Senin, 17 April 2017

[7_DOMBA] RUNTUHNYA SEGALA SEMESTA


 
oleh : hewan


Ringkasan cerita sebelumnya:

Pertarungan semi final dimulai ketika Zainurma meminta kedelapan Reveriers yang tersisa untuk menunjukkan Arsamagna mereka. Sementara itu, Sang Kurator sendiri sudah mengantongi informasi mengenai rahasia Museum Semesta dari hasil kunjungannya dan Mirabelle ke Klan Nurma, tempat di mana Zainurma dulu menjadi mafia. Akan tetapi, bahkan Zainurma pun tak menyangka bahwa hasil dari semi final itu begitu jauh dari apa yang dia bayangkan.

Di sisi lain, Ratu Huban dan Oneiros sedang berdiam memojok di penjuru Alam Mimpi. Mereka sudah dekat untuk membangkitkan kekuatan sejati mereka, impian mereka sebagai penguasa asli Alam Mimpi. Sedangkan di Museum Semesta, Sang Kehendak sudah hampir bangkit.

-reveriers-

Zainurma mengurung diri terlalu lama di ruangannya sendiri yang penuh dengan segala macam naskah, termasuk satu naskah yang lebih penting dari semuanya, yaitu berkas Klan Nurma yang berisi informasi mengenai Museum Semesta. Butuh waktu lama bagi Zainurma, menguras otaknya untuk memecahkan sandi dan menerjemahkan teks pada berkas itu. Dia tak menyadari bahwa pertarungan semi final telah lama berakhir selagi dirinya berkutat dengan naskah tersebut.

Mirabelle, yang sejak awal sudah setia pada Zainurma dan tak banyak tanya tentang tindakan Sang Kurator, kini mulai tidak sabar. Berkas yang dia berikan pada Zainurma seharusnya merupakan petunjuk terbaik mereka untuk bisa melepaskan diri dari Museum Semesta dan Sang Kehendak yang telah begitu lama mengekang jiwa dan impian keduanya. Bagaimanapun, Zainurma seolah menyimpan semua informasi untuk dirinya sendiri.

Akhirnya Mirabelle terpaksa mengambil tindakan sendiri.

Dia meninggalkan Museum Semesta untuk mengunjungi dua Reverier terakhir yang masih bertahan di turnamen ini.

“Bahkan aku sendiri pun tidak tahu kemana semua ini akan berakhir,” ujar Mirabelle pada sosok pemuda tampan di Bingkai Mimpinya. “Tapi,” Dewi Konsevasi itu menyodorkan sebuah berkas, “kurasa kau berhak untuk menerima ini.”

“Apa ini?” tanya pemuda itu singkat saja.

“Itu salinan yang kubuat dari berkas milik Sang Kurator. Tentang rahasia Museum Semesta. Aku tak mengerti isi naskah itu tapi mungkin kau bisa mengerti dan memanfaatkan itu.”

“Anda memberikannya padaku? Informasi sepenting ini?”

“Tidak masalah. Aku juga akan memberikan salinan yang sama pada finalis satunya lagi.”

Kemudian dewi itu pamit dan bergegas menuju Bingkai Mimpi lain. Sesuai perkataannya, dia memberikan salinan serupa kepada Reverier terakhir, si Alien aneh.

“Bersiaplah untuk apapun yang akan terjadi setelah ini. Kau sudah meraih kekuatan besar tapi mungkin itu belum cukup untuk menyelesaikan semuanya. Kau butuh informasi.”

Tanpa banyak basa-basi, Mirabelle pergi.

-reveriers-

Mata Zainurma membesar, dia menggebrak meja keras-keras mewakili setengah kekesalannya. Setengahnya lagi, bagaimanapun, adalah jawaban dari apa yang dicarinya selama ini.

“Mengapa aku tak menyadarinya selama ini!? Bukankah benda ini selalu ada padaku?”

Zainurma menjentikkan jari, muncul Katalog Semesta di tangannya diselingi kilapan kemilau emas.

“Tadinya kupikir buku ini cuman sekadar katalog ajaib yang mencatat seluruh koleksi di museum ini ….”

Sang Kurator menyeringai lebar. Dia telah mengetahui banyak hal krusial mengenai Museum Semesta yang tidak dia sadari sebelumnya, tentang adanya entitas asli penguasa Museum Semesta bahkan tentang suatu benda istimewa yang merupakan manifestasi dari kekuasaan Sang Kehendak. Benda itu tak lain dan tak bukan adalah Katalog Semesta.

Mungkin karena sifat bawaan Zainurma yang tidak mudah percaya, tidak pernah dia menduga kalau selama ini dirinya sudah dipercayakan untuk memegang benda yang begitu penting.

Kemudian Zainurma sampai pada satu kesimpulan.

“Hahahaha, kau memberikan Katalog Semesta ini pada orang yang salah, artefak sialan! Aku tidak pernah suka dengan buku merepotkan ini!?”

Arsamagna Sang Kurator pun bangkit—kekuatan untuk menghancurkan apapun yang berkaitan dengan impian dan kehendak. Dilemparnya Katalog Semesta ke depan lalu dilayangkan tinju kirinya ke arah buku tersebut. Sekelebat cahaya keemasan memancar dari tangan Sang Kurator membentuk wujud serigala yang mencabik-cabik Katalog Semesta hingga terburai.

Ledakan aura mengempaskan Zainurma dan menghancurkan ruang kuratornya yang sempit. Dia terlempar ke belakang, jatuh tepat di samping Mirabelle yang baru saja kembali dari Bingkai Mimpi.

“T-Tuan Kurator? Apa yang Anda lakukan!?”

“Oh, Mirabelle.” Zainurma bangkit dan menyeka debu di setelan jasnya. “Tidak apa-apa. Aku hanya menghancurkan Katalog Semesta.”

“…APA??”

“Dengar, Mirabelle, kita terlalu lugu. Artefak sialan itu ternyata—”

Perkataan Zainurma terpotong.

Museum Semesta berguncang seperti gempa yang begitu dahsyat. Zainurma dan Mirabelle kehilangan keseimbangan pijakan dan terjatuh. Lapisan cat keemasan yang menghiasi tembok-tembok Museum Semesta mulai rontok, karpet merah yang membentang di lantai menjadi pudar dan menghitam. Dam yang terjadi selanjutnya adalah—

—seluruh karya koleksi Museum Semesta menjelma kembali menjadi wujud asalnya! Termasuk hampir 100 Reverier terbaik yang menjadi peserta utama turnamen (minus 2 finalis yang masih ada di Bingkai Mimpi). Mereka semua terbingung dengan kejadian ini, panik, beberapa berusaha lari entah kemana, dan yang lainnya termenung mencoba membaca situasi.

Mirabelle membentak, “APA YANG SUDAH ANDA LAKUKAN, TUAN KURATOR!?”

Naluri sang Dewi merasakan bahaya yang segera datang. Dia langsung melarikan diri ke Alam Mimpi. Sedangkan rekannya, Zainurma, tiba-tiba melayang cepat seolah tersedot oleh angin kuat. Tubuhnya ditarik langsung ke Aula Kehendak, kini dia berdiri di hadapan entitas yang paling dibencinya lebih dari apapun.

Sang Kehendak terbangun. Dia berbicara langsung ke benak Zainurma.

[Kau sudah mengkhianati kepercayaanku!]

“Hhh … lalu kau mau apa, patung jelek?!” Zainurma bersiap dengan kuda-kudanya untuk melancarkan Arsamagna, namun—

Sang Kurator telah berhenti bergerak. Dia berhenti bernapas. Tubuhnya mengeras menjadi satu-satunya karya koleksi yang tersisa di Museum Semesta.

Rantai raksasa yang menyelimuti Sang Kehendak terlepas. Patung-patung manusia yang tadinya menopangnya kini hancur menjadi ribuan kerikil. Cangkang otak raksasa itu pecah. Sosok asli Sang Kehendak terlihat.

-reveriers-

Kebangkitan Sang Kehendak menjadi pemicu bencana mahadahsyat yang melanda begitu banyak semesta, mulai dari yang terdekat. Satu demi satu tersedot ke Alam Mimpi, menjadi wilayah baru di sana. Namun bukan wilayah yang hidup, melainkan hanya bongkahan tanah tanpa impian. Hitam. Tak berkehidupan.

Kedua Reverier terbaik yang masih berada di Bingkai Mimpi mereka, menunggu setia datangnya babak final, merasakan goncangan kuat yang melanda seluruh Alam Mimpi. Salah satu dari mereka didatangi oleh Ratu Huban, sedangkan yang lain dikunjungi oleh Oneiros.

“Hei, aku sudah menemukan impianku sendiri, akhirnya~ tapi aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan semua ini,” ujar Ratu Huban kepada salah satu finalis.

“Kau siap untuk bertarung, pemimpi!?” hardik Oneiros pada finalis satunya, di tempat lain. “Aku akan membawamu ke Museum Semesta.”

-reveriers-

Kepingan terakhir dari misteri Museum Semesta pun tersibak. Di tempat terdalam museum, tak tersentuh oleh siapapun selama waktu tak terhingga, suara itu mengiba pilu.

Wahai kedua pemimpi terhebat, temukanlah aku.

Akan kupinjamkan impianku pada salah satu darimu.

Selamatkanlah semesta ini,

atau hancurkanlah!

[]


Senin, 13 Maret 2017

[ROUND SEMIFINAL - 2] NAMOL NIHILO | LIMA


oleh : Aesop Leuvea
--

LIMA



Identitas


Devalt

"Apa kau kemari karena kau sudah mati?" tanya suara halus milik makhluk serupa mannequin laki-laki. Ia tidak mengenakan apa pun di sekujur keberadaannya yang mulus, berpendar, dan bersayap, selain topeng bundar sederhana berekspresi muram.

"Aku ... a-aku juga kurang begitu paham," jawab yang ditanya—makhluk jangkung dan langsing berkulit gelap, bermata merah, berambut ikal oranye. "Apa aku sudah mati?"

Si mannequin mengangkat bahu sambil menggeleng. "Kurasa, iya. Kurasa kau bukan Sephira atau saudaraku. Tapi kau ada di sini. Tidak ada penjelasan lain. Kau sudah mati, maaf."

"Oh ...."

[ROUND SEMIFINAL - 2] SHADE | ONCE, A REVERIER FINDS HIS PLACE



oleh : Rakai Asaju
--

Shade illustration "Once, A Reverier Finds His Place" by Zi


ONCE, A REVERIER FINDS HIS PLACE
By Rakai Asaju

[Cerita S.H.A.D.E dihapus dari blog atas keinginan authornya
karena dalam proses untuk dijadikan novel sendiri]


Minggu, 05 Februari 2017

[KURATORIAL] ROUND SEMIFINAL | BANGKITNYA MAHAKARYA



Eight dreamers lasted,
Eight dreams survived,
But will they last forever?

Whatever knowledge they have sought,
whatever wisdom they did find,
The time has come,
for the greatest dreamers
to perform
their greatest art of all,

Arsamagna

--

====================================
BATTLE OF REALMS 6 : MASTERPIECE OF REVERIERS
ROUND SEMIFINAL MATCH
==================================

Para peserta akan melanjutkan kisah 8 pemimpi yang berhasil lolos dari babak sebelumnya. Silakan baca dulu cerita pengantar dari panitia di sini~ Pembagian grupnya adalah sebagai berikut:

GROUP #1
Maia vs Axel vs Sheraga vs Mia

GROUP #2
Nora vs Shade vs Anita vs Namol

Berikut adalah inti dan aturan cerita untuk semifinal ini:

1.    Base Bingkai Mimpi tiap OC sudah sampai pada tahap terluasnya. Dengan kata lain, seluruh semesta asal dari OC sudah berpindah ke Alam Mimpi. Sebagaimana babak sebelumnya, manfaatkan luasnya Bingkai Mimpi sebagai resource untuk OC kalian.
2.    Domba yang OC kalian rawat juga seharusnya sudah sampai pada tahap sempurnanya. Kalau Domba itu belum juga berevolusi, mungkin ini saat yang tepat untuk melakukannya.
3.    Arena pertempuran kali ini adalah Bingkai Mimpi dari semesta apapun yang bisa kalian bayangkan. Atau boleh juga gabungan dari sejumlah semesta. Intinya, gunakan arena ini sebagai panggung terbaik untuk menunjukkan Arsamagna dari OC kalian. Tiap penulis bebas memilih arena masing-masing namun tidak masalah juga jika ada kesepakatan membuat arena bersama yang digunakan 2 atau lebih penulis.
4.    Ya, semifinal kali ini adalah ajang untuk memamerkan Arsamagna dari OC kalian. Segala petunjuk yang diperoleh dari kunjungan pada babak sebelumnya bisa digunakan sebagai bahan untuk membangkitkan kekuatan sejati dari OC kalian.
5.    Tujuan OC kalian pada pertarungan kali ini adalah membuat ketiga lawan OC kalian kalah, dengan cara apapun.
6.    Ratu Huban yang dimarahi oleh Zainurma dan Mirabelle kini sedang merajuk di pojokan Alam Mimpi, ditemani oleh Oneiros. Namun mereka berdua sudah mendapatkan sesuatu pada kunjungan museum yang lalu. Keduanya siap untuk beraksi kembali di babak Final. Namun untuk saat ini, biarkan dulu keduanya beristirahat.
7.    Sang Kehendak sudah hampir bangkit dan OC kalian akan merasakan dampaknya (jika lolos ke final).


Berikut adalah cara mengirim entri/penilaian untuk babak preliminary ini:

1.    Deadline Semifinal ini adalah sampai hari Minggu, tanggal 26 Februari 2017, pukul 23.59 WIB.
2.    Kopas seluruh entri kalian ke badan email serta lampirkan file Word-nya sebagai backup, lalu kirimkan ke battleofrealms.id.masterpiece@blogger.com cc ke battleofrealms.id@gmail.com
3.    Apa yang tertulis ada di badan email adalah apa yang akan muncul di blog sebagai postingan entri Semifinal kalian. Jadi buatlah yang rapi dan periksa lagi tata bahasanya karena panitia tak akan mengedit segala kesalahan penulisan.
4.    Subject email adalah [ROUND SEMIFINAL–NOMOR GRUP] NAMA OC | JUDUL CERITA contoh: [ROUND SEMIFINAL-1] HABIBI | DEMO BESAR DUNIA AKHIRAT
5.    Tidak ada batasan jumlah kata namun perhitungkan dengan baik jumlah kata ideal untuk cerita kalian sehingga tidak menyusahkan pembaca.
6.    Semua entri akan diposting di blog dan dipublikasikan melalui page BoR.

Sistem penilaian pada Semifinal adalah menggunakan sistem angka, dengan aturan sebagai berikut:

1.    Setiap pembaca berhak untuk memberikan nilai 1, 2, 3, dan 4, berdasarkan mana yang dianggap paling baik dari 1 grup. Jadi entri yang dianggap terbaik akan dapat nilai 4, entri terbaik berikutnya mendapatkan nilai 3, hingga nilai 1 untuk entri yang dianggap paling buruk dari keempat entri di grup tersebut.
2.    Dua entri dengan total nilai tertinggi dari masing-masing grup akan melaju ke babak Final.



=======================
SELAMAT BERMIMPI DAN BERKARYA

=======================

[6_DOMBA] BANGKITNYA MAHAKARYA

oleh : hewan


Ringkasan cerita sebelumnya:

Sang Kehendak dalam kondisi pasif, seperti kepompong, sehingga hawa menekan yang menyelimuti Museum Semesta hampir sepenuhnya menghilang. Namun sebagai kepompong pun, Sang Kehendak tetap tak tersentuh. Tak ada yang bisa dilakukan Zainurma dan Mirabelle untuk menghancurkan ‘artefak sialan’ itu (meminjam istilah dari Sang Kurator). Dan yang pasti, setiap kepompong pada akhirnya akan mengelupas serta menampakkan wujud sempurnanya. Sebelum itu terjadi, Zainurma merasa dirinya harus berbuat sesuatu.

Perubahan situasi ini berlangsung secara drastis. Zainurma dan Mirabelle pergi menghilang dari Museum Semesta untuk sementara waktu. Ratu Huban dipercaya sebagai PLT (Pelaksana Tugas) Kurator untuk meneruskan turnamen. Akan tetapi, semua menjadi kacau. Ratu Huban malah mengajak seluruh peserta untuk berkunjung ke Museum Semesta. Dengan tidak adanya hawa menekan dari Sang Kehendak, kini segala penjuru Museum Semesta bebas untuk dijelajahi. Bukan hanya para peserta, bahkan Oneiros yang tak ada sangkut pautnya dengan turnamen pun ikut mampir ke Museum Semesta demi mencari kekuatan.

Entah berapa lama waktu berlalu.

Zainurma dan Mirabelle tak kunjung kembali ….

-reveriers-

Bongkahan bukit melayang itu adalah semesta kecil tempat berdirinya suatu mansion megah yang menjadi markas suatu klan. Klan itu dikenal sebagai Klan Nurma, klan kecil dengan kekuasaan besar. Kabarnya, mereka menguasai ratusan semesta lain, layaknya keluarga mafia. Zainurma, kurator kita, dulunya berasal dari klan ini. Dia pernah ditugaskan oleh boss klan untuk menyelidiki suatu semesta misterius yang berbentuk museum. Namun Zainurma tak pernah kembali dari tugas itu—

—hingga sekarang.

“Hahahaha, lama tak bertemu dan kau tampak sama sekali tak berbeda sejak kau pergi, Zainurma,” ujar lelaki tua berpakaian super necis yang duduk penuh wibawa di kursi kehormatannya. Sejumlah pengawal bertampang sangar berdiri di sisi kanan-kirinya, tak tampak lengah sedikit pun. Lanjut pria itu, “Dan saat kubilang lama, aku berbicara tentang waktu 500 tahun sejak kau pergi.”

“Lima ratus tahun?! J-jadi sudah selama itu?” seru Zainurma.

“Kau sudah dianggap sebagai desertir dari klan. Kasus kedua setelah Hewanurma. Hahahaha.” Lalu lelaki tua super necis itu berdiri lantas mengubah nada bicaranya menjadi serius. “Berani sekali kau kembali ke sini. Jadi apa maumu, hah?!”

Zainurma malah balik membentak, “Heh, ‘apa mauku’ katamu? Justru aku yang mesti bilang, sebenarnya semesta macam apa museum sialan itu? Dan mengapa kau mengirimku ke sana?! Kau pasti tahu sesuatu!”

Boss Nurma tersenyum jengah, “Ya, tentu saja aku tahu sesuatu. Aku mengirimmu ke sana untuk memastikan hal tersebut. Sayangnya kau tak pernah kembali. Tapi jika kau pikir aku mau mengatakan semuanya padamu, terlebih dengan lagak brengsekmu ini di hadapanku, maka kau keliru, anak muda.”

Kini Zainurma tertawa. “Bukannya lagak sengak ini adalah bawaan alami dari klan kita? Hehehehe! Tapi jangan salah, Boss. Aku tak perlu meminta apapun darimu. Aku tahu segalanya tentang klan ini … atau setidaknya, aku tahu di mana kalian menyimpan informasi penting.”

Boss Nurma terdiam sesaat, lalu matanya melotot.

Zainurma memberikan perkataan penutup, “Aku datang cuman buat bilang: LU GUE END!” (catatan penulis : iya, ini norak sekali ._.)

Lalu pintu ruangan yang berlapis baja nurmantium pun terlempar ke arah dalam seiring bunyi melengking nyaring dari suatu tebasan tombak. Dari balik pintu, muncul sosok sang Dewi Perang.

“Tuan Kurator, aku sudah mendapatkan apa yang kita cari!”

“Bagus, Mirabelle!”

Zainurma si desertir klan segera angkat kaki dari ruangan tersebut. Saat sejumlah pengawal Boss Nurma mencoba menghentikan, lagi-lagi sabetan tombak dari sang Dewi mengempaskan mereka.

“Aku mohon bantuanmu, Mirabelle. Di sini, kekuatan Katalog Semesta yang kupegang tidak akan terlalu berguna.”

“Bukannya di Museum Semesta atau di Alam Mimpi pun, kau tak pernah mau bertarung langsung, Tuan Kurator?”

Singkat cerita, keduanya berhasil melarikan diri dari mansion Nurma dengan membawa berkas yang mereka butuhkan. Sesuai dengan denah yang sebelumnya digambar oleh Zainurma, Mirabelle berhasil membobol ruang brankas data yang berisi segala berkas penting yang dimiliki oleh klan. Sambil Zainurma mengulur waktu, Mirabelle akan mencuri suatu berkas tentang semesta misterius yang dikenal sebagai Museum Semesta.

“Apa berkas yang kita curi ini akan membantu banyak, Tuan Kurator?”

“Aku tidak tahu sebanyak apa tetapi kita butuh semua informasi yang ada.”

“Dan sekarang kita kembali ke Museum Semesta?”

“Yah, kita tidak bisa kabur begitu saja? Kau tahu sendiri tentang itu. Saat artefak sialan itu bangkit dari fase kepompongnya, jiwa dan impian kita akan kembali terikat padanya.”

Zainurma dan Mirabelle pun bergegas kembali ke Museum Semesta. Bagaimanapun, keduanya tidak menyadari bahwa perjalanan singkat mereka ternyata tidaklah sesingkat yang mereka kira. Ketika mereka sampai di museum, semua sudah begitu kacau.

-reveriers-

Ratu Huban tampak sedang berpesta dengan sekitar seratus makhluk aneh di suatu aula pameran. Domba berlompatan di sekeliling, begitu pula dengan gulali yang beterbangan di udara. Itulah yang dilihat oleh Zainurma dan Mirabelle saat mereka tiba di Museum Semesta.

“Itu … mereka, bukankah mereka adalah karya-karya seni yang dikumpulkan museum?” Mirabelle terpana.

“Dan aku merasakan keberadaan sejumlah Reverier di museum!” geram Zainurma.

Sang Kurator mengangkat tangan kanannya lalu Katalog Semesta pun muncul di tangan tersebut. Ketika dia berseru, maka seluruh makhluk aneh yang ada di sana kembali berubah wujud menjadi beragam karya seni. Sang Kurator mengayunkan tangan, maka seluruh karya seni itu terpasang kembali pada posisinya masing-masing di sejumlah ruangan.

Zainurma melakukan hal itu berkali-kali di sejumlah penjuru museum karena rupanya bukan hanya di aula tersebut karya-karya seni lepas dan menggila.

Ratu Huban menghela napas sedih, “Yaaah … pestanya bubar, deh.”

Mirabelle menatap tajam si kepala bantal. “Anda mendatangkan para Reverier ke Museum Semesta?”

“Mumpung Sang Kehendak sedang hibernasi, ahaha, tapi kurasa 8 Reverier menghilang begitu saja. Mungkin mereka tersesat dan mati? Tersisa 8 saja yang masih bertahan~~”

Mirabelle menepuk dahi. “Tuan Kurator pasti marah besar.”

“Habisnya kalian pergi lama sekali. Sekitar dua atau tiga bulan tak ada kabar, kalau pakai hitungan waktu Alam Mimpi.”

“Ti-tiga bulan?” Mirabelle tersentak. “Kami hanya pergi sekitar 3 jam, mestinya.” Kemudian sang Dewi Konservasi baru tersadar kalau ada distorsi waktu yang luar biasa antara semesta lain dengan Museum Semesta.

Sementara itu, Sang Kurator baru saja menendang keluar makhluk mata berjubah ungu beserta domba-domba hitamnya dari museum kembali ke Alam Mimpi.

“Selesai sudah! Hhh … sial! Dan sekarang,” Zainurma melirik ke belakang, ke arah delapan sosok pemimpi yang masih bertahan, “kita harus bicara serius.”

-reveriers-

Kedelapan Reverier dikumpulkan di Alam Mimpi, di suatu rimba hutan gelap seraya mengililingi api unggun. Seolah mereka sedang berkemah. Dan ternyata, Zainurma tidak semurka yang Mirabelle kira. Justru Sang Kurator seperti antusias, tidak tampak seperti sedang menginterogasi tersangka.

“Kalau begitu kita buat sederhana saja. Tak ada waktu lagi. Tunjukkan padaku Arsamagna kalian dalam pertarungan kali ini!”

[]

Senin, 12 Desember 2016

[ROUND 3] 08 - MIA | WHERE IS THE BUTTERFLY FLUTTERING TO?

oleh: Meridianna
--



Where is the butterfly fluttering to?

In a rusted cage, the days that have become indistinct
Let off so much beautiful color that they begin to fade1

Dia mendengar suara-suara dari orang-orang, mengusik dan mengganggu telinganya.

'pembunuh.'
'keluarga terkutuk'
'dasar monster'
'monster'

Kata-kata itu terus diperdengarkan olehnya. Dia tidak merasa perasaan apapun walau kata-kata itu ditujukan padanya. Dia menganggapnya hanya sebuah suara dari kejauhan, tidak ada hubungan dengannya.
Tiba-tiba, dia mendengar suatu suara yang sangat dikenalnya. Menimbulkan rasa kangen yang hampir terlupakan.

[ROUND 3] 07 - NAMOL NIHILO | EMPAT |

oleh: Aesop Leuvea

--


EMPAT



Falanthring


Shishira, 116. Maagha, 4. Periode warna panas

S
elira diselipkan dukun-dukun Cag'pápásu menggunakan darah cerpelai suci; pada pipi merahmu yang kuciumi semalaman-sesiangan (selamanya kalau perlu), adalah berkah sebuah perlawanan bintang-bintang tak tahu terang~.

Di tepi sebuah danau besar, yang berada di ujung air terjun berwarna-warni, sekumpulan Nirmanuth pendosa menyanyikan kidung-komedi wajib. Pengantar prosesi pernikahan. Dalam balutan celana daun, topi bulu, dan coretan simbol-simbol Penjaga khusus di sekujur keabstrakan tubuh, semua laki-laki dan perempuannya saling bergandengan.

Mereka bergerak. Memanjangkan bayang-bayang api unggun yang membara di tengah-tengah. Berbahagia yang tertawa-tawa dalam tarian berpola berbaris-baris—kadang serapi kolom-kolom catatan leluhur tentang jumlah semesta lain di luar sana, kadang kacau seperti riak yang dihasilkan badai di atas permukaan Danau Falan.

[ROUND 3] 06 - NORA | HOUSE OF ILNESS ADALAH TERJEMAHAN DARI RUMAH SAKIT

oleh : Mocha_H

--


==Prologue==

Aku meningatnya. Aku masih mengingatnya, selalu terkenang, tapi aku sendiri yang tak menyadari kalau aku mengingatnya berulang kali. Sebuah ingatan, cerita yang seolah peninggalan satu-satunya dari ayahku tercinta.

Cerita itu dimulai saat aku dan ayahku mengunjungi suatu desa pedalaman, terpencil tapi masih mendapat akses lisrik. Dengan jas putih dan rambut gimbalnya, ayahku menemui para warga yang telah berkumpul di sisi lain gerbang desa yang tertutup erat. Ia berbicara dengan para warga desa, mencari keberadaan seorang wanita yang namanya tak pernah kudengar.

Aku tak ingat kapan gerbang itu dibuka, tapi ketika aku menyadarinya, kami sudah berada di tengah desa. Sepi, bahkan lebih sepi gerbang tadi karena tidak ada satu orangpun yang kami temui. Kukira itu janggal, tapi aku baru menyadari bahwa latar hitam telah bertebar di langit, bahkan semenjak kami di depan gerbang.

[ROUND 3] 05 - SHERAGA ASHER | YETZER HARA

oleh :Ahran Effendi
--



 [Perhatian: mengandung konten dewasa.]


“Memangnya siapa kau ini, menyangka semua orang terlalu peduli kepadamu sehingga begitu membencimu?”

- 1 -
Tiga bulan sejak mendadak lenyapnya Ibukota Batya, kepanikan senantiasa meraja. Bak direngkuh Hari Akhir, anomali beranjak menggila. Warna hitam mengerumit Yisreya dengan perlahan namun pasti. Membunuh segenap makhluk yang dilalui. Dan belum cukup dengan tanah air, laut di utara ikut lesap bersama jutaan asa. Tiada lagi jalan bagi bangsa Dayan untuk menghindar menyaksikan tumbuhnya benih kehancuran tepat di depan mata.

Tinggal menunggu seluruh Benua Barat lebur bersama kehampaan.

Betshev Eliezer menjadi saksi atas mengikisnya semangat hidup di seluruh penjuru negeri. Doa-doa terus dipanjatkan, tetapi sahutan tak pernah datang. Pengorbanan dijalankan, namun dijawab sunyi. Seiring bergulirnya masa, kian banyak Dayan merayau-rayau di jalanan. Tangis dan jerit keputusasaan serupa melodi abadi yang tak pernah surut.