oleh : Chou-3
--
--
Apocalypse―Revolution?
めくるページは次の章
(meguru
pe-ji wa tsugi no shou)
イメージはいつも優勝
(ime-ji
wa itsumo yuushou)
勝てないことはない
(katenai
koto wa nai)
今日こそ起こそう僕らの革命
(kyou
koso okosou bokura no kakumei)
衝撃的な作戦が永遠に
(shougeki
teki na sakusen ga eien ni)
昇り続けるステージ
(nobori
tsuzukeru sute-ji)
Dibalik halaman terdapat bab
selanjutnya
Gambaran sebuah kemenangan
Tak ada yang tak dapat dimenangkan
Mari wujudkan revolusi hari ini
Di sebuah pentas yang terus
berlangsung
dengan strategi yang sensaional dalam
keabadian
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Sebuah
bait yang tertulis pada dinding udara arktik tak kasat mata di sebuah negeri. Cuaca
begitu cerah namun terasa dingin. Para pemimpi itu, masih berpijak di
tempatnya, seolah dipaksa untuk membaca bait itu sebelum akhirnya diijinkan
menjejakkan langkah lebih dalam, menjelajahi negeri awan-kristal nan surgawi
itu.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Melindungi
atau dilindungi, memangsa atau dimangsa, menyerang atau bertahan. Sebuah rantai
kehidupan yang tak terelakkan.
Langit
jingga, atmosfir menurunkan suhunya, angin bergerak lebih cepat, ia kemabali
dari negeri antah berantah, masih
berdiri mematung, lagi-lagi ada saja hal yang menggangu pikirannya, hingga
lamunannya dibuyarkan oleh
“Bim
biiim biimm!!!! Tembakan laser.”
“Oh
tidak, Mouton perisai wol! Lindungi pangeran!”
“Mbeee―”
“Tertangkap
kau, Jendral Zweite! Lawanmu di sini, jangan perhatikan yang lain.”
“Cih,
aku lupa kalau kalian bisa kage bunshin.”
“Yuuha!
Bantu aku! Laserku tidak bisa menembus perisai wol awan Ton-ton itu.”
“Itu
perkara mudah kalau kita bisa menaklukkan Jendral Zweite, Yuuga.”
“Miiii―Miiii―,” domba mungil itu masih
berlari-lari mengitari kaki Kuro sambil mengembik.
“Jurus
tertawa 1000 tahun!!” ucap Yuuha sambil menggelitiki tubuh Zweite.
“Hahahaha.
Sudah-sudah! Aku menyerah.”
“Yey!!
Kita menang.”
Di
tengah gelak tawa itu, Kuro masih diam membisu di tempatnya. Kesal melihat
ekspresi Kuro, Zweite mendekatinya dan melakukan harai goshi waza―teknik pangkal paha sapuan, yaitu teknik bantingan berdiri dalam Judo.
“Sakit
tau,” seketika Kuro benar-benar tersadar dari lamunannya.
“Siapa
suruh nglamun hah?!” masih menindih Kuro, “Dengar! Apapun yang terjadi, kau
harus tetap melangkah ke depan. Daripada mikirin hal nggak guna lebih baik
mikirin cara memperbaiki yang sudah di depan mata.”
Kuro
kembali termenung mendengar kata-kata Zweite.
“Sudah
kubilang jangan nglamun!” Zweite menindih tubuh Kuro dengan lebih keras.
“Sakit!
Sakit! Sakit! Menyingkir dari tubuhku!”
“Kaaakaak!
Ayo pulang!, Yuuha lapar.”
“Pulang?”
Kuro masih kebingungan.
“Tentu
saja, ke keluarga baru kita,” Zweite tersenyum, “anggap mereka seperti adik
kandungmu, kau akan menemukan kehangatan bersama mereka.”
Bersamaan
dengan mulai terbenamnya matahari di ufuk barat, Zweite pun kembali berubah
menjadi candrasa tak berbahana.
Mulai
hari itu Kuro tinggal bersama keluarga si kembar yang pernah membantunya
mengingat sesuatu. Benar kata Zweite, di rumah sederhana itu tinggal keluarga
kecil nan hangat yang membuat hati Kuro menjadi tenang. Melupakan sejenak hal-hal
tak menyenangkan yang berkecamuk dalam pikiran.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Day 1- 2: the Sheep and Young Challenger
Hari
itu, setelah melihat bingkai mimpinya sendiri yang ditunjukkan oleh sang
Kurator alam mimpi, dan melihat berbagai hal yang mengejutkan sekaligus membuat
pemuda berdarah campuran itu terlihat tertekan.
Meskipun
hal tersebut bukanlah pemandangan aneh dari semestanya sendiri, namun melihat
patung otak raksasa entah kenapa membuatnya khawatir dan ada sesuatu yang
mengganjal dalam pikirannya.
Kuro
duduk termenung di tepi sungai sambil memperhatikan aliran air dan ikan-ikan
yang berenang. Meskipun demikian, sebenarnya ia hanya memandang kosong. Berbagai
macam hal berkecamuk di kepalanya.
Syamsu
bergulir, candra pun bangkit, hingga syamsu menyingsing kembali. Ia hanya
termenung di sana. Suara domba mengembik, berlari-lari nakal di sekitarnya, air
mengalir bagaikan angin lalu tak bernada. Hingga tirta menegurnya.
“Mbee
mbeee,” seekor domba mungil melompat dari gundukan di sebelah Kuro ke dalam
sungai dangkal itu dan....
BYUUR
Tubuh
Kuro pun basah karenanya, yang memaksanya tersadar dari lamunan. Melihat domba
mengembik dan tertawa sinis seoalah mengejeknya.
“WAAAA.
Apa yang kau lakukan, domba kecil!”
“Mbeee
mbeee (siapa suruh nyuekin aku).”
Saat
Kuro beniat untuk menangkap domba kecil itu, dengan sigap si domba menghindar
dan berlari. Mereka pun kejar-kejaran di sepanjang sungai. Melihat sikap si
domba, mengingatkan Kuro pada seseorang yang saat ini ia pun tak tau siapa itu,
hanya samar-samar terlintas dalam benaknya.
Tiba-tiba
seekor burung pemangsa raksasa menyerupai garuda menyambar si domba dan
membawanya terbang. Kuro langsung mengambil pedangnya dan melempar ke arah
burung itu. Dengan tepat pedang itu langsung mengenai jantung burung dan burung
pun terjatuh melepaskan si domba dari cengkeramannya.
Kuro
pun terjatuh ke danau saat berusaha menangkap si domba, sementara burung
tersebut tergeletak di pinggir danau. Saat keluar dari danau, Kuro melihat
benda menyerupai tabung berukir seperti lambang kerajaan berwarna emas yang
dikalungkan pada leher burung berukuran kurang lebih 2 meter itu, dan
mengambilnya sambil membopong domba yang menggigil kedinginan.
Kuro
melepas baju basahnya dan mereka berteduh di bawah pohon bendo besar.
“Mulai
sekarang jangan jauh-jauh dariku! Karena kita tidak tahu bahaya apa yang akan
datang, kau mengerti domba kecil?”
“Mbee”
“Hmmm.....mari pikirkan nama untukmu agar mudah untuk
memanggilmu, namamu sekarang MoutoN, ‘Mouto’
dari ‘真人’ yang artinya nama tertinggi dari
delapan nama royalty dan ‘N’ dari ‘Nell’ yang artinya cahaya atau juara.”
“Mbee
(nama yang bagus).”
“Meskipun
dalam bahasa Perancis Mouton artinya domba. Hahaha. Tapi aku ingin kau tumbuh
menjadi domba yang selalu dibutuhkan orang lain tidak seperti aku yang tidak
dibutuhkan siapapun ini. Menjadi domba nomor satu.”
“Mbee.”
Mouton menjilat muka Kuro.
“Hahaha.
Hei hentikan!”
“Mbeek.”
“Kau
tahu? Terkadang aku berpikir kenapa aku dilahirkan. Jika pada akhirnya dunia
tidak membutuhkanku dan membuangku ke alam ini,”
“Mbee.”
“Ah
sudahlah dari tadi kau cuma mengembik saja.” Kuro mulai merasa sia-sia
berbicara dengan seekor domba yang hanya bisa mengembik.
“Mbee,”
Mouton mengambil benda yang tadi dipungut Kuro dan menyodorkan ke depan Kuro.
Kuro sendiri hampir lupa dengan benda itu.
Sebuah
undangan dari sang Kurator alam mimpi.
Ia
membuka tabung yang berisi selembar surat itu dan membaca dengan seksama
isinya. Berisi tentang misi yang harus diselesaikan untuk terbebas dari dunia
ini, yaitu menyelesaikan pertikaian yang terjadi di realm para malaikat. Hanya itu saja isinya, tidak ada penjelasan
lebih jelas lagi mengenai keadaan yang terjadi.
Kuro
mengerutkan dahinya, membolak-balik selembar kertas yang ia terima. Berharap
ada petunjuk tersembunyi yang tertulis di balik surat atau amplopnya.
Namun
hasilnya nihil.
“Lalu
bagaimana aku menuju tempat itu?”
“Mbee.”
“Kalau
kau tau, katakan sesuatu!” Kuro masih saja mengajak bicara domba yang
jelas-jelas cuma bisa mengembik itu.
Mouton
pun menarik kertas yang di pegang Kuro dan menjatuhkannya ke bawah baju basah
yang sedang di jemur. Tetesan air mengenai kertas itu.
“Hei!
Apa yang kau lakukan? Suratnya bisa...” sesuatu muncul dari bagian yang terkena
tetesan air, “domba cerdas. Jadi kau bisa mengantarku ke tempat itu?” reaksinya
setelah melihat isinya.
“Mbeee.”
“Bagus!
Kalau begitu ayo kita bersiap”
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Day 2: Half
Bumi?
Tempat yang tak bisa dibilang bumi. Terlalu megah untuk sebuah bangunan,
terlalu lembut untuk sebidang tanah, terlalu keras untuk sebatang pohon. Itulah
yang disebut dengan realm malaikat.
Di
kota berkilau megah itu berjalan seorang yang bisa dibilang tak seperti manusia
normal biasanya. Bukan malaikat, bukan perempuan, bukan pula laki-laki. Sosok
dalam ambiguitas.
“Hei
Jess, menurutmu lirik lagu yang kita baca tadi lebih enak dinyanyikan dengan
nada apa?” Hutcher membuka pembicaraan.
“Lu
tanya gue, gue nanya siapa? Gue nggak peduli, yang penting sekarang gue pengen
bikin perhiasan dari kristal-kristal murni ini. Urusan nyanyi itu gampang, kita
kan udah pro.”
“Hush!
Gimana kalau ternyata ini adalah kristal tanah...”
“Bertuah?
Bagus dong. Jadi kita bisa menjadikannya sebagai jimat sekaligus.”
“Kita
sedang dihukum di sini. Lebih baik jangan macam-macam. Yang harus kita lakukan
adalah mengunpulkan informasi lalu segera menyelesaikan misi.”
“Ayolah
Hutcher, sedikit bersenang-senang nggak masalah kan?. Selagi masih bisa. Jarang-jarang
bisa rekreasi ke tempat seperti ini. Iya kan, mbek?”
“Mbek.”
“Tuh!
Domba aja setuju.”
“Ini
bukan wisata anak SD, Jess!.”
Percakapan
yang terdengar seperti percakapan dua orang tersebut namun sebenarnya hanya ada
satu tubuh di sana. Percakapan masih terus berlangsung, menyusuri tembok
raksasa mencari pintu masuk sebenarnya.
Sampai
akhirnya mereka mendengar suara-suara ramai semakin dekat.
“Jangan
biarkan mereka masuk”
“Lindungi
Divine....”
“Saatnya
revolusi ditegakkan! Terus maju!”
Sepertinya
sebuah peperangan sedang terjadi. Jesshutcherson mengawasi dari kejauhan.
Tadinya
mereka hanya ingin menunggu sampai suasana mereda, karena belum mengetahui
kondisi yang sebenarnya. Namun, mereka melihat seorang gadis yang berusaha
melindungi domba terjebak di tengah-tengah peperangan itu.
Gadis
itu memeluk erat dombanya dalam kondisi terluka dan tak mampu melakukan
perlawanan berarti. Melihat gadis yang juga membawa domba itu, membuat
Jesshutcherson beranggapan bahwa gadis itu adalah reverier, sama seperti dirinya. Dan membuatnya ingin menolong sang
gadis.
Serangan
api di lontarkan mengarah ke gadis itu. Jess yang melihat langsung panik. Tanpa
pikir panjang Jesshutcherson langsung berlari mendekati gadis itu dan...
“Hutcher?
Apa kita sekarang benar-benar mati.”
“Kalau
memang begitu lalu mengapa kita masih bisa melihat makhluk-mkhluk melayang itu
beradu satu sama lain?”
Sebuah
perisai es terbentuk melindungi mereka dari serangan-serangan yang mengarah ke
mereka.
“Wow?!
Bagaimana es ini bisa ada di sini?”
“Entahlah.
Aku juga tidak tahu. Itu urusan nanti. Yang penting kita harus segera pergi
dari sini.” Jantung Jesshutcherson yang berdegup kencang digantikan dengan rasa
penasaran. “Hei nak, apa kau tak apa-apa.” Tanya Hutcher.
“Terimakasih,”
“Ayo
kita ka-”
Belum
selesai Hutcher berbicara sebuah Rocket
Lighting (kilat horisontal dengan kecepatan visual tinggi dan voltage yang sangat besar) menghantam
mereka. Perisai es seketika hancur, pohon-pohon di sekitar hangus.
Mati.
Hanya
satu kemungkinan yang ada jika terkena sambaran itu. Namun, takdir berkata
lain. Begitu mereka membuka mata, malaikat berjubah hitam dengan sayap hitam
legam dan membawa sabit kematian melindungi mereka dari serangan mematikan itu.
Banyak
malaikat yang terbunuh dan terluka dalam pertempuran itu. Mereka yang mati
berubah menjadi partikel-partikel cahaya. Mereka yang terluka berusaha bangkit
membela pihak yang mereka bela.
Sulit
menentukan siapa pemenangnya dalam pertarungan sesama malaikat yang di pimpin
oleh malaikat-malaikat utama yang kekuatannya nyaris seimbang.
Pihak
angel proletar pun menarik
pasukannya, karena malaikat Enzeru mulai ikut andil dalam pertempuran. Sementara
pasukan mereka cukup banyak yang terluka.
Untuk
sementara kondisi berangsur-angsur mulai tenang kembali. Malaikat Enzeru
menggiring orang-orang yang diselamatkannya menuju ke markasnya.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Markas archangel.
Masih
di negeri yang sama dari tempat berbeda. Di sebuah bangungan megah terbuat dari
kristal. Dinding-dinding transparan mengitari ruangan itu. Sebuah tempat yang
dikelilingi hutan lebat.
“Lil’
sheep, kita dimana?” Zia mengamati sekitarnya.
“Mbeeek.”
Suara mengembik itu membuat ketenangan tempat itu sedikit terusik.
Barisan
malaikat peneliti yang serius dengan percobaannya serentak menoleh ke arah
datangnya suara itu.
“Oh.
Hai,” sapa Zia dengan akrabnya. Mata Zia berkaca-kaca melihat buku-buku
berjajar, cairan-cairan yang sepertinya cairan kimia di ruang tersebut. Rasa
ingin tahunya meluap-luap bak gunung vulkanik yang siap ber-erupsi. Sampai
akhirnya ada salah satu dari malaikat itu yang berteriak,
“PENYUSUP.”
“Penyusup?
Dimana? Dimana?” Zia ikut panik dan masih saja tidak sadar bahwa yang dimaksud
adalah dirinya.
Malaikat
Zapkiel (malaikat penguasa ilmu pengetahun)-pemimpin dari malaikat-malaika itu,
langsung menggunakan kemampuannya dalam mengendalikan tumbuhan untuk mengikat
Zia. Sementara yang lainnya membuat barrier
berbentuk sangkar untuk mengamankan dombanya.
“GYAAAA.
Apa ini? Kenapa tanaman bisa bergerak-gerak dan kenapa aku diikat?”
“Mbeeek.”
“Sepertinya
bukan penyusup yang berbahaya.” Ucap salah seorang malaikat.
“Tapi
tetap saja kita harus melaporkan ke malaikat Enzeru.” Sahut malaikat Zapkiel, “Biar
aku saja yang membawanya ke tempat malaikat Enzeru.”
Malaikat
Zapkiel pun menggiring Zia menuju ruang utama tempat malaikat Enzeru berada.
“Maafkan
Zeze lil’ sheep. Ini semua salah Zeze,”
“Mbeek.”
“Kalau
saja Zeze bisa berbuat sesuatu.” Zia menyalahkan dirinya sendiri.
Dalam
perjalanan menuju ruangan malaikat Enzeru, tak disangka mereka bertemu di
koridor.
“Waa!
Gadis berjas lab, ternyata ada di sini juga?” teriak Jess begitu melihat gadis
di depannya. Gadis? Ya, seperti itulah yang terlihat di mata Jess. Ia ingat
betul bahwa ia pernah melihatnya di museum semesta.
“Jaga
mulutmu! Kita sedang bertamu di tempat orang. Maafkan atas kelancang tadi tuan
Malaikat,” ucap Hutcher.
“Kalian
kenal gadis itu?”
“Ya
dia reverier sama seperti kami.” Jawab
Hutcher.
Mereka
pun dibawa masuk ke ruangan malaikat Enzeru dengan beberapa malaikat penjaga. Mereka
duduk di sebuah bangku panjang dengan pusatnya adalah malaikat Enzeru. Ikatan
Zia pun dilepaskan.
“Jadi, bisa kalian jelaskan apa itu reverier dan kenapa kalian bisa ada di
sini?
“Bisa
dibilang kami terjebak di alam mimpi.” Hutcher yang merupakan tertua diantara
para reverier pun angkat bicara.
“Alam
mimpi?”
“Ya,
di alam tersebut sedang dilaksanakan sebuah turnamen dan untuk bertahan hidup
kami harus menyelesaikan sebuah misi. Karena itulah kami berada di sini. Kami
ditugaskan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di realm ini.” Jelas Hutcher dengan nada tenang, berusaha agar tidak
menyinggung sang Malaikat.
“Permasalahan
di sini bukanlah permasalahan yang bisa diselesaikan dengan campur tangan
orang-orang seperti kalian.”
Namun
sepertinya niatan untuk membantu dari Hutcher di tolak oleh sang Malaikat. Sang
Malaikat mengamati dengan serius satu per satu raga yang ada di sana meskipun
tak terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.
“Karena
itu, kami mohon penjelasan mengenai kondisi yang sedang terjadi di sini. Mungkin
ada suatu hal yang bisa kami bantu.”
“Permasalahan
di realm ini mungkin hanya bisa
diselesaikan jika komunikasi dengan Tuhan bisa disambungkan kembali”
“Komunikasi
dengan Tuhan?”
“Ya.
Semenjak terputusnya komunikasi dengan Tuhan. Kekacauan di realm ini semakin menjadi. Hanya satu perintah terakhir sebelum
komunikasi dengan Tuhan terputus. Yaitu, kami harus melindungi Divine Vault of Deeds karena di dalamnya
juga terdapat tugas-tugas para malaikat. Tentunya jika Divine Vault of Deeds sampai lenyap kekacauan yang terjadi akan
lebih parah dari ini.”
“Apakah
itu sepenting itu?”
“Tentu
saja, tanpanya kami para malaikat akan hidup tanpa arah dan kehidupan akan
tercerai berai tanpa adanya aturan yang jelas. Tugas-tugas akan saling tumpang
tindih dan ketimpangan meraja rela. Tak hanya itu, di dalamnya juga tertulis
catatan makhluk hidup yang nantinya akan sangat berguna saat ‘penimbangan’.”
“Kami
akan membantu tuan Malaikat mempertahankan Divine
Vault of Deeds.”
“Hmmm....dari
tadi hanya kau saja yang berbicara.” Seraya memperhatikan dua orang lainnya
yang dari awal hanya terdiam.
“Zeze
juga setuju sama mbak...eh om....” Zeze mulai kebingungan melihat ke arah
Jesshutcherson, “jadi Zeze harus sebut apa?”
“Benar
juga. Kalian memiliki dua suara tapi hanya satu tubuh....”
“Ah
ceritanya panjang. Jadi langsung saja. Perkenalkan nama saya Hutcher dan bagian
tubuh sebelah kanan saya Jess. Kami memang terjebak dalam kondisi ini.”
“Saya
Na.” Ucap Na dengan agak malu-malu.
“Namaku
Enzeru Schwarz, kalian bisa memanggilku Enzeru.”
Setelah
selesai berdiskusi mereka diantar ke sebuah ruangan untuk beristirahat. Sebuah
ruangan yang cukup luas. Terdapat tiga tempat tidur yang sudah disiapkan dan
juga meja untuk bersantai. Gorden berwarna biru muda melambai-lambai tertiup
angin, di luar terlihat pemandangan yang asri dan menyejukkan.
Malaikat
Enzeru juga mengutus malaikat penyembuh untuk mengobati luka mereka.
menyediakan makanan untuk memulihkan tenaga kembali. Mereka benar-benar di
perlakukan dengan baik.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Day 3: the Son of the God and the Angel
Jauh
dari tempat Divine Vault of Deeds
tersimpan, terbentang dataran luas nan agung.
Seorang
pemuda dan dombanya tiba di sebuah dataran yang sangat lembut, selembut kapas. Tanah
yang terbentuk dari gumpalan awan, gerbang megah bermandikan cahaya terpampang
di depan matanya.
Sebuah ingatan,
menyeruak....
Ada sesuatu yang hilang
Apa itu?
Ntah kenapa rasanya ada hal penting
yang aku lupakan.
Aku tak bisa mengingatnya...
Sakit
kepala yang luar biasa mulai menyerang. Pemuda itu merunduk mengernyitkan
alisnya, memegang kepalanya dengan kedua tangannya seraya menahan rasa sakit. Segel
di tangan kirinya mulai bersinar menembus perban yang membalutnya.
Rambut hitam? Percaya diri tinggi? Tatapan
tajam?
Siapa itu?
Sepertinya cahaya dari segel yang
semakin kuat itu beresonansi terhadap gerbang raksasa yang ada di depannya. Partikel-partikel
udara menyerap cahaya-cahaya itu dan menghamburkannya ke udara-Resonance Light
Scattering. Cahaya
kemerahan pun memancar ke seluruh penjuru.
Sementara
Mouton hanya bisa mengembik dan memandang dengan rasa khawatir. Ntah apa yang
sedang terjadi dengan tuannya itu.
Dan sinyal itu pun sampai ke kedua
belah kubu yang sedang berseteru di negeri ini.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
After Resonance
Sementara
itu, di markas para archangel, para
malaikat merasakan keberadaan yang ganjil. Berbeda dengan keberadaan lainnya
yang juga sudah memasuki alam mereka, kali ini keberadaan itu sulit
didefinisikan.
Malaikat
Enzeru merasakan sumber cahaya yang sempat terlihat seperti aurora itu berasal
dari sekitar gerbang penghubung malaikat dengan Tuhan. Malaikat bersayap hitam,
bak malaikat maut itu pun bergegas mengumpulkan pasukannya dan menuju ke
lokasi.
Kepanikan,
hiruk-pikuk terjadi di markas para archangel
itu. Terheran-heran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ini sebuah tanda
bahwa gerbang komunikasi dengan Tuhan akan terbuka kembali? Ataukah pertanda
dari sebuah kehancuran?.
Pasukan
gugus depan yang lokasi dekat dengan tempat kejadian, tiba lebih dulu dan
langsung mengepung pemuda yang tertunduk di depan pintu gerbang beserta domba
mungilnya.
Domba yang menenaminya
telah diamankan.
Pemimpin
pasukan tersebut berusaha mendekatinya, karena pemuda itu hanya terdiam di
sana.
“Hei!
Siapa kau?” tanyanya namun tak ada jawaban.
“Kenapa
kau ada di sini?” malaikat itu terus mendekatinya dengan kewaspadaannya.
Ia
menyentuh pundak pemuda itu. Dan begitu si pemuda menoleh kearahnya, sang
malaikat sontak terkejut melihat mata berwarna merah semerah darah bersinar bak
mata iblis.
Tanpa
pikir panjang, sang Malaikat langsung menyerang pemuda itu. Ia juga
mengisyaratkan apa yang ia lihat untuk segera dilaporkan ke malaikat Enzeru.
Pemuda
yang setengah sadar itu pun menanggapi serangan malaikat, ia menghunuskan kedua
pedangnya. Terjadi baku hantam antara para malaikat penjaga melawan seorang
pemuda.
Si Pemuda
terus menyerang tanpa sadar. Sementara dalam alam bawah sadarnya, ia masih
bergelut dengan ingatannya sendiri.
INGATLAH AKU SEGERA
Siapa?
ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU
Kata-kata
yang sedikit sarkastik namun pribadi yang seperti ia kenal dengan jelas.
Ia
dihadapkan dengan sesosok bayangan yang samar-samar. Namun suaranya terdengar
begitu jelas. Suara yang sama persis dengannya. Bayangan itu semakin
mendekatinya.
Kali
ini, benar-benar dekat hingga tak ada jarak bahkan sesenti pun di antara mereka.
Bayangan itu membisikkan kata-kata ke telinga si Pemuda.
JIKA KAU BERANI MELUPAKANKU, TAK AKAN
KUMAAFKAN!
BANGUNLAH!!
Bersamaan
dengan kata terakhir itu si Pemuda tersadar, dan mendapati dirinya berada di
tengah pertarungan. Sebut saja pemuda itu, Kuro.
Ia
masih tidak paham dengan apa yang terjadi. Bahkan ia belum mendapatkan
informasi apa-apa tentang negeri yang ia kunjungi itu dan permasalahan seperti
apa yang sedang terjadi. Namun, ia terpaksa harus mengangkat senjatanya untuk
bertahan.
Bersamaan
dengan bangkitnya kesadarannya sang Pemimpin archangel‐malaikat Enzeru pun tiba di tempat.
Kali
ini Kuro dihadapkan dengan malaikat Enzeru. Dalam kesadaran penuh, matanya pun
sudah kembali normal.
Enzeru
mengayunkan sabit kematiannya dan cahaya hitam setajam pedang mengarah ke Kuro.
Kuro langsung menghindarinya dan berusaha memperjelas kesalah pahaman ini.
“Tunggu
dulu, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Kau
pasti mata-mata Barakiel.”
“Barakiel?
Siapa itu? Saya tidak tahu.”
Malaikat
Enzeru mendekat dan mengayunkan sabit kematiannya yang siap menebas Kuro. Kuro
menahan dengan pedangnya. Serangan semakin intensif. Gerakan mereka terlalu
cepat hingga tak bisa diikuti mata normal. Suara besi yang saling bergesekan
membentuk melodi berima.
Namun
seberapa keras Kuro berusaha, malaikat bukanlah tandingannya. Apalagi dengan
kondisinya saat ini. Kuro bahkan tak punya perisai untuk melindungi dirinya. Di
tengah-tengah pertarungan itu ia terus berusaha menjelaskan bahwa ini hanyalah
kesalah pahaman. Namun, sulit sekali mendapat kepercayaan dari sang Malaikat.
Enzeru
menggunakan black light (mendekati
lawannya dengan kecepatan tinggi) dan
menyerang Kuro dengan sabit beracunnya. Tebasan itu mengenai punggung Kuro yang
tak bisa menghindari serangan super cepat itu.
Konyol. Jadi hanya sampai sini saja....
BERI AKU KEBEBASAN
Bebas?
PANGGIL NAMAKU
Nama.....Arrgghhh....aku tak bisa
mengingatnya
Dalam
keputus asaan dalam benak Kuro hanya terlintas prasangka bahwa dia tahu jika
dia akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Bisa kau beritahu namamu?
Sosok
yang berdiri di depannya itu menggerakkan mulutnya membentuk rangkaian fonem
yang menghasilkan sebuah kata berucap,
“Z....Zweite?”
kesadarannya mulai melemah dengan racun yang mulai bekerja.
Contract: re-signed.
Malaikat
Enzeru siap menebas Kuro yang mulai terjatuh tanpa ragu-ragu karena laporan
terakhir yang ia terima adalah Kuro iblis yang harus segera dibunuh.
Tak
di sangka tebasannya dihentikan oleh seseorang dengan wajah yang sangat mirip
namun dengan penampilan yang sedikit berbeda―Zweite. Lagi-lagi dia muncul di detik
yang sangat tepat. Dengan kesigapannya menahan serangan menggunakan pedang
Kuro.
“Siapa
Kau?”
“Hei-hei
tenang dulu kami bukan musuhmu.”
“Bagaimana
mungkin aku percaya dengan orang asing sepertimu?”
“Tenang
aku punya bukti,” Zweite menghela nafas, “buka saja perban di tangan kirinya! Kau
akan tau.” Tegasnya sambil memperhatikan wajah sang Malaikat yang sepertinya
masih meragukannya, “Kau pikir aku masih bohong? Ok biar aku saja yang buka. Ok,
om malaikat sabar bentar ya!” Zweite pun membuka perban Kuro yang sudah tak
sadarkan diri.
“Ini...,”
sang Malaikat terkejut melihat tanda yang ada pada tangan kiri pemuda itu.
“Lihat
kan? Kami bisa membantu kalian terhubung kembali dengan Tuhan. Jadi gosip
murahan tak jelas level ibu-ibu arisan ini bisa cepat selesai.”
“Bagaimana
mungkin? Dia yang tak diketahui keberadaannya beberapa puluh tahun yang lalu...”
“Ceritanya
panjang. Aku males jelasin drama. Jadi, om malaikat mau kerjasama?” tawarnya
dengan penuh percaya diri.
Zweite
terus memimpin pembicaraan seolah ia tahu segala yang terjadi. Ya, dengan
sekali memperhatikan kondisi yang terjadi ia bisa menghipotesakan apa yang
terjadi. Gerbang cahaya, archangel,
malaikat, premis-premis yang saling terhubung. Apa yang dilihat Kuro adalah apa
yang ia lihat, segala pengetahuan yang diterima Kuro juga akan diteruskan ke
Zweite.
Sang
malaikat pun setuju dengan tawaran Zweite demi menyelesaiakan permasalahan yang
berkepanjangan ini.
Mereka
pun membawa Kuro ke markas utama untuk menyembuhkan racun dan luka akibat
pertarungan tadi. Lukanya cukup parah, tak hanya bekas tebasan sabit beracun
malaikat Enzeru, namun luka bekas perlawanan terhadap malaikat penjaga sebelum
Enzeru tiba pun masih berbekas.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Day 3: Zephyr
Berseberangan
dari tempat Divine Vault of Deeds tersimpan,
Setelah
bayang-bayang seperti hologram itu menghilang, Zephyr pun bisa melihat dengan
jelas. Ia mendapati dirinya berada dalam jeruji. ntah itu di markas para angel
proletar atau archangel, ia belum bisa memastikannya kali ini.
“Domba
sialan. Kenapa kau menurunkanku di tempat seperti ini?”
“Mbeek”
“Hei
apa kau bisa memindahkanku dari sini? Misalnya menembus dinding atau jeruji
ini?”
Zephyr
menoleh ke arah dombanya berdiri. Ia menatap tajam domba yang berdiri di sampingnya,
terdiam sejenak, sampai akhirnya ia mengeluarkan pistolnya.
Zephyr
menembakkan pistolnya ke arah pintu jeruji. Bunyi tembakan menggema di ruangan
itu. Disertai dentingan peluru yang terjatuh ke lantai tertarik gravitasi.
Namun, semua itu hanya sia-sia saja, jangankan terbuka, tergores pun tidak.
“Ayolah!
Jadi aku datang ke sini hanya untuk mati kelaparan karena terjebak di tempat
seperti ini?” Zephyr menggerutu, “Huh.”
“Mbeekk”
“Domba
berisik! Mati sana.” Zephyr yang mulai kesal menembakkan pistolnya ke arah
dombanya.
Lagi-lagi
hal tak lazim yang ia dapatkan. Bukannya cipratan darah yang ia peroleh begitu
menembakkan pelurunya, melainkan peluru-peluru itu menembus si domba seperti
menembus bubungan asap. Domba itu pun berubah menjadi gumpalan-gumbalan seperti
awan tak berbentuk berhamburan di udara.
“Oh,
bagus! Sekarang domba sialan itu pun juga meninggalkanku.”
Zephyr
tak habis pikir dengan apa yang terjadi dengannya. Seolah ia dipermainkan
dengan hal yang disebut misi ini. Bukan hanya ia tak bisa bergerak namun di tempat
itu juga tak ada siapapun. Tempat yang sangat sunyi sampai suara nyamuk pun tak
terdengar.
Zephyr
terus berpikir bagaimana cara keluar dari tempat itu dan sesegera mungkin
menyelesaikan misinya. Ia tak mau dipermainkan terlalu lama, apalagi dengan menyelesaikan
misinya itu ia tak mendapat uang sepeser pun.
Zephyr
terus memutar otaknya. Mungkinkah ini karmanya sebagai assasin? hal semacam itu
pun sempat terlintas dibenaknya, karena itu ia tiba di penjara jahannam ini.
Berbagai cara sudah ia lakukan untuk membuka pintu jeruji namun tak satupun
berhasil.
Ia
menatap ke arah tembok yang terbuat dari kristal meratapi nasibnya. “Ho, jadi
ini yang namanya tembok ratapan?” gumamnya. Seketika ia mendapatkan sebuah ide.
Zephyr
memasang kuda-kuda, dengan tenaga penuh ia meluncurkan tinju ke arah tembok.
“Oh,
Shit!!!” umpatnya kesakitan, ”Tembok macam apa ini? Retak pun tidak.” Keluhnya.
“Mbeek”
“Bagus!
Sekarang aku mulai menghayal ada suara domba saking stressnya.”
“Mbeek”
Zephyr
mendengar suara embikan itu berkali-kali dan suarasnya begitu nyata hingga ia
merasa risih.
“Berisik!
Aku lagi mikir domba sialan!” teriaknya sembari berbalik badan dan mendapati
dombanya berdiri di luar penjara. Sontak saja ia terkejut dan senang. Akhirnya
jalan keluar pun terbuka.
Zephyr
mengeluarkan catatan dan sebuah pena dari saku jasnya. Ia merobek satu halaman
kertas dari catatannya itu dan mencoba menuliskan sesuatu. Tentunya sebuah
pesan yang meyakinkan sang empunya tempat ini bahwa ia akan bekerja sama
dengannya.
Untuk
menghindari anggapan dirinya sebagai penyusup. Karena ia tak ingin direpotkan
tetek bengek yang bakal merugikan dirinya sendiri. Selesai menulis ia
memberikan kertas itu ke dombanya dan menyuruhnya mencari pemimpin tempat itu.
Sang
domba pun pergi meninggalkan tuannya untuk melaksanakan perintahnya. Menyusuri
tempat asing itu sendirian.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Day 4: Pria bertudung misterius dan sang Malaikat
Kegemparan
akibat hamburan cahaya yang terjadi hari sebelumnya masih menyelimuti markas angel proletar. Para petinggi aktivis
dan pemimpin angel proletar langsung
mengadakan rapat dadakan.
Beberapa
kali rapat diadakan. Kalau-kalau cahaya tersebut adalah upaya para archangel untuk menghancurkan para angel proletar.
Perdebatan
terjadi dalam rapat dadakan itu yang menghasilkan, sesegera mungkin melakukan
perlawanan terhadap para archangel
dan menghancurkan bangunan penyimpan Divine
Vault of Deeds.
Kekacauan
tidak berhenti di situ saja, sepertinya di markas angel proletar juga dimasuki oleh seorang penyusup yang cukup
membuat para malaikat kerepotan.
Pria
bertudung itu berhasil menembus pertahanan markas Barakiel. Anehnya meskipun
bukan makaikat dan dengan tangan kosong ia berhasil melewati malaikat penjaga,
menimbulkan kekacauan di tempat itu.
“Berhenti
penyusup!!”
“Aku
hanya ingin bertemu pemimpin kalian,”
Pertarungan
antara malaikat dan pria bertudung itu pun tak bisa dihindari. Sampai kabar
tersebut tersampaikan ke para petinggi aktivis dan pemimpin angel proletar yang sedang rapat.
Lalu,
sesosok malaikat bersayap keemasan yang memancarkan aura berbeda dengan
malaikat-malaikat penjaga itu pun datang.
Sebuah kilat diluncurkan
ke arah pria bertudung. Namun berhasil dihindarinya.
“Beraninya
kau membuat kekacauan di teritorial ku.”
“Yo
Bang Malaikat! Ups, maksudku Tuan Malaikat,”
“Apa
kau tidak diajairi menjaga mulutmu itu?” seraya meluncur kilatnya kembali ke
arah pria bertudung itu. Kali ini serangannya lebih agresif dari sebelumnya. Tapi
lagi-lagi, dengan kelihaiannya serangan demi serangan berhasil dihindari dengan
mudah.
“Hahaha. Santai dikit dong, Bang, eh,
Tuan....ah sudahlah apapun itu.”
Sepertinya
sang Malaikat tidak suka berbasa-basi dengan penyusup yang tak tau sopan santun
dan membuat kekacuan di wilayahnya. Ia langsung menggunakan yellow light (kemampuan gerak cepat
sejauh 100 meter selam 0.30 detik) dan bersiap mengeluarkan thundering smash-nya.
Melihat
langsung di depan matanya, membuat pria bertudung itu seolah terseret dalam masa
lalunya. Sebuah pemandangan tak asing baginya. Dan dalam hitungan nol detik sambaran
petir menggelegar ke udara, kilatan-kilatannya menyebar ke seluruh area itu. Malaikat-malaikat
yang ada di sana pun langsung memasang barrier
agar tidak terkena dampak dari serangan itu.
Begitu
dahsyatnya hingga pohon-pohon dan bangunan yang terbuat dari kristal pun hancur
seketika tak berbekas.
Para
malaikat masih tertegun memperhatikan. Mereka berpikir, nasib malang bagi pria
bertudung itu menghadapi kemurkaan sang Pemimpin.
Anehnya, cahaya kilatan petir yang harusnya
berwarna kekuningan itu, bercampur dengan cahaya kebiruan yang di tengahnya
terdapat sebuah pohon kaliandra terbuat dari tanah―tepatnya dataran awan negeri ini.
Energi
petir terserap ke dalamnya, sontak mereka yang menyaksikan langsung terkejut. Pria
bertudung itu masih berdiri di tempatnya.
“KHU
KHU KHU. HAHAHA. Sudah kubilang santai aja,” pria bertudung itu tau betul kali
ini ia hanya sedang beruntung saja. Ia tau kalau ia bisa saja langsung mati
terkena serangan tadi.
Tapi,
tanpa menunjukkan rasa paniknya ia masih saja berceloteh ria, “terima kasih
sudah mengingatkanku Bang Ma―Tuan Malaikat. Aku ke sini bukan untuk mencari masalah. Hanya
ingin membantumu menghancurkan Divine
Vault of Deeds.”
“Bagaimana
kau bisa...”
“Ayolah,
hidup ini indah tanpa peraturan. Tentu saja ini juga perintah dari Tuhan. Demi
kebaikan bersama.”
“Jangan
mengada-ada. Kami tidak bisa berkomunikasi dengan Tuhan saat ini.”
“Karena
aku spesial.” Tanggapnya dengan senyum menyeringai. “Aku tahu namamu. Namamu
Ber...Berkerikil”
“Barakiel”
“Ah!
Iya, itu.” Sahutnya sambil menjentikkan jarinya. “Salam kenal. Panggil saja aku
Ze.”
“Aku
belum bilang kalau aku percaya padamu”
“Tuhan
mengirimku ke sini. Aku juga tidak setuju dengan tindakan malaikat Jelly itu. Terlebih
lagi ada berita sangat penting yang ingin kusampaikan.”
“......Enzeru?. Kau ini menarik ya,” malaikat
Barakiel mulai tertarik dengan pembicaraan Ze, “baiklah mari kita lanjutkan
pembicaraan di tempat yang lebih layak.”
“Tunggu,
malaikat Barakiel! Bukankah kita tidak perlu sampai harus melakukan itu? Sudah
jelas dia ini penyusup.” sanggah malaikat Asbeel yang menjadi wakil sekaligus
tangan kanan malaikat Barakiel.
“Ini
perintah!” tegas malaikat Barakiel.
Malaikat-malaikat
lain pun segera memperbaiki kerusakan yang terjadi dan malaikat penyembuh
menyembuh malaikat yang terluka meskipun tak banyak malaikat yang terluka.
Segera
setelah itu rapat kembali dibuka dengan mengikut sertakan Ze sebagai salah satu
anggota rapat.
“Jadi
berita penting apa yang kau maksud tadi, Ze?” malaikat Barakiel membuka
pembicaraan.”
“Para
archangel bertemu dengam Ben’El (son of God) dan berencana membuka
kembali gerbang komunikasi dengan Tuhan.”
“Apa
dasarnya kami harus percaya dengan kata-kata seorang penyusup?” sanggah seorang
malaikat bernama Abaddon.
“Bukankah
bagus jika komunikasi dengan Tuhan terhubung kembali? Jadi permasalahan ini pun
akan segera selesai.”
“Tidak
malaikat Barakiel. Mungkin saja Tuhan akan murka karena kita tidak segera
melaksanakan perintah-Nya dan berbalik menghukum kita semua.” Asbeel kembali
angkat bicara.
“Kalian
lupa? Berita ini belum tentu benar.”
“Hei
hei. Jangan meremehkanku. Kalian pikir aku tidak melakukan penyelidikan apapun
sebelum ke sini? Kalian pastinya juga ingat dengan cahaya yang muncul kemarin
bukan?”
Semua
terperanjat mendengar kata-kata itu. Sebuah pancaran cahaya yang sempat membuat
mereka merasa tidak tenang. Diskusi semakin mendalam dan perdebatan pro-kontra
pun terjadi selama diskusi berlangsung. Ze hanya melontarkan kata sesekali jika
diperlukan. Ia mengamati setiap malaikat dan aktivis yang ada dalam rapat itu
satu demi satu, memperhatikan gerak-gerik mereka secara mendetail.
“Kita
harus segera melakukan penyerangan dan mengahncurkan Divine Vault of Deeds
sebelum para archangel itu
menjalankan rencananya.”
Rapat itu pun berakhir dengan keputusan segera
diluncurkannya serangan ke markas archangel.
Rapat ditutup dan semua kembali ke ruang masing-masing.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Day 4: Ben’El and the Divine Sword
Di
saat bersamaan rapat juga diadakan di markas archangel mengenai Ben’El.
“Apa
Anda yakin, dia benar-benar Ben’El?”
“Aku
melihatnya sendiri dengan mata kepalaku. Ada tanda yang membuktikannya.”
“Hanya
ada satu cara untuk membuktikannya. Yaitu menyuruhnya mencabut SayfEl Elyon.”
“Ide
bagus. Malikat Gader Hael. Dengan begitu kita juga bisa membuka kembali gerbang
komunikasi dengan Tuhan.”
SayfEl
Elyon (the highest divine sword)
adalah sebuah pedang yang diciptakan oleh Tuhan dari seluruh cahaya kehidupan
para archangel dan inti kehidupan
setiap semesta. Pedang yang diciptakan sebagai pelindung Devine Vault of Deeds yang bisa digunakan untuk membunuh iblis,
setan, bahkan bisa membunuh archangel itu
sendiri.
Tidak
ada yang bisa mencabut pedang tersebut dari tempatnya kecuali seorang Ben’El
yang dipercaya sebagai putra Tuhan dan diberi hak untuk menggukannya.
Pedang
ini juga menjadi kunci gerbang yang bisa membuka gerbang komunikasi dengan
Tuhan selain kehendak Tuhan sendiri untuk membuka gerbang komunikasi tersebut.
“Tunggu
dulu malaikat Enzeru. Jika dia hanya malaikat atau orang biasa maka di akan...”
sanggah malaikat Mikael.
“Bukankah
itu bagus? Dengan demikian kita akan tau dia penipu atau bukan. Sudah
selayaknya jika penipu hancur tanpa berbekas.” Ucap malaikat Gader Hael yang
masih bersikukuh dengan pendapatnya.
Pernah
beberapa kali malaikat mencoba mencabut pedang tersebut, namun mereka semua
gagal dan kembali ke wujud dasar mereka, yaitu cahaya. Tanpa seijin-Nya,
berusaha mencabutnya berarti bunuh diri.
Sepertinya
malaikat Gader Hael sengaja memberikan saran yang cukup membahayakan itu.
Karena ia tidak terlalu suka dengan munculnya beberapa mkhluk tak diundang di realm mereka.
Mereka
pun segera meyusun rencana kapan pencabutan pedang sakral itu akan dimulai.
ÊYÍ
Masih di satu tempat di
ruangan yang berbeda.
“Ini
anak kenapa style rambutnya aneh sih.” Gerutu Jess sambil memperhatikan Kuro
yang sedang tak sadarkan diri.
“Tanyakan
saja ke orangnya langsung kalau sudah bangun,” sahut Hutcher.
“Ngomong-ngomong
dari kemarin ini anak cuma diem aja. Ngomong sesuatu dong!”
“Ngg...”
“Idih.
Diajak ngobrol malah blushing gitu.”
“Jess,
pelanin suaramu. Ini ada orang sakit,”
“Kuro...”
Na mulai mengucapkan sepatah kata.
“Apa?”
“Namanya
Kuro.”
“Hahaha.
Burung gagak. Namanya aneh seperti penampilannya.”
“Sudah
kubilang pelankan suaramu.”
“Bukan
crow tapi K-U-R-O. Kuro Godwill,”
“Darimana
kau tau? Stalker ya?”
“Bukan!”
Na menyanggah tuduhan Jess, “tertulis di foto yang kutemukan di jaketnya.”
“Ckckck.
Nggak baik ngambil barang orang tanpa seijin pemiliknya, Na. Itu namanya
stalker.”
“Aku
bukan stalker! Kemarin terjatuh waktu ngelepasin jaketnya.” Bela Na.
Jess
terus saja menggoda Na yang pemalu, sampai Na tidak tahu harus menjawab apa. Peringatan-peringatan
dari Hutcher pun tak diindahkan Jess. Melalui canda gurau itu mereka semakin
akrab.
Sementara
Zia disibukkan dengan kelas kecilnya bersama para domba di ruang penelitian
malaikat Zapkiel. Melalui malaikat yang menguasai segala pengetahuan di seluruh
semesta itu, Zia mempelajari berbagai hal. Dan dari situlah ia mulai mengingat
inspirasinya yang sempat terlupakan.
Na
yang tak berkutik dengan serangan-serangan Jess pun mengalihkan perhantiannya
kembali ke Kuro. Ia menyentuh jidatnya dan menganti kompresnya.
“Demamnya sudah turun,” batin Na.
“Na, kau nggak benar-benar jatuh cinta
sama bocah ini kan?”
“Apa sih Fa? Kenapa kau juga ikut-ikutan?.”
“Dengar! Jatuh cinta pada
pandangan pertama itu cuma delusi. Jadi, lupakan itu!”
“Iya, iya. Aku tahu. Aku hanya...”
Percakapan
antara Fa dan Na itu dipotong oleh Jess yang tidak tahan hanya diam dalam
kesunyian. Ya, percakapan itu hanyalah percakapan dalam pikiran Na yang tak
terdengar oleh Jesshutcherson.
“Oi
Na, kamu apain tuh sampai nagis gitu?”, sambil melihat air mata yang menetes
dari kedua mata Kuro.
“Nggak!
Mungkin dia sedang bermimpi bu-”
“JANGAN
PERGI!” Kuro terbangun dari tidurnya dan membentur jidat Na. Karena pergerakan
yang tiba-tiba rasa sakit lukanya terasa menjalar dan ia pun terbatuk-batuk. Nafasnya
tersenggal-senggal.
“Aduh.”
Kepala Na terasa ngilu karena benturan cukup keras tadi.
Sementara
Jess hanya bisa menahan rasa ingin ketawanya melihat kejadian itu membuatnya
merasa sedang membaca novel-novel atau komik roman.
“Jangan
terlalu banyak bergerak dulu. Lukamu baru sembuh,”
“Siapa
kalian?” Kuro memasang mode waspada karena baru bertemu dengan mereka.
“Sepertinya Anda sudah sadar, tuan muda Kuro.”
Belum
sempat menjawab pertanyaan itu, serentak Jesshutcherson dan Na menoleh ke suara
yang baru saja menyebutkan nama pemuda yang baru bangun dari tidurnya. Jess
hanya berpikir jadi benar nama pemuda itu Kuro dan bagaimana mungkin malaikat
itu bisa datang di saat yang tepat. Mungkin terdapat kamera pengawas di ruangan
itu.
“Yang ini stalker lebih profesional dari Na,”
batin Jess sambil memperhatikan malaikat yang semakin mendekat itu.
“Tidak
perlu memasang wajah curiga seperti itu. Dan lagi, saya bukan stalker nona
Jess.”
Jess
terkejut dengan ucapan malaikat itu. Ia bahkan tidak mengucapkan sepatah kata
pun tapi bagaimana bisa malaikat itu mengetahui apa yang ia pikirkan.
“Saya
bisa membaca pikiran kalian dan bisa juga membuat kalian bisa saling
berkomunikasi satu sama lain menggunakan telepati. Karena itulah mulai sekarang
saya yang ditugaskan untuk mengawasi dan menjaga kalian. Panggil saja saya
Zigriel.”
“Nama itu....” mendengar nama itu, Na
sepertinya mengingat seuatu dari beberapa hal yang ia selidiki sebelum ia
terperangkap dalam peperangan, “seperti nama salah satu archangel.”
“Benar
nona Na, kami para archangel sebagai
malaikat utama pemimpin para malaikat memiliki tugas masing-masing. Dalam
kondisi saat ini kami tidak bisa gegabah. Malaikat Mikael bertugas menjaga
pertahanan dan memimpin serangan. Malaikat Raisfael bertugas menjaga bangunan
utama tempat Divine Vault of Deeds
tersimpan. Sementara malaikat Enzeru adalah pemimpin kami.”
“Kenapa
Anda menjelaskan semua ini pada kami yang orang asing?” Hutcher melontarkan
pertanyaan begitu mendengar penjelasan sedetail iti.
“Saya
tahu kalian tidak berniat buruk karena itulah kalian berhak tahu tentang semua
ini. Baiklah, kalian bisa keluar sebentar.”
“Keluar?”
“Iya,
nona Na, saya ingin memeriksa kondisi Tuan muda Kuro dan mengganti perbannya. Nanti
akan saya panggil lagi jika sudah selesai.”
“Ayo
Na, jangan diam saja. Tuh mukamu merah lagi.” Jess melirik ke arah Na yang dan
menyeretnya keluar.
Mereka
pun keluar dari ruangan itu meninggalkan malaikat Zigriel bersama Kuro.
Na
dan Jesshutcherson menunggu di luar kamar sampai mereka diijinkan kembali
memasuki kamar itu. Malaikat Zigriel melakukan tugasnya dan menjelaskan
semuanya ke Kuro.
“Aku
tidak mengerti, kalian berusaha membunuhku tapi sekarang kalian
menyelamatkanku,”
“Itu
hanyalah salah paham. Jika sejak awal kami tahu Anda adala Ben’El, kami tidak
akan melakukan hal itu.”
“Ben’El?”
“Seseorang
yang diakui sebagai putera Tuhan. Putera suci yang diberi kepercayaan oleh-Nya.”
Zigriel menjelaskan dengan detail.
“Bagaimana
bisa kalian menganggap saya sebagai Ben’El?”
“Pedang
ini juga menjadi salah satu buktinya.” Jawabnya sambil melihat sebuah pedang
yang terletak di meja sebelah tempat tidur, “Pedang yang hanya bisa dibuat oleh
seorang Dewa saja. Dan segel di tangan kiri Anda, hanya keturunan langsung yang
bisa menerimanya. Orang biasa akan mati jika segel tersebut coba ditanamkan. Saya
tak menyangka setelah ia menghilang kini puteranya kembali.” Jelasnya panjang
lebar.
“Tunggu!
Saya tidak mengerti dengan apa yang Anda maksud. Saya hanyalah orang biasa yang
dibesarkan di bumi. Setidaknya sebelum Key datang menjemput saya.” Kuro
menundukkan kepalanya.
“Beberapa
puluh tahun yang lalu terjadi sebuah bencana besar yang mengguncang seluruh
semesta, dia ditugaskan untuk menyelesaikan permasalahan itu. Namun sejak saat
itu pula dia menghilang tanpa jejak. Bahkan kami para malaikat juga tak tahu keberadaan
pastinya.”
Kuro
masih tak terlalu mengerti dengan penjelasan panjang malaikat Zigriel. Bencana?
Orang tuanya? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya orang tuanya?. Pertanyaan
yang selama ini belum bisa ia temukan jawabannya.
Malaikat
Zigriel juga menjelaskan mengenai rencana yang akan dilakukan lusa, setelah
Kuro benar-benar pulih. Pembicaraan itu sengaja diperdengarkan ke Na dan
Jesshutcherson yang sedang menunggu di luar dengan menggunakan kemampuan
telepati yang dimiliki malaikat Zigriel.
“Berapa
lama kita harus menuggu? Aku bosan. Mereka lama sekali diskusinya.”
“Dengarkan
baik-baik pembicaraan mereka Jess. Na saja mendengarkan dengan serius.”
“Ingin
jalan-jalan. Ah tapi sebentar lagi jam makan siang. Jadi Na, apa rencanamu?”
“Rencana?”
“Huh
sudahlah! Sepertinya pikiranmu sedang fokus ke calon suami saja. Ayo kita ke
tempat Zeze saja.” Baru saja Jess selesai bicara, orang disebut datang dengan
mendorong kereta makanan bersama para domba.
“Jus
ujus Tututut. Bagus lil’sheeps. Kita sampai di tempat yang benar. Jasa
pengantar makanan Zeze sudah tiba.”
“Kalian boleh masuk sekarang.”
“Wah
kau datang tepat waktu Ze. Ayo kita makan.”
“Eh?
Tadi suara siapa?”
“Kuro
kami kembali. Na suapin Kuro!”
“Eh?
Saya bisa makan sendiri.”
“Orang
sakit harus dilayani. Sekalian latihan jadi istri yang baik, iya kan Na?”
“Ngg....”
Na tersipu malu.
“Istri?”
Kuro tidak paham dengan arah pembicaraan yang mereka maksud.
“Sudah
buru suapin sana. Oh iya ngomongnya nggak usah formal-formal, santai aja.”
“Betul!
Zeze setuju. Kita keluarga.”
“Kumpulkan
tenaga dan segera selesaikan urusan di negeri tak jelas ini. Kita kalahkan
ramai-ramai malaikat pikachu itu. HAHAHAHA.Uhuk uhuk.”
“Makanya,
sudah kubilang pelan-pelan. Aku tidak mau pita suaraku rusak gara-gara kau
tidak bisa menjaga mulutmu.”
Mereka
pun makan bersama di satu ruangan. Berbagi berbagai cerita menumbuhkan suasana
hangat.
Zia
menyusun makanannya ke bentuk-bentuk seperti piramid sebelum akhirnya ia makan.
Mempermainkan makanan sepertinya menjadi kesengan tersendiri baginya. Terkadang
ia menyodorkan makannanya ke arah bangku kosong seolah di sana ada seseorang
dan menawarkan makanannya. Sementara Jesshutcherson melahap hidangannya dengan
penuh manner.
“Kuro,
Na! Kalo mau tambah di sini masih banyak.”
“Sudah
biarkan dua kapal itu menikmati masa muda.”
Hanya
butuh waktu singkat untuk saling mengakrabkan diri. Ditambah dengan pembawaan
Kuro yang easy going dan mudah
berbaur. Mereka pun seolah telah menjadi satu kesatuan yang solid.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Day 4: Ze-Zephyr
Angin
mendengus meniup awan-awan yang menyembunyikan cahaya dalam kegelapan. Pantulan
menerpa tembok-tembol kristal, membias ke segala arah menjadikan perhisanan
malam berkilau megah.
Di
sebuah lorong, ditemani cahaya yang sedikit redup, Ze menyusuri tiap tempat,
mengamati tiap sudut yang ia lewati. Suana tenang dalam kelarutan malam. Hanya
derap langkahnyalah yang terdengar.
Hingga
akhirnya ia sampai di sebuah ujung yang memperdengarkan suara kehidupan. Pelan-pelan
ia mendekati asal suara itu, berusaha agar tiap langkahnya tidak diketahui. Ia
mendengarkan pembicaraan mereka dengan seksama.
“Aku
tidak percaya malaikat Barakiel bisa percaya dengan orang asing sepertinya”
“Sepertinya
kita harus bergerak cepat sebelum dia menggagalkan rencana kita.”
“Kurasa
malaikat Gadreel juga harus tahu tentang ini.”
“Lalu
apa yang harus kita lakukan dengan penyusup itu? Aku tidak suka dengannya.”
“Hei-hei!”
Kedua
malaikat yang sedang berbicara itu terkejut mendengar suara seseorang memasuki
pembicaraan mereka.
“Kalau
tidak suka. Tidak perlu ngomongin orang dibelakang kan. Ckckck. Sepertinya
moral kalian sebagai malaikat perlu diperbaiki.”
“Dasar
lancang!” malaikat Abaddon pun marah pembicaraannya dikuping dan menembakkan
bola api ke arah Ze.
“Ckckck.
Hati-hati kalau bermain api.” Ze menahan serangan dengan elemen apinya. “Bagaimana
kalau aku menghindar dan terjadi kebakaran? Sayang buku-buku ini kalau hangus
terbakar kan?” lanjutnya.
Malaikat
Abaddon semakin murka dengan sikap Ze namun ditengahi oleh malaikat Asbeel.
“Sudah
dulu, saya permisi.” Merasa puas dengan tindakannya Ze pun meninggalkan ruangan
itu.
Ze
kembali menyusuri lorong-lorong yang belum ia lewati, semakin dalam dan semakin
dalam. Kali ini ia berjumpa dengan makhluk yang tak terduga dari arah yang
berlawan.
Makhluk
berwarna putih, bertekstur lembut seperti gumpalan awan berjalan itu terus mendekatinya.
Lalu memberikan secarik kertas yang ia gigit. Ze mengambilnya dan membacanya
dengan teliti.
“Hmm.
Sepertinya akan semakin menarik.” Desisnya.
Ia
pun meneruskan langkahnya bersama mkhluk berbulu itu. Menjejakkan langkah ke
lubuk yang lebih dalam.
ÊYÍ
Dari
tempat yang cukup terpisah jauh dari markas utama itu terdapat sebuah bangunan
yang di desain seperti sebuah penjara. Tak ada tanda-tanda cahaya kehidupan di
sana. Ruang yang sangat gelap, hanya biasan cahaya yang merayap masuk melalui sela-sela
ventilasi udara.
Hanya
terdengar bunyi dentikan yang teratur dari dalam bangunan itu. Zephyr
mendetik-detikkan peluru bekas tembakannya dan berhitung sambil menunggu bosan
dombanya untuk kembali.
“Hahaha.
Benda seperti ini tidak akan mempan di sini.”
Zephyr
dikejutkan suara dalam kesunyian itu. Saat ia membalikkan badan, ia melihat
seorang pria bertudung berjongkok di depan pintu jeruji sambil memegangi peluru
yang berserakan. Di kanan kirinya terdapat cahaya api kebiruan yang menerangi
ruangan itu. Pantas saja mendadak ruangan jadi terang, jadi dari situlah asal
cahaya itu-begitulah pikir Zephyr.
“Jadi,
kau pemilik domba ini?”
“Ya.”
“Hmm...Jadi
apa yang kau bisa? Menembak?”
“Keahlianku
memang menembak tapi aku ini juga asassin handal dari dunia ku.”
“Sepertinya
aku punya sesuatu yang cocok untukmu, masih punya kertas?”
“Kertas?
Untuk apa?”
“Kau
pasti pernah mendengar peribahasa ‘bahkan angin dan tembokpun bisa mendengar’”
“Hah?”
“Sudah
cepat berikan!” kata pria bertudung itu sambil mengacungkan tangannya.
Zephyr
pun memberikan apa yang ia minta. Dan menunggunya selesai menulis.
“Yups.
Jangan dibaca keras-keras dan jangan dipikirkan. Jangan bertanya. Lihat
baik-baik dan ingat. Pikirkanlah bila waktunya tiba. Kau mengerti!”
Sungguh
pria yang aneh. Bahkan Zephyr pun tidak mengerti pola pikir pria bertudung itu.
Ia hanya bisa mengangguk tanda mengerti.
“Sudah
selesai”
“Ya,”
setelah mengucapkan sepatah kata itu kertas yang ada di tangannya langsung
lenyap terbakar, bahkan Zephyr juga nyaris terkena apinya, “Urgh.”
“Maaf-maaf,
ayo kita pergi dari sini dan lakukan sesuatu. Oh ya kau bisa memanggilku Ze. Kebetulan
sekali kan nama kita sama-sama diawali dengan huruf Z.”
Mereka
meninggalkan tempat itu dan menuju ke tempat malaikat Achren dan Gwydion,
malaikat ahli sihir. Dengan bantuan mereka berdua senjata Zephyr dimodivikasi
agar bisa lebih efektif digunakan di alam malaikat. Tak hanya itu pistol 50 AE desert eagle jackal nya bisa berubah
menjadi senjata sebesar basoka meskipun bentuk awalnya ramping.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
Day 6: The Laws God Laid Down are Absolute
Hari
yang telah ditentukan pun tiba. Hari untuk mengakhiri misi di negeri antah
berantah ini.
“Kamu
yakin akan melakukannya?”
“Kalau
dengan melakukannya bisa menyelesaikan permasalahan. Akan ku lakukan,”
“Tapi
ini terlalu beresiko. Masih ada cara lain untuk menyelesaikannya.”
“Kalau
memang hidupku berakhir di sini, mungkin itu sudah takdirku. Aku siap
menanggung semuanya.” Kuro memantapkan hatinya, “Jadi kalian tak perlu khawatir.”
Mereka
pun pergi menuju bangunan penyimpan Devine
Vault of Deeds tersimpan, tempat pedang sakral itu tersimpan pula.
Sebuah
bangunan paling megah di antara banungunan yang ada. Di jaga dengan sangat
ketat. Dalam bangunan pun tak kalah megah dari penampilan luarnya.
Ornamen-ornamen kristal menghiasi sepanjang jalan masuk. Pilar-pilar kristal
membiasakan cahaya yang masuk dari atap, membiaskan warna pelangi berpusat di
tengah bangunan.
Di tengah bangunan itu terdapat sebuah kotak
bersinar sangat terang yang di sampingnya terdapat sebuah pedang tertancap yang
tak kalah terang sinarnya.
Di
sana sudah berkumpul beberapa malaikat dan archangel.
Kuro yang sudah memantapkan keputusannya dan siap dengan segala kemungkinan
yang akan terjadi berjalan mendekati pedang tersebut.
Tak
ada kata ragu lagi kali ini. Ia mulai mengulurkan tangan kanannya menyentuh
pedang tersebut. Semua malaikat, archangel
dan teman reverier yang baru Kuro
kenal menyaksikannya.
Saat
Kuro mulai menyentuh pedang itu, seolah-olah hatinya dibebani tanggungjawab
yang begitu besar dan berat. Ia bahkan sempat ragu untuk menarik pedang
tersebut dari tempatnya. Saat ia mulai menarik pedang itu, cahaya yang sangat
kuat dan terang melahap tubuhnya.
Para
malaikat yang menyaksikannya hanya diam. Sepertinya memang tak ada yang bisa
mencabut pedang itu dari tempatnya. Malaikat Gader Hael tersenyum menang. Na
meneteskan air mata.
Zia
memasang wajah sedih. Tak disangka ia akan berpisah secepat itu dengan teman
yang baru ia temui.
“Lil’
sheep, kau pasti akan kesepian,” Zia mengelus domba Kuro.
Jess-Hutcer
hanya bisa membelalakkan matanya, “Bocah
naif itu memang terlalu keras kepala.”
Mendadak sebuah gempa yang sangat kuat
mengguncangkan tempat itu. Semua terheran dengan apa yang terjadi. Di saat
bersamaan malaikat Zigriel mendapat laporan serangan dari para angel proletar telah datang. Dan mulai
mendekati tempat penyimpan Devine Vault
of Deeds. Ia segera menyampaikan pesan itu ke malaikat Enzeru yang berada
di sana.
Malaikat
Enzeru pun segera bergegas terbang keluar dari tempat itu. Malaikan lainnya pun
juga bersiaga. Para reveriers
terjatuh akibat guncangan tadi. Begitu guncangan mereda Jesshutcherson langsung
menyusul malaikat Enzeru meninggalkan Zia dan Na di sana.
Tidak
ada gunanya hanya berdiam saja. Peperangan sudah dimulai. Mau tidak mau
Jesshutcherson harus ikut bertarung mengalahkan pasukan malaikat proletar untuk
menyelesaikan misi.
Persetan
dengan rencana membuka komunikasi dengan Tuhan. Pada akhirnya juga tidak
membuahkan hasil. Ia hanya merasa iba dengan bocah malang yang begitu singkat
hidupnya.
Begitu
Jesshutcherson sampai di luar bangunan. Pemandangan peperangan sudah di depan
mata. Yang paling menakjubkan adalah peperangan di udara, gemuruh baku hantam
saling lempar elemen, senjata, terlihat seperti kawanan burung yang sedang
berseteru. Tidak jarang dari malaikat-malaikat yang berterbangan di udara
terjatuh dan pertempuran di lanjutkan di daratan ada pula yang lenyap menjadi
partikel-partikel cahaya tak berbekas.
“Hei
Hutcher, jadi apa yang harus kita lakukan?” tanyanya sambil mengamati langit,
“Kita tak punya senjata, juga tak bisa terbang.” lanjutnya.
“Kita
harus tetap tenang. Pasti ada hal yang bisa kita lakukan.”
“Aku
tak ingin mati konyol di sini dan masuk neraka. Apa-apan misi ini? Kalau begini
kita cuma bisa berharap malaikat Enzeru bisa menang dari peperangan ini”
Berbeda
dengan Jess yang sedikit panik, Hutcher tetap mencoba tenang dan berpikir.
Namun saat ia sedang berpikir tiba kobaran api dan ledakan beruntun mengarah ke
arah mereka. sepontan Hutcher langsung membentuk pelindung dengan manupulasi es
nya.
Hutcher
ingat pernah tanpa sengaja juga menggunakannya waktu mencoba menyelamatkan Na.
Serangan itu juga mengingatkan kembali Jess ketika ia melawan bu Stanford, ibu
Hutcher yang berusaha membunuh anak kandungnya sendiri. Ia ingat bahwa ia juga
bisa menggunakan sihir api.
“Hmm,
jadi begitu,” Jess tersenyum lebar merasa senang, seolah ia baru tersadar dari amnesia,
“baiklah Hutcher! Ayo kita balas serangan tadi.” Jess yang tadinya
uring-uringan berubah bersemangat kembali secara instan.
Begitu
perisai es Hutcher retak, tak disangka di depannya sudah ada sesosok bertudung
memegang pedang berbara api siap menusuknya. Serangan yang terlalu tiba-tiba
membuat Jesshutcherson sulit menghindar. Ia melangkahkan kakinya ke kanan,
hunusan pedang mengenai jas Hucther dan membakarnya. Hutcher langsung
memadamkannya dengan jurus esnya.
Belum
sempat memberikan serangan balasan dari tangan kiri sosok bertudung itu
langsung terbentuk pedang baru dari api dan dengan cepat tebasan diayunkan ke
arah Jesshutcherson menghindar. Jesshutcherson menunduk menghindari serangan,
Jess megarahkan tangan kanannya ke arah sosok bertudung itu.
Ledakan
api mengitari sosok bertudung itu. Jess yakin serangannya pasti kena telak.
“Mampus
lu. Hahaha.” Jess tertawa senang.
Namun
tak disangka ternyata serangan tadi sepertinya tidak berarti apa-apa. Dari
dalam kobaran api bekas ledakan tiba-tiba muncul seburan api biru mengarah ke
Jesshutcherson, Hutcher langsung membentuk dinding es tebal menahan semburan
tersebut.
Dan
tak diduga pula dari atas sosok bertudung tadi menghujamkan puluhan pedang ke
arah Jesshutcherson. Reflek, Hutcher langsung melambaikan tangannya ke atas
membentuk setengah lingkaran dan perisai es pun terbentuk, membekukan
pedang-pedang api yang siap menusuk mereka.
Perisai
Hutcher tak bisa menahan seluruh serangan, Jess langsung menggantikankannya,
mengarakan tangan kanannya ke atas membuat semburan api yang sangat kuat.
Semburan tersebut berhasil mengenai sosok bertudung itu dan membuka tudungnya.
Hal
mengejutkan sontak membuat Jess dan Huntcher memebelalakkan mata dan terdiam.
“Kuro?”
ucapnya lirih, melihat sosok dibalik tudung orang yang ia lawan.
Ia
tak habis pikir dengan apa yang ia lihat. Kuro ternyata masih hidup. Ntah harus
senang atau bagaimana tapi sosok Kuro kali ini menjadi musuh?.
“Tunggu
apa ma―”
Belum
selesai bicara, sambaran halilintar horizontal mengarah ke arah mereka.
Jesshutcherson melompat menjauh. Tak ada waktu lengang di tengah-tengah
pertempuran. Bahkan Jusshutcherson hampir lupa bahwa tak hanya mereka yang
sedang bertarung.
Pertarungan
angkasa yang tak kalah hebatnya sedang berlangsung. Pertarungan antara malaikat
petir dan malaikat maut.
“Memegang
teguh perintah Tuhan adalah alasan kenapa kita ada. Sebagai malaikat seharusnya
kau tahu itu, malakaikat Barakiel.”
“Karena
itulah kita harus segera menghancurkan Divine
Vault of Deeds, sesuai perintah
Tuhan.” Katanya sembari membentuk senjata dengan petirnya dan diarahnkan ke
malaikat Enzeru.
Malaikat
Enzeru mengayunkan sabitnya menangkis serangan. Percikan-percikan kilat
berhamburan dilangit terlihat seperti kembang api.
“Tidak!
Tuhan memerintahkan untuk menjaganya hingga perintah berikutnya,”
“Sepertinya
telingamu telah tertutup malaikat Enzeru. Kau bahkan tidak bisa mendengar
perintah sesungguhnya dari Tuhan.”
“Kaulah
yang telah dibutakan. Tidak seharusnya perseteruan ini terjadi. Jika kekacauan
ini terus berlangsung, surga pun bisa jatuh menjadi neraka.”
“Segala
yang terjadi di semesta adalah kehendak-Nya. Tidak sepatutnya kita
mempertanyakan apa yang Tuhan rencankan.”
“Daripada
peperangan bukankan lebih baik kita mencoba mehubungi Tuhan kembali?”
“Mungkin
karena kau tidak mendengar perintah-Nya karena itulah Tuhan murka dan memutus
komunikasi. Jika kita segera melaksanakan perintah-Nya, niscaya gerbang komunikasi
akan terbuka kembali.”
Di
tengah-tengah pertarungan itu, malaikat Barakiel dan Enzeru masih
sempat-sempatnya beradu pendapat. Mereka bersikukuh dengan pendapat
masing-masing. Dan membuat mereka tetap harus bertarung.
Malaikat
Barakiel mendekati malaikat Enzeru dengan yellow
light-nya. Dalam waktu seper sekian detik ia sudah berada di depan malaikat
Enzeru dan menghantamkan thundering smash-sebuah tinjuan yang diperkuat dengan sambaran petir.
Malaikat
Enzeru menahan serangan itu dengan sabitnya dan membelokkan sambaran petir ke
udara bebas. Malaikat Barakiel langsung mundur setelah meluncurkan serangan
itu. Bersiap dengan serangan berikutnya.
Kali
ini Enzeru melemparkan sabit beracunnya ke arah malaikat Barakiel. Barakiel
berhasil menghindari sabit itu, namun tak diduga sabit Enzeru berputar balik
seperti boomerang menyerang Barakiel dari belakang. Sebelum mengenai Barakiel
sebuah tembakan membuat arah sabit Enzeru meleset dari sasaran.
ÊYÍ
Sementara
itu, di dalam bangunan penyimpan Devine
Vault of Deeds, Zia dan Na bersama 3 archangel
masih di sana. Para archangel
bertugas menjaga di dekat Devine Vault of
Deeds.
Mereka
mempertahankan bangunan dengan membentuk barrier
di luar bangunan sehingga bangunan tidak mudah dihancurkan dan membuat barrier berlapis di dalam bangunan juga.
Cahaya
terang dari arah deeds di letakkan
perlahan-lahan membentuk sepasang sayap putih bersih dan berbalut cahaya. Dari
balik sayap itu mulai terlihat sosok pemuda yang sempat terlahap terangnya cahaya
tadi.
Pemuda
itu berbalik seraya berkata, “Hehehe. Maaf tadi aku sempat ragu.” Senyum lebar
terukir diwajahnya tanpa dosa.
Zia
yang melihat langsung berlari memeluk sahabatnya itu.
“Syukurlah
kau tidak apa-apa,”
“Dimana
malaikat Enzeru dan kak Hutcher?”
“Kita
sudah dikepung mereka melawan malaikat Barakiel dan para malaikat proletar,”
jelas malaikat Zigriel.
“Lebih
baik kita segera membantu mereka,” sahut Na.
“Tidak!
Lebih baik bergegas ke Gerbang Agung. Alam ini meminjamkan kekuatannya kepada
Anda. Itu artinya Anda memang dipercaya, kemarilah!”
Kuro
mendekati malaikat Zigriel. Malaikat Zigriel menyentuh kening Kuro, ia
meminjamkan kekuatan telepatinya kepada Kuro.
“Sekarang
Anda bisa berkomunikasi dengan siapapun tanpa bantuan saya. Baiklah ayo kita
pergi dari sini.”
Mereka
meninggal tempat itu, hanya menyisakan malaikat Raisfel dan Gader Hael. Malaikat
Gader Hael masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Pertama kalinya dalam
sejarah, pedang suci―SayfEl Elyon bisa di cabut dari
tempatnya.
ÊYÍ
Gempuran
dari para malaikat proletar datang dari berbagai arah. Mereka yang terjatuh
bangkit lagi melakukan perlawanan. Perlawanan tiada akhir. Alam malaikat porak
poranda.
Dari
kejauhan seorang pemuda, bisa dibilang yang paling muda diantara seluruh reveriers yang terdampar di alam
malaikat ini, berpenampilan ala mafia sedang mengamati jalannya pertempuran
bersama dombanya.
“Jadi
mana yang harus kita serang? Aku tak tau lagi dimana kita berada. Hmm, kurasa
aku hanya perlu mengikuti pesannya saat ini, lalu pulang membawa banyak kristal
jika peperangan ini selesai. Tak perlu repot-repot mengeluarkan banyak tenaga. Kau
memang pintar Zephyr. Hahaha.” Ia bicara sendiri sambil menunggu isyarat.
Zephyr
tetap bersembunyi melayang-layang di udara tanpa disadari siapapun. Ia menaiki
kereta domba dengan perisai transparan yang dipasang oleh malaikat kembar yang
memodifikasi senjatanya.
Sesekali
ia menembakkan senjatanya, asal menembak ntah itu malaikat dari kubu proletar atau archangel ia tak peduli. Sesekali pula ia menembakkan senjatanya
untuk membatu malaikat Barakiel. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membunuh
kebosanannya dalam penantian.
Lalu
ia fokuskan kembali perhatiaanya, ia memperbesar zoom kacamatanya mengamati
petarungan Ze dan wanita-pria. Penampilan yang setengah-setengah.
“What
the-!? Jangan bilang itu newhalf?” Zephyr mengatur zoom goggles-nya
dengan perbesaran maksimum, “Tunggu dulu! Ada dua Ze?”
ÊYÍ
Dari
atas terlihat kobaran api dimana-mana. Meskipun cuaca cerah namum gemuruh petir
menyambar ke berbagai arah terdengar begitu dahsyat. Menghantam bangunan
terbentuk dari kristal, menggosongkan dataran kapas. Menumbangkan pohon-pohon
yang sekeras kristal.
Pertarungan
sengit antara malaikat Barakiel dan Enzeru masih terus berlangsung di
tengah-tengah pertarungan malaikat lainnya di angkasa bebas.
Sementara
itu di daratan pertarungan antara Jesshutcherson dan Kuro (begitu yang terlihat
di mata Jess) juga masih berlangsung tak kalah sengitnya. Api melawan api, api
melawan es, atau tangan kosong.
Hutcher
menggunakan kemampuannya dalam memanipulasi cahaya, ia mengeluarkan cahaya yang
sangat terang mebuat musuh sulit melihat. Akan tetapi Kuro menyerang dari arah
yang berlawanan.
Kali
ini Jesshutcherson benar-benar terdesak, Kuro menggunakan pola serangan yang
sama, hujan pedang api dengan derajat yang lebih panas dan kuat bahkan perisai
yang dibuat Hutcher tak lagi mampu menahan serangan, belum sempat perisai terbentuk,
semuanya berubah menjadi air seperti hujan dan menguap karena terlalu panas.
Beberapa
serangan mengenai tubuh Jesshutcherson. Kali ini serangan kena telak.
Jesshutcherson tak punya kesempatan menghindar. Kematian sudah di depan mata.
“Kurasa
kita sudah berakhir Jess. Kau siap pergi ke neraka?” Hutcher mulai pasrah
dengan nasibnya.
Namun
takdir berkata lain sesosok malaikat bersayap menghampiri mereka dan menangkis
semua serangan dengan dua pedang. Gerakan pedangnya begitu lincah dan cepat. Membentuk
sebuah pola tarian pedang nan elegan. Semua serangan bisa ditangkis dengan
sangat akurat.
“Tunggu dulu!” sepertinya Jesshutcherson
mengenali penampilan malaikat itu, “Tidak!
Dia bukan malaikat!”
“Tentu
saja bukan. Maaf terlambat.”
“Oi
Reinbow hair kemana aja sih? Udah
bikin khawatir baru nongol pula. Dan lagi kenapa kau bisa baca pikiranku?”
sepaket pertanyaan langsung diluncurkan Jess tak peduli dengan rasa sakit yang
menjalar di sekujur tubuhnya.
Hutcher
yang menyadari kejanggalan langsung memotong pertanyaan Jess, “Tunggu, jika si
Bocah Polos baru muncul lalu siapa yang kita hadapi? Apa kau sadar, Jess?”
Sejenak
mereka terdiam.
“Yo
Kuro! Kau merindukanku?” sapa dari sosok yang menyerangnya.
“Zweite?”
Kuro mengernyitkan dahinya.
“Kau
melindungi wanita setengah-setengah itu? Baiklah kalau begitu ayo kita
main-main sebentar!”
Zweite
langsung melesat ke arah Kuro, mengeluarkan dua buah pedang untuk mengimbangi
Kuro. Kuro menangkis serangan Zweite mendesak mundur, menjauh dari Jesshutcherson
yang sedang terluka.
“Sialan!
Gue bukan wanita setengah-setengah woi!”
“Tapi
memang kenyataannya kita terjebak dalam kondisi yang setengah-setengah.”
“Duh
Hutcher sayang, kok kamu malah belain itu Kuro KW sih?”
“Jika
kau masih punya tenaga untuk berteriak lebih baik kita segera pergi dari sini.
Ada meteor jatuh mengarah ke sini.”
“Oh?
Itu mengarah ke sini? Yang benar saja? Kalau kau tak bisa bergerak mana mungkin
aku bisa bergerak? Kita satu tubuh.”
Makhluk
setengah-setengah itu kehabisan cukup banyak darah akibat serangan tadi.
Dari
sisi lain tampak dua sosok berlari menuju arah Jesshutcherson. Gadis berjas lab
serta pria memakai sweater dan celana pendek. Mereka menerjang kawanan malaikat
yang sedang bertarung didampingi malaikat Zigriel.
Gadis
berbaju lab sesekali melemparkan tabung reaksi berisi cairan kimia ke arah
malaikat-malaikat yang menyerang mereka. Pria bersweater menggerak-gerakkan
tangannya seoalah memegang senjata. Malaikat Zigriel melindungi mereka dari
serangan salah sasaran hingga tiba di depan Jesshutcherson.
Pria
bersweater itu langsung jongkok, memasang kuda-kuda dan berpose seperti sedang
memegang bazooka. Ia berkonsentrasi penuh, mengarahkannya ke meteor yang
mengarah ke arah mereka.
Degenerate.
“Yosh!!
BUUM!!!!”
Seketika
meteor langsung hancur berkeping-keping.
“Hahaha.
Kekuatan alam ini memang luar biasa. Ah tidak-tidak. Itu pasti karena
kekuatanku dari awal memang luar biasa.”
“Siapa lagi bocah alay ini?” batin Jess
melihat bocah bersweater di depannya.
Setelah
itu pria bersweater itu berbalik dan berubah wujud kembali.
“Kau
tidak apa-apa?” tanyanya.
“Na?”
Jess terkejut dengan apa yang dilihatnya, tak disangka pria itu adalah rekannya
sendiri, “Jadi Na, kau juga setengah-setengah? Lanjutnya.
“Yang
tadi itu Fa,” jawabnya singkat sambil menyembuhkan luka Jesshutcherson.
“Gimana kalau si Rainbow hair tahu kalau
calon istrinya ternyata setengah pria? Ah tapi seru juga ada asupan 801,”
batin Jess.
“Bukan waktunya mikirin itu! Kita lagi
perang. Lagian kau yakin amat mereka bakal jadian.” Gertak Hutcher
mengingatkan.
Dengan
bantuan Na luka-luka Jesshutcherson mulai sembuh perlahan-lahan. Tenaga mereka
juga berangsur-angsur pulih kembali.
Perang
masih terus berlanjut. Kedua belah pihat terlihat seimbang. Tak hanya
pertarungan antar pasukan kubu archangel
dan proletar tapi pertarungan antar pemimpin-peminpin mereka pun juga terlihat
seimbang.
Zweite
mengayunkan kedua pedangnya, dari posisi silang ia membentangkan tangannya.
Sebuah serangan api horizontal mengarah ke arah Kuro. Kuro melindungi dirinya
dengan sayapnya.
Zweite
memanfaat kesempatan itu, ia menyerang dari belakang. Ia meluncurkan sebuah
tendangan dan membuat Kuro jatuh dari ketinggian 200 meter.
“Baiklah
saudaraku. Aku tahu kau bisa membaca pikiranku. Saatnya permainan sesungguhnya
di mulai!” Zweite langsung melesat ke arah Kuro jatuh menghunuskan pedangnya.
Kuro
menahannya dengan kedua pedangnya. Tekanan dari Zweite membuat kecepatan jatuh
semakin meningkat. Kuro berusaha mengendalikan dirinya lagi.
Reinigung.
Semburan
api biru vertikal membubung ke angkasa, mengenai malaikat Barakiel dan Enzeru
yang sedang bertarung di atas mereka.
Dari
arah yang tak diketahui, sebuah tembakan mengarah ke bangunan penyimpan Devine Vault of Deeds menembus api biru
yang dikeluarkan Zweite.
Bangunan
tersebut hancur luluh lantak. Hanya tersisa kepingan-kepingan bangunan saja. Campuran
api yang melapisi tembakan membuat barrier
yang melindungi bangunan menjadi disfungsi sehingga bisa dihancurkan dalam
sekali tembakan.
Pertarungan
malaikat Barakiel dan Enzeru pun terhenti. Petir yang terus mengaliri tubuh
malaikat Barakiel pun menghilang.
“Maaf
bang malaikat! Aku tidak sengaja!” teriaknya, “Kuharap dengan begini kalian
bisa membuka mata.”
Para
reveriers lain yang melihat bangunan
tersebut telah dihancurkan pun terkejut.
“TIDAAAKKK!!!
Bangunannya....”
“Mustahil!
Jadi semuanya sudah berakhir?”
“Jadi
kita gagal?”
“Uhm. Tes
tes”
Kuro
meminta bantuan ke makaikat Zigriel untuk menghubungkan semua malaikat dengan
telepati karena mustahil berbicara di tengah-tengah peperangan. Meskipun Kuro
mendapat pinjamin kekuatan dari malaikat Zigriel namun kekuatannya terbatas
hanya bisa digunakan dengan sesama teman reverier-nya
saja.
“Dengar semuanya! Lihatlah ke bangunan yang hancur itu! Penyebab sebenarnya komunikasi
dengan Tuhan terputus adalah dia.”
Semua
malaikat berhenti bertarung. Memusatkan perhatian ke bangunan penyimpan Devine Vault of Deeds yang telah hancur
menjadi puing-puing.
“Apa maksudnya ini?”
“Baiklah. Pemanasannya sudah cukup. Ayo kita
mulai pembantaian yang sebenarnya!”
“Woi Kuro KW. Jadi kau ini sebenarnya dipihak
siapa hah?”
“Hahaha. Maaf, dia di pihak kita kok. Aku
hanya butuh adaptasi dengan pedang dan sayap baruku.”
“Sialan. Ingin rasanya kubunuh kombo bodoh
itu.” Jess merasa tidak terima dipermainan.
“Kupikir
dengan membuat kalian saling membunuh semua akan cepat selesai. Sayangnya para
pengganggu muncul,”
“Malaikat
Gader Hael?”
“Malaikat
Gadreel?”
Enzeru
dan Barakiel berkata bersamaan.
“Kenapa
kau masih mempertanyakan Tuhan?”
“Selama
ini kita hanya menerima perintah-Nya saja tapi tak pernah bertemu langsung
dengan-Nya. Tidak kah kalian berpikir bahwa Tuhan hanyalah sebuah sistem yang
digerakkan dari balik gerbang Agung? Kita bahkan tidak diijinkan memasukinya. Adakah
diantara kalian yang pernah melihat wujud-Nya? Tidak bukan?”
“Jangan
Lancang!”
“Dia
yang menciptakan kita. Sudah sewajarnya kita mematuhi-Nya. Bukan hak kita
mempertanyakan kehendak-Nya.”
“Dasar
naif. Apakah jika suatu saat Tuhan memerintahkan kalian untuk membunuh diri
kalian sendiri, kalian akan tetap melaksanakannya? Konyol sekali. Sadarlah! Kita
ini hanya permainan bagi Tuhan. Permainan dari sebuah sistem yang tak diketahui
kejelasannya. Sudah waktunya pe-reset-an dimulai. Alam ini, semesta ini butuh
sistem baru.”
Cuaca
yang tadinya cerah berubah menjadi gelap. Gempa beberapa kali mengguncang,
membuat reatak dataran yang selembut kapas. Dari depan bangunan penyimpan Deeds, yang tadinya samar-samar mulai
terlihat jelas. Seekor Hellhound
setinggi bangunan tingkat tiga berdiri tegak menyebur-nyemburkan api neraka.
Dari
langit-langit bermunculan iblis-iblis penentang Tuhan. Dari arah gerbang Agung
terdengar ledakan yang memekakkan telinga.
“Ada
lima,” malaikat Zigriel angkat bicara.
“Apa?”
Hutcher yang tak mengerti yang dimaksud sang malaikat pun bertanya.
“Satu
di sini dan empat di depan gerbang Agung. Pantas saja Tuhan enggan membuka
gerbang komunikasi-Nya.”
“Apanya
yang satu dan empat?” Jess menuntut penjelasan.
“Anjing,”
sahut Zia dengan polosnya menginterpretasikan makhluk yang ada di depan
matanya, “anjing bersayap.”
“Ya
seperti apa yang kalian lihat. Tidak ada waktu lagi, cepat bergegas ke gerbang
Agung. Yang di sini biar kami yang urus.”
“Kau
bilang begitu sepertinya mustahil.”
Peperangan
dimulai kembali.
Seluruh
malaikat berbalik memusuhi mereka. Gadreel telah memanipulasi mereka semua. Lima
reveriers, Barakiel, Enzeru dan tiga
archangel lainnya melawan Gadreel beserta ribuan malaikat dan pasukan iblisnya.
Jumlah yang tak seimbang membuat para archangel
dan reveriers kewalahan menghadapi
mereka.
Malaikat
Raisfael tetap berada di dekan Devine
Vault of Deeds, menjaganya dari iblis dan malaikat yang berusaha mendekat
dan menghancurkannya.
Sambaran
petir masal menggelegar kadang di luncurkan untuk mengurangi jumlah malaikat.
Enzeru melemparkan sabit beracunnya berkali-kali, menebas setiap malaikat yang
dilaluinya.
Zweite
berusaha melawan Hellhound tapi
sayang elemen api yang dimilikinya tak begitu efektif untuk melawan Hellhound yang juga berelemen api.
Sesekali ia gunakan api penetralnya untuk membatalkan jurus yang akan
dilancarkan monster itu.
Kuro
dihadapkan langsung dengan dua mantan tangan kanan malaikat Barakiel yang cukup
tangguh-Abaddon dan Asbeel. Beberapa kali ia
jatuh bangun menghadapi serangan dua arah.
Zephyr
yang sedari tadi mengamati, mulai berpikir tidak akan ada artinya jika ia tidak
ambil andil dalam pertempuran ini. Ia pun memutuskan untuk terjun ke arena
pertempuran.
Na
berganti persona dengan Fa, berusaha melukai musuhnya dengan kekuatan
degenerasi yang ia miliki. Zia berusaha membantu Fa yang butuh fokus dalam
menggunakan jurusnya dengan kemampuannya memanfaatkan zat-zat kimia untuk
melawan para malaikat, namun karena dalam menggunakan kemampuannya itu Zia juga
butuh waktu berpikir yang tidak singkat membuatnya tak terlalu bisa membantu.
Dari
atas, seekor montser naga menyambar Zia dan Fa. Monster tersebut mencengkeran
tubuh mereka, menekanya ke dataran. Kaki lancipnya menembut perut Fa sementara Zia
hanya tergores saja. Cengkeraman yang terlalu kuat membuat mereka tak bisa
lepas. Fa langsung berganti persona dengan Na.
Zia
berusaha membebaskan tangannya agar bisa mengambil cairan kimia dari jasnya
namun usahanya sia-sia. Tenaganya tak cukup kuat untuk membuka cengkeraman.
Dari
mulut monster itu mulai terkumpul bulatan hitam, siap menembakkan ke mangsa
yang ia cengkram. Ntah Na atau Zia yang akan terkena serangan lebih dulu. Mereka
berdua panik. Darah mengalir dari tubuh Na yang belum mendapat kesempatan
meregenerasi tubuhnya.
Monster
itu mengarahkan mulutnya ke Na dan bersiap menyemburkan gumpalan hitam
beraliran kilat di mulutnya. Akan tetapi sebuah tembakan terdengar dan monster
itu berubah menjadi asap. Zia dan Na terlepas dari cengkeraman.
“It’s
show time baby! Makhluk yang berani melukai seorang gadis sudah seharusnya
mati.”
“Siapa
kau?” tanya Na yang baru melihat sosok yang menyelamatkannya. Yang jelas dia
bukanlah malaikat karena ia tak memiliki sayap seperti malaikat lainnya.
“Zephyr.”
Jawabnya sambil terus menembakkan kedua pistolnya ke setiap malaikat atau pun
monster yang mendekat, “Wow senjata ini boleh juga. Rasakan peluru tak
terbatasku!” ia sedikit bersyukur mengikuti kata-kata Ze atau sebut saja
Zweite. Senjatanya tak hanya bisa berubah menjadi senjata lebih besar namun
pelurunya juga menjadi tak terbatas. Memberinya kebebasan menembak tanpa perlu
khawatir kehabisan peluru dan kerepotan mengisi ulang.
Setiap
makhluk yang terkena tembakan itu langsung berubah menjadi cahaya dan asap
dalam sekali tembak. Ada pula yang memerlukan beberapa kali tembakan baru bisa
lenyap. Senjata Zephyr telah dimodifikasi dengan menggunakan energi alam
malaikat sebagai sumber tenaganya sehingga bisa digunakan untuk membunuh
malaikat maupun iblis.
Na
memanfaatkan kesempatan itu untuk meregenerasi tubuhnya yang terluka,
menghentikan pendarahan. Lalu ia menyembuhkan luka Zia.
Mereka
disibukkan dengan pertempuran hingga tak memiliki kesempatan untuk menuju
gerbang Agung. Ditambah lagi ada mkhluk Hellhound
raksasa yang harus mereka hadapi. Kuro bisa saja membunuh iblis itu dengan
sekali tebasan pedang sucinya. Namun, kedua tangannya telah disibukkan dengan
malaikat Abaddon dan Asbeel yang tak membiarkan perhatiannya teralih ke hal lainya.
Asbeel
berusaha menggunakan ilusinya untuk menjebak Kuro namun, pedang suci yang ia
pegang melindunginya dari serangan ilusi malaikat Asbeel. Dari arah berlawan
malaikat Abaddon siap menikam Kuro dengan pedang, Kuro berbalik dan menahan
serangan.
Kedua
malaikat itu tak lagi melancarkan serangannya. Mereka menjauh. Ada sesuatu yang
aneh.
Hellhound itu terbang mengepakkan sayapnya
yang dilapisi api. Bola api raksasa terbentuk di mulutnya namun bukan itu
serangan yang akan diluncurkan. Bulu-bulu api tegak dan tanjam siap di
lancarkan. Zweite yang menyadari serangan itu langsung menghempaskan gelombang
api penetral reinigung-nya,
melindungi setiap reverier yang ada
di sana. Membuatnya cukup kehilangan banyak energi.
Di
saat bersamaan, bola api diluncurkan seraya menghilangnya api biru Zweite. Serangan
tepat mengarah ke arah Kuro.
“Sial!”
Zweite yang kelelahan tak sanggup lagi membuat perisai dadakan untuk melindungi
Kuro.
“KUUROOOO!!!”
teriak Hutcher yang menyadarinya langsung membentuk tebing es berlapis
melindungi Kuro.
Tebing
es Hutcher berhasil melindungi Kuro hingga lapisan es terakhir. Namun,
sepertinya perlindungan itu berefek terbalik. Kuro terdiam, kedua pedang yang
ia pegang terjatuh.
“Ada
yang tidak beres.” Na menyadari sesuatu.
“Apa
yang kau lakukan? Dasar NEWHALF
BODOH!” Zweite berteriak marah sambil membakar habis sisa-sisa tebing es
Hutcher. Kemurkaan memulihkan tenaganya secara instan.
“Apa
katamu? Dasar Kuro KW! Sudah untung diselametin.” Jess yang tak terima dibilang
newhalf balik nyolot.
Jantung
Kuro berdegup kencang. Pandangannya terbelalak. Pikirannya sudah tak di arena
pertempuran lagi. Ia bahkan tak menghiraukan serangan yang datang ke arahnya. Ia
mulai terjatuh.
Kondisi
itu dimanfaat malaikat Abaddon untuk menyerang Kuro dengan tombaknya. Serangan
digagalkan Zweite. Malaikat Mikael menghunuskan pedangnya dari samping, membuat
perhatian malaikat Abaddon teralihkan, memberi kesempatan Zweite menyelamatkan
Kuro.
“Zephyr!”
“Iya
manis, ada apa?”
“Bisa
kau antar aku mendekati pria berambut orange
putih itu?”
“Dengan
senang hati.”
Zephyr
dan Na berlari ke arah Kuro. Zephyr melindungi Na dari serangan dengan senjata
apinya. Suara tembakan terdengar sepanjang jalan.
“Serahkan
dia padaku!” tawar Na begitu tiba di dekat Zweite dan Kuro. “Biar aku urus dia,
tolong lindungi kami.” Lanjutnya.
Zweite
menyerahkan Kuro ke Na. Na mulai menenangkan Kuro yang mentalnya terguncang.
“Aku
tahu ini berat. Tapi aku yakin kau pasti bisa melaluinya. Anggaplah semua itu
tidak ada. Lupakanlah! Lupakan kenangan yang menyiksa itu. Jika itu membawa
kegelapan, jauhilah! Ada cahaya terang yang menantimu.” Na terus membisikkan
kata-kata yang memberikan semangat kepada Kuro sambil memeluk erat tubuhnya
yang gemetaran. Na bisa merasakan ketakutan yang mengekang Kuro. ia terus
membisikkan kata-katanya. Membebaskan Kuro dari belenggu.
Kata-kata
itu terdengar samar-samar di alam bawah sadarnya....
ÊYÍ
Ntah sejak kapan begitu ia membuka
matanya, hamparan salju putih menutupi permukaan tanah dan dedaunan telah ada
di depan matanya. Kuro kecil berdiri di sana memegang boneka panda.
Bocah lima tahun itu terlihat senang
bermain-main dengan salju menanti seseorang menjemputnya. Sampai ia melihat
seekor panda berjalan memasuki hutan. Kesukaannya terhadap panda membuatnya
mengikuti langkah panda itu dari belakang. Tanpa ia sadari, ia pun sudah berada
di tengah hutan.
Ia mencoba memperhatikan
sekelilingnya namun ia tak mengenali sama sekali daerah itu. Ia tersesat.
Angin semakin kencang, dan malam pun
mulai tiba. Jalan semakin gelap, salju
turun semakin lebat, membuat jalanan sulit dilihat. Udara semakin dingin. Air
terjun membeku. Tetesan air membentuk kristal-kristal stalaktit dan stalaknit
di sepanjang gua yang dilaluinya. Kuro kecil berjalan sendirian dalam dinginnya
musim dingin.
“Kakek?” Kuro kecil masih menelusuri
jalan setapak yang penuh dengan tumpukan salju yang membuatnya sulit berjalan
sambil memanggil-manggil kakeknya. Hempasan angin yang sangat kuat dan salju
membuatnya langkah Kuro kecil terhenti. Tubuh kecilnya tak mampu menahan
hempasan.
Tiba-tiba suara raungan terdengar
dari semak-semak yang ada di sampingnya. Ia mulai ketakutan dan menangis.
“Kakek? Kakek dimana?” ia memeluk
erat boneka yang ia pegang, menangis ketakutan.
Suran raungan semakin dekat. Seekor
beruang salju liar muncul dari balik semak. Kuro yang tak bisa lari pun
dicengkeram makhluk buas itu. Ia terjatuh, punggungnya terkena cakaran tajam
yang cukup dalam. Membuat salju putih menjadi merah.
“Kake...a...yah...” ia menangis
ketakutan sembari menahan sakit dan dinginnya salju yang membuat rasa sakitnya
sepuluh kali lipat.
Badai salju menghempas beruang liar,
menjauhkan dari tubuh Kuro yang terluka. Gemuruh longsoran salju pun terdengar.
Longsosan itu menimbun tubuh mungil nan rentannya. Perlahan-lahan ia mulai
kehilangan kesadaran. Hanya kegelapan yang ia lihat.
ÊYÍ
“Gelap...dimana ini?”
“Bangkitlah,
Kuro!”
Samar-samar
terdengar suara yang memanggilnya.
“Siapa?”
“.....Hapuslah!
lepaskanlah perasaan itu. Jangan biarkan terus membebanimu. Ada hal lebih
menyenangkan yang masih bisa kau kenang.” Bisikan-bisikan lembut penuh kasih
itu mulai terdengar lebih jelas.
“Jika
memang sulit. Pejamkanlah matamu. Biarkan aku menjadi matamu. Dengarkanlah suaraku.
Percayalah padaku. Dengarkan suara angin, ia akan memandumu. Dengarkan setiap
suara dan bunyi yang ada, kau bisa mempercayai mereka.”
Nafas
Kuro yang tadi tidak teratur mulai membaik. Tubuhnya yang gemetaran mulai
tenang. Na menutup mata Kuro dengan sapu tangan.
“Aku
mengerti. Aku percaya padamu, Na.” Kuro mulai bangkit lagi. Ia memanggil kedua
pedangnya.
“Na,
kau gila? Apa-apaan ide konyol ini? Jangan berpikir tanpa melihat bisa
memenangkan pertempuran.”
“Fa, berisik! Itu satu-satunya cara agar
semua bisa berjalan lancar.”
“Fa?
Siapa Fa?” tanyanya mendengar suara dan nama yang baru ia dengar.
“Jangan
hiraukan dia!”
Kombinasi
Kuro dan Na sepertinya cukup sukses. Awalnya memang berantakan dan kadang Kuro
tak bisa membalas serangan dengan tepat. Kadang ia mengarahkan pedannya ke
udara kosong kadang tak bisa menghindari serangan juga. Namun ia mulai terbiasa
dan bisa deradaptasi dengan kondisinya.
Begitu
pula dengan Na. Ia mulai tahu kata-kata tepat untuk mengarahkan rekannya itu. Membuat
mereka menjadi pasangan kompak. Akan tetapi, kondisi tersebut membuat Na tidak
bisa bertukar tubuh dengan Fa.
Malaikat
Barakiel membentuk pilar-pilar petir pembatas yang membuat ribuan malaikat dan
iblis yang terjebak di dalamnya tak bisa lewat. Menyisakan ruang di sekitar Devine Vault of Deeds. Cukup efektif
mengurangi musuh yang harus dihadapi.
“Dengar! Sekarang kesempatan kalian menuju
gerbang Agung.” Malaikat Zigriel memberitahukan ke seluruh reverier.
Para
reverier berkumpul dan bersiap menuju
gerbang Agung. Bergerak berkelompok saat ini adalah cara tercepat menembus
musuh-musuh iblis-iblis dan malaikat yang siap menghadang mereka. Namun,
rencana itu dihalangi malaikat Gadreel.
“Tidak
semudah itu kalian bisa pergi dari sini.”
Malaikat
Enzeru menggunakan blacklight dan
segera menghampiri mereka.
“Pergilah!
Biar kami tangani masalah di sini.”
Sepertinya
berlari bukanlah cara efektif untuk menuju gerbang Agung. Mereka butuh cara
yang lebih cepat lagi. Formasi pun dirubah.
Zephyr
memanggil kereta dombanya. Ia dan Zia menaiki kereta berperisai itu. Kuro
menggendong Na, membawanya terbang. Hutcher menggunakan elemen esnya untuk
membuat lintasan es yang digunakannya untuk meluncur seperti sedang bermain ice skating, ia membuat sepatu dari es
agar bisa meluncur di atasnya.
“Let
it go!” ucap Jess dengan nada lagu let it
go sountrack frozen.
Mereka
pun bisa bergerak dengan lebih cepat. Zweite membuka jalan di depan sementara
Zephyr menjaga bagian belakang. Zephir berdiri di atas kereta dombanya dan
menembaki setiap monster, iblis, malaikat yang berusaha menyerang dan mengejar
mereka.
Mereka
sampai di depan gerbang Agung. Pilar-pilar petir mendadak terbentuk membuat
para pengejar yang berusaha menerobos gosong tersambar petir.
“Wow!
Fantastis!” Zephyr yang melihatnya berdecak kagum. Sebegitu hebatnya kah
kekuatan para archangel. Bahkan efek
kekuatannya bisa mencakup daerah yang cukup luas dan bisa digunakan dari jarak
yang cukup jauh.
Zephyr
melompat dari kereta dombanya. Kuro menurunkan Na di kerrta domba, satu-satunya
tempat yang aman dari dampak pertempempuran. Dari sana Na mengarahkan Kuro.
“Baiklah,
ada yang punya rencana? Ada empat raksasa di sini.” Tanya Jess.
Cwn Annwn
Iblis
anjing kegelapan berkepala dua. Kepala kanan bisa menyemburkan api dan kiri
mengeluarkan elemen petir. Tubuhnya dialiri api yang sangat panas yang tak
pernah padam.
Rhewnghi.
Hellhound berelemen utama es. Tubuhnya
berwarna putih seputih salju, kristal-krital es terbentuk di tubuhnya membentuk
armor. Hembusan nafasnya dapat membekukan apapun.
Black suck
Hellhound bemata satu dengan cakar beracun. Tubuhnya
sekeras logam yang sulit dihancurkan.
Gwyllguard.
Hellhound bersayap dan berelemen utama petir. Tubuhnya
dialiri petir yang tak pernah padam. Sengatannya bisa membakar makhluk hidup
yang berusaha mendekatinya.
“Petir,
api, logam, es. Bagus semua lengkap di sini. Kau pintar gadis bersweater. Kali ini tak ada yang bisa menghalangi.”
“Sepertinya si bocah polos itu punya
chlonophobia.”
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Reaksinya waktu tadi kita menggunakan elemen
es. Tapi tak masalah, kita bisa bebas sekarang berkat Na.”
“AYO KITA HABISI SEMUANYA!!”
Zweite
mengingat jurus yang digunakan malaikat Barakiel, lalu ia berusaha menggunakan
jurus yang serupa, ia menghentakkan kakiknya membenntuk sangkar api mengurung
dua Hellhound. Kedua nya
meronta-ronta, meraung berusaha membebaskan diri dari penjara api yang dibuat
Zweite namun tak bisa.
Untuk
sementara mereka bisa berkonsentrasi menghabisi dua Hellhound lainnya yang masih bergerak bebas.
“Pertama
mari habisi si es lilin.”
Secara
bersamaan Zweite dan Jess menyerang dengan api untuk melelehkan Hellhound berelemen es itu. Api merah
dan biru bercampur menjadi satu. Di tengah bara api Rhewnghi mengibas-ngibaskan ekornya, menyapu dataran tempat mereka
berpijak. Zweite dan Jess langsung melompat mundur menghindari kibasan ekor
yang seketika membekukan daratan itu.
Dari
atas Kuro berusaha menebas anjing es itu, namun tebasannya tak berarti apa-apa.
Tangan kiri yang ia gunakan untuk mencoba menebasnya membeku ketika pedang
mulai menyentuh tubuh Rhewnghi. Ia
pun langsung bergerak menjauh.
Zephyr
berlari mendekat, berusaha mengalihkan perhatian Hellhound yang satunya lagi, Hellhound
berelemen logam. Ia menembakkan bazookanya kearah Black suck. Tembakannnya mengenai kaki kanan depan monster itu dan
berubah menjadi asap. Membuatnya terguling.
Zephyr
terus menembakkan bazookanya. Akan tetapi kondisi itu tak bertahan lama. Bagian tubuh yang rusak
mulai terbentuk kembali dan membuatnya bisa bangkit lagi.
Zweite
mendekati Kuro memegang tangan kiri untuk melelehkan es yang tadi membekukan
tangannya.
“Kau
mau pakai ini?” memberikan pedang orange
yang ia pegang pada Zweite, “Kurasa satu pedang saja sudah cukup.” Lanjutnya
ingin berkonsentrasi menggunakan pedang suci.
Jika
pedangnya tak bisa digunakan, pedang suci yang dibuat oleh Tuhan tentunya akan
bisa menyentuh iblis iu, begitu pikir Kuro.
Zweite
menerima pedang Kuro. ia menggunakan pedang itu melapisinya dengan reinigung. Sehingga bisa digunakan untuk
menebas iblis yang mereka hadapi.
Kuro
berkonsentrasi penuh memusatkan tenaganya ke pedang yang ia pegang. Pedang itu
pun bereaksi. Pedang mulai bersinar dan yang tadinya hanya berbentuk seperti
katana biasa saja kini berubah bentuk menjadi lebih besar.
Zweite
menyerang lebih dulu, ia menusuk mata Hellhound
itu dan membuatnya tak bisa melihat. Semburan asap dingin dihembuskan. Jess
dari bawah menahan hembusan tersebut dengan apinya. Api menyembur ke atas
membentuk dinding tipis. Seketika lapisan dinding api itu pun berubah menjadi
dinding es transparan dan pecah terhantam Zweite yang terhempas karena kibasan
ekor si Hellhound. Suara gemerincing
seperti kaca pecah terdengar begitu tubuh Zweite mengenai bekuan es itu. Ia
terpental menabrak kereta domba tempat Na dan Zia berada dan terjatuh ke
daratan.
Zweite
bukanlah manusia, hantaman seperti itu tidak akan membuatnya memuntahkan darah
atau pun melukai tubuhnya. Tapi dari kejauhan ia melihat Kuro terbatuk-batuk
dan memuntahkan darah. Ia melupakan hal yang sangat penting.
Zweite
sadar ia harus lebih berhati-hati lagi atau tuannya akan terbunuh. Ia bangkit
dan berjalan mendekat kembali. Ia kembali menghidupkan bara apinya. Menjebak Hellhound setinggi sepuluh kali lipat
tinggi manusia itu terkurung dalam lingkaran api.
Rhewnghi menghentak-hentakkan kakinya
memunculkan kristal-kristal es tajam dari daratan. Zweite langsung terbang.
Hutcher menggunakan elemen esnya untuk membuat runcingannya menjadi datar
sehingga bisa di pijak
Zephyr
yang tak punya kekuatan seperti rekan-rekannya, satu-satunya yang berada dalam
kondisi terdesak kali ini. Ia berlari menjauh dari hujaman kristal es tajam
namun kristal-krital itu tak henti-hentinya bermunculan. Hutcher pun
membantunya dengan mengangkatnya dari daratan dengan menggunakan elemen es nya.
Zephyr selamat.
Dataran
tak lagi selembut kapas. Kristal es runcing siap menusup tubuh mereka yang
terjatuh. Beberapa menit setelah kristal-kristal es itu berhenti bermunculan
lolongan yang sangat kuat seperti suara ultra sonic menggetarkan daratan. Semua
reverier menutup telinga. Es yang
digunakan untuk mengangkat Zephyr pecah, ia terjatuh. Runcingan es siap
menusuknya jadi sate.
“Oh
tidak! Jadi ini akhir hidupku?” Zephyr yang tak bisa bertahanpun hanya berucap pasarah.
Namun begitu ia terjatuh di daratan bukan rasa sakit yang ia rasakan, juga tak
ada tusukan es menembus tubuhnya. Ia mendarat di sesuatu yang empuk. Ia
mendarat di punggung dombanya. Kali ini dombanya yang menyelamatkannya dari
kematian.
“Sunggug
tragis. Seorang assasin diselamatkan oleh seekor domba.”
Kurungan
yang dibentuk Zweite musnah. Dua Hellhound
lainnya pun terbebas. Para reverier
menjadi tambah kerepotan. Thunderstorm
langsung menyerang Zweite dan Kuro. Zweite membentuk perisai untuk melindungi
mereka.
Disaat
bersamaan Annwn menembakkan bola api
ke arah Jesshutcherson. Sama halnya dengan Zweite Jesshutcherson langsung
menghindar dan membentuk perisai.
Suara
menggelegar bagai ledakan nuklir mengguncang dataran dan menggetarkan gerbang
Agung yang tak bergeming.
Dari
sisi lainya Black suck mengayunkan
cakarannya menembus pertahanan Jesshutcherson. Cakaran itu mengenai punggung
Hutcher. Darah langsung muncrat dan Jesshutcherson jatuh tersungkur.
Dengan
segera Zweite mebentuk kurungan kembali menghentikan Annwn dan dan Gwyllguard.
Zephyr
duduk bersila di atas dombanya yang berada di depan kereta. Ia masih tak bisa
melakukan apa-apa saat ini. Turun ke daratan sama dengan mati. Dengan berada di
situ ia bisa selamat karena perisai yang dipasang sebelumnya masih dengan kokohnya
melindungi kereta itu.
Zia
dan Na yang melihat rekan mereka kesusahan pun tak bisa tinggal diam. Kuro
sudah terbiasa dengan kondisinya, sepertinya ia tak butuh lagi panduan dari Na
untuk melihat. Na langsung memanggil dombanya dan berniat menuju ke arah Jess. Namun
niatnya dihentikan oleh Zephyr.
“Kau
mau kemana Nona manis?” panggilnya menghentikan Na, “Kalau kau mendekat ke sana
itu sama artinya menawarkan nyawa. Berada di sini adalah satu-satunya yang aman.”
Lanjutnya mengingatkan.
“Aku
hanya ingin membantu menyembuhkan Jesshutcher yang sedang terluka.”
“Benar Na. Biarkan mereka yang menghadapi
monster-monster itu.”
“Menunggu tidak akan menghasilkan apapun, Fa.
Yang harus kita lakukan adalah bergerak. Setidaknya aku ingin berguna untuk
mereka.” Na sudah memantapkan niatnya. Ia tak ingin melihat rekan-rekannya
meninggal begitu saja.
“Baiklah.
Kita bergerak dengan kereta ini. Setidaknya itu akan lebih aman.” Zephyr
memberikan saran. Na pun setuju.
“Baiklah
domba-domba ayo kita melaju!” Zephyr tetap duduk bersila di domba yang menarik
kereta itu karena keretanya hanya muat untuk dua orang saja. Mereka mendekat ke
tempat Jess dan menurunkan Na.
Na
segera menyembuhkan luka Jess. Zephyr kembali merubah pistolnya menjadi bazooka
untuk melindungi mereka.
Zweite
dan Kuro di sibukkan melewan dua Hellhound
skaligus. Zweite mengikat Black suck
dengan apinya agar tak bisa bergerak mengganggu pertenpuran mereka. ia juga
menggunakan apinya untuk menundukkan Rhewnghi.
Menekan dengan tenaga penuh agar anjing es itu tidak bisa bergerak. Lilitan apinya
membara mengekang erat seperti tali. Ia memotong ekor anjing es itu dengan
pedangnya.
“Kuro,
Sekarang!”
Kuro
membelah tubuh anjing iblis itu dari kepala hingga ujung ekor yang di potong
Zweite. Tubuhnya terbelah jadi dua dan kemudian berubah menjadi asap tak
berbekas.
Satu ekor berhasil
dilenyapkan.
Begitu
mereka berbalik ke arah Black suck. Jarum-jarum
logam dan bola-bola raksasa terbentuk di angkasa. Dan lagi-lagi kurungan Zweite
berhasil dihancurkan.
“Gunakan gaisma schëld...” terdengar
bisikan dari malaikat Zigriel
Kuro dan Zweite menuju ke tempat rekan-rekannya
berkumpul. Kuro menancapkan pedang suci ke permukaan. Mengikuti kata-kata
malaikat Zigriel.
[നേരിയ പരിചയും]
[Gaisma
Shceld]
Sebuah
bulatan perisai cahaya terbentuk, melindungi mereka dari gumpalan logam raksasa
dan jarum-jarum yang menghujani mereka. Gwyllguard
dan Annwn yang berusaha menginjak
mereka juga tak bisa menembus perisai cahaya itu. Perisai itu juga melindungi
dengan kokohnya serangan thunderbolt
dari Gwyllguard.
“...stoirmraseri slaisar,” bisikan dari malaikat Zigriel kembali
datang.
Kuro
mencabut pedangnya kembali dan mengayunkan pedangnya secara vertikal membelah
permukaan. Sebuah angin badai menghempaskan kedua Hellhound yang ada di depan mereka dan menyayat-nyayat tubuh
mereka.
Kuro
berkonsentrasi penuh dengan pendengarannya, memperkirakan setiap gerakan rekan
dan Hellhound yang harus ia hadapi. Merasakan
tiap getaran dan hembusan angin.
Black suck berjalan mendekat memuntahkan cairan
logam panas dari mulutnya. Kuro segera menggunakan gaisma scheld kembali. Dilanjutkan dengan stoirmraseri slaisar berturut-turut menjauhkan makhluk besi itu
dari kawan-kawannya.
Sementara
itu, Zia masih berpikir bagaimana agar dirinya bisa membantu rekannya itu. Yang
ia tahu hanyalah memanfaatkan bahan-bahan kimia untuk melawan musuhnya. Namun yang
dihadapi kali ini adalah anjing iblis raksasa.
“Sepertinya
Zeze tidak berguna di sini. Zeze Cuma jadi beban buat teman-teman.” Zeze mulai
terpuruk, menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa banyak membantu. Ekspresinya
muram.
“Zeze
pasti bisa. Anggap saja makhluk itu senyawa-senyawa kimia, benda-benda yang
terjadi karena reaksi kimia. Zeze pasti tahu apa yang mau Zeze lakukan.”
“Tapi-tapi
mereka iblis dan terlalu besar....”
“Kalau
nggak dicoba mana mungkin tahu hasilnya.” VVinnie teman imajinasi Zeze terus
memberi semangat, “ Lihat! Ada logam dan api, jadi senyawa apa yang cocok untuk
melawan mereka?” lanjutnya sambil menoleh ke arah Zia.
“Dasar
gila!” ucap lirih Zephyr yang sedari tadi memperhatikan zia berbicara sendiri.
“OK,
Vinnie!! Ayo bantu Kuro chan!!! Makhluk-makhluk itu hanyalah onggokan besi dan
kombaran api yang harus dipadamkan,” Zia mendadak semangat lagi.
“Kau
lupa ada petir juga, Ze.”
“Bukan
Vinnie, itu listrik bocor. Ayo maju Lil’ Sheep!!!”
Zia
mengeluarkan botol reaksi ukuran besar dan mendekati Black suck dengan menaiki dombanya. Setelah berada di dekatnya ia
langsung mengambil lagi sebotol penuh cairan kimia dari jas labnya. Ia
melemparkan dua botol besar cairan kimia itu ke kaki Black suck.
“Setan dilawan dengan
cairan setan!! Rasakan ini Setan besi!” Teriaknya.
[Aqua Regia]
[HNO3+HCL]
Campuran
asam nitrat dan asam klorida membentuk reaksi yang sangat kuat dan
menghancurkan satu kaki yang terkena cairan itu. Black suck tumbang ke depan.
“Kyaa
Lari!!” Zia panik, mencoba lari dari jatuhnya Bluck suck.
“Ze,
kalau mau lempar pikir-pikir dulu!”
Zephyr
menembakkan Bazooka nya tepat mengenai moncong Black suck yang akan mengenai Zia. Zia pun selamat, moncong berubah
menjadi asap sebelum mengenai Zia. Tapi tidak berhenti di situ. Black suck yang tumbang menyapukan
ekornya ke arah Zia.
Kuro
dengan gerakan cepatnya menahan hempasan ekor itu dan menebasnya. Zia berhasil
menyelamatkan diri dan mempersiapkan cairan kimia berikutnya.
Zephyr
terus menembakkan Bazookanya, mengincar kepala Black suck. Sampai Black suck
tak lagi memiliki kepala dan ekor. Bukan berarti ia telah mati. Kaki yang
tadinya hancur mulai terbentuk kembali. Iblis tanpa kepala itu bangkit lagi
dari tempatnya tersungkur.
Dari
punggungnya terbentuk sayap besi dan empat gumpalan logam raksasa berantai yang
terhubung dengan tubuhnya. Ia menghantamkan gumpalan-gumpalan itu ke arah
Zephyr dengan kecepatan tinggi.
“Shit!”
umpat Zephyr yang terdesak.
Menembak
pun tak akan menghindarkan mereka dari hantaman maut itu. Kuro yang
menyadarinya langsung melesat ke arah rekan-rekannya. Segera ia bentuk perisai
cahaya untuk menahan hantaman beruntun itu.
Sepertinya
Kuro benar-benar sudah terbiasa dengan pertarungan mata tertutup. Ia bisa
bergerak dengan bebas dan mempredikisikan pergerakan dengan akurat. Hanya
sesekali saja perkiraannya meleset.
Hantaman
yang tak henti-hentinya membuat mereka tetap dalam mode bertahan. Hantaman
dengan kecepatan tinggi itu tak memberi kesempatan bagi Kuro untuk melakukan
serangan.
Suara
berat besi menghantam hamparan es terdengar seperti nada berima.
“Hei,
apa kita bisa menyerang dari sini?” tanya Zephyr yang berpikir tak mungkin
mereka hanya begini terus sampai akhir.
“Kurasa
bisa. Perisai ini hanya melindungi serangan dari luar. Coba saja!”
“Kau
yakin?”
“Hanya
insting.” Jawabnya ringan.
“Baiklah
kalau begitu. Kalau kita mati kau yang tanggung jawab.”
Zephyr
pun mulai menembakkan kembali Bazooka. Seperti kata Kuro mereka masih bisa
menyerang dari dalam perisai tanpa merusak perisainya.
Satu
gumpalan butuh lima kali tembakan untuk menghancurkannya. Akan tetapi saat
Zephyr mencoba berfokus menghancurkan gumpalan berikutnya. Gumpalan lain
terbentuk kembali di tembakan ke tiga. Membuat usaha mereka sia-sia.
Na
yang sedari tadi mencoba menyembuhkan Jesshutcherson pun berhenti sejenak, ia
berganti persona dengan Fa dan membantu Zephyr. Berdua membuat serangan mereka
lebih efektif.
Mereka
terbebas dari serangan. Akan tetapi lagi-lagi benda lain mulai terbentuk lagi. Black suck terbang, dari bagian bawah
sayapnya muncul rantai-rantai yang ujungnya terdapat kepala-kepala dengan gigi
tajam siap menggigit mangsanya. Ia menggerak-gerakkan rantainya itu untuk
menyerang Kuro.
Kuro
berusaha untuk menangkis dan memotong setiap rantai yang meluncur ke arahnya
namun tak semua bisa ia tangkis, satu rantai berhasil melilit tubuhnya dan
ujung rantai itu menggigit kakinya.
Zia
kembali datang menuangkan aqua regia
ke rantai yang melilit Kuro. Kuro terbebas, darah segar mengucur dari kakinya. Ia
tak punya waktu untuk memikirkan rasa sakit kali ini. Yang harus dilakukan
adalah mengalahkan makhluk-makhluk itu sesegera mungkin dan mengakhiri
pertempuran.
Zephyr
yang punya kesempatan banyak mengamati jalannya pertarungan dari awal pun
menyadari sesuatu.
“Kurasa
aku harus mendekatinya dan menyampaikan ke tiruan Ze itu.”
“Maksumu
Kuro? kau bisa menyampaikannya dari sini.”
“Mana
mungkin teriak dari sini? Nggak mungkin kedengaran kan.”
“Telepati.”
“Huh?”
Setelah
penjelasan dari Na pun Zephyr mengerti kenapa Ze melarangnya memikirkan
rencananya kecuali sesaat sebelum digunakan. Ternyata ada yang bisa membaca
pikiran, pantas saja pikirnya.
“Kuro! kamu mendengarku?”
“Ya.” Jawabnya sambil menghadi Black
suck.
“Aku tahu kau tak bisa melihat karena itu kau
tak menyadarinya. Dengar! Ekor yang kau tebas tak bisa beregenerasi lagi begitu
pula dengan kepala yang tadi terkena tembakan.”
“Hah? Jadi anjing ini tak berkepala tapi
masih bisa bergerak?”
“Jika kau melakukan tebasan seperti yang kau
lakukan untuk membelah anjing es tadi. Kita bisa menang dengan sekali tebas.”
“Anjing es? Maksudmu yang pertama? Aku sudah
mencobanya tapi tak bisa.” Kuro mulai berpikir lagi bagaimana dia bisa
melakukan serangan itu. Dan sepertinya ia ingat sesuatu.
“Ah, aku tahu! Tapi aku butuh waktu untuk
melakukannya.” lanjutnya
Kuro
pun memanggil Zweite yang masih sibuk menghadapi Gwyllguard dan Annwn yang
tak mati-mati meskipun bekali-kali ia coba menebasnya. Zweite juga tak yakin
berapa lama lagi dia mampu bertahan dengan pertarungan yang banyak menguras
energi ini.
Zweite
mengikuti kata-kata Kuro, ia menjebak Black
suck dengan dinding api berlapis berbentuk kubus sehingga Black suck tak bisa bergerak maupun
mengeluarkan serangan. Mengeluarkan semburan cairan logam pun, akan segera
ternetralisir begitu melewati dinding api reinigung
yang digunakan untuk melapisi barrier.
Kuro
memanfaatkan kesempatan yang diberi Zweite untuk memfokuskan energi agar bisa
menebas Black suck.
Sambil
menunggu Kuro bersiap menebas Black suck,
triple Z (Zephyr, Zia, Zweite) berusaha menahan serangan-serangan Annwn dan Gwyllguard.
“Kuro
dua chan, menjauh!!!” teriak Zia sambil melempar dua botol kimia terisi penuh
dengan serbuk.
[KClO3+ C7H5N3O6]
[Kalium klorat +Trinitrotaluen]
Ledakan
dahsyat pun terjadi begitu botol kimia itu mengenai bara Annwn. Tenaga ledakannya membuan Gwyllguard yang berada di dekatnya ikut terhempas. Asap pekat membubung ke angkasa. Es yang berada di
sekitar ledakan mulai mencair terkena panas api.
Pasca
ledakan pun Gwyllguard masih bisa
berdiri kokoh dibalik bubungan asap yang mulai memudar. Ternyata ledakan juga
tak bisa membunuh Gwyllguard.
Zweite
kembali membentuk jeruji api, menjaga Gwyllguard
dan Annwn tetap di tempatnya.
“Setidaknya
masih bisa bertahan meskipun cuma 10 menit,” perisai yang dibuat Zweite semakin
melemah seiring kondisi tubuhnya yang semakin lelah. Nafasnya terengah-engah. Ia
memanfatkan waktu 10 menitnya itu untuk beristirahat sejenak.
“Zweite, buka perisainya.”
Kuro
langsung melesat dengan kecepat tinggi menebas Black suck begitu perisai dibuka.
Satu ekor lagi berhasil
dimusnahkan.
Kuro
mulai mengerti sedikit demi sedikit bagaimana cara menggunakan pedangnya. Hal
ini membuat mereka tidak perlu membuang tenaga terlalu banyak lagi untuk
menghabisi Hellhound yang tersisa.
Begitu
jeruji api dibuka Zia langsung melemparkan botol Kimianya ke arah Annwn.
[NH4H2PO4+(NH4)2SO4]
[Monoamonium fosfat + Amonium sulfat]
Zat
kimia kering yang melebur terkena bara api Annwn
itu membengkak dan menutupi tiap pori-pori yang mengeluarkan api. Membuat api
yang mengaliri tubuh Annwn padam
seketika. Memberi kesempatan pada Kuro untuk menebas Annwn dengan aman.
Kini
yang tersisa hanyalah Gwyllguard. Giliran
Zweite menggunakan api penetralnya menghentikan aliran petir pada tubuh Gwyllguard. Dan dengan cara yang sama
Kuro melenyapkan Hellhound terakhir
itu.
Akhirnya
mereka bisa menghabisi seluruh Hellhound
dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Disaat bersamaan Na juga berhasil
mengeluarkan racun yang ada pada tubuh Jesshutcherson dan menyelamatkan
nyawanya.
Semua
berkumpul di depan gerbang Agung. Kuro masih menutup matanya, karena arena
bekas pertemperan tidak memungkinkannya untuk melepas sapu tangan yang menutup
matanya. Gerbang Agung masih membeku.
“Jadi
bagaimana caranya kita membuka gerbangnya?”
“Ada
tempat yang menyerupai bentuk pedang, mungking jika meletakkan pedang itu ke
tengah akan membukanya.” Jawab Na yang berada di sampingnya. Ia mengarahkan
tangan Kuro menyentuk bagian relik.
Kuro
meletakkan pedangnya dan membiarkan beberapa saat. Namun tak ada yang terjadi.
“Tuhan,
hamba-Mu di sini dalam masalah besar. Hamba mohon hentikan pertikaian ini. Agar
perdamaian kembali terjaga di alam ciptaan-Mu ini.” Ucapnya memohon kepada
Tuhan berusaha menyambungkan komunikasi kembali.
Gerbang Agung masih tak
bergeming.
“Apa
maksudnya ini? Kita sudah sejauh ini tapi tidak ada hasilnya?” Keluh Jess.
“Ada
yang datang.” Kuro mendengar sesuatu.
“Hei-hei.
Sepertinya om malaikat salah hitung. Lihat! Masih ada satu ekor yang harus
dibasmi.” Ucap Zweite sambil menunjukkan ke arah datangnya seekor Hellhound bersayap yang sedang terbang
menuju arah mereka.
Hellhound bersayap empat dan berkepala empat
dengan api membara melapisi tubuhnya.
“Masih
ada yang punya tenaga untuk bersenang-senang?” tanya Zweite.
“Sepertinya
kita harus bersabar sedikit lagi, Jess.” Ucap Hutcher.
“Ayo
Lil’ Sheep!!! Kita juga bantu!.”
Semua
langsung menyerang Hellhound yang
baru saja datang. Kuro mengambil kembali pedangnya dan menyusul rekan-rekannya.
Hutcher
menggunakan elemen esnya berusaha membekukan api. Hellhound berhasil melepaskan diri dari elemen es Hutcher dan tanpa
diduga elemen yang mengaliri tubuh Hellhound
itu berubah menjadi petir.
Hellhound itu menembakkan kilatan bola petir
raksasa dan petir yang mengaliri tubuhnya menyambar-nyambar ke segala arah
secara acak. Jesshutcherson langsung membentuk perisai untuk melindungi dirinya
sendiri. Zweite membentuk perisai untuk melindungi Kuro dan Zia yang ada di
dekatnya.
Tembakan
kilat pun dilepaskan, mengenai gerbang Agung. Gerbang Agung bergetar keras.
Zephyr dan Na yang berada di depan gerbang Agung juga selamat karena mereka
tetap berada di kereta domba Zephyr.
Zia
langsung melemparkan dua senyawa kimia yang ada di tangannya.
226Ra +241Am
[Radiun 226 + Ameresium 241]
Dua senyawa itu menghamburkan ion radiasi
menetralkan aliran listrik yang mengaliri tubuh Hellhound. Akan tetapi begitu kilatannya menghilang, elemen mulai
berganti lagi. Kali ini bongkahan-bongkahan es tajam terbang mengorbit pada
tubuh Hellhound itu.
Tak
hanya itu secara bersamaan dari empat kepalanya menyemburkan Api, angin, petir
dan gas beracun.
Zweite
langsung menggunakan api penetralnya untuk menyelamatkan semuanya.
“Apa-apaan
makhluk ini?” keluh Jess dengan Hellhound yang selalu berubah elemen
ketika terkena serangan.
Hembusan
gas es di semburkan dari salah satu kepala. Hutcher langsung membentuk dinding
es untuk pelindung. Gas es tersebut membekukan seluruh daratan juga gerbang
Agung.
“..diffirergyd...” petunjuk dari malaikat
Zigriel datang lagi.
Kuro
mengikuti dengan baik tiap petunjuk yang diarahkan malaikat Zigriel. Ia
mendekati Hellhound dan melakukan
tebasan silang dengan pedang yang berlapis api-[diiffirergyd][tebasan api suci]. Tebasan
itu membuat elemen es yang menutup tubuh Hellhound
hancur seketika dan dua kepala bagian tengah lenyap.
Zephyr
dan Fa menyerang dari atas menembak punggung Hellhound. Begitu elemen es yang menutupi tubuh Hellhound itu lenyap mereka melihat sebuah
lingkaran aneh di punggung Hellhound
itu.
Dari
bawah Zweite dan Jess berusaha membakar dengan elemen api mereka. bersamaan
mereka membuat semburan api setengah biru setengah merah menjulang ke atas.
Sayangnya
Hellhound itu mengepa-kepakkan
sayapnya dan api berbalik ke arah mereka.
Zephyr
terus memperhatikan lingkaran yang menarik perhatiannya. Begitu Hellhound menggunakan angin, lingkaran
itu bergerak berubah warna dan bentuk menjadi seperti gelombang pusaran. Lingkaran
itu mulai berubah lagi. Kini Hellhound
kembali berelem api.
“Ze, berapa lama api penetralmu bisa membuat
elemen tak berfungsi?” Zephyr langsung bertanya kepada Zweite. Sepertinya
ia punya rencana.
“Untuk sekarang mungkin hanya bisa bertahan
10 menit.”
“Aku tahu cara menghentikan perubahannya. Jadi
netralkan elemen di seluruh tubuhnya
sekarang.”
Zweite
menyemburkan api penetralnya dan membuat Hellhound
tak bisa menggunakan elemen untuk sementara waktu.
Zephyr
mendarat di punggung Hellhound
mencoba merusak lingkaran yang tadi menarik perhatiannya. Begitu di dekati tak
disangka lingkarannya cukup besar. Ia mencoba menembakinya namun berbeda dengan
Hellhound lainnya, lingkaran itu tak
tergores sedikitpun. Ia pun memutuskan menggunakan belatinya. Begitu ia
menyentuhkan belatinya ke bazookanya, senjatanya berubah menjadi palu besar
dengan dua sisinya pemukulnya puluhan belati tajam, ia memukul-mukul lingkaran
itu berkali-kali.
Fa
membantu dari jauh dengan menggunakan degenerasi. Lingkaran mulai retak namun
belum ada tanda-tanda bisa dihancurkan.
Waktu semakin berlalu. Lingkaran itu mulai
berubah warna lagi. Api-api mulai bermuculan. Zephyr memukul-mukulkan palunya
dengan lebih keras. Ia harus bisa menghancurkannya sebelum api itu mulai menyebar
ke tempatnya.
Zia
yang melihat dari atas langsung melemparkan gas [HCFC-141b] [hydrochlorofluorocarbon],
memadamkan api di sekitar Zephyr. Zephyr bergegas meninggalkan tempat itu.
Begitu
Zephyr pergi Zia langsung menjatuhkan duo botol serbuk peledak tepat di tengah
lingkaran. Ledakan itu berhasil menghancurkan lingkaran.
Hellhound semakin mengamuk. Mendadak hembusan
api bercampur petir horizontal menyebar ke segala arah. Hanya tersisa satu
elemen yang bisa digunakan Hellhound
itu pasca hembusan elemen campuran, yaitu api.
Sekali
lagi untuk terakhir kalinya Zweite menggunakan api penetralnya mendisfungsikan
elemen api Hellhound. Disusul dengan
Hutcher yang langsung menghentikan pergerakan Hellhound dengan elemen esnya begitu elemen api ternetralisir.
Hellhound meringkuk tak berdaya. Kuro juga
sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir untuk membunuhnya.
Akan
tetapi, tiba-tiab di depan Hellhound
itu muncul anak kecil.
“Kakak tolonng aku,” anak
kecil itu menangis ketakutan.
“Sjena?” Na yang melihat
langsung berniat mendekati anak kecil itu.
“Tunggu Na! Itu hanyalah ilusi. Jangan terpengaruh!”
“Tidak Fa. Itu benar Sjena.” Na tidak mendengarkan nasihat Fa dan
langsung berlari ke depan anak kecil itu menghentikan Kuro.
“Na, menyingkirlah!”
“Kumohon jangan bunuh
dia.”
“Aku tak tahu apa yang
kau lihat tapi aku yakin di belakangmu itu hanyalah iblis yang harus segera
kita lenyapkan.”
“Tidak. Sjena bukan-” belum selesai Na berbicara cakar Hellhound yang terlepas dari kekangan es
Hutcher menembus dada Na.
“NAAA!” menyadari
keberadaan kawannya yang tak bisa ia rasakan lagi, Kuro meneteskan air mata
dari balik sapu tangan yang menutup matanya.
Kuro menopang tubuh Na yang
ambruk bersimpah darah. Ia melakuakn tebasan terakhirnya dan menjatuhkan
pedangnya.
Tepat setelah
menghilangnya Hellhound itu, gerbang
Agung terbuka, pancaran sinarnya menyinari seluruh dataran bekas peperangan. Mengembalikan
kondisi seperti semula. Gunung-gunung es pun tak ada lagi. Semua reverier menoleh ke arah gerbang Agung
itu. Kuro membuka sapu tangan yang menutupi matanya.
“Wahai hambaku, kalian
telah berhasil menyucikan kembali tanah suci ini. Gerbang ini terbuka kembali
untuk kalian. Aku telah mengirim iblis-iblis itu kembali ke tempat asalnya dan menghukum
mereka yang menentang.”
“Tuhan, bisakah Engkau
kembalikan dia untuk kami? Hamba tahu ini permintaan yang mustahil.”
“Wahai anakku. Setiap
makhluk di dunia ini akan kembali pada penciptanya. Dan akan tiba saatnya masa
pembangkitan. Jadi janganlah kau menentang takdir tetap. Jangan kau terhanyut
kebahagiaan sesaat di dunia FANA. Bukankan sudah kujanjikan kehidupan kekal?
Bagimu yang setia. ”
Begitulah kata-kata
terakhir yang mereka dengar seraya tertutupnya kembali gerbang Agung. Cahaya
perlahan-lahan meredup. Menyisakan cuaca cerah di alam malaikat. Na yang berada
dalam pangkuan Kuro pun turut memudar bersama hilangnya cahaya dari gerbang
Agung.
Peperangan
telah usai. Menyisakan perasaan sesak dalam dada. Menyesali dirinya yang tak
mampu melindungi rekannya sediri. Kebersamaan yang begitu singkat namun
meninggalkan perasaan begitu mendalam. Mungkin hanya Kuro lah yang merasa
begitu.
Jesshutcherson
turut berduka dengan perginya Na. Akan tetapi ia juga merasa lega bisa
menyelesaikan misi ini dengan selamat. Setidaknya untuk sementara waktu mereka
tak harus masuk neraka.
Sementara
Zephyr tak terlalu peduli dengan berakhirnya misi ini. Karena ia tak
mendapatkan keuntungan apapun dari misi ini.
Sedangkan
Zia tak tahu harus mengungkapakan perasaan seperti apa.
Kemudian
terdengarlah sura domba-domba yang mengembik bersamaan. Terdengar begitu merdu.
Mungkin jika diikutkan dalam ajang kompetisi international choir akan langsung mendapatkan gelar juara saking
kompak dan merdunya.
“Ini
domba-domba kenapa tiba-tiba paduan suara sih? Nggak tau kita lagi berkabung
ya?” Jess bertanya sambil menoleh ke arah barisan domba. Di sana telah terbuka
portal-portal yang siap mengantar mereka kembali.
Semua
kembali meninggalkan Kuro sendirian.
“Mouton,
bisa kau beri aku waktu sebentar? Aku ingin mengembalikan ini.”
Domba
Kuro mengangguk setuju. Lalu begitu Kuro berbalik ke belakang malaikat Enzeru
dan barakiel sudah ada di depan matanya.
“Terimakasih
sudah meminjamkan pedang ini.”
“Anda
berhak menjaga pedang itu.”
“Tidak.
Saya tidak pantas untuk menjaga pedang ini. Jadi sudah seharusnya saya
mengembalikan ke tempatnya berada.”
“Anda
telah diberi kepercayaan oleh Nya. Jadi sudah sewajarnya itu menjadi hak Anda.”
“Kami
sudah mendengar semuanya. Dan kami akan senantiasa bersama Anda. Ini mungkin
akan berguna suatu saat.” Sambil menyerahkan sebuah buku.
Kuro
menerima pemberian itu dan menyetujui kata-kata kedua malaikat itu. Dombanya
kembali mengingatkannya untuk segera meninggalkan realm malaikat itu. Ia pun segera berjalan menuju portal yang telah
disediakan sebelum portalnya tertutup kembali.
⊡・・・ÊYÍ・・・⊡
>Cerita sebelumnya : [PRELIM] 13 - KURO GODWILL | DREAM, PAST, AND FUTURE
>Cerita selanjutnya : -
>Cerita sebelumnya : [PRELIM] 13 - KURO GODWILL | DREAM, PAST, AND FUTURE
>Cerita selanjutnya : -
Altem- Po
BalasHapusAda dua hal yg menurutku solid dan keren dari entri Kuro.
- pertama adalah setting realmnya. Legenda dunia malaikat, nama2 dan identitas berbagai malaikat sampe hellhound digambarkan dengan baik dan ini salah satu setting yang fantasinya sangat kental dan tergambar legendanya dengan
keren.
- battlenya sangat jantan, penuh bakbikbuk dan elemen sihir ala game, geraman serta tebasan jurus yang maskulin dengan ledakan2.
Bbrp hal yg jadi poin minus utkku:
- alur ceritanya kurang jelas mau ngarahnya ke mana. Ko Kuro enak bgt tiba2 dapet status child of god, kesannya the chosen one bgt. Terus tiba2 cabut pedang dan udah aja, ketauan bgt dari awal bahwa dia bakal jadi satu2nya yg jadi pemenang utama konflik. Ini agak dipaksakan, baiknya menurutku adalah bahwa tiap karakter bukan cuma punya peran dalam battle tapi dalam menggerakkan cerita secara keseluruhan.
Kemudian kemunculan hellhound juga terkesan agak maksa demi manjang2in battlenya. Barakiel dan Enzeru malah tenggelam dari atmosfir battle.
- yg kedua adalah penokohan. Di sini, karakter Kuro dan yg lainnya kurang jelas. Kalau Kuro jadi
Gagah setelah dapet pedang, atau dia pemberani, atau dia jantan, hal itu nggak keliatan
sama sekali baik dari dialog atau tindakan dia. Kesannya dia menang cuma krn dapet power-up keren aja, nggak ada faktor kebaikan atau keberanian dia yg bisa menggugah secara emosi. Mudah2an lain kali, entri Kuro bisa menggali sifat2 dan perasaan Kuro dgn lebih dalam, sehingga battlenya pasti bakal lebih terasa berkesan.
Nilai dariku 8
saya punya konsep tapi saya kebingungan waktu harus menuangakan dalam bentuk tulisan. alhasil beginilah. sebenarnya ada beberapa kejadian yang pengen saya jelasin tapi saya nggak tau harus nyingkat yang mana biar wordnya muat.
Hapusdan pemilihan choorsen one itu memang kesalahan terbesar saya. akan saya revisi.
lalu waktu ini selesai dan saya baca ulang, saya juga sadar saya belum memperdalam karakterisasi kuro. saya harus lebih bnyak belajar memainkn bnyak chara.
Terimakasih saran2nya. sangat membantu. ^_^
smua kesalahan saya catat dan akan saya perbaiki di round brikut jika lolos. trimakasih juga sudah berkenan membaca karya saya.
Zephyr jd ladiesman yak? :v
BalasHapussama Ze itu Zwitei kan? .-. ane agak bingung soal satu ini :'
overall keren kak, alesan ane gak milih set Divine itu gara" ane gabisa ngasih role yg tepat buat Z di set ini, tapi disini. kak Choriq bisa masukin dia dengan apik dan hanya dibekalin bazooka doang :'v
dan sependapat sama bang Fata, Kuro disini jd kayak MC anime shounen kalo menurut ane berkat choosen one nya itu.
untuk Z untung dia udah dikasih DP dulu sama Ze kalo enggak mungkin dia malah balik ngelawan karena gadapet apa - apa xD
dari ane 8 kak! semoga kita bisa maju ke round 2 sama" :D
OC : Zephyr
Ya Ze itu Zweite. dia bergunagerak terpisah dari Kuro.
HapusYa, di settingan yang saya gunakan semua yg berasal dari dunia luar menjadi disfungsi kecuali sihir dan penggunaan elemen yg bersifat alami. sengaja saya set begitu buat nunjukin spesialnya realm malaikat. jd nggak terkesan kaya dunia biasa yg ditinggali manusia.
dan itu juga yang menjadi alasan saya ngasih bazooka ke Zephyr. biar bisa lebih berguna. tp bazookanya sendiri bisa berubah bentuk jd pistol yg biasa ia bw biar bwnya nggak kerepotan. dan amunisi yang tak terbatas jd makin praktis.
silahkan dibawa pulang senjatanya yang baru mungkin bermanfaat. ^_^
ho jd itu bisa jadi DP ya? nggak mikir ke sana. Zweite cuma pengen ngumpulin smua reveriers jd satu buat ngalahin gadreel karna dia tau keberadaan hellhound yang disamarkan dan pemicu konflik adal gdreel yg memanipulasi para archangel dan angel.
E: Enryuumaru
BalasHapusA: Amut
E: Dibanding R1, saya lihat ada perkembangan, terutama di gaya narasi sama adegan berantemnya.
A: Iya. Penceritaan latarnya juga lebih wah. Semua bagiannya jelas kalau menurut mbah.
E: Tapi, meski pembawaannya sendiri udah oke, fokus ceritanya sendiri menurut saya kurang jelas. Maksudnya, seperti mendadak begitu aja terjadi, kurang alasan yang jelas.
A: Ya, ya, seperti Tahu Bulat. Tapi tidak apa. Masih bisa dinikmati kok!
E: Nilai dari Mbah deh. Saya ngikut aja.
A: Mbah mau kasih 8 ah. Sip?
E: Sip. Sampai bertemu di ronde dua ya!
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut
==Riilme's POWER Scale==
BalasHapusPlot points : C
Overall character usage : B
Writing techs : C
Engaging battle : C
Reading enjoyment : D
Saya heran, kenapa banyak banget entri yang make 'tau' alih" 'tahu'? Mana sebenernya yang baku? Juga 'ntah', kayaknya lebih bener kalau 'entah'. Terus 'Devine Vault of Deeds', yang bener 'Divine' bukan Devine
Ada beberapa dialog yang mestinya ditutup pake tanda tanya kalau emang maksudnya sebuah kalimat tanya, bukan titik.
Saya agak kurang sreg sama beberapa kali penjelasan tentang suatu term cahaya dalam kurung...tapi ga ada hubungannya sama penilaian saya ke cerita ini sih, sekedar pendapat pribadi
Malaikan, malakaikat... Cukup banyak typo. Nama" malaikatnya juga lumayan banyak tapi tanpa distinctive feature, bikin saya bacanya kayak sekedar nama" lewat aja
Ceritanya sendiri...entah kenapa saya kena banyak suspension of disbelief. Kayak gimana reverier langsung pada akur dan akrab, terus Kuro jadi anak Tuhan, dialog"nya kadang bikin cerita ini berasa ga punya tensi, dan pas udah mulai berantem suasananya beneran chaotic buat saya sehingga ga cuma sulit dinikmatin, tapi juga susah buat sekedar diikutin. Entahlah, mungkin sayanya aja ga bisa fokus karena banyaknya pihak yang bertikai di satu tempat sementara narasinya terus main ping-pong. Saya bahkan kehilangan arah siapa sebenernya yang dihadepin para reverier di entri ini menjelang akhir. Pihak malaikat? Barakiel atau Enzeru? Oh bukan, ternyata ada pihak ketiga yang manipulasi toh
Pada akhirnya saya nangkepnya para reverier ngambil jalan tengah dan mencoba komunikasi langsung dengan Tuhan. Tapi jujur bagian lawan Hellhound itu berasa dragging banget. Tuhannya juga cuma ngomong dua paragraf, terus udah. Ga berkesan ngasih resolusi yang worth buat perjuangan sepanjang apa yang terjadi sebelumnya
==Final score: C (7)==
OC : Iris Lemma
untuk kata 'tau' bukannya saya tidak tahu. tp ada memang beberapa saya sengaja. karna saya berpikir nggak harus pakai kata baku terutama dibagian dialog. apalagi yang santai-santai.
Hapuskalo kenapa endingnya Tuhan cuma begitu doang, itu karna saya kepentok jumlah kata jadi terpaksa saya pangkas sampai situ saja.
jujur 16k tidak cukup bagi saya. apa lagi untuk memberikan peran secara merata. mungkin juga karna saya kurang bisa menuliskan adegan secara efektif.
mengenai kuro jd 'son of god'. mengingat dia sendiri udah dewa. dan masih nyambung sama prelim sebenarnya. dan berkaitan dg latar belakangnya. tapi saya nggak bisa masukin latar belakang yang cukup panjang ke entri.
terimakasih sudah mampir ^_^
Konsep ceritanya bener-bener oke. Battle nya ga cuma "one hit kill" dan berasa "multiple boss stage" di game. Seru!
BalasHapusTapi sayangnya...
Pembawaan narasinya ga sebagus konsepnya. Saya ga terlalu bisa menangkap maksud dari beberapa kalimat.
Diperparah sama typo yang bertebaran. Entri ini panjang, jadi proofread harus lebih hati-hati.
Overall Score: 7
At last, greetings~
Tanz, Father of Adrian Vasilis
Hmmm, ini... saya baca ini sampai empat kali, tapi nggak pernah bener-bener bisa masuk ke ceritanya. Dan pada akhirnya, setelah saya pikirin baik-baik, sepertinya masalahnya adalah fokusnya yang kurang jelas. Karakter-karakternya banyak, dan coba disajikan semua, tapi nggak ada yang benar-benar kelihatan wow dari segi karakterisasi.
BalasHapusMungkin kalau nanti pertarungan selanjutnya pesertanya nggak sebanyak ini, sampean bisa lebih leluasa menyajikan cerita yang lebih menggigit tanpa perlu musingin karakter penting yang harus ditampilkan.
Nilai: 7/10
Fahrul Razi
OC: Anita Mardiani
iya ini saya setuju sama mas fahrul. saya sendiri juga bingung saking banyaknya yang harus dimainin. jadi bingung juga waktu mau pindah sorotan harus saya sorot dari sudut mana. sementara smua saling berkaitan.jk dr sudut a, ada beberapa addagan yang nggak bisa dijelasimd, begitu pula sebaliknya. saya cukup dibuat pusing buat ngolah bnyak chara dan belum begitu ahli. bahkan waktu saya curhat ke teman saya dia jawab 'kamu tuh kayak mau bikin cerita tapi maksain satu buku selesai'.
Hapusterimakasih sudah mampir ^_^
Untuk ronde kali ini, ada beberapa peningkatan dibanding prelim sebelumnya. Cuma masih ada beberapa kesalahan tanda baca kayak dialog “Berisik! Aku lagi mikir domba sialan!”. Error inilah yg biasanya membuat para reader jadi mispersepsi. Dan juga penggalian karakternya juga masih kurang. Kalo si kuro basisnya shounen, ttp aja aja ga ada orang yg langsung akrab gitu aja kecuali dia mungkin diset jadi pengkhianat atau peran lain yang dibuat untuk efek surprisenya...
BalasHapus7
Dombanya ditembak
BalasHapus._.
Typo masih menjadi penggambat, ah.. udah dijelasin sama Sam ternyata.
._.
World buildingnya apik yaa, saya bisa ngebayangin ini itu dengan bagus. Peningkatan tinggi dari prelimnya.
Saya skimming di adegan bak bik buk, maaf ya... it's just not my coup of tea. Banyak banget adegan yang berusaha dijelaskan secara gamblang lewat narasi, tapi entah kenapa saya nangkapnya jadi tumpukan teks yang sulit untuk dipahami. Mungkin karena ada banyak kubu yang berseteru, tanpa pengarapan yang ciamik untuk menjelaskan segala sesuatu.
Tipikal plotnya ala shounen gitu ya, ketika terdesak dapet power up dadakan
XD
Point : 7
OC : Maria Venessa
hahaha. ditembak juga nggak mati kok jadi suka2 deh.
Hapushmm nggak papa kok skiming. saya sendiri juga pas adegan itunya nessa saya lompat. jadi kita sama2.
terimakasih udah mampir ^_^
hati-hati dengan typo...
BalasHapusrata-rata kesanku hampir sama dgn yg lain. setingan cukup oke. tema ga biasa jadi bisa seger.
tapi karakterisasi-nya agak lemah. walau Kuro jadi child of God, aku ga bisa nangkep kenapa harus dia yg terpilih, atau nilai plus nya dari yg lain. kalau di entry setelahnya digali lebih dalam karakterisasi dan masa lalu bakal lebih bagus. tapi bag masa lalu yg lebih pasti, atau tepat kenapa Kuro jadi begitu.
total: 7
OC: Mia
oh ya tambahan
Hapusga ad hubungannya ma plot sih tapi....dudeeee that 801 inside joke man. idk i should be happy or cringe bcoz i understand it DD:
ini ada hubungannya sama prelim dan berkaitan dg background kuro sendiri. sedikit sudah saya jelaskan di jawaban atas2. karna realm malaikat juga masih nyambung sama semesta asal kuro juga dan namanya sendiri juga sudah 'god'. entah ini kebetulan atau apa saya dapat set ini. jd saya berusaha menyambungkan semuanya.
Hapusterimakasih sudah nampir^_^
Hmm...
BalasHapusSeperti komentator sebelumnya, setting oke, pembagian info dump dalam narasi juga gak bikin bosen. Sayangnya saya bukan fans Deus Ex Machina, terlalu tiba-tiba kalau Kuro jadi chosen one di sini.
lalu di pertengahan cerita saya udah gak ngerti lagi, everyone seems to drop all their shits and just waltz into the chaos... then all Hell breaks loose, literally...
Oh well, kalau kau lebih sabar dan tidak terlalu ngotot memberi porsi mewah ke tiap karakter di grup kau (cukup satu atau dua saja), mungkin kau akan lebih bisa mengolah cerita ini dengan keterbatasan kata sebagai cerpen.
Good luck in the next round, I'll give you 7 points for now.
Asibikaashi
well, ini panjang sekali yah. hahah.. saya jadi makin gak fokus bacanya karena ada banyak adegan untuk setiap tokoh.
BalasHapussaran dari saya saja sih, memasukan semua oc peserta lain memang lebih baik, tapi akan lebih baik lagi kalau lebih memfokuskan tentang Kuro. gunakan oc dari peserta lain sebaik dinamika cerita. jujur, rasanya agak mabok juga baca cerita ini. seolah ibarat beberapa film pendek tapi dipaksakan menjadi satu kesatuan film utuh. mungkin bedanya kalau film kita masih mudah memahami, tapi kalau ini bentuk tulisan, jadi butuh ekstra memutar otaknya.
itu dari segi pembagian tokohnya yaa.
kalau dari segi cerita dan alur sih sudah cukup bagus dan rapi.
nilai 7 ya dari saya.
MirorMirors / Tal
Ini yang auth-nya ngetik sampai 20k ya? Ketahuan banget ada beberapa bagian penting yang mungkin gak sengaja kepotong sama auth-nya. Maaf kalau salah, soalnya penjelasan-penjelasan dalam ceritanya ada yang kurang. Entah, apa yang membuat auth bisa membuat kesalahn seperti itu.
BalasHapusJujur, saya sangat nyaman baca entri ini. Dan berhubung saya penggemar berat fantasi, ini jelas menggunggah selera saya. Pembentukan tema-nya benar-benar mengagumkan.
Saya mau ngasih nilai 9 sebenarnya, tapi dengan penjelasan yang kurang jelas membuat saya kurang paham.
Nilai: 8
OC: Satan Raizetsu
iya 16k itu kurang buat masukin semua penjelasan yang saya mau. tapi udah kepentok deadline juga dan saya bingung ngubah gimana biar paragrafnya bisa lebih efektif dan singkat. alhasil saya setor seadanya dg kondisi darurat. demi sesuai DEADLINe. dan saya cuma bisa ol sampai jam 10 malem saja (8 malam WIB) stelah itu lobi yg biasa sy pk internetan ditutup.
HapusNgetiknya sambil naik motor ya, typonya bermekaran sampai 3 typo berdekatan.
BalasHapusPerasaanku berbisik kalau-kalau ada sesuatu yg kayak ngilang di narasinya.
Secara teknis, cerita menarik dengan konfliknya. Sisanya 11 12 sama sesepuh di atas.
Ia berlari mengejar domba di sungai dangkal.
Gw lantas beerpikir waktu seolah melambat. Alunan musik berdendang dan penari2 bermunculan... Jadi bollywood wkwkwk
8
Samara Yesta~
Ngetiknya sambil naik motor ya, typonya bermekaran sampai 3 typo berdekatan.
BalasHapusPerasaanku berbisik kalau-kalau ada sesuatu yg kayak ngilang di narasinya.
Secara teknis, cerita menarik dengan konfliknya. Sisanya 11 12 sama sesepuh di atas.
Ia berlari mengejar domba di sungai dangkal.
Gw lantas beerpikir waktu seolah melambat. Alunan musik berdendang dan penari2 bermunculan... Jadi bollywood wkwkwk
8
Samara Yesta~
saya ngakak baca ini sambil ngebayangin kuro main bollywood2an sama domba. XD
Hapusworld buildingnya...........
BalasHapuskeren.
baca entri ini masih keinget pas aye ikut BOR IV, masih pake yang ala2 jepang dan aksinya pengen dipenuhin semua ke battle tapi akhirnya ga fokus. wkwkwkwk
7 untuk Kuro.
semoga bisa ketemu dengan Huang. biar hitam lawan kuning.
oc: Wamenodo Huang
iya Kuro sendiri lahir waktu saya masih kepengaruh jejepangan. tp nggak seratus persen jepang di sini.tepatnya campur aduk. hehehe. seperti Zweite dr brazil, yuuha dari arab, yuuga dari jepang. jurus2 kuro permainan kata dari berbagai bahasa (saya lupa mana saja). konsep malaikat campuran antara islam, kristen, judaisme. ada juga budha yang sdikit berpengaruh berkaitan dg segel d tangan kiri kuro.
Hapussemacam saya nyampur aduk bahasa dan agama seenak jidat saya sendiri. (maafkan)
terimakasih sudah mampir^_^
salah inget. bukan brazil tp jerman'
HapusIt feels weird reading Malaikat Enzeru when Enzeru is actually an alternate pronunciation of Angel. ;))
BalasHapusHmm, saya yakin ini suatu tantangan yang besar bagi Cloud untuk nulis entri ini dengan melibatkan karakter yang seabreg gini. Gimana dunia para malaikat ini bekerja digambarin sangat baik di entri ini.
Di awal. Sangat banyak hal yang terjelaskan secara rinci mengenai malaikat dan situasi konflik, juga di mana tempat para reverier memihak.
Kalo masalah Kuro jadi anak tuhan sih, ga terlalu deus ex machina juga menurut saya, karena nama kuro sendiri udah godwill. Jadi yah, instant powerupnya masih nyambung dan masuk akal.
Di kemunculan hellhound, kayaknya bisa lebih diperlambat lagi pacenya, biar kerasa kengerian munculnya. Misal narasinya jadi gini:
Sebuah moncong menyeruak di antara awan. Hidungnya mengendus dan merasakan perbedaan udara. Lidah terjulur di antara gigi-gigi tajam. Detik berikutnya terlihat empat kaki berdiri tegap menopang badan sosok raksasa. Seekor hellhound telah muncul.
Di sisi lain, penggambaran hellhound pake gaya Cloud bisa mempercepat tulisan saat deadline melanda. Sama satu lagi, setelah
Anyway, seneng juga Enzeru ngeluarin banyak kemampuannya di sini. Bahkan dapet kesempatan adu kekuatan sama Barakiel setelah sebelumnya sempet nyerqng Kuro juga.
7
Pucung
iya saya tau enzeru gairaigo dari angel tp coba kita interpretasika enzeru menjadi 'pelelang takdir' (en=takdir, seru=melelang) masih aneh memang tapi setidaknya kita tidak mendapati sebutan ‘mailaikat Malaikat' melainkan ‘malaikat Pelelang Takdir'.
Hapusterimakasih sudah memberikan setting ini untuk grup 7. karna saya ngerasa jadi nyambung sama background dan semesta kuro. dan memang saya kerepotan harus ngolah banyak chara.
terimakasih juga sudah mampir.