oleh : hewan
Ringkasan cerita sebelumnya:
Pertarungan semi final dimulai ketika Zainurma meminta
kedelapan Reveriers yang tersisa untuk menunjukkan Arsamagna mereka. Sementara itu, Sang Kurator sendiri sudah
mengantongi informasi mengenai rahasia Museum Semesta dari hasil kunjungannya
dan Mirabelle ke Klan Nurma, tempat di mana Zainurma dulu menjadi mafia. Akan
tetapi, bahkan Zainurma pun tak menyangka bahwa hasil dari semi final itu begitu
jauh dari apa yang dia bayangkan.
Di sisi lain, Ratu Huban dan Oneiros sedang berdiam
memojok di penjuru Alam Mimpi. Mereka sudah dekat untuk membangkitkan kekuatan sejati
mereka, impian mereka sebagai penguasa asli Alam Mimpi. Sedangkan di Museum
Semesta, Sang Kehendak sudah hampir bangkit.
-reveriers-
Zainurma mengurung diri terlalu lama di ruangannya
sendiri yang penuh dengan segala macam naskah, termasuk satu naskah yang lebih
penting dari semuanya, yaitu berkas Klan Nurma yang berisi informasi mengenai
Museum Semesta. Butuh waktu lama bagi Zainurma, menguras otaknya untuk
memecahkan sandi dan menerjemahkan teks pada berkas itu. Dia tak menyadari
bahwa pertarungan semi final telah lama berakhir selagi dirinya berkutat dengan
naskah tersebut.
Mirabelle, yang sejak awal sudah setia pada Zainurma dan
tak banyak tanya tentang tindakan Sang Kurator, kini mulai tidak sabar. Berkas
yang dia berikan pada Zainurma seharusnya merupakan petunjuk terbaik mereka
untuk bisa melepaskan diri dari Museum Semesta dan Sang Kehendak yang telah
begitu lama mengekang jiwa dan impian keduanya. Bagaimanapun, Zainurma seolah
menyimpan semua informasi untuk dirinya sendiri.
Akhirnya Mirabelle terpaksa mengambil tindakan
sendiri.
Dia meninggalkan Museum Semesta untuk mengunjungi dua
Reverier terakhir yang masih bertahan di turnamen ini.
“Bahkan aku sendiri pun tidak tahu kemana semua ini
akan berakhir,” ujar Mirabelle pada sosok pemuda tampan di Bingkai Mimpinya. “Tapi,”
Dewi Konsevasi itu menyodorkan sebuah berkas, “kurasa kau berhak untuk menerima
ini.”
“Apa ini?” tanya pemuda itu singkat saja.
“Itu salinan yang kubuat dari berkas milik Sang
Kurator. Tentang rahasia Museum Semesta. Aku tak mengerti isi naskah itu tapi
mungkin kau bisa mengerti dan memanfaatkan itu.”
“Anda memberikannya padaku? Informasi sepenting ini?”
“Tidak masalah. Aku juga akan memberikan salinan yang
sama pada finalis satunya lagi.”
Kemudian dewi itu pamit dan bergegas menuju Bingkai
Mimpi lain. Sesuai perkataannya, dia memberikan salinan serupa kepada Reverier
terakhir, si Alien aneh.
“Bersiaplah untuk apapun yang akan terjadi setelah
ini. Kau sudah meraih kekuatan besar tapi mungkin itu belum cukup untuk
menyelesaikan semuanya. Kau butuh informasi.”
Tanpa banyak basa-basi, Mirabelle pergi.
-reveriers-
Mata Zainurma membesar, dia menggebrak meja
keras-keras mewakili setengah kekesalannya. Setengahnya lagi, bagaimanapun,
adalah jawaban dari apa yang dicarinya selama ini.
“Mengapa aku tak menyadarinya selama ini!? Bukankah
benda ini selalu ada padaku?”
Zainurma menjentikkan jari, muncul Katalog Semesta di
tangannya diselingi kilapan kemilau emas.
“Tadinya kupikir buku ini cuman sekadar katalog ajaib
yang mencatat seluruh koleksi di museum ini ….”
Sang Kurator menyeringai lebar. Dia telah mengetahui
banyak hal krusial mengenai Museum Semesta yang tidak dia sadari sebelumnya,
tentang adanya entitas asli penguasa Museum Semesta bahkan tentang suatu benda istimewa
yang merupakan manifestasi dari kekuasaan Sang Kehendak. Benda itu tak lain dan
tak bukan adalah Katalog Semesta.
Mungkin karena sifat bawaan Zainurma yang tidak mudah
percaya, tidak pernah dia menduga kalau selama ini dirinya sudah dipercayakan
untuk memegang benda yang begitu penting.
Kemudian Zainurma sampai pada satu kesimpulan.
“Hahahaha, kau memberikan Katalog Semesta ini pada
orang yang salah, artefak sialan! Aku tidak pernah suka dengan buku merepotkan
ini!?”
Arsamagna Sang Kurator pun
bangkit—kekuatan untuk menghancurkan apapun yang berkaitan dengan impian dan
kehendak. Dilemparnya Katalog Semesta ke depan lalu dilayangkan tinju kirinya
ke arah buku tersebut. Sekelebat cahaya keemasan memancar dari tangan Sang Kurator
membentuk wujud serigala yang mencabik-cabik Katalog Semesta hingga terburai.
Ledakan aura mengempaskan Zainurma dan menghancurkan
ruang kuratornya yang sempit. Dia terlempar ke belakang, jatuh tepat di samping
Mirabelle yang baru saja kembali dari Bingkai Mimpi.
“T-Tuan Kurator? Apa yang Anda lakukan!?”
“Oh, Mirabelle.” Zainurma bangkit dan menyeka debu di
setelan jasnya. “Tidak apa-apa. Aku hanya menghancurkan Katalog Semesta.”
“…APA??”
“Dengar, Mirabelle, kita terlalu lugu. Artefak sialan
itu ternyata—”
Perkataan Zainurma terpotong.
Museum Semesta berguncang seperti gempa yang begitu dahsyat.
Zainurma dan Mirabelle kehilangan keseimbangan pijakan dan terjatuh. Lapisan cat
keemasan yang menghiasi tembok-tembok Museum Semesta mulai rontok, karpet merah
yang membentang di lantai menjadi pudar dan menghitam. Dam yang terjadi
selanjutnya adalah—
—seluruh karya koleksi Museum Semesta menjelma kembali
menjadi wujud asalnya! Termasuk hampir 100 Reverier terbaik yang menjadi peserta
utama turnamen (minus 2 finalis yang masih ada di Bingkai Mimpi). Mereka semua
terbingung dengan kejadian ini, panik, beberapa berusaha lari entah kemana, dan
yang lainnya termenung mencoba membaca situasi.
Mirabelle membentak, “APA YANG SUDAH ANDA LAKUKAN,
TUAN KURATOR!?”
Naluri sang Dewi merasakan bahaya yang segera datang.
Dia langsung melarikan diri ke Alam Mimpi. Sedangkan rekannya, Zainurma,
tiba-tiba melayang cepat seolah tersedot oleh angin kuat. Tubuhnya ditarik
langsung ke Aula Kehendak, kini dia berdiri di hadapan entitas yang paling
dibencinya lebih dari apapun.
Sang Kehendak terbangun. Dia berbicara langsung ke
benak Zainurma.
[Kau sudah mengkhianati kepercayaanku!]
“Hhh … lalu kau mau apa, patung jelek?!” Zainurma
bersiap dengan kuda-kudanya untuk melancarkan Arsamagna, namun—
Sang Kurator telah berhenti bergerak. Dia berhenti
bernapas. Tubuhnya mengeras menjadi satu-satunya karya koleksi yang tersisa di
Museum Semesta.
Rantai raksasa yang menyelimuti Sang Kehendak
terlepas. Patung-patung manusia yang tadinya menopangnya kini hancur menjadi
ribuan kerikil. Cangkang otak raksasa itu pecah. Sosok asli Sang Kehendak
terlihat.
-reveriers-
Kebangkitan Sang Kehendak menjadi pemicu bencana
mahadahsyat yang melanda begitu banyak semesta, mulai dari yang terdekat. Satu
demi satu tersedot ke Alam Mimpi, menjadi wilayah baru di sana. Namun bukan
wilayah yang hidup, melainkan hanya bongkahan tanah tanpa impian. Hitam. Tak
berkehidupan.
Kedua Reverier terbaik yang masih berada di Bingkai
Mimpi mereka, menunggu setia datangnya babak final, merasakan goncangan kuat
yang melanda seluruh Alam Mimpi. Salah satu dari mereka didatangi oleh Ratu
Huban, sedangkan yang lain dikunjungi oleh Oneiros.
“Hei, aku sudah menemukan impianku sendiri, akhirnya~
tapi aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan semua ini,” ujar Ratu Huban kepada
salah satu finalis.
“Kau siap untuk bertarung, pemimpi!?” hardik Oneiros
pada finalis satunya, di tempat lain. “Aku akan membawamu ke Museum Semesta.”
-reveriers-
Kepingan terakhir dari misteri Museum Semesta pun
tersibak. Di tempat terdalam museum, tak tersentuh oleh siapapun selama waktu
tak terhingga, suara itu mengiba pilu.
Wahai kedua pemimpi terhebat, temukanlah aku.
Akan kupinjamkan impianku pada salah satu darimu.
Selamatkanlah semesta ini,
atau hancurkanlah!
[]