Selasa, 08 Maret 2016

[FBC] 026 - EMOAR CYANITH

EMOAR CYANITH
VERSUS
FATANIR
MIMA SHIKI REID
[Tantangan NV5]
oleh: Dimas Pamungkas
---

[Hari Penghakiman]

Prolog

Ketika kubayangkan kembali neraka yang telah kulewati demi mencapai keadilan paling sempurna, rasanya sangat mustahil kalau ternyata sekarang aku masih hidup.

Benar, aku semestinya mati—jiwaku, ragaku, seharusnya sudah mati pada saat itu.

Aku tidak melebih-lebihkan, tidak juga mendramatisir apapun yang terjadi beberapa saat yang lalu. Meski hanya sebatas satu kedipan mata, semua yang kualami terasa seperti sebuah keabadian. Bagaikan mimpi, walau jika saja memanglah mimpi, aku yakin itu adalah mimpiku yang paling buruk.

… Atau bahkan paling baik.

Yang manapun itu, aku rasa siapa saja bisa menilai sendiri esensi apa yang sebenarnya kudapatkan. Meski aku mengatakannya sebagai keadilan paling sempurna, bukan berarti itu sempurna sepenuhnya. Atau mungkin lebih tepatnya, alat yang kugunakan itu sendirilah yang sempurna.

Aku tidak sempurna. Aku yang menggunakannya tidaklah sempurna. Sama sekali tidak.

Jadi, apabila ada suatu kesalahan yang kubuat—kumohon beritahu aku.

Karena aku menginginkannya.

Karena aku menginginkan kesempurnaannya.

Sebab, apa yang kurasakan setelah menutup tirai yang akan aku buka kembali ini—


—bagaikan memimpikan sesuatu yang semu.


***

Senin, 07 Maret 2016

[FBC] 025 - SHIRR DAEVA

VERSUS
ALSHAIN KAIROS
STALLZA
RENA CHRONOSS
[Tantangan V6]
oleh: Aki Firmansyah

---

Unleash
An Introduction

Semilir debu pasir terempas angin barat.
Daratan di belakangku terkoyak meninggalkan sisa-sisa cabikan panjang sejauh cakrawala terbentang.
Tak ada lagi yang tersisa.
Tak ada.

Kedatanganku kembali membawa petaka.
Lagi-lagi, kala langit mulai runtuh,
dan kehancuran mulai melanda.
Sosokku hadir membawa bencana.

Akulah sang pembawa malapetaka.
Akulah manusia terakhir yang dikutuk Dewi Nama.
Dewi mimpi dan kematian yang menanamkan benih kekacauan dalam tubuhku.
Benih yang setiap saat menggerogoti nalarku.

Namaku Shirr Daeva.
Dikenal sebagai penombak kacau dari Wyrdland
Akulah yang tersisa dari kaumku
Para pemimpi radikal penyembah Nama.

Akulah sang pemimpi
Radikal
Akulah si penombak kacau
Akulah sang kekacauan itu sendiri.

***

Beranikah engkau bermimpi?
Beranikah?
Beranikah engkau?
Bermimpi?
***

[FBC] 024 - ARCA

VERSUS
RENA CHRONOSS
ROGER DANIEL
SANELIA NUR FIANI
[Tantangan NV4]
oleh: Andreawan Penulis Dadakan

---

Hari ini kota metropolitan tidak seperti biasanya. Jalan-jalan di tutup dan sepanjang jalan di beri pita pembatas jalan. Hari ini kota metropolitan akan dikunjungi oleh seorang puteri dari negeri seberang, seorang puteri yang terkenal akan kecantikannya. Dialah puteri dari negeri bernama Land of Chronoss yang bernama Rena Chronoss.
Di pinggir jalan orang-orang sudah berkumpul untuk menyaksikan kedatangan sang puteri kerajaan Barbatos. Walaupun kerajaan itu tidak dikenal oleh masyarakat luas, namun isu kecantikan sang puteri sudah menyebar dari mulut ke mulut.
Dari jauh iringan musik marching band sudah terdengar dan orang-orang yang berada di sekitar jalan sudah mulai ramai dan saling berbisik-bisik. Suara iringan musik makin terdengar kencang dan iringan pemain marching band sudah terlihat. Tampak barisan polisi mengelilingi sebuah mobil hitam mewah dengan kap terbuka. Di mobil itu tampak seorang wanita cantik berwajah dingin menatap ke depan tanpa memperdulikan sekelilingnya yang ramai meneriaki namanya.
Di samping wanita itu seorang pemuda berambut hijau melambai-lambaikan tangannya menyapa para  penonton. Tampaknya pemuda itu kebalikan dari sang wanita, pemuda itu tertawa, tersenyum, kadang sesekali menyenggol sang puteri untuk mengikuti gerakannya. Tapi sepertinya sang puteri tidak memperdulikannya, dia tetap saja bersikap dingin.
Dari keramaian tanpa mereka sadari seorang pria bermantel hitam mengawasi mereka berdua. Orang bermantel hitam itu mengeluarkan tiga buah foto bergambar sang puteri, pemuda berambut hijau dan seorang wanita berambut biru bermata hijau.
"Satu lagi tidak ada," gumamnya.

Minggu, 06 Maret 2016

[FBC] 023 - ZARID AL-FARABI

VERSUS
BU MAWAR
SANELIA NUR FIANI
MIMA SHIKI REID
[Tantangan NV5]
oleh: Mohamad Yusran

---

Jalan Membara


Suatu hari.

Di puncak gedung tertinggi.

Antara puing-puing kota mati.

Sesosok manusia kaleng bersandar sendiri, menikmati terbitnya mentari.

Maha Besar Tuhan yang menciptakan dunia ini. Dalam iterasi dimensi yang sudah tak terhitung lagi, masih ada keindahan bangkitnya mata sang hari menyambut pagi.

Sosok itu mendelik mata kuningnya, menikmati cahaya terang melimpah yang memancar ke tempatnya.

"Sayang sekali nona Tata tak ada di sini."

Zarid Al-Farabi sedikit menyesal berpisah dengan gadis berambut putih yang menyelamatkannya, namun ia tahu bahwa Takdir menginginkan mereka mengambil jalan yang berbeda. Saat Zarid masih ingin mencari rahasia dan kebesaran-Nya, Tata ingin berkelana ke dalam neraka, demi hiburan yang selalu ia damba.

[FBC] 022 - ELEANOR TIFFANY

ELEANOR TIFFANY
VERSUS
ROGER DANIEL
MLIIT
MIMA SHIKI REID
[Tantangan NV6]
oleh: Lazuardi Pratama

---

Suatu Hari dalam Drama Dinihari

Pada suatu hari, aku bermimpi mimpi yang tidak lazim. Biasanya aku bermimpi soal Papa Jack yang kehilangan giginya dalam balapan sepeda roda tiga. Atau soal seorang perempuan yang rasanya kukenal dekat, tapi wajahnya tidak ada, yang melenguh menggairahkan karena kunaiki pinggulnya. Biasanya mimpi-mimpi itu hanya sekejap saja muncul, hingga kemudian aku terbangun karena suara Harley Davidson milik Uncle Penny yang digeber setiap pagi.

Malam itu aku baru pulang dari kedai kopi. Akhir-akhir ini punggungku agak gampang encok setelah menendang pantat orang.

[FBC] 021 - FATIMA DHU AL-QARNAYN

FATIMA DHU AL-QARNAYN
VERSUS
FATANIR
ROGER DANIEL
[Tantangan NV2]
oleh: Zoelkarnaen

---

That Damn Dream's Damsel


Jam dinding berdentang dua belas kali saat pintu kantor Biro Investigasi milik Dale mendadak terbuka, deru badai pasir pun bergemuruh mengiringi mengiringi masuknya sosok wanita bertubuh tinggi dan besar. Dari tangannya ia melemparkan sebuah karung yang berlumuran darah, lalu tanpa basa-basi ia segera merebahkan dirinya di atas sofa ruangan kantor tersebut.

Sementara itu di sisi terjauh ruangan dekat jendela, seorang pria paruh baya yang sebelumnya sibuk mengetik sesuatu kini berhenti sejenak. Pria itu menghela napas panjang seraya memijat keningnya sendiri.

"Fatima, bisa tolong jelaskan kepadaku, apa maksud dari semua ini?" tanya pria yang bernama Dale itu akhirnya.

"Itu buronan targetku," jawab Fatima langsung. "Kau tahu, pekerjaan yang kau berikan kepadaku minggu lalu, yang kliennya adalah pihak kepolisian?"

"Ya-ya aku tahu, karung kecil itu pasti berisi potongan tangan dan kepala dari si keparat malang, tapi bukan itu yang kutanyakan. Kenapa kau datang ke sini di tengah badai pasir, lalu mengotori karpet baruku dengan darah buronan?"

Dale pun berdiri sambil menunjuk ke mejanya. "Lihat ini, lihat ini semua! Mejaku, kopi ku, dan berkas-berkas yang baru saja kuketik, semuanya bertaburan pasir!"

"Brewok manja, jangan bawel, ah!" hardik Fatima yang kini berguling di sofa memunggungi bosnya. "Kalian bangsa Eydis terlalu banyak mengeluh, memangnya kau pikir semua orang yang kau temui itu dari bagian pengaduan?"

Biasanya Fatima akan lebih tahan dengan segala keluhan yang dimuntahkan Dale, tetapi rasa lelah yang ia rasakan saat ini membuatnya malas melayani segala ocehan si brewok itu. Hanya tidur nyenyak yang ia inginkan di siang hari berbadai ini.

Baru saja Fatima akan memejamkan kedua matanya, pintu ruangan kantor kembali terbuka, membawa deru dan debu masuk bersama dua sosok berjubah. Beruntung Fatima belum sempat melepas masker logam yang melindungi mulut dan hidungnya, atau saat ini mungkin ia sedang terbatuk-batuk seperti Dale.

Berusaha tak mengindahkan rentetan omelan Dale yang seperti senapan mesin, Fatima melepas rompi lalu memakainya untuk menutupi kepala. Fatima menduga kalau kedua sosok yang masuk barusan pasti Marreth dan Mirreth, putri kembar si bos.

Tak butuh waktu lama sampai akhirnya Fatima terlelap, rasa penat yang dirasakan menyeretnya semakin jauh dari alam sadar. Suara omelan yang bercampur canda dan tawa pun terdengar semakin redup.

***

[FBC] 020 - FRANKA ZAITSEV


FRANKA ZAITSEV
VERSUS
MAHESA WERDAYA
BU MAWAR
FATANIR
(featuring MIMA SHIKI REID)
[Tantangan NV5]
oleh: Kay Rahayu
---

The Mysterious Man
  
[Cerita Franka Zaitsev dihapus dari blog atas keinginan authornya
karena dalam proses untuk dijadikan novel sendiri]

[FBC] 019 - NANO REINFIELD

NANO REINFIELD
VERSUS
SANELIA NUR FIANI
[Tantangan N4]
oleh: Dwi Hendra

---


UNHAPPY ENDING LOVE STORY

[Suatu Tempat di Exiastgardsun]


Di suatu malam yang ramai, seseorang bertopeng rubah dan memakai hoodie biru gelap sedang berlari menembus kerumunan penduduk Exiastgardsun yang sedang menyelenggarakan karnaval malam tahun baru. Ia mendorong dan menyenggol orang-orang yang berada di sekitar jalan. Ia menaruh dua dagger di pinggangnya bersiaga sewaktu-waktu para prajurit Exiastgardsun menghadang langkahnya.


Tap..
Tap..
Tap..


Suara lari dari orang itu tidak bisa menyamai riuh rendahnya suara orang-orang yang berada di karnaval itu. Ia sesekali menengok ke belakang memastikan tidak ada prajurit yang mengejarnya.


"Hei, Kau! Berhenti!!" teriak salah satu prajurit.


Drap!
Drap!
Drap!


Suara berat dari gesekan baju besi prajurit menandakan mereka masih mengejar orang itu. Para prajurit berpencar menjadi kelompok-kelompok kecil dan menyebar ke semua jalanan sempit yang ada untuk mempersempit ruang gerak orang itu.


"Orang Exiastgardsun memang tidak gampang menyerah."


Terpaan cahaya lampu jalan silih berganti menerangi jubah biru tua yang terkesan kumuh itu. Ia menoleh ke kiri dan kanan berharap menemukan sebuah tempat untuk meloloskan diri dari kejaran prajurit Exiastgardsun.


Drap!
Drap!


"Nano! Berhenti atas nama Ketua Sanelia!"


Seorang prajurit menghadang di depan dengan menghunuskan pedang dan bersiap untuk menyerang. Nano mengambil dua dagger di pinggangnya dengan cekatan dan terus berlari menerjang hadangan prajurit itu.

Sabtu, 05 Maret 2016

[FBC] 018 - EDMUND


EDMUND
VERSUS
RENA CHRONOSS
[Tantangan NV1]
oleh: Kevin Arnando
---

"Apapun yang Terjadi, Jangan Narkoba"



1
Ada empat hal menarik di bar itu malam ini; kakek-kakek tuli, seseorang dengan lubang besar dan darah di kepalanya, wanita cantik, dan bunyi ledakan di luar. Gemuruh ledakan yang terdengar berulang-ulang. Begitu nyaring hingga gelas-gelas yang ditata di rak kaca bergetar setiap kali bunyi ledakan itu muncul.

Kakek-kakek tuli itu, karena dia tuli, masih santai menuangkan bir untuk dirinya sendiri. Anak muda jaman sekarang, pikirnya, menyelesaikan masalah dengan kekerasan bukanlah cara yang benar. Lalu dia membolak-balik halaman majalah porno.

Sepelemparan batu dari tempat duduk si kakek, Edmund baru saja melepaskan tembakan demi tembakan. Dia berdiri di tengah jalan dan sedang mengisi pelurunya. Semua suara lenyap saat dia berhenti menembak, hanya desau angin samar-samar.

"Pertamanya aku memang nggak tahu kalau kamu itu perempuan. Tapi, aku nggak nyangka kalau kamu sejenis gituan."

Ed mengacungkan revolvernya ke atap sebuah bar tua. Tidak ada apapun di sana. Sepersekian-detik berikutnya, sebuah sosok mendaratkan kaki di situ, tepat ketika Edmund menekan keras-keras pelatuknya. Untuk beberapa saat yang terasa memuaskan, dia mengira tembakannya mengenai sasaran.

Ternyata tidak. Pelurunya menembus udara kosong. Ed memang berhasil menebak langkah berikutnya dari perempuan itu. Tapi, lagi-lagi sosok tersebut menghindar sedikit lebih cepat.

"Rena Chronoss," gumamnya. "Jadi, gimana versi ceritamu?"

Dengan satu lompatan kilat, perempuan bertudung itu bergerak turun.

"Tidak ada hubungannya denganmu," katanya. Tanpa nada suara yang menunjukkan ekspresi apapun. Tudung kepalanya hanya menampakkan sedikit bagian dagu yang sepucat bulan. Kemudian, hampir-hampir berbisik, "Aku hanya ingin bertahan hidup."

"Bertahan hidup," ulang Edmund. "Rupanya putri kerajaan bisa juga mikirin hal paling jelata kayak gitu."

Dia membelokkan pistol, langkah yang benar-benar disesalkannya. Ed merasakan logam dingin menancap di dalam perut. Bermodal kecepatan trengginas, Rena telah berdiri di belakang Edmund seraya mendorong belatinya melesak lebih dalam ke pinggul pemuda itu.

Ed mencengkram keras lengan Rena tanpa menoleh ke belakang. Yang membuat gadis itu cukup kaget. Kebanyakan korban yang dia temui tidak sempat melakukan gerakan tak terduga seperti sekarang. Sepanjang pengalamannya, orang yang kesakitan tidak banyak memberi perlawanan.

"Keparat!" jerit Edmund. "Jangan sampai kena Yang Mulia Pelé!"

[FBC] 017 - AELUVARS

AELUVARS
VERSUS
MIMA SHIKI REID
[Tantangan N1]
oleh: Alqoir Elane

---

Salvation


Impian. Sesuatu yang pasti dimiliki oleh setiap manusia. Hasrat dan keinginan untuk sesuatu yang lebih lagi selalu muncul dari jiwa manusia yang tidak pernah puas. Impian tersebut terkadang dapat dicapai, namun banyak pula yang gagal. Tubuh manusia yang terbatas oleh hidup dan mati tidak mampu memenuhi seluruh hasrat jiwa yang tidak terbatas.

"Tik….."
"Tik…..Tik….."
Hujan mulai turun membasahi bumi. Di atas tanah itu tergeletak sebuah tubuh tak bernyawa. Seorang  perempuan berambut hitam yang panjang, matanya menatap kosong. Tubuhnya sudah tidak berbentuk lagi. Jari- jari tangannya sudah hilang entah kemana. Kaki kirinya hampir lepas dari tubuhnya. Tak seorangpun yang tahu siapa nama wanita itu. Yang mereka tahu hanyalah ia telah mati. Tubuh itu kini tanpa jiwa, hanya seonggok daging yang kelamaan akan membusuk.