AIRI EINZWORTH
oleh: Kagero Yuuka
--
Furnance
(Kagero Yuuka)
Entah apa itu kenyataan atau mimpi, aku tak
tahu. Meskipun sekilas, kejadian itu terasa begitu nyata, dua sosok buram itu
datang dan mengatakan sesuatu kepada ku, aku tak terlalu mengingatnya yang ku
ingat hanyalah sosok kecil itu mengatakan tentang“Reverier”, “Mahakarya” , “Alam
Mimpi” dengan nada suara yang
sedikit ceria dan bersemangat, apa maksudnya? Apa itu Reverier? Apa itu
Mahakarya? Dan Mimpi?
*
Pagi itu aku bangun di kamar ku yang
berada di lantai Dua kediaman Bangsawan Einzworth, Ketukan pintu yang
berulang-ulang itu benar-benar mengganggu ku rasanya ingin sekali aku menghajar
siapapun itu, tapi marah-marah di pagi hari bukanlah hal yang baik, meskipun
karena hal itu aku harus memulai pagi ku dengan mood yang jelek.
“Airi-sama
sudah pagi, saatnya anda bangun” suara itu tanpa seizinku memasuki kamar ku,
sosok gadis yang lebih tinggi dari padaku yang mengenakan setelan baju pelayan
dengan Appron yang terikat di pinggangnya.
Erica itulah nama dari Pelayan satu ini, dia benar-benar sering membuatku jengkel
karena tingkah laku dan sifatnya yang datar dan seperti tak berperasaan itu,
tapi berapa kali pun aku meluapkan kejengkelan ku padanya, semua itu akan
percuma saat “Dia” muncul.
“Airi... sudah siang lohh~ tak baik tidur
terus” suara lain lagi muncul dari balik sosok Erica yang masih berdiri di
dekat pintu, sosok gadis berambut Ikal sebahu dengan kulit kecoklatan bak kulit
buah Sawo yang baru matang.
“Maya, Tak perlu juga kau datang kesini,
lagipula Erica saja sudah membangunkan ku” balasku ketus sambil menggaruk-garuk
kepala ku.
“hummph!! Aku sudah datang kesini dan hanya
begitu respon mu kepada Kakak tercinta mu ini huh!!” Maya menggembungkan
pipinya, jujursaja dia terlihat cantik nan elegan dan juga imut, tapi ada satu
hal yang sebenarnya ingin ku bantah dari kata-katanya, tapi ah sudahlah
lagipula dia juga bukan tipe orang yang akan mendengarkan bantahan kecil
seperti itu.
“Baiklah Airi-sama apa mau saya bantu mandi? Atau mengganti pakaian?” Erica
berucap masih dalam intonasi datar nan dingin.
“Tidak, Terima Kasih, aku bisa Mandi sendiri”
sahutku masih ketus kemudian berjalan kearah kamar mandi sambil melepaskan
piyama sepotong demi sepotong hingga benar-benar telanjang di dalam kamar mandi.
*
Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai hidupku
saat ini, Kehidupan sebagai bagian dari keluarga bangsawan besar yang
berpengaruh di kota Belkan ini, tapi
bagaimanapun aku menolaknya, Si Maya itu akan terus mengejarku dan memelukku
erat seperti Adiknya sendiri, meskipun memang kenyataannya kita seumuran, tapi
dia meiliki nasib yang lebih menyenangkan daripadaku, ia lahir dan di besarkan
di keluarga ini, berkelimang harta dan kehormatan tapi anehnya, ia tak
mempedulikan hal itu dan tetap bergaul dengan siapapun, menjadikannya seorang
sosok pemimpin berikutnya yang sangat ideal di mata orang lain. Keluarga
bangsawan Einzworth merupakan bangsawan yang mengatur dan menguasai pertambanga
mineral besar yang berada di kota Belkan
ini, kadang kala saat aku mencari pekerjaan sebagai Buruh di tambang, aku kerap
kali bertemu dengannya, Err, bertemu lebih tepatnya melihat dia dari Jauh,
jujur saja memang aku kadang iri dengannya, ia bisa di segani dan di sukai oleh
banyak orang karena kharismanya dan keramahannya tapi, saat aku datang kesini
semua itu terlihat sedikit berbeda.
Bagaimana aku bisa disini? Ceritanya cukup
panjang sebenarnya, tapi semua bermula saat sebuah surat datang dan terselip di
bawah pintu gubug kecil yang ku sebut rumah ini, bertepatan dengan satu minggu
setelah mendiang ibuku wafat. Surat yang merupakan undangan untuk ku untuk
datang ke kediaman Einzworth, aku
sempat berpikir kalau ini lelucon, maksudku ada perlu apa Bangsawan seperti Einzworth sampai repot-repot mengirimkan
sebuah surat berstempel keluarga ke Gubug tempatku tinggal. Aku tak menghiraukannya
dan melanjutkan kehidupan ku sendirian meskipun masih di rundung duka akibat
meninggalnya ibuku.
Ibuku adalah keturunan dari bangsa Crimson Demon yang memang mendiami
daerah sini, bahkan jauh sebelum kota Belkan
ini di ada, dan beliau tidak pernah mau menceritakan siapa ayahku secara detil,
dan kini aku mengetahuinya setelah dipaksa, tidak. Tepatnya aku di seret dan di
hajar oleh si Erica itu yang kemudan di bawa ke kediaman Einzworth tepat tiga
hari setelah surat itu ku terima dan tak ada balasan dariku hingga Hari itu.
Hari itu aku berniat untuk berjalan-jalan ke
kota, setidaknya untuk mencari pekerjaan demi uang makan. Meskipun aku tinggal
di daerah kumuh kota Belkan aku tidak
serendah itu untuk meminta-minta belas kasihan atau bahkan mencuri, umurku
delapan belas tahun jadi aku sudah cukup umur untuk bekerja, sedangkan ibuku
baru saja meninggal dan aku tak tau siapa ayahku. Menurut cerita ibu, ayahku
adalah seseorang yang sangat penting tapi, ia sudah lama menghilang, mungkin
sudah mati. Lalu sosok itu datang di depan rumahku, pertama kali aku membuka
pintu dan Wow! Coba tebak, dia sudah berada disana, hebat sekali pagi-pagi
sekali dengan pakaian pelayan ia sudah berdiri di depan rumahku. “Airi-sama” ucapnya dengan nada datar
memanggil namaku. Huh!? “-sama” dia
memanggilku dengan sebutan terhormat? Apa dia bercanda? Aku kan hanya makhluk
rendahan dan juga orang terbuang, tapi dia memanggilku seperti itu, dan juga
apa-apaan pakai acara membungkuk di hadapanku segala, sungguh hari itu sangat
mengejutkan sekali bagiku.
“Akazora Erica, Aku dari keluarga Einzworth,
kemari untuk menjemput anda atas perintah nona Maya” ia memperkenalkan diri dan
juga mengatakan tujuannya masih dengan intonasi datar dan tak berekspresi,
apa-apaan dia? Apa dia benar-benar manusia?, dan juga atas perintah Maya?
Maksudnya Maya yang itu? Penerus keluarga bangsawan Einzworth? Huh! Dia pasti
bercanda. Aku masih diam menatap sosok yang memeperkenalkan diri sebagai
“Erica” ini, “huh!!? Menjemputku? Untuk apa? Dan juga ada perlu apa keluarga
bangsawan seperti Einzworth menemui ku yang rakyat jelata ini huh!?” sahutku
sedikit ketus, karena dia sudah mengambil beberapa menit ku yang berharga untuk
bekerja yang artinya semakin sedikit upah yang akan ku terima. “Ikutlah dengan
saya, setibanya di kediaman Einzworth Nona Maya sendiri yang akan
menjelaskannya, dan ini ada titipan untuk anda, dari nona Maya”, Erica membalas
masih dengan intonasi datar yang kemudian memberikan sebuah bingkisan tas
kepadaku. Aku melongokkan kepala melihat isinya, Sebuah gaun? Untuk apa Maya
memberikan ku pakaian yang merepotkan ku? Dan juga sampai menyuruhku datang
segala kerumahnya? Ini lelucon bukan?. “Bisakah anda cepat berganti baju dengan
baju tersebut? Nona Maya sudah menunggu, atau perlu saya bantu berganti baju?”
ucap Erica masih dalam intonasi yang sama, lama-lama dia menjengkelkan juga,
ingin sekali ku pukul dia. “aku tak mau mengenakan ini, merepotkan” sahutku sambil
mengembalikan bingkisan itu. “Hm..? anda tidak mau? Itu artinya?” ia kembali
bertanya kepadaku. “Aku tidak mau menerimanya, maaf saja yah kalau ini adalah
bentuk rasa kasihan, aku tak sudi di kasihani oleh orang-orang seperti kalian”
sahut ku sambil melipat kedua tanganku di dada, ya aku tak butuh belas kasihan,
apa lagi dari para bangsawan seperti dia.
Yang ku ingat berikutnya adalah
kegelapan, tiba-tiba saja pandangan ku menjadi gelap yang ku dengar
terakhirkali adalah bisikan tidak jelas yang di katakan oleh si Erica itu yang
secara bersamaan ia menghampiriku, dan disaat aku terbangun aku sudah berada di
dalam kereta kuda, dengan sudah memakai gaun yang tadi ia berikan, rambut
merahku yang awalnya berantakan dan hanya ku ikat asal kini sudah tersisir rapi
dan terkepang indah di atas pundak ku, jangan-jangan dia?. “Anda Sudah sadar
Airi-sama? Seperti pesan nona Maya,
kalau anda menolak, saya diizinkan untuk mengunakan kekerasan, dan tenang saja
anda tidak bisa kabur dari sini karena saya mengikat kedua tangan dan kaki
anda” ucap erica yang kini duduk berseberangan denganku di dalam kereta kuda
yang tengah berjalan menuju kearah kediaman Einzworth yang ada di bagian Utara
pusat kota Belkan, tapi bagaimana
bisa, aku selalu bisa menghajar siapapun dan menang, tapi orang ini bisa
menumbangkanku dalam sekejap? Hebat sekali dia.
“Lepaskan aku!” bentakku pada Erica sambil
meronta menggerakkan kaki dan tanganku yang terikat.
“kalau anda berjanji tak akan melarikan diri,
saya akan melepaskan ikatan anda” sahutnya masih dalam intonasi yang kalem dan
datar.
“huh!, kau pikir aku akan kabur? Aku akan
menghajarmu nanti setibanya aku menyelesaikan urusan dengan Einzworth ini”
balasku ketus.
“hm...? baiklah kalau begitu” ucapnya kemudian
melepas ikatan di kaki dan tanganku.
“begini lebih baik!!” pekikku sambil
melayangkan tinjuan uppercut kearah
dagu erica yang entah bagaimana berhasil ia tahan menggunakan tangan kirinya.
“heee” gumamnya pelan sebelum ia menarik
tangan ku dan memutarnya kebelakang punggungku yang sukses mengunci
pergerakanku.
“a-aah!! Sakit!! Lepaskan!!” teriakku meronta
karena kesakitan.
“bukankah anda berjanji untuk tidak kabur?”
ucapnya sekali lagi.
“Iya! Iya aku tak akan kabur!” teriakku.
“baguslah” balasnya pelan sambil melepas
pegangannya.
“Nona Erica, kita sudah sampai” ucap suara
sang kusir dari luar kereta kuda. Diikuti Erica yang membuka pintu kereta
kemudian mengulurkan tangannya untuk membantuku turun dari kereta. Di hadapanku
ini sebuah rumah megah bak istana terlihat menjulang, rumah ini sangat megah
untuk ukuran milik bangsawan dengan pangkat Marquiss,
dan sosok itu muncul, sosok gadis berkulit sedikit gelap dengan rambut hitam
sebahu berjalan menuruni tangga dari kediaman megah ini, dengan mengenakan gaun
berwarna kekuningan, ia terlihat begitu manis dan anggun, huh sepertinya memang
begitu yah kelihatannya kalau seseorang itu bermartabat dan berstatus tinggi.
“Selamat datang di rumah barumu Saudariku”
ucap gadis berambut hitam, “dan maaf atas kelancangan Erica, sepertinya dia
melakukannya dengan cara kasar yah”lanjutnya sambil tersenyum lebar.
“jadi apa maumu Nona Einzworth yang terhormat?
Sampai repot-repot memanggil rakyat jelata kesini dan juga repot-repot
memberikan gaun mahal seperti ini kepadaku yang bukan siapa-siapa” jawabku
ketus sambil berkacak pinggang.
“bukan siapa-siapa? Jangan bercanda, kau kan
saudari ku” jawab Maya masih degan senyuman khasnya.
“apa maksudnya itu?” tanyaku singkat.
“Apa kau tau Airi? Ayahanda sudah meninggal?”
“Tentu saja siapa yang tidak tau atas berita
kematian Marquiss Roland Einzworth yang menjadi pemimpin kota ini, dan juga apa
maksudmu dengan ayahanda? Dia bukan ayahku” sahutku.
“Haah...” Maya menghela nafas sebelum
menjawabku, “Sebenarnya, kita adalah Saudara, hanya saja berbeda Ibu, Ibunda
sendiri juga mengatakan, bahwa Ibunda pernah melihat Ayahanda dekat dengan
wanita lain dan sempat tidak kembali kerumah selama beberapa hari, kau tau
maksudnya kan Airi?” Maya berjalan mendekatiku.
“Jadi, apa benar pesan ibu ku kalau ayahku
adalah orang penting?” ucapku pelan.
“Yup, itu adalah kenyataan, Ayahmu adalah
mendiang Marquiss Roland Einzworth, yang artinya Kau adalah Adik ku yang manis,
uhuhuhu” ucap Maya sedikit tertawa kemudian memelukku erat.
“ini pasti mimpi bukan? Ka-kau pasti bercanda
bukan? Tiba-tiba saja di pagi hari aku mendapatkan kabar seperti ini, bahwa aku
adalah anak dari Marquiss, hahaha jangan bercanda!” ucapku sedikit mendorong
Maya untuk melepaskan pelukannya.
“Ara, maaf sebelumnya, aku turut berduka atas
meninggalnya Ibumu, dan juga ini adalah pesan dari Ayahanda sebelum beliau
wafat, karena aku adalah Penerus berikutnya dari Keluarga Einzworth maka aku
diminta untuk mencari mu, wahai Saudariku, dan memintamu dan ibunda mu untuk
tinggal disini bersamaku, dan menjadi satu keluarga, Ibundaku juga sudah
menyetujuinya, beliau berkata bahwa semakin ramai akan semakin baik” ucap Maya
dengan wajah sedikt murung yang kemudian kembali tersenyum dengan senyum khasnya.
“Haha! Jangan Bercanda! Ini tidak seperti di
dongeng-dongeng, aku orang rendahan? Menjadi bangsawan dan putri? Haha!!
Hentikan sekarang juga bercandamu ini!!” bentakku pada Maya.
“Hmm... jadi kau masih tidak percaya Airi?
Ayahanda pernah bilang bahwa, Saudariku dan aku memiliki tanda lahir yang mirip
meskipun kenyataannya kita berbeda ibu, tapi darah ayah yang mengalir dalam
tubuh kita tetaplah sama, yaitu tanda lahir berbentuk mirip dengan lambang
keluarga kita, yang berada di bagian tubuh yang berbeda-beda, milikku berada di
bagian atas dadaku, tepatnya dekat dengan jantung” balas Maya.
“Huh! Mirip dengan lambang Einzworth?
Tunggu,..? Apa!?” sahutku sedikit histeris.
“aku melihatnya tadi, milikmu ada di dada atas
sebelah kanan Airi-sama” sahut erica
masih dengan intonasi yang sama dengan sebelumnya.
“Woi! Jadi kau menelanjangiku!!”
“Tentu saja, kalau tidak anda tidak akan
memakai gaun pemberian Nona Maya itu” sahut Erica.
“Sialan kau!!” bentak ku.
“sudah jelas bukan? Kau adalah adikku” sahut
maya kembali memelukku. “dan kau tinggalah disini bersama kami” lanjutnya.
“Ta-tapi, ini pasti mimpi bukan?”
“Mou!~” Maya menggembungkan pipinya,
“lagi-lagi kau membahas mimpi, Erica kau boleh menamparnya” ucap Maya sambil
melepaskan pelukan manjanya.
“Baiklah Nona”
PLAK!!~
Yang kuingat berikutnya adalah rasa sakit dari
tamparan sosok gadis berambut putih yang diingin sedingin es itu. Sial! Aku
akan membalasnya lain kali.
*
Sebulan sudah aku tinggal di rumah megah ini,
makanannya terasa begitu nikmat, berbeda dengan roti keras yang biasa kumakan,
akibat upah kerja ku yang selalu di potong karena aku merusak properti pedagang
dan berkelahi, jadi upahku hanya cukup untuk membeli sepotong roti yang kadang
sudah sedikit keras karena lama di simpan, atau yang berkualias jelek.
Kadang-kadang aku ingin sekali kabur dari
sini, terlalu banyak aturan dan etika yang harus ku patuhi, mulai cara berjalan
yang elit, tata krama bicara, tatacara makan yang benar seperti bangsawan dan
tetekbengek lainnya yang sangat menyebalkan, sungguh aku membencinya, tapi aku
yakin kalau aku kabur pasti si Erica itu yang akan menyeretku kembali, dengan
tubuhnya yang tinggi itu ia masih terlihat seperti anak-anak tapi dengan
tingkat bahaya yang sangat tinggi.
Dan entah kenapa, belakangan ini si Erica itu
sering sekali mengunjungiku, apa dia di tugaskan untuk mengawasiku? Memangnya
aku tahanan apa? Atau hewan peliharaan gitu? Sampai harus di awasi segala, tapi
selain datang mengawasiku ia juga seringkali membantuku berpakaian, aku tak biasa
menggunakan baju yang tibet seperti gaun ini, aku lebih suka mengenakan kaos
dan juga celana pendek karena lebih leluasa, serta apa-apaan itu, dia memaksaku
berhias dengan menggunakan kosmetik, aku bahkan tak pernah menyentuh
benda-benda itu seumur hidupku. Dan dia dengan seenaknya memakaikan itu
kewajahku. Huh merepotkan! Tapi, setidaknya aku terlihat mirip seorang gadis.
Orang-orang di tempatku bekerja biasanya sering sekali mengataiku seperti
laki-laki hanya karena aku tak pernah memakai rok, kata-kataku kasar, dan juga
sering berkelahi, serta bisa melakukan hal-hal berat yang tak semua perempuan
bisa melakukannya. Tapi disini aku benar-benar di perlakukan layakya seorang
putri, bukan berarti aku menyukainya, tapi aku tidak membencinya juga. Ya mungkin
kehidupan seperti ini tidaklah buruk, tapi mungkin sesekali aku akan pergi dan
bekerja seperti dulu sekali-sekali.
*
“Airi-sama,
mau kemana? Kenapa tidak menggunakan kereta?” Erica muncul dengan tiba-tiba di
belakangku yang sudah mau membuka pagar kediaman megah ini.
“jalan-jalan, aku bosan di sini”
“Biarkan Saya menemanimu kalau begitu,
meskipun saya berkata kalau Airi-sama
tidak boleh keluar, Airi-sama akan
tetap keluar bukan?”
“kau tau juga he?”
“...” ia hanya diam.
Aku menyusuri kota Belkan ini bersama dengan Erica di sisiku, yang kini telah berganti
pakaian, tidak lagi memakai pakaian pelayan tetapi memakai setelan baju mirip
dengan baju pelaut dalam kisa-kisah dan syair yang kadang di ceritakan oleh
para pekerja di tempat aku bekerja, tapi harus ku akui, dia cukup imut untuk
ukuran gadis setinggi seratus tujuhpuluh sentimeter, ya setidaknya dia lebih
tinggi dariku tujuh senti, yang membuatku harus mengenakan sepatu heels yang menyakitkan agar bisa sejajar
dengannya.
Dilihat dari sisi manapun, kota Belkan ini sangat menarik menurutku, ya
dengan desain bangunan dari metal, asap putih yang mengepul dari cerobong asap,
serta suara dentuman palu para pandai besi, itu adalah keunikan tersendiri
buatku, dari aku kecil yang memang di besarkan di daerah kumuh, aku seringkali
ikut bekerja di toko-toko bahkan sampai ke pertambangan, jadi aku sangat senang
sekali melihat macam-macam material dari tambang, senjata-senjata yang di buat
dan di jual belikan disini.
“sepertinya anda menikmati jalan-jalan ini
Airi-sama” ucap Erica dengan
datarnya.
“uh? Huh! Ti-tidak juga, si-siapa juga yang
menikmatinya? Apa lagi dengan mu, huh!” sahutku sedikit ketus.
“Hee...”
*
Gadis itu bertanya kepadaku,
“apa keinginan mu?” aku sendiri bingung ingin menjawab pertanyaan sosok gadis
berkulit sedikit gelap itu, “Hm, ntahlah mungkin berjalan di jalan surga?”
jawabku asal pada sosok gadis itu. “Apa maksudnya berjalan di jalan Surga?”
gadis itu kembali bertanya, “ku dengar Surga adalah sebuah tempat dimana semua
orang yang berada disana akan bahagia karena terlepas dari segala masalah”
jawabku yang kemudian menenggak sedikit teh yang telah di hidangkan di atas
meja oleh Erica.
“Aku akan naik ke kamar ku,
aku lelah berjalan-jalan hari ini” ucapku sembari meletakkan cangkir gelas yang
kini sudah kosong di atas meja.
“Huum... selamat malam Airi”
Maya membalas ucapan ku dengan di sertai senyuman khasnya.
Seharian
sudah aku berjalan-jalan mengelilingi berbagai sudut kota belkan bersama dengan
Erica sebagai pengawal pribadi yang entah kenapa dia tanpa banyak bicara setia
mengikuti ku kemana saja tanpa banyak komentar, tapi di sisi lain sepertinya
dia memang seseorang yang baik. Aku membuka lemari baju ku dan segera berganti
pakaian menggunakan piama ku, aku tak terlalu suka bentuknya, tapi daripada
saat terbangun pagi hari dan tiba-tiba saja berganti pakaian, yang jelas aku di
telanjangi oleh Erica saat aku tidur dan bajuku segera di gantinya, itu yang
tidak ku sukai darinya, ini pasti perintah Maya.
Entah apa itu kenyataan atau mimpi, aku tak
tahu. Meskipun sekilas, kejadian itu terasa begitu nyata, dua sosok buram itu
datang dan mengatakan sesuatu kepada ku, aku tak terlalu mengingatnya yang ku
ingat hanyalah sosok kecil itu mengatakan tentang“Reverier”, “Mahakarya” , “Alam
Mimpi” dengan nada suara yang
sedikit ceria dan bersemangat, apa maksudnya? Apa itu Reverier? Apa itu
Mahakarya? Dan Mimpi?
Api berkobar, menjalar di kamar ku dan seluruh
kediaman Einzworth ini, aku menampar pipiku, Sakit, rasanya begitu nyata, panas
yang kurasakan ini sama seperti saat aku menggunakan hal “itu” sama seperti
panasnya saat mendiang ibuku memukulku menggunakan “itu” karena aku tak
membawakan cukup uang dan malah membuat ibuku harus membayar kerusakan di toko
tempat ku bekerja akibat perkelahian ku. Aku segera bergegas membuka lemari dan
menarik keluar jaket ku yang beruntung belum terbakar dan mengambil “Perkakas” yang selalu ku sembunyikan di
bawah bantal ku sebagai jaga-jaga.
BRAKK!!!!~
Aku mendobrak pintu kamar ku dan kemudian
berlari menuruni tangga yang setengah terbakar tanpa beralaskan kaki menuju ke
suatu tempat, ya Tempat dimana ia berada Kamarnya.
Yang kulihat kemudian adalah sosok misterius
berjubah hitam tengah berdiri dan mencekik Erica, Bagaimana bisa sosok itu
mengalahkan Pelayan yang bahkan bisa menumbangkan ku dalam sekali pukul, dan di
sana juga aku menatap sosoknya tergeletak di atas lantai dengan darah membasahi
piyama putihnya.
“Maya!!!” aku berteriak sambil berlari kearahnya.
“ini adalah kesalahanmu, tidak seharusnya
pembawa Malapetaka ada disini dan hidup dengan bahagia” sosok misterius itu
melemparkan Erica yang ada dalam genggamannya kearahku yang sukses
menghempaskan tubuh kami berdua hingga menabrak dan menghancurkan lemari yang
setengah terbakar itu.
“Sialan kau!!” Bentak ku sambil menahan rasa
sakit di perutku.
“Maya-Sama”
Erica Merintih.
“Ini semua Kesalahanmu sehingga Keluarga
Einzworth ini mendapatkan Malapetaka yang mengarahkan kepada kehancurannya”
“A-Airi.... Eri-ca...” Maya merintih sembari mencoba
untuk bangkit.
“Maya!!” aku mencoba menggeser tubuh Erica
yang menimpa ku, dan menarik keluar “Peralatan” dari balik jaketku, Sepasang
Tonfa metal berwarna merah kehitaman
yang terlihat mengkilat akibat memantulkan kobaran api.
“HAHAHAHA!!” Sosok misterius itu tertawa
dengan keras di tengah ruangan yang terbakar ini.
“Airi... per-gi-lah... bersama.... erica...
tinggalkan... tempat ini!” Ucap Maya terpatah-patah. “Dia... berbahaya...
kau... tidak akan bisa.... mengalahkannya” lanjutnya.
“Tidak! Tidak Akan!!, aku tak akan
meninggalkan mu... !!” sahutku. Aku berdiri menggenggam tonfa buatanku itu,
bernafas pelan mencoba menenangkan pikiran meskipun kegelisahan ini tak akan
hilang hanya dengan hal seperti ini. Fokus agar aku bisa menggunakan “Itu”
“HAHAHAHAH PERCUMA!! PERCUMA!! APAPUN YANG KAU
LAKUKAN TAK AKAN BISA MENGALAHKAN KU!!” pekik laki-laki itu.
“CATASTHROPE!!!!” teriakku sambil menarik
tangan kanan ku ke sisi telinga dan memajukan tangan kiri, serta memundurkan
kaki kanan satu langkah demi membuat kuda-kuda bertarung yang biasa ku gunakan,
aku sangat ingat sekali perasaan ini, rasa panas yang membara tapi tanpa adanya
api, sebuah uap kasat mata yang sesekali memantulkan kilatan warna api
mengelilingi kedua tinjuku dan kedua tonfaku.
“Hoo... jadi ini kekuatan Sang Malapetaka
Berjalan!! Mari kita lihat apa yang kau bisa” ucap sosok misterius itu sambil
menarik keluar Pisau komandonya.
“Heaatt!!!!!” pekik ku sambil menjejakkan Kaki
sekuat tenaga sambil menerjang lurus kearah sosok hitam itu dan melesatkan
tinju panas kearah perutnya.
“HA!” ia bergerak kesamping menghindari
pukulanku dan melesatkan tendangan kearah tubuhku yang sukses menghempaskan ku
ke tembok. “guh! Panas!”
“Uugh!! Armor Catasthrope tak bisa
melelehkannya?” pikirku sesaat setelah menabrak tembok, darah mengucur dari
dahi ku akibat benturan keras dengan tembok.
“Hee.. kau mengalirkannya keseluruh tubuh?
Tapi itu tak berguna!!” pekiknya sebelum tiba-tiba menghilang.
“Dimana... Dimana Dia?” aku menatap sekeliling
ku.
“Disini!!” teriaknya sambil melesatkan sabetan
pisau kearah dadaku yang kemudian menghilang kembali dan melesatkan banyak
sabetan kearah seluruh tubuhku.
“Uwaaahh!!!” teriakku dengan banyak darah
bercucuran dari seluruh bekas sabetan itu.
“HUAHAHAHAH!! INI ADALAH AKHIRNYA” sosok itu
muncul di hadapanku dengan Sebuah pistol Flintlock
di tangannya
Sebuah peluru runcing melesat dan menembus
sosok yng tiba-tiba berada di hadapanku, dia berdiri memelukku, membiarkan
punggungnya tertembus oleh timah panas berwarna keemasan itu, darah semakin
mengalir deras dari punggungnya, gaun yang semula putih kini berubah menjadi
merah karena darah
“MAYAA!!!!”
aku berteriak sambil memeluk sosok Maya yang kini jatuh terduduk.
“Ai-ri... Pergi..lah... bawa.. Erica...
bersama mu... dan... pergilah...” ucapnya dengan nafas tersenggal-senggal
sambil sesekali memuntahkan darah dari mulutnya.
“Tidak!! Tidak... aku.. aku tidak akan meninggalkanmu!!
Aku... aku akan menghancurkan orang itu...”
“hentikan,,,, lihatlah kau mulai terbakar
lagi... apakau tak merasakannya? Lukamu itu... melebar.. ” Ucap Maya Lirih
sambil sesekali terbatuk
“aku tak peduli, yang penting kita harus bisa
keluar dari sini... aku, kau dan Erica..”
“Ma-ya-sama”
Erica mulai kembali sadar perlahan.
“hauuu...hauu.... Bisakah kalian hentikan
drama ini? Menjengkelkan... dan kau Putri Einzworth... bisa-bisanya kau bangkit
dan melindungi si pembawa malapetaka itu..” ucap laki-laki misterius itu dengan
nada mengejek.
“tak bisa di maafkan!!” pekik ku sambil
menyandarkan tubuh Maya pada tembok.
“Ai-Ri....”
“Jangan banyak bicara Maya... Akan ku
selesaikan disini!!!” bentakku sambil mulai menarik nafas dalam-dalam, meskipun
terasa sesak karena kadar oksigen yang semakin menipis..
“Ai-ri-sama,
apa-yang... coba Anda... lakukan? Uhuhk...uhuk..” Ucap Erica yang perlahan
mencoba bangkit.
“Bawa Maya keluar sebelum terjadi ledakan
disini” ucapku tanpa menoleh.
“Tapi..?”
“Turuti saja apa kataku!!”
“Hey...Hey... nona pembawa malapetaka...
mencoba menjadi pahlawan huh!? Terima saja nasib mu dan MATILAH!!!” pekik sosok
misterius itu yang kemudian menghilang dengan cepat.
“fokus...fokus....dan rasakan,.. ” ucapku
dalam hati sembari memejamkan mata dan mengumpulkan Suhu panas yang sangat
tinggi di kedua tanganku, rasanya menyakitkan, panas dan begitu menyiksaku.
“HAAA!!HAA!! MATILAHH!!!” teriak sosok itu
yang tiba-tiba saja muncul di belakang ku.
“OVERDRIVE!!!!” teriak ku sambil berputar dan
menghantamkan punggung tangan kearah wajah laki-laki itu dan sukses membakar
setengah dari wajahnya.
“UWOOOHHH!!!...ARRRGGGHH!!!” laki-laki itu
berteriak geram karena wajahnya yang melepuh akibat Catasthrope ku, disaat yang sama punggung tangan ku juga ikut
melepuh. “SIALAN!!! SIALAN!!
“i der
Herrscher der Erde,der Halter des Willens der Erde” Erica nampak berdiri
dengan berpegangan pada lututnya sembari menggumamkan sesuatu.
“MASIH BISA BERDIRI KAU HUH!!” bentak sosok
misterius itu
“Sie derjenige vor
mir,beugen und zu gehorchen vor der Erde Königin” Erica nampak tak
memperdulikan bentakan lai-laki itu dan terus merapalkan sesuatu, yang ku lihat
kemudian kobaran seperti api memancar dari dahi dan kedua tangannya, Apa itu?
Apa dia Crimson Demon yang membawa Catasthrope?
Tapi, tidak mungkin.
“HUUH!!APAA!!! KAU MASIH PUNYA KEMAMPUAN
LAIN!! MATILAH KAU!!! HEAAATTT!!” laki-laki itu berteriak masih sambil menutupi
bekas luka melepuh di wajahnya kemudian melesat kearah Erica sambil mencabut
kembali pisau komandonya.
“TAK AKAN KU BIARKAN!!!” pekik ku sembari
memfokuskan suhu panas Catasthrope
pada bagian kaki ku dan melontarkan tubuhku kearah sosok itu. “OVERDRIVE!!!!”
lanjutku sambil melesatkan tendangan berputar kearah wajahnya.
“...” tanpa di sadari Erica sudah berada di
depan sosok itu yang bersamaan dengan ku ia melesatka tinjunya kearah wajah
laki-laki itu dan puncratan darahlah yang kemudian terlihat, karena serangan
kami berdua tidak hanya melukai sosok misterius itu, tetapi menghancurkan
kepalanya berkeping-keping.
*
“Airi....Erica.. uhuk!!” Maya menyebut namaku
dan Erica lirih.
“Tolong jangan banyak bicara dulu Maya-sama, saya akan membawa nona ke dokter”
Maya menggeleng pelan dalam pelukan ku, “Ini
adalah Perintah terakhirku, dan juga permintaan terakhirku, uhuk!, kalian
berdua.. Hiduplah... dan bebaslah... sampai saatnya tiba nanti... pasti kita
akan bertemu lagi...” ucapnya perlahan dan terbata-bata.
“Ho-hoi Maya... jangan berkata seperti itu...
seakan-akan kau akan mati...” ucapku mencoba untuk menghiburnya.
“Aku.... pergi duluan ya.... kalian...
berhati-.... hatilah...”, itu adalah ucapan terakhir Maya, sebelum kemudian ia
menutup mata secara perlahan dan menghembuskan nafas terakhirnya, dan saat itu
aku benar-benar menyesal, kenapa aku terlambat? Apa semua ini memang takdirku
bahwa aku akan selalu merenggut siapapun yang ada di dekatku?
“Yet, This Hand Will Never Hold Anything”
“Mbeeekkk~” suara seekor Domba terdengar dari
kejauhan, perlahan ia mendekatiku dan Erica yang tengah terduduk dalam diam,
meratapi sosok yang kami sayangi telah pergi untuk selama-lamanya.
--
>Cerita selanjutnya : [ROUND 1 - 11K] 19 - AIRI EINZWORTH | SCARLET LILY IN THE WINDY HILLS
--
>Cerita selanjutnya : [ROUND 1 - 11K] 19 - AIRI EINZWORTH | SCARLET LILY IN THE WINDY HILLS
Biasanya saya ga akan komentar soal teknis penulisan, tapi kayaknya ga bisa ngga bahas soal itu di entri ini. Kalo penggunaan kapital, dialog yan berkesan komikal, typo yang lumayan banyak, dan pemenggalan kalimatnya bisa lebih rapi lagi, mungkin bakal nambah kenyamanan yang baca
BalasHapusSaya dapet kesan alur cerita ini kayak keran bocor yang tumpah terus, ditambah pov1 yang bikin narasi cerita ini lumayan 'ribut'. Porsi cerita dari awal lebih banyak dimakan buat jelasin bg Airi sampe saya nungguin kapan nyambung ke prelimnya, tapi begitu masuk battle entah kenapa berkesan gitu aja. Dan sampe akhir kayaknya kurang jelas, jadi penyerangnya itu siapa?
Nilai 6
bahasa enak, alurnya enak, ada penjelasan posisi bertarung. tp ntah knp rasanya ada yg kurang tp gak tau apa itu. trus kalau ada dialog bhs asing alangkah baiknya jk mencantumkan terjemahannya juga. cm pndapat pribadi sih. ok. 8
BalasHapusOC: Kuro Godwill
Saya lihat cerita ini bergaya light novel ya, ada celetukan khas manga seperti "mou" dan "-sama". Agak terkesan aneh buat saya, karena dilihat dari deskripsi realms dan nama-nama yang digunakan lebih berwarna kebarat-baratan.
BalasHapusTerlepas dari gaya ceritanya, teknik dasar menulis tetap harus dipegang ya. Perbaiki penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan EYD. Kekurangan yang lain mungkin di plotnya. Alur terlalu cepat bahkan beberapa informasi penting tidak dijelaskan.
Oke. nilai 6
Semangat :)
Salam dari Authornya Aelys Dymound~
-Seperti Sam, saya juga ngga gitu suka komen soal eyd dan sejenisnya. Tapi sepertinya penulis masih harus belajar lagi soal penggunaan italic, huruf kapital, dan sejenisnya. Bikin narasinya kelihatan kurang rapi.
BalasHapus-Seenggaknya narasi sudut pandangvorang pertama bikin karakter Airi kelihatan.
-Intronya cukup panjang, tapi pertarungan yang harusnya jadi main eventnya nalah kerasa berlalu begitu saja. Kemampuan Airi lebih kelihatan seram di char sheet ketimbang waktu diwujudkan di ceritanya.
-Saya beri cerita ini nilai 6/10
Fahrul Razi
OC: Anita Mardiani
SHUI: “Dialognya datar, pembawaan prolognya membosankan, alurnya bikin nguap berkali2, duh bisa robek ne mulut nguap mulu, hiks2! Plus aku pusing bacanya dempet banget kayak super glue padahal masi bisa diedit2. Belum di tengah cerita, dah tepar duluan aku, zzzzzzzzz. Temen2, aku pindah duluan ya ke entri sebelah!” (skip!)
BalasHapusSUNNY: “-Ku dipisah, disambung dong. Typonya gubrak! Seharusnya pake titik malah disambung terus. ‘Anda’ pake awalan huruf A besar. Kenapa habis koma, pake awalan huruf besar, bnyak getu. Memedulikan bukan mempedulikan. (puyeng liat eyd-nya). Paragraph dialognya digabung2 meski beda pembicara, duh aku dah mule mau berhenti bacanya, puyeng, dempet banget tulisan paragrafnya, kakuganku jadi berkunang2 saking typonya. Perlu banyak banget belajar eyd ya! Aku langsung pindah ke entri sebelah ya, aku gagal membaca entri ini ampe kelar, sih!” (skip!)
GHOUL: “Wah Sunny marah2! Kau dah bikin Shui nguap2 ampe sudut mulutnya lecet2 tuh, hm ga tega juga liat mulut Shui tamba lebar gitu n plus kali ini baru ada entri yang bikin Sunny ga puas banget gara2 tata penulisannya yang masih sangat berantakan. Padahal seingatku dulu, karsitnya bagus di bagian biografinya, tapi entrinya ancur.
Tapi sebenarnya nih masih bisa diusahakan kok, ikut banyak grup kepenulisan di FB, beli buku eyd n banyak baca tulisan biar hafal eyd-nya. Hari ini kami kasih 5, T0T tapi di keesokan harinya bisa berbeda kalo diusahakan.”
T0T
Kalo dilihat secara konsep, sebenarnya ini bisa jadi cerita yang bagus. Dari penggambaran latar, penokohan, dan drama, semuanya terlihat menarik. Dan juga perapalan mantra dari bahasa asing oleh Erica juga bukan ide buruk. Tapi entah kenapa konsep yang terlihat bagus itu dibawakan dengan tulisan yang menurut saya cukup mengecewakan.
BalasHapus- Jujur, penulisannya berantakan. Beberapa hal dari ejaan, peletakan dialog, penggunaan huruf kapital serta tanda baca, dan sebagainya, mungkin bisa lebih diperbaiki dan dirapikan lagi kedepannya.
- Bagian dramatisnya ga ngena sama sekali. Ketika Maya mati, kesannya kayak: Yah, kok dia mati sih. Terlalu datar menurut saya.
- Banyak pertanyaan di entri ini seperti siapa sosok misterius yang menyerang Airi dkk.? Marquiss selingkuh atau poligami? Tapi menurut saya ini ga terlalu fatal, karena mungkin itu bagian dari plot yang sudah direncanakan.
Well, I like Erica. A nice waifu material for me. Entah kenapa Erica mengingatkan saya pada Sakuya Izayoi.
Overall Score : 5
At last, greetings~
Tanz, Father of Adrian Vasilis
Saya nggak bisa komentar banyak karena sudah di sebut di komentar-komentar sebelumnya, hal-hal seperti Capslock/Huruf besar kecil, italic, bold dst
BalasHapusPemenggalan paragraf banyak yang kurang tepat, jadi wall of text yang hambar dibaca. Alur maju mundurnya kurang tepat menurut saya, pertarungan melawan penyerang Airi mengingatkan saya pada pertarungan Fantastic Four. 1 jam+ drama, lawan big boss cuma 10 menit dan secara ~luar biasa~ menang dengan mudahnya.
4 dari saya
OC: Adolf Castle
Semangat Airi... :*
BalasHapusSaya suka drama, sebenarnya entri Airi ini bisa dikembangkan menjadi drama yang benar-benar drama. Terutama pada bagian Maya mati (jujur saya menyukai Maya). Kekuatan Airi ini tangguh di charsheet, perlu dikembangkan dalam tulisan. Jalan ceritanya sangat menarik, hanya saja eksekusinya kurang
Nilai 6
Merald
Sebenernya saya jadi bingung setelah baca entri ini,airi tuh dikehidupan nyatanya bener-bener jadi putri apa kehidupan putrinya itu cuma di alam mimpi? Semuanya terasa samar karena pace cerita ini bisa dibilang cukup cepat,terutama pemindahan dari satu adegan ke adegan lain. Untuk penjelasan siapa itu air dan bagaimana kehidupannya berlangsung, harusnya bisa diceritakan pelan-pelan. Bisa dicicil untuk entri selanjutnya, jangan dipaksa jelasin semua di entri kali ini seperti yang anda lakukan sekarang. Lihatlah hasilnya, harusnya yang menjadi inti dari cerita malah kurang kerasa pake banget. Battlenya cuma sekedar bagbigbug, bonyok, hampir kalah, mendadak bertenaga, serangan penuh,dan musuh kalah. Udah gitu aja, awalnya sih sempet berharap setelah baca Csnya saya berharap lebih untuk pertarungannya tapi sayangnya potensi drama lebih kental di sini.
BalasHapusBahkan untuk sebuah klimaks, klimaks di entri ini cuma bikin baca "meh" aja, ko gini aja? Yah, dapet dombanya gtu bngt lagi dstnya.
Saya gak komentar soal EYD, soalnya udah dibicarakan sama senpai-senpai diatas.
Nilai : 5
Mahapatih Seno
terima kasih buat yang udah kasih komentar dan juga saan-sarannya :3 apa daya daku ini sebenernya terburu2 karena menjelas UAS @3@ tapi itu bukanlah alesan yang pas buat nutupi kemampuan yang emang masih minim ini, dan juga sebenernya saya kadang bingung sendiri masalah apa yang ada dalem pikiran dan yang di ketik sam atangan bisa melenceng @3@
BalasHapusberdasarkan bbrp komn di atas yang bisa jadiin drama, sebenernya saya sendiri juga kepengen bikin drama yang bikin nangis tapi... apa daya ternyata jauh dr harapan untuk EYD sepertinya memang perlu di perhatikan lagi yah dan lagi sepertinya kebiasaan saya ngetik dalam gelap harus di hilangkan untuk meminimalisir typo, dan juga... keterburu2an harus di hilangkan
sekali lagi terima kasih buat komentar-komentarnya :3
TTD Kagero Yuuka
(Author Airi Einzworth)
P.S: tadi ada yang bahas tentang kekuatan Airi lebih garang di Character Sheet, tapi eksekusinya jadi biasa aja, err... itu.. sebenernya saya mencoba meminimalisir biar ga terlalu imbalance, dan lagi prelim ini di tetapin kalau OC akan kehilangan kekuatannya perlahan-lahan, itu juga sih alesan kenapa panas dari Armor Catasthrope ga langsung nge lelehin si "Sosok Misterius"
P.S.S: Konsep Battle Maid Erica, memang based Dari Sakuya Izayoi, terlepas dari kemampuannya :3
P.S.S.S: sedikit alasan kenapa eksekusinya seeperti ini juga karena, hilangnya ide secara tiba-tiba dan munculnya ide secara tiba-tiba yang bikin saya makin stress mau ngisi apa @3@ sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya
Teruntuk eneng Airi Einzworeth dan keluarga.
BalasHapusMbah mau sedikit berkomentar mengenai lakon eneng dalam babak prelim ini.
Mbah gak terlalu permasalahin teknis. Kalau masalah salah eja atau salah kata mbah masih gak ada masalah, cuma kalau masalah spasi seperti ini mbah jadi capek bacanya.
Perkara perlakonan dari sudut pandang orang pertama sebenarnya banyak potensi, tapi sayang neng Airi sekeluarga kurang mantep memanfaatkan potensi sudut pandang pertama dalam lakon ini sehingga emosi dalam ceritanya tidak mantep, gak kerasa banget.
Mbah juga agak kecewa antara porsi aksi sama dramanya, saya kira neng Airi bakal banyak ngasih lihat adegan panas (maksudnya banyak keluar api ya, neng) atau aksi kelas atas, tapi kurang kebayang dan agak terburu-buru menurut mbah. Nengnya jangan keburu-buru ambil adegan, ya?
cerita ama pesannya oke deh, tapi ya sayangnya potensi cerita yang ada kurang dimanfaatkan dengan baik.
Mbah kasih 7/10 deh. Tetap semangat neng Airi. Nanti mbah ajak barbekiu tahu bulat deh kapan-kapan.
Dengan hormat,
ttd.
Mbah Amut
aaaaaa.... ini lupa pake double enter ya? atau emang sengaja pake settingan hangging firstline?
BalasHapusyang jelas, hasil akhirnya kayak wall of text, dan bisa bikin pembaca jengah duluan bahkan sebelum membaca.
banyak kalimat majemuk yang ditumpuk satu sama lain. saya cukup kesulitan untuk membayangkan suasana yang berusaha dibangun.
plot dari gadis biasa2 saja, yang dibanting ke dalam kehidupan bangsawan penuh dengan tetek bengek hormat sana sini.
ini sebenarnya cukup menarik untuk diikuti, namun sayangnya karena minus yang saya jelaskan di awal tadi. saya jadi terganggu untuk membaca santai, jatohnya saya kembali ke kebiasaan buruk saya; skimming
bagian yang paling saya suka
"apa ini mimpi"
**digampar, terus diem**
"ah ini bukan mimpi, akan kubalas dia"
btw, penggunaan tanda seru berlebihan itu bikin nggak nyaman untuk dibaca lho~ satu aja cukup kok.
battlenya bikin saya skimming, ini villainnya siapa ya? saya bingung.
point ; 6
oc : Maria venessa
Senada dengan komen Sam, banyak sekali aspek yang bikin saya skimming waktu baca ini. Tapi yang paling nggak nyaman ya wall of text ini.
HapusBanyak banget pemikiran MC yang tumpeh-tumpeh, sampe bikin jalan cerita kerasa nggak fokus.
Terus, istilah-istilah jejepangannya dikurangin mz. Buat orang yang familiar sama LN di Line, tentu gak masalah, tapi kalo buat pembaca awam, itu bakalan bikin mereka mengerutkan dahi.
Soal alur cerita, saya bahkan nggak ngerasa apa-apa waktu Maya mokad.
._.
Bacanya dr lama. tp baru komen. *sungkem*
BalasHapusBanyaknya eror tata bahasa bikin kenikmatan baca berkurang. Ini kadarnya agak kelewat batas toleransi saya. Terus paragrafnya rame pisan.
Banyak adegannya yang nganime sekali. Jadi agak facepalm juga ._.
Yg paling masalah ya masuk mimpinya lama banget. Setengah cerita mulai baru mimpi. Err, mana byk hal yg menurut saya agak kurang penting buat dijelasin--maksudnya kn bisa dipotong gitu ya.
Sama dunianya gak koheren ya. kek kata di atas. Namingnya rada ngeropa (dan unsur budayanya kayaknya gitu juga), tp ada sebutan-sebutan khas jepang. Ya aneh bgt.
So, nilai 6.
-Sheraga Asher
setting realms medieval yang identik kebarat-baratan tapi menggunakan bahasa ala manga dan anime.
BalasHapusoke, ada beberapa typo di sana-sini, alur cerita yang ringan namun akhir ceritanya tidak dieksekusi dengan baik. dan eksistensi Ratu Huban dan Zainurma cuma sebagai dua sosok hitam di entry ini. dan tidak ada "penjemputan" dari Ratu Huban dan Zainurma/Mirabelle dari ujung bingkai mimpi.
dan juga akhir battle yang terasa menggantung siapa sosok hitam yang memburu Airi. kalo ingat nama Airi jadi teringat Papanya Airi /plak
well, nilai dari saya 6. semoga sukses..
Dwi Hendra
OC : Nano Reinfield
Ane ga nyangka ente ikutan juga. Haduh ane sumpah malu ente liat karya ane yg sebenernya ga selesai *tutupin muka*
BalasHapusYah.. ane ikut sebenernya ada mimpi yg pengen sekali diwujudkan lewat BoR ini. [okeh, cukup reuniannya]
Maaf kalau bahas ini, tapi paragraf yg padat cukup mengganggu. Soalnya mataku bermasalah, kadang sering loncat baris ditengah-tengah baca kalau barisannya merapat gini. Mohon maaf.
Aku bingung saat scene mendadak panas dengan bara api. Loncatnya tiba-tiba saja.
Lalu posisi orang-orangnya saat battle, err.. messy
But, still.. ane lumayan dapet feelsnya.. *hiks*
Semoga sukses
----------------
Rate = 7
Ru Ashiata (N.V)
Jujur...
BalasHapusSoal EBI dan cara penulisan sudah banyak yang komentari, jadi saya lewati saja. Berikutnya dari segi penulisan, struktur kalimatnya banyak yang aneh. Selain itu, ini settingnya di mana? Jepang? Jerman? Ada bahasa Jerman nyelip, tapi ada model "mou" dan honorifics ala jejepangan juga.
Tapi semoga semua kritik masuk tidak bikin kau patah semangat, dan kau mau terus belajar dan terus menulis, semangat ya~ :)
Maaf, untuk ini saya hanya berani kasih 5 poin.
Asibikaashi
Wah ada Erica! Jadi kangen. Oke, banyak kesalahan teknis, dan itu udah dibahas sama pembaca lainnya. Jadi, next time lebih teliti lagi aja, pasti lebih bagus. Ceritanya sendiri ngalir, wenak (kelepas dari kesalahan-kesalahan tadi), dan karakterisasinya dapet. Sebagai manusia yang suka boros kata (semoga flu tahunan ini sembuh secepatnya, amin), sebenernya saya serasa aneh nyaranin ini, tapi mungkin nanti bisa dibagi-bagi lagi porsi katanya. Pindahin ke adegan-adegan yang butuh penjelasan lebih, kaya pas diculik, pas dijelasin alesannya, terus pas battle. Yep, sama-sama belajar buka puasa pake menu ringan~ (whaaat?) 8/10
BalasHapusOc: Namol Nihilo
ERICAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~ *Dibuang
BalasHapusWall of Text. Di aku baca gak masalah, kasian sama orang2 yang penasaran pen baca bagianmu (So di kampus ada tmen yg pen baca. Kebetulan dapet jatah bacaannya kamu)
Konsep asik. Spesialismu kayaknya sih.
PoV1 poles dikit aja. Asik nih.
Technical dsb sudah dibahas, jadi gak bsa komentar banyak
6 deh. Sori
OC: Kaminari Hazuki
Aduuuh...
BalasHapusSebenare saya bingung mau kasih nilai ke kamu.
Mau kayak yang biasanya, tapi saya ga nemu nilai tambah di cerita ini, malah banyak kurangnya... Yang akhirnya bikin nilai kamu minus kalau misalnya saya pakai metode nilai yang biasa
Mungkin kali ini saya coba nilai dengan beda orz
Seperti yang saya katakan tadi, saya hampir ga bisa nemu hal yang bias jadiin nilai plus di cerita kamu.
>> Konsep
Bagus. Tapi kurang matang. Bahkan porsi perkenalan dan porsi utama prelimnya ga imbang kalau menurut saya.
>> Narasi
Saya boleh bilang ini too tell. Saya bahkan ga bisa ngebayangin scene yang terjadi. Berasa disuapi ke kepala saya tanpa dikasih jeda. Jadi imajinasi saya ngga main.
>> Bahasa dan Setting
Sebenarnya bahasanya cukup enak, ringan diikuti, tapi itu tadi. Karena terlalu tell, saya malah ngeliatnya ini kayak kerangka setengah jadi. I dunno. Belum lagi setting. Airi dari Jerman kan ya? Saya kebayang antara Code Geass dan Final Fantasy (itu Aerith #plak), tapi kenapa saya nemu kata-kata yang biasa dipake di anime Jepang yang loli-loli. (Oke, Jerman, -sama, Maya, 'mou'. Saya keingat 1 anime : Fate/Zero)
>> Battle
Saya serius gagal paham disini. Siapa si pria berjubah hitam itu juga ga dijelasin sampai akhir. Sudah datang ga dijemput pulang ga diantar. Ya, datang2 langsung main serang, tanpa alasan yang kuat buat saya, dan si Airi juga ngeladenin macam pamer kekuatan jadinya. Ga ada personal konflik yang bikin laki-laki itu pantas dilawan selain dia mencelakakan Maya dan Erica (dan itu baru kejadian. kembali lagi, kenapa si lelaki tetiba muncul dan nyerang, masih ga paham)
Sejujurnya, saya mau bahas juga soal wall of text dan teknis, tapi kamu pasti dah kenyang. Saran saya sih, next kalau nulis, biar ga di hanging indent gitu gapapa, yang penting double enter biar ga ada yang skimming karena wall of text.
Huff... Ini kalau pake sistem penilaian saya, bisa jadi nilai kamu cuma 1. Tapi saya coba maklumi, saya anggap kamu masih baru, dan masih ada kesempatan buat memperbaiki
BASIC & TOTAL SCORE = 5
-Odin-
Waduuuhh sepertinya anda lupa mematikan auto correction, contoh disaat kata "Kakak" dan berbagai macam kata lain yang sebetulnya tidak perlu menggunakan huruf besar bertebaran dimana mana.... Yah mungkin itu auto correction, cuz its happens to me too when im writing and its so annoying when we need to fix it xD
BalasHapusTerus kayanya anda adalah pembaca/penulis LN yaaa, ada beberapa kata seperti "Sama" yang menurutku harusnya diberi penjelasan untuk apa sebutan itu disebut dan pada kasta apa karena takutnya ada yang tidak mengerti atau nanti kan kalau Airi ketemu karakter lain yang ga ngerti semesta jepang bakal keheranan kaya: "Sama? Kata sama di semestaku itu artinya bodoh" Ujar Ganzo. XD
Kenapa intronya kok terasa lebih rame dari battle nya ya? Apa karena keasikan ngebuild karakter? Jangan khawatir, saya juga dan banyak orang disini juga lebih ambisius serta keasikan membangun karakter hingga battle nya sendiri kurang diperhatikan xD
Mau kasih 7 sih tapi ada satu lagi hal janggal yang gatau harus di deskripsikan gimana, jadi.....
Maaf 6 dulu ya, semoga ronde selanjutnya lebih seru!
Walakhir
Ganzo Rashura