"Ma..maafkan aku Revand, aku terpaksa melakukannya," katanya lirih.

Kemudian pandangan Revand menjadi kabur dan semua berlahan menjadi gelap. Revand telah mati.

Dalam kegelapan Revand melihat cahaya kuning emas menghampirinya. Cahaya kuning emas itu semakin lama semakin dekat dan Revand dapat melihatnya wujud sebenarnya cahaya itu. Itu adalah seekor phoenix, dengan tubuh apinya yang menyala terang dan sayapnya yang besar, burung itu sangat gagah. Sang phoenix mengembangkan sayapnya di depan Revand lalu menyelimutinya. Rasa hangat menjalar keseluruh tubuhnya dan tubuh sang phoenix bercahaya terang sekali.

Sementara itu seorang pria berkaca mata hitam dan seorang gadis kecil berkepala bantal berjalan mendekati tumpukan abu.

"Sayang sekali Ratu Huban, dia harus mati seperti ini," katanya kepada gadis berkepala bantal.
"Ya, sayang sekali padahal dia memiliki mimpi yang bagus," balas Ratu Huban sambil berlari kecil menuju tumpukan abu tersebut.

Ratu Huban melihat tumbukan abu itu dan percikan-percikan api kecil di antara abu. Karena penasaran Ratu Huban menusuk-nusuk abu itu dengan tongkat miliknya. Percikan api itu semakin banyak dan sebuah ledakan terjadi hingga membuat Ratu Huban terpental.

"Ratu Huban apa yang kau lakukan pada abu itu," kata si pria berkaca mata hitam.

Kepala bantal Ratu Huban menjadi hitam karena terkena ledakan dan berkata "Aku…aku tidak melakukan apapun Tuan Zainurma."

Debu tebal mengepul dari tumbukan abu tersebut dan berlahan memperlihatkan sosok Revand dalam keadaan telanjang.

"Mustahil," kata Zainurma.

Revand terbatuk-batuk seperti baru saja keluar dari tempat yang berdebu.

"Hei, seharusnya kau sudah mati dan menjadi properti alam mimpi," kata Zainurma.

Revand menoleh ke arah Zainurma dan melihat ke arah Ratu Huban.

"Uuuhhhh… tubuh yang bagus," kata Ratu Huban.

Revand melihat tubuhnya dan telanjang lalu bersusaha menutupi bagian-bagian yang memalukannya.

"Berbalik-berbalik," perintah Revand kepada mereka berdua.

Mereka berdua malah tidak berbalik dan sebaliknya, mereka semakin menatap Revand. Revand segera menggunakan mana partikel dalam tubuhnya untuk membuat pakaian. Butiran-butiran biru kecil keluar dari seluruh tubuh dan membentuk pakaian untuk menutup tubuhnya.

"Wah, ini benar-benar tidak bisa di terima. Wanita itu menipuku, aku harus mendiskualifikasinya," katanya kesal.

"Tunggu, tunggu, apa yang sedang kau bicarakan? Dan siapa kalian?" tanya Revand.

"Aku adalah Zainurma dan…" kata Zainurma.

"Aku Ratu Huban," Ratu Huban menyambung perkataan Zainurma sambil menepuk-nempuk kepalanya yang kotor oleh abu gosong.

"Lalu sedang apa kalian disini?" tanya Revand.

"Aku tidak ada waktu untuk menjelaskannya, aku harus segera pergi dan mendiskualifikasi wanita itu," kata Zainurma.

"Tunggu dulu, siapa wanita itu yang kau maksud? Dan kenapa?" Revand semakin bingung dengan perkataan Zainurma yang marah-marah tidak jelas.

"Tentu saja Vina, dia sudah menipuku, dia bilang dia sudah membunuhmu dan menunjuk buktinya bahwa kau sudah mati menjadi abu, tapi sekarang lihat kau masih hidup dan segar bugar seperti ini," Zainurma berkata dengan kesal sekali.

"Baiklah, sebaiknya kau tenangkan dulu dirimu, dan ceritakan semuanya dari awal, siapa tahu aku bisa membantumu," kata Revand.

Revand tidak dapat membaca pikiran Zainurma karena kacamata hitam menutupi matanya. Kemudian Zainurma mulai mengatur nafasnya dengan dengan tenang dan mulai bercerita. Dia bercerita bahwa Vina, Revand dan si bayangan hitam adalah para Reveriers yang ikut kompetisi antar semesta bernama Battle of Realms. Setiap Reveriers mendapatkan 3 tantangan dan salah satu tantangan itu harus dipenuhi.

"Vina adalah Reveriers Undecided sepertimu dia harus menyelesaikan setidaknya salah satu dari 3 tantangan tersebut yaitu, membunuh atau melindungi seseorang, bertarung atau melarikan diri, dan ikuti peraturan atau melanggar peraturan untuk menang," Zainurma bercerita.

"Hmmm… kalau begitu Vina sebenarnya sudah memenuhi salah satu tantangan tersebut," kata Revand manggut-manggut sambil mengosok-gosok dagunya.

"Apa maksudmu?" tanya Zainurma.

"Jadi begini kau bilang Vina harus menyelesaikan salah satu dari 3 tantangan yang ada, betul?" Kata Revand.

"Ya," Balas Zainurma singkat.

 "Nah sekarang coba pikirkan, Vina sudah melindungiku sekaligus membunuhku itu berarti Vina sudah memenuhi tantangan yang pertama, betulkan?" kata Revand menjelaskan.

"Hmmm…memang betul. Tapi…"

"Oh, ayolah. Semua orang juga tahu hukum logika dari kata 'atau'. Dimana apabila salah satu kondisi terpenuhi maka dianggap berhasil," Revand memotong perkataan Zainurma.

            Zainurma mencoba menelaah penjelasan dari Revand.

            "Memang benar apa yang dijelaskan oleh orang ini," katanya dalam hati.

            "Jadi..." Revand membuyarkan pemikiran Zainurma.

            "Aku rasa, aku tidak perlu mendiskualifikasinya," jawab Zainurma.

            "Yeah, aku rasa. Kau sudah mengambil keputusan yang tepat, aku tahu kau adalah orang yang bijak," kata Revan memuji. "Oh ya, lalu bagaimana denganku? Seharusnya aku juga lolos, bukan. Aku sudah membunuh si bayangan hitam dan juga melindungi Vina hingga kesini," sambungnya lagi.

            "Ya...ya... kau benar juga," kata Zainurma. "Ratu Huban, kemarilah," Panggilnya.

            Ratu Huban berlari riang mendekati Zairnuma "Ya, ada apa?"

            "Aku rasa kita perlu seekor domba lagi untuknya," kata Zainurma.

            Tanpa bertanya seekor domba muncul dari berlakang Ratu Huban dan berlari ke arah Revand.

            "Domba itu, adalah bukti bahwa kau sudah menyelesaikan tantanganmu," kata Zainurma.

            "Terima kasih," Revan menunduk memberi hormat.

            Kemudian Ratu Huban memainkan tongkatnya dan kembang api meluncur dari tongkatnya. Kembang api itu menubruk udara kosong dan meledak menciptakan sebuah retakan dimensi. Revand yang melihat hal itu segera bergegas masuk ke dalam retakan dimensi tersebut.

            "Tunggu aku Vina, aku akan segera menemuimu," katanya.

            Kini Revand memiliki dua impian, satu mendapatkan kembali kekasihnya dan yang kedua mencapai impiannya menjadi seorang Raja Grandmagnus kembali.

            Suara detik jam terdengar lebih kencang di malam hari, ini waktunya tidur untuk si Golem penjaga perpustakaan sektor C. Dia merapihkan perkamen-perkamen tua yang sudah dibacanya dan melihat ada seorang pria yang tertidur menunduk di meja.

            "Anak itu membaca buku tersebut hingga tidur seperti itu," kata si Golem.

            Golem itu berjalan menuju si pria yang tak lain adalah Revand. Si Golem mencoba membangunkannya tapi Revand tidak kunjung bangun. Golem itu mencoba mengguncangkan tubuh Revand lebih keras hingga Revand terjatuh dari posisinya, tapi Revand tetap tidak bangun. Si Golem menjadi panik dan mulai meminta bantuan spirit lainnya.

            "Coba siram dia dengan air," kata si Golem kepada spirit air.

            Air menyembur dari kedua tangan si spirit air menyiram seluruh tubuh Revand, tapi tetap Revand tidak bangun dari tidurnya. Ini semakin membuat para spirit menjadi panik dan membuat mereka membuat banyak spekulasi penyebabnya.

            "Aku rasa dia tidak sengaja membaca mantra penidur," kata spirit api.

            "Tidak mungkin, mungkin dia terkena kutukan dari buku yang dibacanya," kata spirit air.

            "Jangan-jangan dia kurang tidur," kata spirit tanah.

            "Atau bisa jadi dia mencium aroma memabukan dari spirit tumbuhan," kata spirit es.

            "Aku tidak melakukan apa-apa," sanggah spirit tumbuhan.

            Spekulasi semakin tidak menentu dan saling menyalahkan sampai akhirnya kepala perpustakaan sang spirit cahaya datang ke tempat itu.

            "Ada apa ini ribut-ribut?" kata sang kepala.

            Semua spirit langsung terdiam dan bergerak menyingkir memberi ruang kepada spirit cahaya. Spirit Cahaya kini dapat melihat Revand sedang tidur pulas dengan basah kuyup.

            "Siapa yang menyiramnya?" tanya spirit cahaya.

            "A...aku ketua, tapi atas permintaan spirit tanah Golem," kata spirit air takut.

            "Benar begitu? Golem." Tanyanya.

            "Itu benar, aku bermaksud membangunkannya tapi sepertinya tidak berhasil," kata Golem.

            "Hmmm..." sang kepala perpustaan terdiam lalu melihat sekelilingnya.

            Dia menemukan sebuah buku tua di meja tersebut lalu mengambilnya dan membuka-buka halamannya kemudian menutupnya.

            "Aku sudah tahu apa yang terjadi," kata sang ketua. "Bawa dia ke ruanganku," perintahnya.

            Tanpa banyak bertanya para spirit menggotong tubuh Revand dan membawanya ke ruang kepala perpustakaan.

            "Anak itu sedang mengikuti Battle of Realms, semoga dia kembali dengan selamat," katanya dalam hati.


--


Tantangan : Protect or Kill People (May be play the rules or Break the rules)

19 komentar:

  1. Mia: karena penulisku tidak tahu harus berkomentar apa, jadi aku yang wakilkan. kenapa aku mau? karena menolak malah buang2 tenaga jadi ya sudahlah. ngomong2 ini semi template biar hemat waktu hahaha
    ikemen?!!yah udah ada yang punya. bosenin ih *uhuk2*
    oke ini yg serius. entah kenapa, bayangan dikepalaku malah elf yang ada di hutan-hutan. itu lho, semacam film elf itu. mungkin ini karena kartu diatas. mungkin lebih baik difokuskan saja kecanggihan kota/dunia ini. kalau mau pakai tema.... kota hijau yang canggih, uh, harus kukatakan bakal susah. lagipula kalau karena kecanggihan, dunia rusak jadi lebih seru, ada plot device lagi....
    tunggu itu mah hobiku, post apocalyptic world.
    nilai: 8

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Ras Prines itu hampir mirip sama bangsa Elf.
      Memang seharusnya ras Prines itu tinggal di hutan, tapi karena si Revand ini ras campuran antara ras Cegar dan Prines dia memutuskan tinggal di kota Ras Cegar.

      oh ya terima kasih sudah membaca

      Hapus
  2. vina? masa ada peserta bor6 yg namanya vina? bukannya nggak ada ya? apa itu cuma tokoh yg dimunculin di prelim doang? hmm...revan imut sih kalo menurut aku. tinginya beda 1 cm dan usinya bda 5 tahun sama seseorang.
    btw, di crt kayaknya lebih bnyak deskripsinya ya. hmm...segi pertarungannya masih ada yang kurang berasa gmana gtu (nggak tau harus jelasin gmana pk kata2). mungkin krn abis bc yg seru bnget trus pindah ke sini kali ya. makanya jd berasa kurang seru. jd, 7

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Vina itu cuma tokoh yang dimunculin di Preliminary doang dan dia juga bukan Peserta. Di sini juga saya menganggap yang daftar BoR itu nggak cuma 91 OC tapi ada banyak dan salah satunya Vina.

      Hapus
  3. Beberapa paragraf awalnya berasa terlalu tell, jadi kurang menarik menurut saya. Padahal sebaiknya awalan cerita itu sesuatu yang bisa ngehook pembaca buat baca terus kelanjutannya

    Dan ternyata beneran seterusnya pun berat banget di tell ya. Jujur baca cerita ini jadi hambar, dan dialog"nya pun kurang ngebantu karena berkesan scripted dan ga natural, jadi ikut ngurangin enjoyment saya selama baca

    Terus Vina ini maksudnya gimana? Kok malah jadi kayak ada karakter baru yang ga kedaftar? Dan ngeliat Revand mati, rasanya malah aneh dia masih diterima jadi peserta

    Nilai 6

    BalasHapus
    Balasan
    1. Vina itu cuma tokoh yang muncul di Preliminary aja dan dia bukan peserta. untuk Revand mati itu, sebenernya saya ambil dua tantangan di Aligment yaitu kill/protect people dan Follow/Break the Rules. Di cerita ini Revand mencoba mencari celah dari Tantangan BoR yang mana seharusnya mati = Eliminasi tapi dia hidup kembali karena sihir phoenix yang di kasih Vina. di sana dia berkelit kalo dia juga sudah menyelesaikan tantangan dan harus lolos.

      maaf sudah membuatmu bingung. terima kasih sudah membaca

      Hapus
  4. Saya kira tema fantasiyah medieval.

    Ternyata Hi-tech sekali. Cuma suasana dunianya masih agak-agak membingungkan buat saya, nuansa dunianya kurang kegambar pas baca cerita ini.

    Plot ceritanya udah oke, tapi keknya eksekusinya yang kurang halus. Antara dialognya kurang memberi kesan, atau narasinya yang kayaknya terlalu padat.

    Konsepnya menarik, tapi kurang dieksekusi dengan halus.

    Saya titip 7 deh buat Revand.

    Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut

    BalasHapus
  5. Sebagian paragraf memang kerasa tell sekali. Biasanya saya enggak masalah dengan paragarf seperti itu, tapi entah kenapa kali ini beda. Dan 'tab' di awal paragraf beda-beda. Ini memang hp saya yang salah atau memang dari sananya sudah gitu?

    Dari segi plot sudah lumayan bagus. Vina hebat juga ya punya sihir kuat dan tahu sihir orang lain(si bayangan)

    7 dariku
    -=AI=-

    BalasHapus
  6. ceritanya bagus, namun agak buram dalam setting worldnya. dan melibatkan Vina sebagai reverier lain menurutku agak riskan bila ceritanya tidak sampai.

    well, nilai dari saya 7. semoga sukses..

    Dwi Hendra
    OC : Nano Reinfield

    BalasHapus
  7. Seperti yang sudah disampaikan komentator sebelumnya, narasinya sifatnya masih tell. Yang dimaksud di sini, narator menjelaskan dengan begitu saja hal-hal yang seharusnya ditunjukkan langsung. Perkembangan ceritanya pun jadi agak hambar, dan ujung-ujungnya pertarungannya pun terasa kurang berkesan.

    Biasanya tell bisa digunakan untuk menjelaskan sejarah dunia, atau gambaran seadanya soal setting. tapi itu pun terasa buram di sini.

    Vina itu sub-OC kan? kalau iya, cara supaya dia bisa ikut terlibat ke BoR 6 cukup menarik juga. Selain itu, mengesampingkan semua kelemahannya, sebenarnya saya bisa membaca entry ini dari awal sampai akhir. Saya rasa cerita ini cukup untuk diberi nilai 7/10.

    Fahrul Razi
    OC: Anita Mardiani

    BalasHapus
  8. Jujur saya agak lama bacanya. Yah, cara penceritaannya tell banget jadi--menurut saya--susah membuat orang larut ke dalam cerita. Bukan berarti jelek, cuma mendingan ya ... diselingi juga dengan teknik nulis show. Lebih bagus kalau porsi tell-show imbang. Bisa dilihat 'kan, entri lain yang bergaya narasi begitu penerimaannya lebih baik. Ada beberapa hal yang bikin saya bingung, kayak komentator-komentator lainnya--jadi saya nggak urai deh. Tapi kalau saya nemu kejanggalan plot buat turnamen, biasanya saya manut" aja karena toh pasti pengarang punya penjelasannya sendiri. Hmm ... karena itu saya kasih 7 dulu ya. Semangat nulisnya~

    -Sheraga Asher

    BalasHapus
  9. Kok kerasa panjang banget ya?

    Naskahnya terlalu datar kayaknya dan agak kecewa soalnya saya ngeharapin medieval dan sebagainya.

    Vina itu...siapa? Sub-oc atau gimana?

    Lainnya udah bagus saya kasih nilai 7.
    Raditya Chema | Zauber Magi

    BalasHapus
  10. Font kecil. Terpaksa zooming di mozilla.
    Telling Story seperti kata komentator diatas.

    Overall, "Cukup" nikmat diikuti, tapi "tidak" cukup nikmat untuk dikaji.

    7
    Kaminari Hazuki

    BalasHapus
  11. Openingnya kaya buku dongeng anak-anak, sori. Lalu, soal universe, itu janggal banget masuknya. Okelah, penulis maksudkan magitek, tapi satu-satunya bukti adanya teknologi hanya berupa benda elektronik. Selebihnya adalah suasana magical.

    Kalau berimbang, budaya sihir x teknologi itu bakal jadi bagus. Tapi kalo salah satunya sekedar nyempil, ya jadinya aneh.

    Terus Vina ini gimana? Ada apa dengan Vina? /halah


    7


    Gold Marlboro

    BalasHapus
  12. Rada-rada kepanjangan di awal, dan si revand ini penggambarannya kayak udah sempurna banget ya, kerasa baca cerita nabi-nabi(?)

    Tbh battlenya belum terlalu ngena buat saya, tapi sangat menarik melihat Vina menjadi reverier lain, dan saya suka dengan setting tempat dan waktunya.

    7/10

    OC : Takase Kojou

    BalasHapus
  13. Waktu saya lihat kartu katalognya saya kira medieval, ternyata sci-fi. Penjelasan dunianya agak bikin bingung tapi porsi battlenya memuaskan.
    Ngomong-ngomong Saya sempat nyari katalog peserta yang namanya Vina...

    Dari saya nilai 7
    OC: Snow Winterfeld

    BalasHapus
  14. Ada satu typo yang bikin saya ngakak, di dialognya Revand pas dia lagi tanya jawab soal BoR sama Golem. Yep, satu pr buat Revand, kasih waktu lebih buat nyunting sebelum posting. Ceritanya sendiri dimulai sama pengenalan, pemberian informasi tentang dunianya Revand, saya cukup suka. Buat battle-nya, kurangnya, mungkin masih kerasa tiba-tiba. Si bayangan ini kurang dapet sorotan karena Revand masih terlena sama mimpinya (jadi raja sama semacam supreme wizard kan? Terus punya istri idaman, siapa yang ngga terlena sih ya haha). Saya suka banget waktu Revand lihat Vina dan cuma dapet puisi atau hal-hal manis di dalamnya. 8/10

    Oc: Namol Nihilo

    BalasHapus
  15. Hmm... konsep menarik, memberi alternate world yang diimpikan MC ke dalam sebuah mimpi yang sempurna. Tapi mimpi ini berlangsung bertahun-tahun? Whoa, gimana tubuh di dunia nyatanya itu XD

    Aku sumpah bingung ini entri dibilang jelek nggak, tapi dibilang bagus juga nggak. Nyaris no flaw sebenernya, soalnya gaya tell nya nggak terkesan maksa meski sejujurnya aku ga suka gaya cerita full tell semacam ini. Tapi di saat bersamaan, nggak banyak good point juga karena ga ada yg beneran bikin aku tertarik.

    Tapi... ini kamu kayak memasukkan karakter baru sebagai Reveries di saat kamu harusnya tahu karakter ini gak akan mungkin kamu lawan di cerita2 depan (fokus dari BoR kan OC lain vs OC sendiri). Jadi menurutku agak rancu aja kamu seenaknya masukin OC baru sebagai peserta BoR.

    Plus, ini dunia mimpi. Berarti di canon-mu, orang2 satu semesta bisa bertemu dalam dunia mimpi, benar? Kalo begitu rasanya agak janggal kalo Vina yang tampaknya sudah ikut BoR dari lama (krna menghilangnya jg sudah sejak lama) baru ketemu sama Revand yang baru saja ikut BoR. Apalagi Revand gak bisa ngbaca fakta tentang BoR di mata Vina. Ini aneh, menurutku.

    Entri ini unik, krna bisa narik peraturan BoR ke dunia ceritanya. Just, kalau memang kayak gitu kenapa cuma Vina yang kayaknya tahu soal peraturan itu dan Revand gak tahu? Vina tahu, makanya dia mencoba memenangkan sesuai peraturan.. tapi bagaimana dengan Revand?

    Lalu alurnya, dalam mimpi yang bertahun-tahun itu di dunia nyata cuma sebentar ya?

    7/10 krna agak susah dinikmati meski konsepnya sudah lumayan rapi. Mungkin krna gayanya yg full tell jadi ga bisa bikin nge-hook.

    -J. Fudo sang Pencipta Kaleng Ajaib-

    BalasHapus

Selamat mengapresiasi~

Tuliskan komentar berupa kesan-kesan, kritik, ataupun saran untuk entri ini. Jangan lupa berikan nilai 1 s.d. 10 sesuai dengan bagus tidaknya entri ini berdasarkan ulasan kalian. Nilai harus bulat, tidak boleh angka desimal. Perlu diingat, ulasan kalian harus menunjukkan kalau kalian benar-benar membaca entri tersebut, bukan sekadar asal komen. Admin berhak menganulir jika merasa komentar kalian menyalahi aturan.

PENTING: Saling mengkritik sangat dianjurkan tapi harus dengan itikad baik. Bukan untuk menjatuhkan peserta lain.