[WARNING! Restrincted for kids under 18 years, Contain sexual scene and no place for Social Justice Warriors]
Part 1 of 5
Jarum jam berdetik memecah sunyi. Bisingnya rintik air gagal menerobos ke dalam sini. Ruangan itu pengap, berisi sofa dengan penerangan seadanya. Lampu di dekat pintu menyala redup berwarna kemerahan.
Di tengah kesenyapan, terdengar lenguhan kecil dari pria paruh baya. Erangan itu berpadu dengan suara kecupan bercampur air liur.
Namun, sofa itu hanya berisi seorang pria tengah menengadah. Wajahnya terarah pada langit-langit dengan mata menutup nikmat. Usut punya usut, ternyata di antara ke dua paha yang dilebarkan, terdapat seorang gadis berambut cokelat keemasan, sibuk mengulum batang kejantanan.
Kepala gadis itu tertarik maju mundur, seraya pipinya berubah cekung. Hisapan kuat menjadikan mulut seksi itu berlaku selayaknya vaccum. Tak ayal, pemilik sang phallus pun dibuat kelojotan karenanya.
Remasan kecil diberikan pada dua bola zakar. Tak terlalu keras, namun juga cukup lembut disertai cubitan. Jemarinya lihai meramu dua biji bundar, mengaduk-aduk dalam gerakan berputar.
"Nessa... saya... mau... keluar..." Pria itu mengerang, seraya pinggulnya dimajukan bersamaan. Dia mencengkeram erat kepala sang gadis seakan hendak menumpahkan muatan. Seisi batang menusuk masuk hingga batang tenggorokan. Gadis itu bahkan harus memejamkan mata, karena sejumput bulu keriting terasa pedih mengenai kornea mata.
"Huk..."
Tenggorokan gadis itu berkontraksi sejenak, meneguk tiap tetes sperma yang tertumpah di mulutnya. Ia menghisap kuat, sementara lidah menari di atas kokohnya batang kenikmatan.
Pria itu terkapar, tak ada lagi suara lenguhan. Kepalanya bahkan terkulai lemas tak bertenaga. Ia hilang kesadaran dengan wajah mengukir kebahagiaan.
"Ish, kalo dah begini pasti mz-nya lupa bayar..." Gadis yang dipanggil Nessa beranjak berdiri. Tak lupa ia membersihkan mulut lewat sapuan tisu.
Setetes keringat terjun dari dagu hingga menubru dada. Air itu jatuh menelusuri lekuk tulang selangka, hingga akhirnya menyusup masuk ke dalam belahan payudara. Rasa letih telah terobati dengan sempurna.
Sebagai seorang Succubus setengah matang, Venessa membutuhkan energi kehidupan dari manusia. Sehari saja ia tak mendapatkannya, maka rasa lelah akan muncul menyiksa. Ia tak mampu bergerak, bahkan sekadar untuk berdiri.
Tak peduli berapa mangkok mie ayam ia habiskan. Meski satu gerobak siomai ia lahap tak bersisa. Semua makanan itu pada akhirnya hilang tak berbekas, tak memberikan manfaat apa-apa.
Venessa tak pernah pergi ke toilet. Itu sebuah fakta. Dia tergolong unik, karena entitasnya bukanlah manusia, tapi juga bukan succubus berwujud gaib yang bisa menembus segalanya. Sebagai makhluk bernyawa, dia membutuhkan energi untuk bergerak. Dan energi itu entah kenapa, hanya bisa didapatkan lewat jalan mesum. Baik lewat ciuman, pelukan, hingga seks pada umumnya. Cara terbaik dan efisien untuk mengambil energi adalah lewat media sperma. Cairan kental itu sesungguhnya menyimpan seluruh kekuatan seorang pria.
Keberadaan sperma bagi Venessa ibarat manna untuk seorang penyihir. Dia bisa menyerapnya lewat menelan langsung lewat mulut, atau lewat "lubang lainnya."
Tapi ada alasan spesial kenapa Venessa menghindari senggama sebagai media utama.
Gadis mesum jago fellatio itu sebenarnya masih perawan tak ternoda. Dia tak sudi memberikan lubang vaginanya pada pria yang tak berharga. Satu-satunya yang berhak atas tempat itu hanyalah sang suami, kelak jika ia sudah menemukannya.
Lalu bagaimana jika ia menemukan pelanggan yang menginginkan seks?
Sebisa mungkin Nessa memang menghindari itu. Tapi bagi beberapa tamu spesial, ia akan memberikan layanan 'pintu belakang'. Ekor yang menempel di belakang pinggul itu bukan sekedar hiasan saja. Bagian pangkalnya berupa Buttplug, menancap langsung pada lubang anus. Aksesoris itu secara langsung melatih 'pintu belakang' agar bisa digunakan kapanpun diinginkan.
Apa sebelumnya sudah diceritakan bahwa dia tidak pergi ke toilet?
Betul sekali, lubang anus itu hanyalah organ tak berguna. Tak peduli berapa kilogram makanan yang Venessa lahap dalam sehari. Gadis itu tak pernah memerlukan buang air kecil maupun besar. Karakteristik tubuhnya mirip dengan seorang bidadari. Mereka bahkan senantiasa suci tanpa harus berhadapan dengan haid yang datang dalam pola pasti.
Hujan deras mengguyur disertai petir di luar sana. Namun ruangan itu terasa pengap. Kipas angin bahkan tak membantu mengusir hawa lembab. Sistem ventilasinya buruk sekali.
Venessa lanjut menggali pakaian pria tadi. Tujuannya? Tentu saja dompet berisi uang. Pria buncit itu tak disangka berkantung tebal. Beragam kertas berharga berbagai warna terlihat menggoda iman.
Tapi tidak. Venessa bukanlah seorang pencuri. Dia tidak mau mencari uang lewat jalan pintas. Jadi cukuplah ia mengambil bagian yang sudah menjadi haknya.
"5000 gil, sesuai dengan perjanjian." Sisa kelebihan uang ia masukan kembali ke dalam dompet, lalu disimpan di bawah jaket. Mulutnya kemudian mengecup kepala pria tadi yang botak sebagian, "Mmmmh... segar sekali rasanya. Hari ini aman. Terima kasih ya mz, kapan-kapan panggil lagi aja kalo lagi bosan."
Pintu ruangan ditutup, gadis itu beranjak pergi dari sana. Kotak biola tak lupa ia ambil seraya memasukkan penghasilan hari ini ke dalamnya. Bibir sensual itu terlihat bersenandung senang, "Sisa dua puluh ribu gil lagi, dan aku bisa membeli sepetak lahan di pinggiran kota."
Waktu menunjukan pukul sembilan malam. Rintik air lambat laun berubah menjadi kenangan. Jalanan basah membuat Venessa harus berhati-hati mencari tempat pijakan. Ia khawatir, rok menggerai semampai akan basah mengenai air. Pikirannya juga harus waspada akan kendaraan yang melaju. Sebuah kubangan akan berubah menjadi shower apabila terlindas cukup kencang.
Langkah kakinya membelok ke sebuah gang sempit, memasuki kedai hitam di pojokan keramaian, "Aaaaahnnnn... give me something special," ucapnya melepas penat.
Beberapa penghuni kedai menoleh, menjadikan Venessa sebagai pusat perhatian. Namun sedetik kemudian mereka tak lagi mengacuhkan.
"Susu spesial campur soda lagi mbak?" ucap sang bartender. Pandangannya sulit untuk lepas dari dua bongkahan menggoda.
"Iya mz Yapet," ucap Venessa santai, berpura-pura tak menyadari. Dadanya berdengup kencang jika sadar sedang diperhatikan. Celana dalamnya mendadak saja terasa basah.
Duduk di atas kursi, Venessa memperhatikan seorang pria berjanggut dengan wajah merenggut, sibuk mengetik pada laptop. Nessa pun berubah penasaran, "Bang Hewan masih sibuk ngurus katalog?"
Pria itu hanya mengangguk tanpa mengacuhkan, "Ada 101 submitter, semuanya aneh-aneh. Sampe ada tokek, ayam jantan, juga kaleng pengharum ruangan."
"Owh..." Venessa tak lebih jauh mengomentari. Batinnya kemudian berubah siaga. Hawa mesum terasa menyengat kuat pada sensor spesial di kepala. Gadis itu bisa merasakan keberadaan seseorang lewat tingkat birahinya. Dan yang satu ini begitu kuat, hingga ia merasa takut karenanya.
"Yo~ Ente lagi sibuk Ness?" Seorang pria duduk tepat di samping Venessa. Dia memang sosok paling mesum di sini.
"Awww, ada mz ich-san..."
"Gue lagi ada duit nih, mau nyerpis gak? Hari ini ente pasti udah capek. Butuh tenaga buat diserap, kan?"
"Nggak ah mz," Venessa buru-buru menapik, "Jatah hari ini udah terisi. Saya udah kenyang."
Raut kekecewaan terukir jelas di wajah pria itu, "Owh yasudah, aye lanjut nulis prelim dulu." Dia beranjak pergi dari sana.
Venessa kemudian mengembuskan napas lega. Bibirnya mengucap pelan, "Yang tadi itu masuknya ke dalam Breaking the 4th wall bukan ya?" Dua asset berbentuk bundar terlihat melonjak keluar, seiring dengan dada yang mengembung kempis menarik napas.
Puas dengan minuman, Venessa lantas pergi menuju ruangan pribadinya. Ia menyewa tempat tinggal di sebuah kedai. Namanya Tavern of The Black Alley.
...
Malam semakin larut, udara dingin begitu menusuk. Tak ada penghangat di sini, tidak untuk kamar murah seharga lima puluh gil per malam. Venessa harus mencari sumber kehangatan. Lengannya sibuk menggerayangi diri sendiri. Kepalan tangannya tenggelam dalam bongkahan besar di dada. Remasan kecil tak cukup untuk membuatnya puas.
"Ahnn... hari ini aktifnya pas tengah malam."
Tiap hari selama satu jam, Venessa akan kehilangan kontrol atas kewarasan. Waktu kambuhnya tak bisa diduga. Dia menjadi mudah terangsang. Memuaskan diri adalah sebuah kewajiban. Jika tidak, batinnya akan berubah gila, tersiksa oleh candu yang menyiksa
Napas gadis itu berubah liar. Embun kecil tercipta dari tiap embusan di mulut. Matanya terpejam erat, membayangkan dirinya tengah digilir seratus orang.
Masing-masing menghujamkan senjatanya dikuasai napsu binatang. Dari mulut, anus, hingga vagina digempur tanpa ampunan. Suara tawa memenuhi udara, seraya lenguhan nikmat terdengar nyaring menghiasi suasana.
Digagahi oleh beberapa pria sekaligus. Semua itu terasa sempurna.
Walau pada kenyataannya, semua itu hanyalah angan-angan. Gadis itu hanya merenggut sendirian di tengah kasur lusuh. Jemarinya bergerak lincah menggaruk klitoris yang terasa gatal.
Sialnya, alih-alih merasa puas, rasa gatal itu semakin menjadi hingga membuatnya bergidik dikuasai kenikmatan.
Garukan jemari semakin cepat, tak peduli walau tangan terasa pegal. Tubuhnya menggelinjang kuat. Lehernya juga menengadah tinggi, bahkan membuat tubuhnya meliuk hendak melingkar. Suara lenguhan terselip keluar nyaris membangunkan tetangga. Venessa baru saja mencapai titik tertinggi dari proses rutin tengah malam.
"Ena banget..." ucapnya lirih.
Part 2 of 5
Mimpi malam itu terasa ganjil. Venessa tak bisa mengingat jelas, hanya ada beberapa ucapan samar terdengar, seperti; "Mahakarya... Reveriers... Mimpi... ereksi"
Mentari pagi bersinar terik, sinarnya menyelinap melewati celah kecil di jendela. Venessa berusaha bangun melawan kantuk yang melanda. Riuhnya gemuruh manusia sukses membangunkannya. Ada apa di luar sana? Batin Venessa dibuat penasaran. Lewat jendela kecil ia mengintip keluar, menyaksikan parade penuh sesak dengan orang-orang.
Kedai tempatnya tinggal berada di daerah sub urban. Gedung tinggi melebihi lima lantai terlihat jarang keberadaannya, jadi Nessa bisa melihat jelas apa parade macam apa yang berlangsung di kejauhan sana.
"Sanelia Nur Fiani…" ucap Venessa dengan mulut setengah terbuka. Setengah tak percaya ia menatap gadis berambut biru di kejauhan. Tak salah lagi, ratu dari kerajaan ini tengah mengunjungi kota ini. Tak heran konvoi itu berisi kendaraan mewah, lengkap dengan pasukan penjaga berlalu lalang di sana sini.
Lebih jauh Nessa menelusuri, jalan lurus tempat mereka terlihat bergerak menuju sekumpulan gedung pencakar langit.
Rasa pusing memenuhi kepala Nessa seketika itu juga. "Itu kota Twilight?" Rasanya ada yang janggal, megapolitan berteknologi tinggi itu terletak ribuan kilometer jauhnya. Kenapa dia bisa melihatnya dari sini? Kota kecil tempatnya selama ini berada di daerah pinggiran kerajaan.
Apa ada yang salah dengan caranya mengingat selama ini?
Mungkin pikirannya belum jernih. Toh rasa kantuk masih menggerogoti, jadi besar kemungkinan dirinya belum terbangun sepenuh hati. Gadis itu lantas berbalik menuju kamar mandi, mengguyur diri dengan tetesan air dari shower sejuk, meresap hingga ke sanubari.
"Aaaaahhh segar…" senandung kecil terdengar merdu menghiasi pagi. Gadis itu meremas bokongnya sendiri, menggosok tiap sela di tubuh hingga sudut terkecil. Bulu halus di bawah perut dibersihkan dengan lembut. Batinnya mengingat kembali gadis berambut biru yang ia lihat tadi. Namanya Sanelia Nur Fiani, sosok yang tak bisa ia abaikan keberadaannya. Mengingatnya saja membuat Nessa merasa tak nyaman. Semacam trauma muncul ke permukaan seakan berniat untuk menghantui.
Wajahnya berubah angker. Sorot mata itu begitu tajam walau pandangannya terlihat gamang.
Dengan cepat Nessa menyambar handuk, merias diri lalu beranjak pergi.
Nessa berubah tak tenang, ada suatu hasrat memaksanya untuk pergi menemui Nely. Ia tak bisa lagi mengabaikan perasaan yang sudah terkubur sejak lama. Keringat dingin menetes di wajah, menjadi tanda akan besarnya kegundahan di hati.
Sulit sekali untuk menerobos kerumunan ini. Ia tak bisa berlari bebas, karena harus mendorong lembut orang-orang yang menghalangi.
Konvoi itu berjalan lambat, cukup lambat hingga Nessa bisa menyusulnya lewat berjalan kaki. Lambat laun Nessa bisa melihat sosok yang mendampingi Nely.
Ada dua gadis berambut biru di sana. Ratu kerajaan datang ditemani sang anak, namanya Saya Maria Fransiska.
Wajah Nessa berubah pucat mendapati kenyataan ini. Ia terlihat shock menatap Siska di samping Sanelia. Niatnya untuk menemui sang ratu seolah terhenti sampai di sana. Langkahnya melambat saat itu juga.
Lalu tercipta semacam jeda. Keheningan melanda pikiran meski suasana hiruk pikuk memekakkan telinga. Semuanya terasa melambat, termasuk pergerakan sebuah misil yang menghujam dari angkasa. Venessa menatap benda itu meluncur jatuh tanpa bisa berbuat apa-apa.
Detik itu, jalanan tempatnya berdiri dibuat porak poranda. Hantaman peledak sukses menghancurkan segalanya. Serangan itu datang tanpa diduga. Venessa terdorong jatuh oleh gelombang kejut berupa dinding udara. Ia dan orang-orang di sekelilingnya bertindihan satu sama lain.
Jeritan panik terdengar menyusul. Para warga berlarian saling berhambur. Dalam kerusuhan itu, Venessa berusaha bangkit seraya mencari keberadaan Sanelia dan anaknya. Tak lupa ia meminta maaf pada pria yang digunakan sebagai kasur.
Rentetan suara tembakan terdengar nyaring di sela kekacauan. Sanelia dan Anaknya dengan sigap melakukan perlawanan. Duo magus itu seakan seakan sedang menari indah. Mulut mereka terlihat sibuk mengucap rapalan mantra.
Ukiran lingkaran sihir berpendar terang di bawah kaki, mengalahkan teriknya matahari. Lalu dalam satu entakan kuat, semacam gelombang kejut mengempas cepat ke segala arah.
Beragam kekacauan terhenti detik itu juga. Semburan energi tadi telah memanipulasi hukum fisika. Ada semacam kekuatan yang menahan seluruh pergerakan. Tiap detik yang berjalan diregangkan hingga melambat.
Namun anehnya, kesadaran masih tetap berjalan sebagaimana mestinya. Venessa dan semua warga di sana dibuat kebingungan. Tubuh mereka tak bisa digerakkan sebagaimana mestinya.
Bermacam projektil berubah enggan membelah udara. Ledakan di jalan, memecah aspal menjadi serpihan kecil merekah pelan. Beberapa warga yang terpelanting seakan mengerem begitu saja. Jangkauannya sihir itu begitu luas, hingga meledaknya helikopter di angkasa bisa disaksikan dalam gerak lambat.
"Guuuussstiiii..... Aaaapppaaa...an.... nnniiiiii~??" Ucapan Venessa ikut melambat.
Lain halnya dengan Sanelia dan Siska, keduanya masih bisa bergerak leluasa. Mereka berlari menjauh dari pusat serangan.
"Aaawww.... wwaaaaasssss..." Venessa berusaha memperingatkan.
Di belakang Sanelia, ada sesosok pria berjubah berdiri mengancam. Pria itu tak terkena efek sihir misterius, jadi sama-sama bisa bergerak normal. Kemunculannya sama sekali tak diduga. Lewat satu hantaman keras di leher dan perut, ibu dan anak itu tumbang nyaris bersamaan.
Sihir memperlambat itu kemudian hilang tak berbekas. Situasi kembali normal seperti biasa. Ada semacam jeda tercipta, karena orang-orang masih kebingungan akan situasi abnormal tadi. Berikutnya, hiruk pikuk serangan kembali berlanjut dalam beragam kontak tembakan.
Para penyerang ini menyamar sebagai pihak keamanan, juga warga yang berlalu-lalang. Sulit untuk membedakan kawan dan lawan. Venessa berlari menuju pertokoan, seraya matanya senantiasa terkunci pada Sanelia di kejauhan.
Ratu dan putri kerjaaan terlihat diseret menjauh dalam kondisi lumpuh.
Bukannya mereka penyihir terkuat di Exiastgardsun? Kenapa mereka bisa kalah semudah itu? Lalu siapa orang-orang ini?
Ada banyak tanda tanya di kepala. Namun untuk saat ini, cukuplah ia berusaha menghindar dari konflik bersenjata. Ada banyak peluru nyasar yang bisa saja bersarang di kepala. Beberapa orang di sekeliling bahkan sudah jatuh menjadi korban.
Rasa takut tentu saja menguasai sanubari. Tidak setiap hari ia melihat mayat bergelimpangan di bawah kaki. Batinnya berulangkali memerintahkan untuk pergi.
Nggak boleh!
Nessa tidak bisa pergi dari sana. Nely membutuhkan pertolongannya. Berulang kali ia mensugesti diri sendiri agar bisa lebih berani. Jalanan ini terlihat kacau balau, namun ia bisa memanfaatkan itu untuk bergerak mendekati. Tak ada yang akan menyadari seorang perempuan di tengah perselisihan ini.
Part 3 of 5
Nely dibawa masuk ke dalam sistem selokan bawah kota. Di sana ada banyak sekali lorong bercabang, hingga membentuk labirin tanpa peta. Tempat ini rupanya bekas peperangan di era sebelumnya. Venessa mengikuti masuk lewat lubang pembuangan di pinggir jalan. Besi penutupnya luar biasa berat, andai saja ia tak berpapasan dengan om-om ganteng yang mau membantunya, saat ini mungkin dia hanya terdiam kebingungan.
Bau kotoran terasa menyengat, sedetik setelah Nessa menuruni tangga. Aliran selokan menyambutnya dengan penerangan seadanya. Terik siang hari di luar, sama sekali tak berarti di bawah sini. Suasannya hening, juga gelap sepekat malam.
Beruntung handphone Nessa ada dalam kondisi baterai penuh. Dia bisa menggunakan lampu LED-nya sebagai senter darurat. Langkah kakinya dengan hati-hati berjalan menelusuri. Baru saja lima meter beranjak dari tangga, ia sudah dihadapkan pada persimpangan pertama.
Gadis itu lantas memejamkan mata, berusaha meresapi indra unik dalam tubuhnya. Radar mesum aktif memindai sekeliling, memberitahu Nessa akan keberadaan sekelompok pria dua puluh meter dari sebelah kiri.
Kenapa radar mesum? Tidak ada nama yang lebih keren?
Karena sesuai dengan fungsinya, radar itu hanya akan mendeteksi tingkat kemesuman seseorang. Manusia itu memiliki sifat default sebagai seorang mesum. Jika tidak, tentu umat manusia akan berakhir dengan kepunahan. Venessa sanggup mendeteksi keberadaan siapapun selama mereka memiliki sekelumit pikiran kotor di kepala.
Sesungguhnya, pria manapun sulit untuk mengabaikan keberadaan payudara. Meski gumpalan indah itu terbungkus dengan sempurna, keberadaannya tetaplah selalu terlihat menggoda. Dan itulah sekelumit energi yang Venessa endus dalam indranya.
Sanelia memiliki asset berukuran D-cup, sebuah godaan untuk laki-laki normal yang membawanya.
Berbekal petunjuk itu, Nessa menyelinap masuk tanpa tersesat di dalam labirin. Tubuhnya mulai terasa letih.
Dalam heningnya kegelapan, telinga Nessa menangkap suara jeritan. Terdengar seperti suara perempuan.
"Kasihan, mbaknya diperkosa..." ucap Nessa berkomentar. Ia tak berkewajiban untuk memberikan pertolongan, tapi di sisi lain tubuhnya sudah terasa lelah. Trait succubus dalam diri Venessa bukanlah sebuah kelebihan, melainkan kutukan menyiksa. Ia harus mencuri energi dari siapapun sebelum jatuh lemas selayaknya mainan habis batere.
Gadis itu lantas berganti haluan. Ia turun semakin bawah, menyusuri tangga lembab dipenuhi lumut di dindingnya. Lengan Nessa berpegang erat pada teralis yang tersedia. Aliran air di sampingnya mengalir deras. Suaranya mengalahkan derap kaki yang melangkah.
Di kejauhan, ada sebuah ruangan berisikan cahaya temaram. Suara jeritan tadi perlahan berubah menjadi erangan dan desahan. Datangnya dari sana, tak salah lagi.
Tiba di ambang pintu, Venessa mendecakkan lidah akan pemandangan yang tersaji.
Dua orang perempuan terkulai lemas berlinang air mata, sementara satu gadis lainnya berdiri dalam posisi menungging. Lengannya bertopang pada tembok, susah payah walau sekadar untuk berdiri. Seorang pria sibuk menggahinya dari belakang. Pinggulnya menabrak bokong berulang kali.
"Huk... nggghhh..." gadis itu mengerang. Air matanya kering kerontang.
Venessa belum melakukan tindakan apapun, bingung harus memulai dari mana. Entah kenapa dia malah sekadar menonton saja.
"Ish, ndak boleh..." ucap Nessa menggelengkan kepala. Dia harus menepis pikiran kotor untuk melakukan threesome FFM. Gadis itu butuh pertolongan. Setelah beberapa saat berjongkok bertopang dagu, dia lantas berdiri tegap, "Mz, mau yang lebih ena ndak?"
Pria tadi melonjak kaget. Cepat saja ia berbalik seraya menodongkan pistol yang tergeletak di meja. Di hadapannya, terdapat Maria Venessa tengah mengangkat roknya, mempertontonkan celana dalam yang sudah basah. Gadis itu tak bersenjata, jadi jelas bukanlah ancaman.
Nessa amatlah menawan, senyum manis di wajah seakan memperdaya siapapun yang melihatnya. Kecantikan gadis itu sungguh tiada tara, hingga tiba pada suatu titik di mana terasa janggal melebihi manusia biasa. Hati pria tadi dibuat leleh setelah saling bertatap mata, terbukti dari todongan pistol yang menurun tanda tak siaga.
Gadis penggoda itu tak bisa berbuat kekerasan. Baku hantam jelaslah bukan sebuah pilihan. Jadi Nessa tak membuat gerakan mencurigakan selain berjalan mendekat, lalu mengusap burung yang sedari tadi sudah menegang.
Lenguhan kecil diberikan sebagai balasan. Itu bukan hal yang dibuat-buat. Gesekan jemari dari Venessa entah kenapa terasa lebih nikmat dari vagina tiga gadis perawan. Pria itu membiarkan dirinya dikuasai gadis yang bahkan tidak ia kenal. Venessa dengan leluasa membimbing sang korban untuk duduk. Layanan itu berlanjut pada ciuman membara. Lidah Venessa bergerak liar, menari dalam mulut seraya mereka bertukar air liur.
"Mz ini ciapah?" ucap Venessa, ia melepaskan ciuman, tanpa sedikitpun memperlambat kocokan. Mangsanya tak sadar, energinya semakin terkuras habis di tiap kecupan.
Pria itu menggelinjang, "Pa-pasukan pemberontak..."
"Pemberontak?" Venessa berubah penasaran. Pria ini sudah jatuh ke dalam genggaman. Jadi tak ada salahnya menggali sedikit informasi. Mungkin saja bisa berguna, "Kok memberontak sih mz? Kalo nggak suka sama pemerintahan, ya ubah aja jadi dalam. Ikut kerja jadi PNS, terus berkarir hingga ke tingkat penguasa misalnya. Atau ikut pemilihan umum buat jadi gubernur."
"Tirani harus dihentikan…" komentarnya pelan.
Pria ini mungkin menginginkan figur lain sebagai pemimpin, di luar sistem monarki berdasarkan keturunan. "Kalo mz-nya ndak suka sama Sanelia, ya demo lewat protes damai kan bisa?" Dalam hati Nessa berubah berang. Ia sangat menghormati keluarga kerjaan. Pemberontakan ini merupakan dosa besar.
"Oooooh..." Pria itu tak memedulikan segudang pertanyaan dari Venessa. Punggungnya menegang, dia malah berfokus pada ledakan di bawah tubuhnya.
Tanpa disadari, lengan Venessa berubah basah. Cairan lengket menyembur kencang dari ujung penis, "Aaaah... sayang sekali." Dengan cepat ia menjilati cairan itu, membersihkan tiap tetes hingga tak bersisa. Nessa tak memedulikan sang pemberontak yang terkulai lemas hilang kesadaran. Dalam hati ia ingin sekali mencekiknya hingga mati, terlebih setelah melihat tiga gadis perawan yang tergeletak. Masing-masing meratap ketakutan, sakit hati karena telah dinodai.
Pun begitu Nessa bukanlah seorang pembunuh. Ia hanya melucuti senjata sang pemberontak, seraya mengikat tangan dan kaki pada kursi. Terserah apabila tiga korban tadi ingin melakukan pembalasan atau apa, yang jelas itu bukan urusannya. Energi yang dibutuhkan sudah terisi sempurna, ia bisa kembali beraktivitas seperti biasa.
Namun, baru saja ia keluar dari ruangan, langkahnya disambut dengan keberadaan pria berjubah. Sontak saja Nessa berubah siaga, sadar bahwa sosok itu yang telah mengalahkan Siska dan Nely.
"Kenapa aku tidak bisa merasakan hawa keberadaannya?" Radar mesum Nessa berubah nonaktif entah sejak kapan.
"Venessa Maria, kukira di kekacauan tadi aku salah lihat." Senyum kecil terukir dari balik tudung kepala.
Nessa tak bisa menatap langsung menuju mata, karena bagian atas wajahnya tertutupi bayangan. Ia tak kenal siapa pria berjubah, batinnya hanya bisa menerka, "Mz kenal sama saya?"
"Kau ada di sini. Ini menarik sekali." Pria itu menarik kerah lengan Venessa. Mereka berdua berjalan keluar dari sana.
Nessa tentu saja memberontak, namun bagaimanapun ia meronta, kekuatan fisiknya tetap terbatasi sebagaimana wanita pada umumnya, "Mau dibawa ke mana saya?"
"Kau akan tahu sendiri nanti," jawab pria itu singkat. Mereka menuruni tangga lebih jauh ke dalam inti lorong bercabang. Di sana terdapat sebuah ruangan penuh dengan orang-orang bersenjata.
Nessa menyusuri pandangan ke sekeliling. Ada banyak pria di sana. Mereka berdiri di belakang lampu sorot. Sulit untuk bisa menebak berapa jumlahnya, karena cahaya penerangan terasa membutakan pandangan.
"Nessa?" seseorang berucap lirih, seakan tak percaya mendapati Venessa di sana.
Mendengar itu, air muka Nessa berubah pucat. Gadis itu berbalik pelan berusaha menerka, walau ia tau siapa yang ada di sana.
Sanelia Nur Fiani, ratu dari seisi negeri tengah bertekuk lutut dalam kondisi terikat. Sementara itu, Siska anaknya ada dalam situasi yang tak jauh berbeda. Dua orang itu dibuat tak berdaya, padahal mereka merupakan entitas terkuat di seantero Exiastgardsun. Tak peduli sekuat apa Nely meronta, tenaganya tak lebih dari batasan perempuan lemah tak berdaya.
"Pemirsa di seluruh dunia, hari ini kita akan mengukir sejarah. Tanggal ini akan menjadi hari kemerdekaan, di mana kita semua terbebas dari tirani." Pria itu memberikan sepucuk pistol pada Venessa, "Sekarang, pimpinan kita akan melakukan eksekusi terbuka."
Venessa tentu saja terkesiap. Apa dia baru saja difitnah? "Maksudnya ap—…" Ucapannya terhenti, sadar ada moncong pistol terarah dari segala sisi.
"Nessa… benarkah itu?" Nely berucap tak percaya, perhatiannya tertuju pada Venessa, menuntut sebuah penjelasan.
Siska di sampingnya sama-sama kebingungan, "Ibu? Dia siapa?"
Venessa tentu tak kalah bimbang, semua ini terjadi begitu tiba-tiba, "Apa yang…"
Pria berjubah tadi lantas kembali mengucap pengumuman, "Venessa Maria, sosok pemimpin kita memiliki hubungan special dengan Sanelia…."
Nessa berubah pucat, ekspresinya dipenuhi dengan rasa berang.
"Dia adalah.."
"HENTIKAN!" Venessa lepas kendali. Ketenangan yang ia jaga sedari tadi hilang tak berbekas. Bentakan itu menciptakan keheningan suasana. Hal ini semakin memperberat fitnah yang ditancapkan, seakan mereka semua patuh pada Venessa. Semua ini disiarkan secara langsung.
Semacam impuls aneh menyerang Nessa sedetik kemudian. Amarah yang barusan menguasai, lenyap tergatikan dengan sebuah sensasi. Gadis itu berubah ekspresi menjadi pucat pasi, "Tidak… kenapa harus sekarang?"
Aktivasi Feromon terjadi tanpa bisa diduga. Penyakit itu membuat sifat mesum Venessa semakin liar, hingga mencapai taraf lepas kendali. Nafsu birahi mendadak bergejolak, menutupi akal sehat, serta menjebol rem untuk menjaga sikap.
Ini bukan waktu untuk itu..!
Napas Nessa berubah liar, seraya air liur menetes tak terkendali. Sekujur tubuhnya terasa panas minta digerayangi. Pikirannya berubah blank, kosong membeku. Hasrat hewani telah mengambil alih kendali. Gadis itu ambruk, jatuh bercucuran keringat. Satu lengan sibuk meremas payudara sendiri, sementara jemari lainnya tiada henti menggaruk selangkangan yang semakin gatal.
Tolong… Kenapa harus kambuh sekarang?
Dalam proses itu, Venessa melepaskan feromon dalam jumlah tak wajar. Siapapun yang mengendusnya, akan ikut merasakan peningkatan birahi.
Nely menjadi yang paling pertama terkena pengaruh. Seseorang mendorong tubuhnya hingga memaksa wanita itu menungging. Rok mini disingkap tanpa kesulitan, celana dalam ditarik miring ke samping, hujaman penis menusuk begitu dalam. Wanita itu ikut-ikutan hilang kendali. Wajahnya menengadah, seraya bibirnya terbuka sebagian. Desahan kecil terselip keluar.
Di ruangan itu hanya ada tiga perempuan, selebihnya terdiri laki-laki. Tak ayal, mereka pun menjadi target pelampiasan. Orang desa yang ada di sana berubah terangsang tanpa terkecuali.
"Ibu..? Ibu kenapa? Kalian semua kenapa?" Siska yang masih di bawah umur, belum sadar apa itu nafsu birahi. Ia tak pernah sedikitpun merasakan kenikmatan duniawi. Feromon dari Nessa tak memiliki pengaruh padanya. Gadis itu melakukan perlawanan hebat, kala seorang pria menindihnya. Lewat sikutan lutut, ia menyerang tepat di bagian bidjie.
"Nnnggghh… jangan serang dia, garap saja aku," ucap Nely memelas. Ia tak punya kuasa atas tubuhnya sendiri. Jutaan impuls kenikmatan yang menyerang, sukses melumpuhkan akal dan pikiran. Tenaganya hilang, tak ada opsi untuk melakukan perlawanan.
Sebelas dua belas dengan kondisi Nely. Nessa juga kesulitan untuk menguasai diri. Mustahil dengan kondisinya saat ini. Perhatiannya lantas tertuju pada kesucian Siska yang harus dilindungi, "Kalian… mmhhh…"
Sulit rasanya walau sekadar mengucap sepatah dua kata. Posisinya terlentang, sementara seorang pria sibuk menjilati kemaluannya, "…Kalian bukan pedofil… garap saja lubang anusku, lewat belakang… Haaaannghhh…"
Nafsu birahi sukses mengendalikan Nessa. Namun gadis itu masih memiliki sejumput kesadaran. Ia sekuat tenaga memposisikan diri, mencabut buttplug yang bersarang sedari tadi. Rok panjang disingkap ke atas, hingga bertumpuk di lingkar perut. Tanpa rasa malu, Venessa melebarkan dua bongkahan bokongnya, mempertontonkan lubang sempit pembuangan, "Yang ini lebih ena mz..."
Di saat seperti itu, Nessa masih memegang teguh prinsipnya. Ia tak ingin hilang keperawanan sebelum malam pertama pernikahan.
Tanpa tedeng aling-aling, pria yang memerkosa dengan cepat menghujamkan batang kejantanan ke dalam sana. Rasa mulas sontak menyerang seketika itu juga, "Nnnngghh..!"
"Bangsat, cewek yang ini enak banget." Pria yang menggarap Nessa berkomentar. Lengannya berulangkali menampar bongkahan sebagai bentuk dominasi. Tak lebih dari sepuluh tarikan, muatan dalam zakarnya menyembur hebat dalam lubang.
Pria itu tumbang, jatuh terlelap dengan wajah dipenuhi kepuasan. Dia tak sadar, bahwa sejatinya seluruh tenaga dalam tubuh sukses ditransfer hingga tak bersisa. Korban pertama telah jatuh, dia tak akan bangun untuk beberapa hari ke depan.
"Ibuu…" Siska hanya bisa menangis menyaksikan itu semua. Di hadapannya, ada dua wanita tengah menungging berhadapan. Bokong mereka dihantam berulang-ulang, seraya pria lainnya mengantri di belakang. Wanita dijadikan tak lebih dari alat pelampiasan.
Di tengah pemerkosaan itu, Nessa menatap sendu wanita di hadapannya. Ingin rasanya untuk memanggil langsung. Namun batinnya berubah gundah, tak yakin harus bersikap seperti apa.
Sanelia membalas dengan wajah teduh, seakan berusaha meyakinkan bahwa segalanya akan baik-baik saja, "Nessa…"
Buyar sudah rasa takut di dada. Wanita itu sama sekali tak membencinya seperti yang dibayangkan. Ia harus melakukan sesuatu. Nessa harus lepas dari rasa candu. Pasti ada jalan keluar.
Perhatian Nessa kemudian teralihkan pada segel sihir di tangan kanan Nely. Benda itu satu-satunya alasan kenapa orang-orang bejat ini masih bisa berdiri. Nely tidak akan bisa melepaskan benda itu dengan tangan sendiri. Rasa sakit akan menyengat dalam impuls menyiksa. Rasanya seperti disetrum, dibakar, juga dikuliti.
Padahal, sejatinya gelang itu terlihat biasa saja. Nessa bukanlah penyihir, segel itu tak berarti apapun baginya, selain logam lentur yang bisa dilonggarkan.
Lalu diraihlah benda itu. Dalam satu tarikan keras, lepas sudah segel yang menjadi sumber permasalahan.
Maka terbebaslah Nely dari cengkeraman yang mengekang. Ia sudah muak mengalami pemerkosaan untuk yang sekian kali. Teringat kembali masa-masa di Exiled Realms, di mana dirinya digunakan sebagai objek pemuas nafsu birahi.
Tak butuh waktu lama bagi Nely untuk merapal sihir. Diperbantukan dengan luapan amarah, aliran manna yang menyeruak keluar dengan dengan berubah wujud menjadi bara api.
"Firaga..!"
Orang-orang ini menggeliat kepanasan seperti ulat. Embusan api memenuhi udara, mengisi ruang kosong di tiap lorong.
Namun ajaibnya, baik Nessa maupun Siska, keduanya malah merasa sejuk seperti diterpa angin pagi hari.
Pria yang menggagahi Nessa masih sempat menggenjot pinggulnya, meski bagian atas tubuhnya terlihat matang berasap. Berikutnya, ia tumbang dengan rapi.
Nely sontak menghampiri Siska. Gadis itu masih terlihat shock. Hal pertama yang Nely lakukan adalah memecah segel yang menghambat.
Tanpa disangka, Siska malah terkulai lemas. Sedari tadi ia terlalu memaksakan diri untuk mengerahkan manna. Seluruh energi itu terbendung hebat selayaknya balon berisi gas bertekanan tinggi. Ketika segel dilepas, umpamanya balon itu meledak hingga membuat sang perapal tak sadarkan diri.
Nelly dan Venessa saling bertukar pandang tanpa mengucap kata. Sebuah pelukan Nely berikan demi melepas rindu di dada, "Maafkan aku, Nessa…"
Venessa hanya membalasnya dengan senyum berlinang air mata.
Part 4 of 5
Tim reaksi cepat tiba menjemput, setelah sebelumnya tertahan oleh ledakan sihir Firaga. Dengan cepat mereka meringkus Venessa.
"Tunggu dulu, saya tidak bersalah!" ucap Venessa panik.
Sanelia dibuat bimbang. Kejadian tadi memberatkan Nessa sebagai otak dari pemberontakan. Tapi di sisi lain, gadis itu juga jadi korban pemerkosaan, "Lepaskan dia, aku percaya padanya."
Titah seorang ratu merupakan perintah absolut. Meski banyak kejanggalan yang terbesit di kepala, namun para prajurit itu berlaku patuh tanpa bertanya lebih lanjut.
Tiba di permukaan, lambat laun Siska mulai mengumpulkan kesadaran. Ekspresinya berubah terkejut kala mendapati Venessa berdiri di dekat ibunya, "Wanita jalang..!"
Sebuah hantaman mengirim Nessa melayang beberapa meter di udara. Entah apa yang terjadi, namun sapuan angin menerpa tubuhnya dalam bentuk dinding energi. Efeknya mirip dengan ledakan bom.
"Tunggu, Siska..!" Sanelia berubah panik, berusaha mencegah Siska.
Napas Venessa tersenggal. Dadanya terasa sesak, sulit untuk melakukan kontraksi. Pandangan gadis itu berkunang-kunang, seraya berusaha bangkit menjaga keseimbangan. Dilihatnya, orang-orang yang mengerumuni sibuk membubarkan diri. Mereka mencari keselamatan, takut menjadi korban dari keganasan sihir spesialis kerusakan.
"Kau..!" bentak Siska berang, "Kau pasti kekasih gelap mama! Tak kusangka ibuku berubah menjadi lesbi, pantas saja dia selalu menolak pinangan dari tiap lelaki."
Raut wajah Nessa berubah keheranan, "Haaa? Bukan begituuu..."
"Kau juga pimpinan pasukan pemberontak, teganya kau menghianati kami semua. Terlebih ibuku sendiri."
Entah apa yang harus Venessa perbuat. Kesalahpahaman itu berlanjut terlalu jauh. Antara malas dan marah, ia berusaha menjelaskan dengan nada jengah, "Kamu salah Siska..."
"Bacot kamu!" Gadis itu memutar tubuhnya cepat, seraya mengayunkan lengannya seolah melempar benda tak terlihat. Dia tak merapal mantra untuk mengeluarkan sihir, hanya cukup mengalirkan Manna seraya membayangkan sihir apa yang hendak dikeluarkan.
Lapisan Aspal di jalanan mendadak hancur terburai. Tiap kepingannya melesat cepat, datang menghujam dalam serbuan horizontal. Nessa tak akan selamat dari hujan projektil itu. Yang bisa dilakukan hanyalah menjerit ketakutan, seraya lengan menyilang berusaha melindungi pandangan.
Gempuran itu datang menerpa, namun tak ada rasa sakit yang menyapa. Venessa perlahan membuka mata. Dia mendapati Sanelia berdiri di hadapan, lengkap dengan selubung perisai semi transparan.
"Hentikan Siska!" ucap Nely membentak.
"Minggir ibu! Kau sudah terkena pengaruhnya. Dia itu penghianat, dia makhluk bejat!" Dua lengan Siska diangkat tinggi, jemarinya melebar seraya terayun jatuh hendak menghujam bumi.
Mendadak saja Venessa ambruk dipaksa telungkup. Dia sama sekali tak bisa berdiri. Sekadar mengangkat lenganpun rasanya sulit sekali. Bobot tubuhnya bertambah berat beberapa kali lipat, tarikan gravitasi menguat tak terkendali.
Nely di hadapan sama-sama jatuh memeluk bumi, namun mulutnya mengucap cepat merapal mantra untuk menetralisir, "Dispel!"
Tarikan itu terhenti, Nessa bisa kembali bangkit meski letih begitu menyakiti.
Kali ini, Nely maju menyerang. Bertahun-tahun sejak turnamen Battle of Realms, kemampuannya telah meningkat drastis. Nely kini sanggup mengeluarkan sihir lewat instant incantation. Dalam jeda sepersekian detik saja, langit di angkasa berubah mendung. Awan gelap membuat gelap suasana, seraya berputar cepat menciptakan pusaran raksasa.
Di pusat gulungan awan, muncul sebuah kapal perang dengan layar robek di sana-sini. Meriam yang berjajar di sisi berkarat dimakan usia. Kayu yang terkoyak juga memperlihatkan bekas pertempuran.
Kapal itu melayang memiringkan haluan. Bagian broadside di sebelah kanan lantas melepaskan puluhan tembakan.
Serangan itu datang menghujam daratan, gempurannya terasa seperti serangan altileri. Bumi bergetar, kaca-kaca pecah berserakan. Siska di kejauhan mengangkat lengannya menciptakan lapisan pertahanan.
"Nessa, lari..!" seru Nely. Ia akan menahan anaknya, memberikan waktu bagi Nessa untuk menyelamatkan diri. Sihir tadi begitu dahsyat, bahkan terkesan berlebihan. Namun Nely tahu, anaknya tidak selemah itu.
Venessa tak berucap banyak, selain berlari mematuhi perintah. Ia berlari memasuki sebuah pertokoan, mencoba membaur dengan warga yang kocar-kacir ketakutan.
Namun rupanya, keputusan itu berujung fatal.
Kaca depan toko pecah berserakan. Sebuah ledakan melemparkan segala sesuatu hingga berubah menjadi projektil mematikan. Anak-anak, perempuan hingga orang tua tak berdosa, jatuh berlumuran darah terkena entakan. Nessa juga tak luput dari lemparan. Pandangan berubah buram, berulang kali ia mengerjapkan mata, namun tetap saja pusing sulit menjaga keseimbangan.
Orang-orang ini meninggal sia-sia. Melihatnya saja membuat Venessa mual tak terhingga, "Hentikan...!"
Akan tetapi, adu sihir di luar terlalu hebat untuk bisa dihentikan lewat satu seruan saja. Suara Venessa kalah keras melawan dentuman ledakan di angkasa. Kapal terkutuk tadi terlihat jatuh menubruk gedung pencakar langit. Berbagai puing-puing menggempur daratan selayaknya tetesan hujan. Tak ayal, jumlah korban pun semakin meningkat.
Di tengah kekacauan itu, sosok berjubah hitam kembali memunculkan diri. Dia tertawa puas menyaksikan segala kehancuran ini. Posisinya berdiri cukup dekat dengan Venessa, "Hahahaha...!"
Nessa menoleh, sekaligus geram menyaksikannya, "Puas kamu hah?"
"Sempurna," balas pria itu, ia membuka tudungnya seraya melontarkan senyum kemenangan.
Nessa berubah pucat, tak percaya, "Mz Ichsan?" Ia kenal dengan sosok itu. Salah satu pengunjung rutin kedai hitam.
"Kau tahu kenapa orang-orang tak suka dengan para bangsawan di kerajaan?"
Nessa tak memberikan tanggapan.
"Karena ini," lanjut Ichsan, lengannya menunjuk pada adu sihir antar dua entitas penyihir terhebat. Nely dan Siska bertarung sengit berusaha menundukan masing-masing. Tembakan keduanya banyak yang meleset, lalu menghancurkan area di sekeliling. "Mereka memiliki kekuatan membahayakan. Tak tertandingi, juga memiliki kuasa absolut atas segala hal. Ini tak lagi relevan dengan jaman penuh dengan teknologi dan bangkitnya demokrasi. Sebagian besar sihir telah didekript menjadi ilmu pengetahuan. Beragam senjata mematikan telah diciptakan. Eksistensi mereka sudah tak lagi diperlukan."
Sejuta kekesalan menumpuk di hati Nessa. Matanya menatap jengah Ichsan, biang kerok dari segalanya. Perlahan Nessa meraih boks biola yang menggantung di punggung. Bobotnya lumayan berat karena terbuat dari logam.
"Aku tahu siapa dirimu Venessa," ucap Ichsan menambahkan, "Keberadaanmu akan menjadi pemukul terakhir dari proses kemerdekaan." Pria itu lantas berbalik, menatap drone di belakangnya. Benda itu terbang sebatas dada, merekam semuanya seraya menyiarkan langsung ke seluruh dunia, "Wahai para warga dunia... Gadis di hadapanku ini merupakan kepala pasukan revolusi, pimpinan kita semua. Dia memiliki hubungan spe—"
Ucapan Ichsan terhenti. Tubuhnya tersungkur jatuh tak sadarkan diri. Telinganya dihantam keras menggunakan box biola.
Berikutnya, Nessa merebut sepucuk pistol yang tersemat pada sarung dekat paha. Tanpa ragu gadis itu menarik pelatuk, mengirim muntahan projektil keras menembus kepala. Pria itu berakhir mengenaskan tanpa pernah diduga.
Tak ada yang bisa Drone lakukan selain menyiarkan segalanya. Nessa lantas menangkap benda itu, lalu membantingnya ke tanah sekerasnya.
"Anda terlalu banyak berbicara," ucap Venessa lirih. Suaranya bergetar, seraya dua kaki hilang tenaga. Dia baru saja membunuh manusia. Makhluk hidup yang bisa berbicara dan berpikir persis seperti dirinya. Ichsan mungkin memiliki keluarga. Mereka pasti akan meratapi kepergiannya. Jemarinya diangkat sebatas dada, dosa besar telah ia perbuat lewat kedua tangannya.
Tapi mau bagaimana lagi? dia memang pantas mati. Melakukan kudeta adalah bentuk pengkhianatan tertinggi, jika ditangkap sudah tentu pria itu juga akan berakhir seperti ini.
Gadis itu berusaha memutar pikiran, mencari alasan demi melakukan pembenaran. Ditatapnya mayat kaku itu, "Hanya karena ketidaksukaan, bukan berarti kau berhak melakukan kudeta. Masih ada jalan yang bisa ditempuh selain lewat pemberontakan penuh dengan kekerasan."
Gedebum ledakan kembali tercipta di angkasa. Venessa menengadahkan kepala, mendapati Nely tengah terjun bebas menuju dirinya. Penyihir berambut biru itu sempat menciptakan serangkaian lingkaran sihir di jalur pendaratan. Fungsinya untuk menyerap energi kinetik. Tiap kali ia jatuh menembus, kecepatan lontarannya berkurang drastis.
Gadis itu ambruk tak jauh dari Venessa. Wajahnya dipenuhi keletihan berbalut pandangan nanar setengah sadar.
Buru-buru Venessa menghampiri, merangkul gadis itu seraya menunjukan ekspresi pucat pasi, "Bertahanlah..."
"Aku tidak apa-apa..." ucap Nely lirih. Ia berusaha bangkit. Pandangannya tak pernah setajam ini pada Siska. Gadis itu berdiri di persimpangan jalan, "Lihatlah sekelilingmu nak... lihat apa yang sudah kau lakukan."
Gadis di kejauhan terkesiap. Wajahnya berubah pucat, seakan tersadar akan betapa parahnya tingkat kehancuran. Terlebih akan banyaknya korban.
Namun, alih-alih sadar atas tiap kesalahan. Dia malah melimpahkan kesalahan, "Ini semua gara-gara dia!" lengannya menunjuk Venessa, "Andai saja ibu tidak melindungi dia, jika aku bisa membunuhnya saat itu juga. Tentu tak akan ada kematian dari rakyat tak berdosa!"
"Ya tuhan..." Venessa bingung, ia menjadi kambing hitam dari seluruh drama ini.
"Minggir ibu, jangan menghalangiku. Dia biang kerok dari semua ini."
"Hentikan Siska..." ucap Nely lirih, ia memohon meminta pengertian dari sang anak. Namun putrinya itu tak mau mendengarkan. Ia malah melesat maju lewat lontaran bumi yang mengentak. Tak butuh waktu dua detik, gadis itu sudah berada tepat di hadapan Nely.
Tak banyak yang bisa Nely lakukan, selain menciptakan lapisan perlindungan lainnya.
Lapisan itu sama sekali tak berarti. Siska menepis ibunya sendiri, mendorong wanita itu ke samping. Jemarinya dibuka lebar, berusaha meraih leher Nessa seraya tubuhnya melesat cepat.
Venessa terdorong mundur. Tubuhnya terhantam pada sebuah mobil, hingga bagian pintunya penyok akibat dijadikan bemper untuk mengerem. Siska masih saja mencengkeram erat, mencekik tepat di leher.
Bagian bawah tubuh Venessa mati rasa, pandangannya berubah memburam. Dadanya terasa sempit, sulit untuk mencari udara. Sekuat tenaga ia berusaha melepaskan diri, kekuatannya tak sebanding dengan otot penyihir yang sudah dialiri oleh Manna.
"Le...pas... kan..." Suara itu terucap dengan intonasi lemah. Di hadapan wajahnya, terdapat jemari Siska berbalutkan es runcing siap ditusukkan. Hidupnya akan berakhir saat itu juga.
"Hentikan Siska! Jangan bunuh saudarimu sendiri...!"
Semua orang terperangah, termasuk Siska. Lambat laun ia menoleh, menuntut penjelasan dari ucapan tadi, "Saudari? Ibu..? Apa maksudnya."
Fia menutup wajahnya yang berlinang air mata, "Orang di hadapanmu itu saudarimu. Kalian berdua memiliki ayah yang berbeda."
Venessa tak kuasa menahan pedih di dada, "Bunda... Bukankah itu rahasia hina? Kenapa kau malah membukanya? Itu malah akan memperburuk suasana."
Siska masih tak menerima, "Tidak mungkin..." Cekikan di leher mulai melonggar. Pandangannya berulang kali membandingkan wajah Nely dan Venessa. Memang ada semacam kemiripan di antara mereka, "Dia lebih tua dari pada aku. Apa dia kakakku? Tapi suami ibu hanya ada satu."
Itulah kenapa keberadaan Venessa merupakan aib bagi seisi kerajaan. Seorang ratu yang memiliki skandal memalukan, tak pantas menduduki pucuk tertinggi kerajaan. Mengakui hal itu terutama di saat terbuka seperti ini, sama saja dengan melepaskan status bangsawan, juga sebagai pimpinan.
Lutut Nely jatuh menubruk aspal, lalu duduk lemas berusaha menahan semua beban. Wanita itu perlahan membuka mulut, mengucap lirih, "Dia kakakmu. Selama ini dia mengasingkan diri, tak mau menjadi beban. Namanya Venessa Maria."
"Maria...?" Siska kembali terkesiap, teringat akan namanya sendiri, Saya Maria Fransiska. Mereka memiliki nama tengah yang sama.
Venessa menangis tersedu dalam sunyi, mengingat kembali pengorbanannya selama ini. Ia sayang terhadap adik kecilnya itu, hingga selalu datang menyelinap ke kastil, lalu memberikan kado di tiap ulang tahunnya. Ingin rasanya memeluk saudari kecil itu sejak dulu. Namun keberadaannya merupakan sebuah dosa yang harus dihindari. "Maafkan aku Siska..."
Nessa tak pernah iri hati. Tak peduli adiknya menjalani hidup sempurna penuh kebahagiaan, sementara dirinya merana dalam kemiskinan. Semua itu demi ibu dan adiknya. Jika keberadaan Venessa terungkap ke publik, segalanya akan berakhir tak bersisa.
Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki ini semua?
Masyarakat hanya mengetahui sejauh apa yang terekam. Di mata seluruh dunia, dia adalah pemimpin jahat otak dari pemberontakan. Pandangan Nessa lantas menyapu sekeliling. Saksi mata yang mendengar langsung pengakuan Nely hanya ada beberapa orang saja. Mereka yang mengintip dari gedung di atas tak akan bisa mendengar percakapan tadi. Kebanyakan warga juga sudah pergi dari sana.
Di lain sisi, pasukan pengaman tampak sudah bersiaga di kejauhan. Puluhan airship melayang di langit kejauhan, siap menembak siapapun yang terlihat mencurigakan. Selama ini mereka bingung harus berpihak pada siapa. Karena dua orang yang menghancurkan kota sama-sama anggota kerajaan.
"Hanya ada satu jalan..." gumam Venessa. Gadis itu lantas berdiri cepat, melewati Siska yang masih tertegun larut dalam pikiran.
Pistol milik Ichsan masih ada dalam genggaman tangan. Ia arahkan benda itu pada warga yang menjadi saksi mata. Tarikan pelatuk telah mengubah posisinya. Mereka dibantai tak bersisa oleh Venessa.
"Ukh..." rasa mual menohok begitu keras hingga isi lambung lambung nyaris keluar. Nessat tak terbiasa, dan tak akan pernah membiasakan diri membunuh manusia. Ia melakukan ini karena terpaksa. Oleh karenanya, tak boleh ia menunjukan kelemahan di wajah barang sedikitpun.
"Nessa! Apa yang—" Ucapan Nely terhenti. Anak pertamanya itu mendekap Nely dari belakang, lalu menodongkan moncong pistol di samping kepala.
Tepat di saat yang Nessa perlukan, drone milik pers datang untuk meliput dari kejauhan. Ia tahu, tindakannya sedang disiarkan secara langsung.
"Lakukan seperti apa yang kuperintahkan," ucap Venessa dingin. Ia seakan tak gentar, bahwa di hadapannya terdapat sepasukan bersenjata siap melepas tembakan. Puluhan penyihir di angkasa, didukung dengan airship berisikan meriam mematikan juga bersiaga dengan lingkaran sihir berputar. Mereka hanya tinggal menunggu perintah untuk melancarkan serangan. Satu-satunya hal yang menghalangi, hanyalah keberadaan Nely sebagai sandera.
"Aku saudara Siska? Aku anak Sanelia? Hahahahaha...!" ucapnya lantang. Tawa terbahak-bahak itu amat tak cocok dengan suara sopran miliknya, "Gosip murahan macam apa itu?! Aku adalah dalang di balik semua kekacauan ini. Kalian semua pengecut karena tunduk pada tirani!"
"Nessa... apa yang kau lakukan nak...?" Air mata Nely kembali memuncak. Benaknya mendapatkan firasat tak enak.
Tubuh Nely didorong keras, menjadikan Nessa sebagai sorotan utama. Ia tak menunjukan niat untuk menyerah. Sebaliknya, gadis itu malah mengacungkan pistol kosong tanda hendak melawan.
Mendapati gadis itu sebagai ancaman. Pasukan di kejauhan lantas tanpa ragu melepaskan tembakan. Toh, Nely sebagai tawanan sudah lepas dari ancaman.
Satu dua peluru bersarang di perut. Impuls sakit tentulah dirasa menyiksa. Berikutnya, rentetan projektil panas datang menghujani tanpa jeda. Di bawah kaki Venessa, muncul lingkaran sihir dari hasil rapalan pemantera. Semburan api disertai ledakan tercipta seketika, melempar Nely yang berusaha menghampiri untuk menghentikan segalanya.
Tak peduli sekeras apa Nely dan Siska menjerit. Eksekusi publik terlanjur dilaksanakan. Semua itu terjadi atas kehendak Venessa sendiri. Dia menghapus keberadaan dirinya, semata agar keluarganya tidak terjerumus dalam kehidupan busuk yang selama ini ia jalani.
Tak ada saksi mata.
Tak ada yang tahu siapa identitas dia sebenarnya.
Pistol yang terjatuh memperlihatkan magasinnya kosong tanpa peluru.
Part 5 of 5
Gelap...
Dingin...
Sunyi...
Tak ada apapun di sini, apa Venessa sedang bermimpi? Tapi dia baru saja digempur oleh sepasukan bersenjata. Dia tak akan selamat dari itu. Artinya, dimensi ini adalah kehidupan setelah mati.
Sosok aneh muncul dari balik kegelapan. Wujudnya manusia, namun tak ada kepala di atasnya. Alih-alih rambut lengkap dengan wajah menghias. Bagian kepala itu terbuat dari bantal berwarna ungu.
"Apa yang..." Venessa bahkan hilang kata untuk berkomentar.
Sosok itu berlari dengan cara melompat kegirangan. Tiga meter di depannya, tercipta semacam karpet berbentuk pelagi, seakan menjadi jembatan untuk berjalan. Tiap langkah yang dipijak, menciptakan semacam ledakan kecil memuntahkan permen. Pemandangan itu sungguh aneh dan tak nyata.
"Selamat," ucapnya ceria, "Kamu sudah menyelesaikan tantangan."
Nessa menaikkan salah satu alisnya, "Haaaa???" Alih-alih mendapatkan penjelasan, dia malah diberi seekor domba berbulu tebal.
"Ini apa? Stock buat kurban?"
"Bukaaaan!" seru wanita berkepala bantal, "Dombanya jangan dimakan."
"Terus?"
"Itu buat nanti, buat di ronde selanjutnya. Ya intinya kamu udah menyelesaikan tugas, bingkai mimpi ini sudah berakhir. Kamu bisa lanjut memasuki tahap selanjutnya."
Mendengar itu, batin Nessas berubah tak nyaman, "Tunggu dulu, mimpi?"
Wanita berkepala bantal mengangguk pelan, "Betul, yang tadi itu mimpi untuk mengujimu."
Butuh waktu beberapa detik bagi Venessa untuk memahami. Pandangannya lantas terbelalak tak terima, "WHAAT!?" Mulut Venessa terbuka lebar, membentak kaget tak terima, "Jadi aku bertemu dengan Nely itu hanyalah mimpi? Pengorbananku serta segalanya tak benar-benar terjadi?"
Sejuta kekecewaan datang menghampiri. Meski secuil pikirannya tetap merasa lega. Dirinya masih baik-baik saja, "Jika ini sekadar mimpi, berarti aku belum mati?"
Sosok aneh itu kembali mengangguk pelan, "Seluruh reaksi, respon, beserta tanggapan dari tiap interaksi. Semuanya murni menunjuk kepada orang di dunia nyata. Jika kau kembali ke alam nyata dan menemui Nely, dia tetap akan bersikap sebagaimana terakhir kalian bertemu dalam bingkai mimpi."
Secercah harapan bangkit dalam benak Venessa. Itu berarti rasa takutnya tak terbukti. Di alam nyata sekalipun, jika ia datang menemui Nely. Ibunya itu akan tetap menyambut bahagia seperti reaksi di pengalaman tadi, "Apa aku bisa kembali?"
"Tidak, tidak untuk sekarang nona..." ucap sosok itu, "Anda bisa kembali setelah mengikuti pergelaran antar dimensi."
"Antar dimensi?" mata Venessa terbelalak seketika, "Apa aku bisa menjelajahi dimensi lain, serta bertemu siapapun di dalamnya?"
Sebuah anggukan diberikan sebagai jawaban, "Apa kau mencari seseorang, dan dia tidak ada di duniamu?"
Venessa memejamkan mata seraya mengukir senyum kecil, "Ya, ayahku sendiri."
"Siapa namanya? Barangkali aku bisa membantu."
"Dimas Pamungkas."
4th breaking wallnya sih.
BalasHapusLebih ngakak kalau entri kebawah bener2 Kuuhaku/Blank.
"Kok gak kebaca. Trus gue ngapain? Vanessa bertanya
"Kan gue belum lanjutin prelimnya" si ich-san terkekeh manja. Minta jatah rupanya. Menunjuk kejantanan dibawahnya, yang sudah berdiri tegak, siap tempur laksana komandan perang.
"yha deh mz, satu serpis aja" balasnya mengalah. Agar gerakannya bisa diteruskan
#MalahKeasikan
serasa baca doujin dalam polesan kata.
Pembawaan halus, tapi beberapa istilahnya rada ilmiah. Jadi yg sekilas baca/skimming bakal "Paan tuh kata" akhirnya caritau, akhirnya ternodai otaknya #Loh
succubus perawan sih, kok aku mikirnya biar dia stay perawan, kalau mau esek2 ternyata lobangnya itu adalah lust dimension, bkan liang biologis.
Oh well, jatuhnya ilusi yak.
Hmmm, sayang gak bisa koma.
8 aja (andai servicenya lebih "Wah", 9 sih)
Lah, kalo gitu mah singkat dong, jelasin aja si Ichsan nge-fap sambil ngebayangin 'ihik-ihik' sama Venessa.
Hapus:v
Dia perawan beneran mz. Selaput dara-nya utuh belum terjamah, meski lubang anus-nya nyaris jebol digarap orang-orang.
._.
bawaan to the point sih kalau aku nikmatin entri r18 ginian.
Hapus._.
enggak maksudku ada dojin tema magician dimana dia punya sihir recover keperawanannya tiap esek esek. Kan asik.
Kukira para Succubus bsa gtu. Ternyata enggak jga ._.
Yowislah.
Nessa Succubus setengah jadi, dia bukan makhluk gaib, tapi juga bukan manusia. Jadi trait Succubus-nya jutru malah terasa menyiksa, wkwkwkwk.
HapusEnak ya bisa gitu, gak usah operasi memulihkan keperawanan yang sampe 2 milyar IDR itu~
Btw, makasih udah mampir dan memberikan nilai sembilan.
:D
8 pak.
HapusKalau lebih wah ya 9
cma impulsifnya kurang, so 8 :|
welp, saya kira sembilan...
Hapusnaekin dong mz :'<
bakal naek kalo tag lactation, stomach bulge, nakadashi dan mind-break masuk.
HapusSecara, (lactation itu fetish gue *Hus
"Jangan hanya jadi penikmat, ciptakan"
#ApalahIni
Akhirnya bang Ichsan bawa" canon drama keluarga tak berkesudahan kayak sinetron sekian season lagi, ya. Awalnya saya kira Venessa ini udah lepas, tapi ternyata ngga juga. Well, ga masalah sih, rada mirip sama bang Zoel soal OC" in-universe ini
BalasHapusAda suspension of disbelief selama baca entri ini. Kalo adegan r18 di awal oke lah, karena lumayan bisa saya terima buat ngegambarin bg Nessa ini, yang meski melacur tapi perawan, meski hina tapi jujur. Cuma pas ini di-apply ke Nely yang katanya ratu sejagat, rasanya susah banget logika saya terima, meski udah ada plot device berupa kondisi Nessa. Kayak, apa beneran relevan dibikin jadi adegan gituan? Dan entah saya aja atau emang susah diterima akal seseorang yang jabatannya ratu dan katanya super kuat bisa segampang itu diperkosa pemberontak. Udahannya adem ayem aja pula, ga ada followup seolah perkosaan itu kayak luka kesandung doang.
Siskanya rada aneh, katanya polos tapi kok tahu istilah lesbi?
Pas entri ini mencoba breaking 4th wall dengan bawa" kedai, saya kira malah jadi kurang ramah buat yang ga kenal bang Ichsan atau siapa orang" kedai itu sebelum ini - yang artinya jokenya eksklusif. Reveal terakhir nyebut nama Dimas juga berkesan gitu aja, saya ngebayangin kalo saya ga tau apa" juga bakal mikirnya 'hah? siapa?'
Ada beberapa typo, kadang saya bingung juga sama penggunaan istilah 'mz', tapi mungkin ga ada padanan lain ya
Sisanya ok deh, plot anak haram yang ngorbanin diri, walau saya kurang nangkep kenapa alignmentnya jadi Lawful Neutral
Nilai 7
Yay, Mz Sam ini tiap komen pasti selalu logis, objektif, to the point, serta critical hit.
HapusSaya seneng banget kalo ditunjukin langsung minusnya di mana-di mana. Dan saya setuju dengan seluruh pemaparan mz Sam. Terutama soal, "kenapa masih polos tapi tau istilah lesbi." Seharusnya saya menjabarkan hal ini lewat narasi lain. Contohnya gimana cewek polos itu merasa jijik ngelihat dua manusia jenis kelamin sama bisa saling mesra mengasihi.
Juga tentang gimana Korban Raep bisa move on gitu aja. Ceritanya emang rada panjang, dan itu emang salah saya nggak menjelaskan lebih jauh (khawatir dragging)
Nely di sini adalah dia selepas BoR V. Dan seperti yang diketahui (nggak semua orang tahu sih, wkwkwkwk) Nely di BoR itu kan di-abuse abis-abisan. Kena mindbreak gegara rape berlebihan. Jadinya di cerita ini, meski rape bersama venessa itu pengalaman buruk, tapi nggak menjadi trauma mendalam. jadinya adem ayem, nggak ada trauma mendalam.
Itu alibi saya.
._.
Soal joke eksklusif, ini kayaknya jadi kebiasaan buruk saya semenjak FBC kemarin. Nyebutin Dimas Pamungkas juga joke eksklusif buat mereka yang ngikutin BoR V.
Jadi ya.. maafkeun saya atas kebiasaan buruk itu...
Q_Q
Btw, OC Saya pacifist, gak mau dan gak bisa berantem secara fisik.
Sementara ilmu nulis saya belum cukup tinggi buat bikin cerita penuh tikungan macam hakomari, jadinya tema yang saya angkat lagi-lagi balik ke drama keluarga.
Iya, saya juga rada kesel sama diri sendiri. Tadinya saya bikin char Venessa, alih-alih ngegarap Maria Fransiska itu emang mau move on dari keluarga si Leon. Tapi ternyata malah disangkutpautin lagi ke sana.
orz
Makasih buat infonya
BalasHapusAnjir lupa bayar.
BalasHapusMesum way ayayaya.
Susu soda memang ena. Yha, “Ena banget…(,)”
Ciapah… omg… *no comment*
Anjir udah mau mati masih aja goyang.
Buset, dituduh lesbi pulak.
>”Bacot kamu!” >bezt
Ada baris yg terasa macam puisi, keren-keren.
Lah, matine gitu doing si mz Ich? Ga keren ah <(“)
Whoa ini gabungan sihir dan science, but, wait, I can’t find mah unicorn….
>"Lihatlah sekelilingmu(,) (N)ak... lihat apa yang sudah kau lakukan."
Di bagian Nely jatoh, saya mindblown siapa-ngomong-apa-ke-siapa-menunjuk-siapa. Tapi setelah dibaca beberapa kali, akhirnya ngerti. Fiuh <(“)
>”Ya (T)uhan…”
>”Hentikan(,) Siska..."
Yeah, masih ada beberapa tata penulisan yang kurang tepat. Ada typo juga. Saya gamau komen saya ngalahin panjangnya cerita ini. Jadi kita langsung aja ke pendapat semi-subyektif-hehe
Oy… oy… baru baca udah disuguhin bulu keriting. Saya gabisa nahan diri buat ga nyengir ‘v’ Bagian awal tentu saja, menyinggung beberapa kalangan, pasti bakal ngerti dan nyengir-nyengir sendiri. Bagus sih, tapi saya penasaran gimana pandangan awam. Mungkin mereka bakal cengo dan bingung, kayak say abaca entry manya sama nyasu dulu mungkin. Sekarang saya tau rasanya jadi bagian dari ‘yang mengerti’. Antara suka dan enggak, antara mau obyektif atau subyektif, tapi ya gimana… pura-pura ga ngerti juga ga bagus, tch .,.
Narasinya enak banget diikutin, dari awal sampe bagian kedatangan si ratu. Tapi sampe situ agak tersendat, mungkin otak saya terlalu lemah. Maafkan hamba.
Masuk ke bagian bak-bik-buk-nya, saya udah mulai bisa lagi melukis suasana di dalam cerita. Lalu perlahan, lukisan itu mulai punya sound effect lain. Dari part atas yang sound effectnya lagu-lagu santai, musik-musik tenang, bisik-bisik lirih keramaian, bunyi cangkir, sendok, dll yang saling nabrak, berubah ke part tengah yang sound effectnya bedebum-bedebum, teriakan, dan lain-lain. Perubahan suasananya halus dan menyenangkan. Ini yang terpenting
Sampai di bagian si Nely jatuh, saya tersendat, lagi. Film di kepala saya mulai memudar, tapi setelah saya bisa ngerti, akhirnya filmnya bisa muter lagi.
Adegan favorit saya tetap, bagian Nessa bisa berubah jadi dingin. Sadis itu terbaik.
Well, well, sempet ngakak di bagian mau akhir wwww. Kasiyan dombanya ;-;
Apresiasi adalah segalanya. Udah komen 2k lebih cws, pastinya saya juga mau kasih nilai dong. Oke… secara teknis, ini bisa dapet 7 karena minusnya banyak, pake banget. Tapi pemilihan narasinya bikin enak dibaca, +1. Terus, yeah, ‘halus’nya cerita yang bikin saya gabisa skimming dari awal sampe akhir, juga +1.
Nilai akhir: 9
tambahan buat satu yang mengganggu saya, entuh biola beneran, cuma buat getok doang? ._.
Hapusyha siy, mungkin bingung pakenya gimana, tapi, yeah... saya mengharapkan sesuatu yang lebih, secara saya juga penggemar alat musik yang itu <(")
Nessa senang minum susu, semata demi memperbesar Susu
HapusJadilah Susu-ception
Udah mati masih goyang karena ena mb~
Udah lesbi, tukang bacot lagi mb~
Mz Ich-san kan cuma numpang lewat aja mb~
Aaaaa... banyak narasi error...
Q_Q
Muahahahaha, jadilah EYD Nazi seperti seseorang~
Itu joke eksklusif mb~
Beruntunglah karene menjadi salah satu yang mengerti~
Narasi bagian di sana terlalu rusuh ya?
._.
Dombanya dijadikan stok makanan mb~
Yay dapet nilai 9
:D
======================
Biolanya nggak sempet dipake main mb, soalnya kan rusuh gitu masa mau gesek2 senar sementara ada pertarungan superman vs jendral zod di angkas?
Tadinya mau dibikin pentas di kedai hitam, tapi ntar jatohnya malah dragging, jadinya nggak digarap di bagian sananya mb.
Ntar next round aja saya tampilin konser si Nessa.
Ahihihihi, makasih Nessa, baca komen ini bener-bener membuat hari saya bersemangat.
Nessa mengkomen entry Nessa
Nessa-ception.
Sejak awal OC-nya disubmit, saya punya harapan banyak disini (baca: new fap material). Well, jujur saja. I got a boner.
BalasHapusNah, ijinkan saya berkomentar secara vulgar disini, mengingat SJW tidak diterima sehingga saya pikir cukup aman.
Penggambaran adegan seks-nya cukup bagus, setidaknya lebih bagus daripada cerita murahan yang berseliweran di blog ga jelas. Jika dibandingkan entri sebelum ini, adegannya digambarkan seperti JAV durasi setengah jam, sedangkan entri sebelumnya seperti adegan bercumbu di film Deadpool.
Saya minim info soal ragam sex toy, sekalipun browsing paling hanya onahole. Dan saya belum paham bagaimana caranya menggunakan anal plug berbentuk ekor dengan celana dalam model standar, karena ga ada yang menyebutkan kalau Nessa pake g-string.
I've seen some hardcore tags of this stuff. Dan menurut saya pribadi agak membosankan jika hanya ada seks oral, vagina, atau anal (oh iya, saya lihat juga ada indikasi threesome, gangbang, dan sex party). Mungkin bisa ditambah "fetish" lain seperti paizuri, femdom, lactation (untuk MILF seperti Nely), atau sebagainya. Tapi kalo author punya imajinasi yang liar, mungkin hal seperti nipple fuck, urethra fuck, fisting, scat (oiya, lupa kalau Nessa ga bisa berak), deepthroat, stomach bulge, atau tag-tag gila lainnya bisa dimasukkan kalau berani.
Saya suka narasi dan monolognya, tapi saya ga terlalu suka dengan bagian dialognya. Aksen bahasa gaul saya rasa kurang tepat dimunculkan disini. Ya, mungkin memang itu bisa mendukung bagian joke, tapi saya rasa itu terlalu kontras dengan narasi yang terkesan serius. Jadi agak tidak enak dibaca buat saya.
Dan mendekati bagian drama, saya sedikit tersentuh. Bagian ketika Nessa mengorbankan dirinya digambarkan dengan bagus. Bagian favorit saya selain adegan seks-nya.
Overall Score: 8
Err... can I fap to this? Or make a nude fanart and jerking off with it?
At last, greetings~
Tanz, Father of Adrian Vasilis
woooogh, makasih udah mampir~
Hapusiya, SJW mah ke laut aja.
puja nyasu sama untuk narasi ini...
ah iya, paizuri... saya lupa masukin ini. noted buat round selanjutnya.
anjaaay, hardcore macam gitu yah? saya harus riset mendalam soal itu, tapi makasih banyak buat sarannya :D
soal aksen,
Noted.
saya ngikutin si Nessa versi IRL sih, dia kan kalo ngomong kayak gitu. venessa Maria itu copas dari venessa Nofiando.
wwkwkwkwk
you can fap as much as you want.
and nude fanart please, wkwkwkwk
I'll hope she can do "more" after this, though a literature isn't a really good material for me, at least it could turn me on.
HapusAnd I'll make the fanart. Tonight.
Then had a cumshot on her.
She will evolve, and learn something new, nyahahaha
HapusWoogh, share it please~
:D
Menurut saya, entri R18 terbaik yang sejauh ini saya baca (sekaligus entri pertama dimana si karakter kelihatan mau makan dombanya. Hahah). Narasinya ringan dan mudah diikuti, dibaca, dipahami. Alur ceritanya mengalir dan rapi, benar-benar asyik dibaca.
BalasHapusLalu namedrop Dimas Pamungkas lol
8/10 dari saya
OC: Adolf Castle
terima kasih karena sudah menyempatkan diri untuk mampir dan membaca.
Hapusdombanya selain lucu, juga gemuk sih.
ternyata ada dimdimlover juga di sini, wkwkwkwk
GHOUL: “Kalo sperma ditelan apa ga hamil-hamil? Rasa apa spermanya? Ini kan sudah zaman aromaterapi juga sudah banyak rasanya.” :=(0
BalasHapusSHUI: “Hm, aku yang lagi mual jadi tamba mual baca sperma ditelan ini. Aku masih 16 tahun, jadi atas nama hukum, aku berhenti baca ampe di sperma.”
GHOUL: “Nih, Shui. Minum cat kering aja!
Astaga, authornya OC panitia kok mendarat di entri ini? Pasti royaltinya gede!
Lebih mesum mana? Buku anatomi paramedisku di gambar diagram genetalia eksterna wanita atau entri ini?” :=(0
SUNNY: “Aku dan Ghoul dah 20 tahun, tapi kami semua jujur aja sih ga begitu suka.
Ga ada pertarungan, kah? Soalnya kami lagi nyari kesatria buat author kami.”
GHOUL: “Kami para jojoba belia perjaka pula kasih 8 aja deh, kalo seksnya lebi diperhalus lagi ya tetep aja si 8. Mau gemana lagi? Ga ngerti soalnya.” :=(D
Ya ndak bakalan hamil atuh mz, kan hamil mah terjadi kalo sperma ketemu sama sel telur. Dan sel telur itu cuma ada di dalem rahim, sementara cara masuk ke rahim kan cuma bisa lewat satu jalur "itu" doang~
Hapus'V'
itu bukan OC panitia, tapi Panitia aslinya, wkwkwkwk
Nessa gak bisa berantem mz, jadinya cerita dia cuma NATO, No Action Talk Only.
makasih buat nilainya :D
Hahahaha, bikin saya ******* dan *****
BalasHapusSaya sangat sangat sangat suka bagian Nessa melakukan fellatio (karena saya pecinta fellatio), bagaimana Nessa memiliki kemampuan khusus dalam memanjakan kelamin pria menggunakan mulut dan jemarinya. Kemudian penggambaran kenikmatan yang dirasakan Nessa dan si pria, sangat mengagumkan
Mau tanya, apakah Nessa mau bercumbu dengan perempuan?
Bagian Nessa berkorban dan tetap menjaga keperawaan Siska itu sangat menyentuh, tapi kesadaran untuk menjaga keperawanannya sendiri masih ada
Nessa ini menghindari pertarungan kah? Tapi saya bisa menangkap uphold the law. Ah ya mengapa Bang Ichsan berakhir tragis? Padahal saya nge'fans sama Bang Ichsan T_T
Meski penuh kemesuman yang menggoda, ada komedi yang membuat saya ketawa-ketiwi
*sungkem*
Nilai 10
Merald
Nessa masih perawan, tapi dia tau pria luar dalam~
HapusOrientasi seksualnya biseksual, dijadikan lesbi juga dia nggak keberatan kok~
bang Ichsan jahat sih, jadinya emang pantes mokad
Heee?? emang ada bagian lucunya?
makasih buat nilai sepuluhnyaaaa~
Help. Saya baca hentai.
BalasHapusselaku succubus, saya mengerti bagaimana kewajiban Nessa untuk ngewe.
Tapi akibat terlalu fokus pada ngewe, saya jadi sulit untuk mencari apa yang berarti pada Nessa selain kemampuan ngewenya yang ilahi dan membawa keadilan.
6/10
P.S. : Nulis dialognya jangan kebablasan dong <(")
- Jane Cho belum cukup umur, jadi absen dulu.
Uuuuu... dapet nilai 6 dari suhu per'stensilan..
Hapusorz
Kemampuan utama nessa kan ngewe mz, dan dia nggak bisa berantem, jadi kudu gimana atuh :'<
Jane Cho mau diajarin sama Nessa? :D
Kesan pertama setelah baca cerita ini:
BalasHapus"Saya membaca komik hentai dengan alur cerita"
"Saya menonton film porno yang ada ceritanya"
Tipikal stensilan. Eksekusi sebenarnya lumayan halus sih. Tapi saya rasa Nessa ini harusnya bisa melakukan hal lain untuk merubah jalan cerita, jangan terpaku pada sex sebagai plot device. Padahal saya rasa digoda sedikit atau dicium sampai becek udah kelepek-kelepek. Gitu aja kan padahal udah oke juga www
Bisa saya nikmati juga sih, dengan joke yang kebetulan hit ke saya (mungkin karena saya tahu konteksnya)
tapi mungkin bang ich mau sedikit mempertimbangkan bagaimana bila orang yang benar-benar awam membaca cerita bang ich. Itu aja sih :x
Nilai 7/10, tapi tambah 1 karena adegan ++ yang memang oke.
8/10 nilai akhirnya.
Salam croottt dari Enryuumaru, Mbah Amut tidak ikut karena tidak mau ikut-ikutan.
Kalo cuma ah uh ah uh mah nggak usah ikutan BoR atuh mz.
Hapuskan saya buka genre baru, genree netnot :>
seks'nya si Nessa justru plot device utama~
kalo dibikin kayak gitu, dia gak ada bedanya sama perek murah pinggir jalan mbah~
Ih, mbah gak mau ikut2an, tapi sebenarnya tertarik kan, hayooo ngakuuu :D
-Di luar kewajiban, tapi tetap bertandang karena sudah komenin si Nita O3O
BalasHapus-Sejauh ini baru baca cerita yang punya warning dari si Dee. Kalau yang itu adegan R-21nya bisa dengan mudah diedit, yang ini mah kaya bener sudah mendarah daging ke ceritanya sendiri. Nyoba disensor bakal dapet blok hitam sepanjang teks.
-Cerita ini bikin saya keinget manga H, tipe yang berusaha nyajiin plot di antara sex scenes. Dan seperti kebanyakan manga H tipe begitu juga, saya kurang suka. sex scenesnya ga cukup intens untuk bikin saya berminat, di sisi lain cerita dan aksinya sendiri ga terlalu dalem.
-Tapi narasinya sebenarnya oke, mengesampingkan dialog yang kadang keliwat santai atau malah bikin jijik (waktu sensual scenes X))). jadi saya kasih ini nilai 7/10
Fahrul Razi
OC: Anita Mardiani
Halo mz Fachrul~
Hapus:'>
Simbiosis Hentai-nya di sini mah udah nyampur kayak adonan, jadi gak bakalan mungkin dipisahin~
makasih udah dateng mz~
sekilas ide untuk ber xxx ria sudah ckp ok dgn alasan untuk mendapatkan tenaga ketimbang xxx nya hanya untuk plot pelengkap agar lbh wow, jadi ada alaaan kuat mengapa adegan itu hrs ada
BalasHapusnarasi enak diikutin dan tak berbelit2 sampai hars baca berkali2 baru bisa paham
untuk pembagian adegannya kukira dah lumayan
nilai 8
Samara Yesta
Nessa kan Succubus setengah jadi mb, dan juga buat jadi alesan authornya biar bisa bikin cerita mesum sepuasnya~
HapusXD
awal2nya membuat saya merasa terasing dan pengen mojok di sudut ruangan pas baca ini. seolah-olah hanya saya yg tidak tau apa2 di sini. tp bhasa dan alurnya bgus sih meskipun ada beberapa kata yg saya kurang paham. hasil akhir 7
BalasHapuskuro
Awwww, kenapa mojok mz?
Hapussini tak temenin :D
saya komen aja deh.. udah baca dari kemaren
BalasHapusuah jd trademark, ms ichsan udh gak bisa dipisah ama tema "keluarga r18" jd gak kaget sih adegan drama keluarga dan bonus "plus-plus"nya bertebaran
saya cuma agak menyayangkan kenapa bahasanya gak bak kayak "mz, ena" jd kerasa agak jomplang.
tp overall , udah bisa dinikmatin plotnya. kekurangannya udah dibilang sama temen2x yg lain
8
Dialog "mz", "mb", "ena" itu catchprhase-nya si Nessa~
Hapus:3
Makasih udah berkunjung mz, saya bertandang ke sana ya~
weh.. mas ichsan jadi karakter juga disini. dan juga nely yang di FBCku kemaren harus mati dipanah demi menyelamatkan diri OC milikku. *cry *digebukin massa.
BalasHapussecara cerita oke deh. netnot scenenya ngena banget. tapi aku nggak suka Nely yang kuat itu bisa diperkosa gitu aja tanpa perlawanan.. *cry
alur cerita halus mulus kaya pahanya Nessa. tapi masih ada typo walaupun sedikit.
well, nilai dari saya 8. semoga sukses...
Dwi Hendra
OC : Nano Reinfield
Nely gitu-gitu juga napsuan mz~
HapusKulit Nessa mulus mz, sampe ke bagian paling dalem pun muluz~
:">
Makasih buat nilai 8-nya
:D
Hm...
BalasHapusPron with a plot, and a big one while I'm at it. Untuk sex scene, saya harus setuju dengan King, rape scene-nya kurang kena. Terlalu santai dan terkesan lewat gitu aja, perasaan korbannya kurang berkesan buatku.
Untuk battle scene, entah kenapa di sini Nessa malah gak ada gunanya, dan dia hanya berguna di pre-battle. Yah, mungkin memang sulit kalau mengingat skill yang dimiliki Nessa. Tapi bukan berarti gak mungkin, skill sheet seperti itu juga masih bisa dimanfaatkan lho buat battle (imho)~
This chick with some plot can get an 7 from me!
Asibikaashi
Ternyata dari dulu kelemahan saya selalu itu ya, "kurang aftertase" setelah kena rape.
HapusSaya belum selihai bang Glen, yang dengan cerdiknya ngegarap OC lemah tanpa kekuatan apapun, bisa terlihat menarik melawan OC superpower lainnya.
Btw, terima kasih udah mampir dan membaca om Zoel~
:D
TBH, sejak muncul CS-nya saya bayangin kalau OC saya yg serius banget ketemu sama Venessa ini. Mungkin bisa jadi lawan yg sangat "berat". Tapi pas baca prelim Venessa, ternyata masih ada celah buat menghindari "peristiwa yang diinginkan" karena prinsip si gadis dan sifatnya yg kayaknya gak begitu maksain orangnya. Wkwkwk (yah walau normalnya pasti kegoda juga sih).
BalasHapusBattlenya oke, walau si Venessa cuma jadi pengamat. Ada drama keluarga dan pergolakan di kerajaan juga. Dramanya lumayan lah. Tapi pergolakannya itu masih berasa kurang waw kalau buat saya. Istilahnya masih kurang pemeran yang terlibat.
8 deh.
-Sheraga Asher
Makasih Fian udah datang dan menyempatkan diri untuk berkomentar.
HapusNessa bukan pemaksa kok
XD
Maksih buat masukan dan nilai yang diberikan.
:D
Secara teknis nggak ada yg perlu dikomentari lagi. Adegannya udah asik, terutama adegan seksnya. Twistnya lumayan mengejutkan, ninggalin Chekov Gunman di awal sekaligus Breaking the 4th wall? Hahahaha you got me there.
BalasHapusAda satu hal yg aku masih agak risih. Sanelia Nur Fiani dipanggil Nely, bukan? Tiba-tiba ada nama Fia muncul kan jadi bingung.
Battle katastropik + drama keluarga = epik. Dan aku suka endingnya di mana Nessa mengorbankan diri utk menyelamatkan keluarga kerajaan. Terus akhirnya Dimas Pamungkas muncul lagi hahahaha.
Dariku 9/10
-FaNa
Chekov Gunman teh apa?
Hapus._.
Breaking 4th wall yang nggak diniatin, wkwkwkwk
Saya masih sulit move on dari char Fia, huhuhuhu :'(
Tapi kan nama Nely sendiri Sanelia Nur Fiani, jadi itu bentuk ngeles dari aye.
XD
Dimas Pamungkas itu legenda yang tak lekang oleh waktu.
:3
Makasih buat nilai sembilannya
XD
Lumayan lama baca ini karena menunggu malam tiba.
BalasHapusDi sini Vanessa nakalnya banget ya edan. Ngingetin sama putri kejora di film supernova tapi lebih lewd meski nunjukin juga bahwa masih punya harga diri. Dan ternyata dia tinggal di tavern, www. Ketemu ichsan juga yang di akhir malah ngejatuhin.
Pas Nely ngungkap bahwa vanessa sodaranya siska, kok Nely malah disebut Fia di narasi? Apa ga ke-replace lagi ya?
Dialog di beberapa bagian agaknya sengaja dibuat ngocol mahiwal, terutama pas adegan seks. Lumayan ngerubah mood sih menurut saya. Pria random jadi kek di hentai2 gelap.
Ada ungkapan anti-berontak pula dari Vanessa, yang nunjukin kalo dia punya standig sendiri di tengah konflik internal dunianya.
Gil, Firaga... khas adaptasi ff di EoM-ny kerasa. Jadi lumayan kebayang settingnya, lengkap dengan pasukan khusus dan Nely sebagai Ratu.
Di samping porsi seksnya besar, twistnya enak. Terutama bagian kalo Vanessa anak Dimas. Somehow saya ngerasa perkawinan dua ras ini yang ngelahirin succubus ga mengherankan, mengingat season lalu. Juga twist keputusan Vanessa yang malah nyandera Nely di akhir. Adegan 'dijemput' zainurmanya juga keren btw.
On a side note, mungkin orang2 bakalan mempertanyakan siapa itu dimas, juga bapaknya siska siapa.
8/10
PUCUNG
Nessa itu sisi "jujur" dari sebagian benak ibunya
Hapus:'>
Siyalan, otak saya masih juga nyangkut sama Fia.
Lagian, nama Nely kan Sanelia Nur FIAni~
._.
Pria random yang wajahnya selalu ketutupin rambut depan itu yak, wkwkwkwk
Cuma gunblade nggak nongol di sini
XD
Karena Dimas itu entitas Dewa yang tak lekang oleh waktu. Sampe BoR 10 pun juga bakalan tetap eksis kayaknya.
Nama Dimas akan dikenal seiring dengan berjalannya waktu
XD
ini bener bener bagus buat saya.. kesampingkan hal mesumnya, storynya bagus banget kisah anak hasil skandal.. duh keinget Airi juga //slapp narasinya bagus yha saking bagusnya sampe bkin *ehem* gagal fokus... but disini saya nerasa sebel.. karena disini masukin nama karakter yang dari BoR sebelumnya, welll saya tau aa itu Battle of realm sejak err after life maybe.. cuma baru keturutan ngikut di tahun ini.. disini saya sebagai newbie ngerasa somehow... ini kok... bukan buat newbie yah? //curcoll //gabermaksudaneh2
BalasHapusyaa namanya juga karena udah pernah ketemu juga kan yah jadi mo gimana lagi //udah..
well sakrena ini bagus bakal sya kasih 9/10
Kagero Yuuka
OC: Airi Einzworth
P.S: somehow berasa pernah denger itu nama Tavern of the Black Alley... ahh saya inget....
Joke-nya eksklusif ya
Hapus._.
Maafkeun hamba
>.<
Itu kedai yang gak pernah ada, The Place That Never Was~
=3=a
Makasih buat nilai sembilannya
XD
Edan ini entri menurut saya yang paling fappable dari semua entri yang menggunakan intrik intrik H scenes. Saking fappable nya aksinya ketelen kalah semua sama H scenes nya sih menurut saya :D
BalasHapusTapi komedinya sukses bikin saya "Ngabarakatak Cecengiran" atau lebih simpelnya Ngakak xD. Namun beberapa juga bikin saya gagal paham, tapi setelah baca beberapa komentar diatas rupanya ada Candaan Eksklusif toh. Ga salah kok, hanya saja bagi orang awam seperti saya hal ini malah jadi "Apaan sih?" awalnya, tapi setelah tau ya jatohnya malah jadi Easter Egg. Jadi hati hati dengan bermain Exclusive Jokes karena ini bisa jadi minus dan plus nya entri kamu.
Walakhir 8
Ganzo Rashura
Bisa dijadikan Fap material?
Hapussyukurlah
:'D
Saya malah gak niatin komedi lho
._.
Makasih buat nilai delapannya~
XD
First of All : BUAHAHAHAHAHAHAHAH ANJIR BREAKING 4TH WALLNYA
BalasHapusKAMPRET NYEBUT KEDAI WKWKWKWWK
Bang Yapet, si pemilik kedai yang berdedikasi sambil jadi bartender. Sebagai penghuni Tavern, saya cukup ngakak di Breaking 4th wall-nya. Untung kau tidak masukkan wanita2 ekslusif penghuni kedai www
Oke, bang, ini asolole ya buat saya. Alhamdulillah ga batal puasa, sangepun ga sampai parah.
Plus :
+ Bahasa
Ringan, asik, gayanya bang ich banget wkwkwk. Bahasa stensilan ga usah saya komenin deh, saya ga ada hak karena saya sendiri masih ijo. Bahkan saya berguru sama situ uwu.
+ Komedi
Komedinya dapat. Banget. Karakterisasi NPC di Tavern justru bikin saya ngakak ga ketulungan. Termasuk adegan slow motion. Di kepala saya main itu adegan wkwkwk Sial.
+ Battle
Sebagai calon mertua-nya nessa (eh), saya penasarans sama cara Nessa yang bertarung hanya dengan menggunakan kemampuan succubusnya. Setelah baca, kemudian paham. Okeh, bisa juga melemahkan musuh dengan cara begini, ga perlu dibuat mati, cukup dibuat 'lemas' aja ya.
Anyway
[ Satu-satunya yang berhak atas tempat itu hanyalah sang suami, kelak jika ia sudah menemukannya. ]
>> Jadi kapan kita nikahkan Odin dan Nessa? >;)))))))))))))))))
Additional Comment :
Saya sih ga ada masalah tentang drama keluarga antar generasi ini. Tadinya sempet mikir Nessa bakal jadi entitas sendiri tanpa hubungan darah, dan murni hanya seorang yang loyal pada pekerjaan. Tapi akhirnya kejawab kalau Nessa anak dari Dimas x Nely.
Terus pria berjubah tadi kirain si Dimas, bapak tak bertanggung jawab. Taunya eng ing eng, bang ichi. Oqe
Kayaknya ga ada hal lain yang mau saya komenin lagi sih. Teknis nulis, soal dialog yang disingkat itu ys kayak mz, mb, dan bahasa sms gitu, saya balikin ke author sendiri. www
Oh ya, pertanyaan terakhir : Kalau Nessa adalah anak Dimas dan Nely, terus siska anak Nely dan siapa? kalau ngga salah kan...... Dimas kabur habis invest di Nely. #plak
SCORE :
Basic = 5
Plus = 3
Minus = 0
Total Score : 8
-Odin-
Nyahahaha, itu joke ekslusif lho~
HapusWanita penghuni kedai? nggak Dee, ntar jatohnya dragging.
Lagian, salah satu wanita penghuni kedainya kan jadi MC di cerita ini.
Makasih buat semua nilai plus-nya~
Warga kedai dibilang NPC, wkwkwk
Nessa gak bisa dan gak mau berantem Dee, kalo pun terdesak paling cuma ngegampar pake kotak biolanya aja.
Cara lainnya ya pake siasat dengan cara menjual diri (??)
-=>> Jadi kapan kita nikahkan Odin dan Nessa? >;)))))))))))))))))
A.S.A.P
------
tadinya juga gitu Dee, saya bikin Nessa aja random. Ide ngedadak dan tanpa perencanaan. Niatnya mau move on, bikin garis baru.
Eh, tapi di tengah jalan (autowriting) malah balik lagi nyangkut pautin ke Nely.
Abisnya orang paling mesum si Ichi sih~
Dimas itu hit and run.
yang tanggung jawab jadinya...
eng ing eng...
Bang Asep Codet
XD
tapi itu gak terlalu penting buat di'mention. Karena pembaca awam dikasih nama Dimas Pamungkas aja mereka malah bingung kok~
Makasih buat nilai 8 nya Dee
XD
Awkwkwkwk lah habis itu warga kedai ngapain disitu. Kebanyakan main ToS ini, jadi liatnya itu NPC yang kasih quest www
HapusOke kalau ASAP. Saya bikin undangan kawin segera
"Kawin"
Mukul pake kotak biola juga berantem ala ceue mz
WOALAH ASEP WKWKWKWK
Dimas adalah entitas yang tercipta karena eksistensi rasa kagum Tamon terhadap sang dewa asli uwu
Oh ya bang, satu lagi :
Ini si nessa kan LN, tantangannya apa aja sih?
Mabok TOS, sampe kedai pun ngebayanginnya pasti macam kamera dari sudut atas, dan orang-orangnya dalam wujud Super Deformed/
HapusXD
KAWIN A.S.A.P
Berarti stykle berantem Nessa cakar-cakaran kayak berantem anak SMP yak, nyahahaha
Yep, preman bandung itu jadi Raja di Exiastgardsun, ngegantiin si Leon.
Di R4-nya Nely kan Asep udah janji mau nikahin Nely
XD
Tantangan LN?
Uplhold the law?
._.
cuma 1 aja?
HapusIya, cewe terpojok biasanya suka njambak. Atau play victim biar ditolong orang [ini saya kasih hint buat ke depan lawan ahem]
Iya emang dijanjiin, cuma ga kepikiran sampe punya anak juga www
apalagi si nely dah mblendung duluan Orz
Tantangan LN teh apa Dee?
Hapus._.
Kirain tantangan Line Alignment yang dari panita.
Bang Asep kan pria sejati, dia gak peduli cewek yang dia taksir udah hamil duluan sama orang lain.
:'D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus