oleh : RJ Marjan
--
--
Lucas berjalan di
Central Park saat langit gemerlap oleh bintang dan riuh malam kota metropolitan
bergemuruh acuh. Lampu taman menerangi cukup banyak tempat, tapi tidak setiap
sudut. Dari bayangan sebuah pohon, seseorang menyahut pada Lucas.
Anak Francis itu
membalikkan badan dan menatap sosok yang keluar dari balik bayangan. Dua orang
aneh berdampingan dalam penampakan yang mengabur. Lucas mendadak merasa rabun
dan tuli. Ia tak mendengar suaranya dengan jelas dan tak melihat sosoknya
dengan solid. Kata-kata samar terdengar, dan Lucas tak mengerti.
Mendadak udara
menjadi pekat dan lembab. Angin menggugurkan dedaunan tua. Kegelapan menyerbak
di udara. Dengan penasaran Lucas bergerak menghampiri kedua sosok
itu. Namun tubuhnya membeku dan kegelapan yang menggetarkan menariknya pergi.
Di tempat yang lain, ia tersentak dengan keringat di sekujur tubuhnya. Matanya
terbuka cepat dan menibggalkan bekas perih.
Lucas ingat terakhir
kali ia berada di Paris. Tapi itu bukan hari ini, ataupun kemarin. Sudah tiga
tahun yang lalu sebelum ia pindah ke Amerika bersama saudaranya. Dia ingat
ketika dia memandang jalanan lurus yang membentang di hadapannya dari atas
Menara Eiffel. Hari ini, Lucas dengan limbung duduk dibawah halte, sementara
bangunan menara tinggi itu tak jauh di sebelah kanannya.
Dengan susah payah
Lucas mencari awal kisah di hari itu. Semuanya terasa membingungkan seolah
mimpi dan kenyataan melebur jadi satu. Langit berwarna biru terang
sementara cahaya matahari musim panas terasa membakar. Dia tak yakin
apapun, kecuali bahwa dia baru saja bangun tidur di tengah kota Paris.
Sambil mengusap-usap
matanya yang perih, Lucas mengingat suara-suara samar di mimpinya.
"... The
Reveriers.., Mahakarya...,Mimpi..." Seseorang pernah menyahut
di mimpinya.
Perlahan Lucas
bangkit dan berjalan bingung. Dia merasa amat kehausan sehingga bermaksud
mencari air untuk diminum. Langkahnya terhenti saat dia berjalan di jembatan.
Rasanya ini bukan paris, pikir Lucas.
Lucas memutar badan
dan merasakan kilasan perasaan yang abstrak. Kesannya mirip seperti saat Lucas
pertama kali menginjakkan kaki di Manhattan. Bayangan teduh Empire State
Building menimpanya sementara Lucas merasakan De Javu.
Rasa hausnya tak
berarti apapun ketika Lucas berkedip lalu mendapati ladang gandum di ujung
jalanan. Mimpi apa ini? geram Lucas di benaknya.
Central Park berada
di bawah Menara Eiffel dan dunia sering kali berubah. Udara lebih sunyi dan
beraroma padang pasir. Ada banyak kabel listrik yang kurang nyaman dilihat,
atau trotoar penuh retak. Citra dari berbagai tata kota menjadi kabur dan
membingungkan.
Ketika Lucas
bermaksud bicara, mulutnya terasa kering dan kerongkongannya panas.
Kekhawatiran melandanya. Udara terlalu panas dan jantungnya berdegup lebih
cepat. Hal itu membuat dadanya sakit dan tertekan. Lucas membungkuk sambil
menekankan tangan ke dada.
Dalam erangan, Lucas
dikagetkan dengan tangan yang menyentuh pundaknya dan menariknya berdiri tegak.
Lucas memandang siapa orang itu dan menatap terkejut mendapati Daniel Corick
berdiri di sampingnya. Tangan Daniel terulur menyodorkan sebuah botol.
"Minumlah..,"
katanya. "Dan buka mantel hitammu, Lucas! Tampang keren tak akan berarti
apapun jika kau mati."
Lucas menatap Daniel
sekilas, mengamati sorot wajahnya dan menebak apa yang dikatakan kedua manik
hijau zamrud itu diantara rambut pirangnya yang berponi. Lucas masih waras
untuk yakin Daniel tidak benar-benar peduli. Pasti ada sesuatu.
"Dan?"
Dengan susah payah, Lucas berhasil bersuara.
Daniel menurunkan
kembali tangannya yang terulur saat Lucas memilih membuka mantelnya lebih dulu.
Lucas menyerahkan pada Daniel dan segera menerima botol ketika Daniel
menyodorkannya lagi. Sambil berdiri, Lucas menegak separuh isi botol,
mendesah lega ketika menurunkan botolnya dan merasakan tenggorokannya lebih
baik.
"Trims,"
katanya. "Tapi.." Lucas merasakan rasa asam di mulutnya dan sedikit
kegetiran di lidahnya. "Isotonik?"
Daniel menyeringai.
Dia menyerahkan kembali mantel Lucas dan mengambil botol yang berisi
setengahnya. "Meracuni rival bukan gayaku, Lucas!" Ejeknya sambil
menegak minumam dari dalam botol. Lalu Daniel memandang Lucas tajam. "Atau
mungkin kau berniat melakukannya padaku? Ah, ya! Tentu tidak! Aku ingat itu
bukan gayamu."
"Ya! Aku tidak menikmati
saat aku menghabisi nyawa seseorang." Lucas menimpali sementara jemarinya
menelusuri mantelnya, mencari bolpen kesayangannya dan menyelipkannya di saku
celana jinsnya.
"Aku tau.
Prinsipmu selalu saja sama, 'Apa untungnya?' Bukan begitu?" katanya
pahit. "Bahkan bagimu, kematianku akan berarti besar. Hari ini, hanya kita
berdua. Antara hidup dan mati kita akan menunjukan teknik yang sama
memukau."
Lucas menggigit bibir
lalu berpaling menatap Menara Eiffel menerawang ke kehidupannya sebelum hari
itu. "Aku hanya tak pernah punya jawaban kenapa kau selalu mengganggu dan
menghalangiku, eh? Tapi pastinya, peraih nobel ini ingin melihat apakah aku
bisa lebih hebat darinya," tebak Lucas.
Keheningan
menggantung beberapa saat sebelum akirnya angin menggemuruh dan langit
mengucurkan hujan, memecahkan kebisuan. Lucas berujar singkat,
"Baiklah!" lalu berlari kecil ke sebrang jalan, tempat sebuah toko
peralatan tengah buka tanpa penjagaan.
Rasanya aku hampir
yakin ini mimpi. Entahlah! pikir Lucas.
Pintu otomatis membuka
ketika Lucas mampir. Dia bergegas mencari kesana kemari mencari sesuatu. Dia
menengok srjenak ke belakang hanya untuk melihat kenyataan bahwa Daniel
mengejarnya. Sialnya, Lucas menjadi cemas. Dengan menyesal, ia membuang
mantelnya.
Dia bergerak menyusuri
etalase-etalase toko yang memajang peralatan tukang dan beragam jenis perkakas.
Lucas mengambil gunting dan mengeluarkannya dari kemasan. Nafasnya mulai
terpotong-potong karena cemas. "Ah, sial!" Desisnya. dia melemparkan
sampahnya sembarang sambil merutuk. "Lihat, Dan! Saintis akan mati dengan
sains!"
Setidaknya Lucas
harus bersyukur ada toko peralatan di dekatnya. Dengan cepat dia mencari tali,
kabel, selotip, kawat, ember dan pipa besi, khusus sebagai alat pukul kepala
Daniel. Dia mengambil kantong plastik besar untuk membantunya membawa barang.
Beberapa etalase di
dekatnya, terdengar Daniel sama-sama mengambil barang-barang dan membuat
sesuatu dengan cepat. Lucas tak dapat berfikir jernih dan membawa apapun yang
mungkin membantunya, hingga Lucas sekarang nampak seperti tukang
Tukang sampah di pojokan New York.
Lucas berlari ke
tempat dia bisa lebih tersembunyi dari Daniel. Dia berjongkok di balik meja
kasir dan mulai mencoba membuat sesuatu. Cukup lama Lucas membuat banyak skema
di atas kertas dari mesin cetak struk belanjaan. Dia membolak balikan
kawat dan merangkainya sedemikian rupa tapi tak juga menemukan ide bagus untuk
memberikan Daniel kematian sebagaimana Galileo terbunuh oleh temuannya.
Sejenak, Lucas merasa ide datang ke kepalanya, lalu sekejap kecemasan dan
energy negatif membuyarkan segalanya. Lucas makin panik ketika terdengar
Daniel bersiul dan menyerukan namanya.
Satu hal yang
terpikir oleh Lucas, "Kematian Daniel tak berguna jika aku
mati." Dengan jelas Lucas menilai bahwa karir yang direnggut
lebih baik daripada kehilangan nyawa. Dia harus melarikan diri. Selamat.
Udara makin panas
ketika Lucas melemparkan kantong plastik ke atas meja kasir hingga berserakan, lalu
melompati meja bermaksud melarikan diri ke pintu. Tepat saat itu, Daniel muncul
diantara rak yang memuat berbagai jenis perekat. Lucas mengerjap dan
berkeringat. Dia mengamankan bolpen di saku jeansnya dan dengan tangannya
yang lain dia menarik pipa besi itu sebagai senjata.
Peraih Nobel berambut
pirang itu datang dengan gagah, berbanding terbalik dengan Lucas yang sok keren
menenteng pentungan dengan santainya. Daniel memegang pegangan karet dari bilah
logam di kedua tangannya . Kedua pangkalnya sama dihubungkan dengan kebel
hingga ke seperangkat alat yang tersemat di pinggangnya. Dia melangkah ponggah
dengan alis terangkat seolah tak terkejut Lacas akan nampak secupu
itu.
Dengan sisa harapan, Lucas tak
menyerah dengan kepala tertunduk. Dia menegakkan tubuh dan memasang wajah
kukuh, menutupi segala kecemasan dan nafasnya yang kian memendek.
Matanya mendelik sengit ke arah Daniel. Sementara itu, otaknya berputar cepat
mencari solusi dan celah sekecil apapun. Sekejap, Daniel membuat pergulatan
akan menjadi seru.
Bingo! Lucas melihat
kesempatan, atau lebih tepatnya jalan kabur dari maut. Harapannya melambung dan
dia menatap mata hijau Daniel lebih percaya diri. Lucas melangkah santai dan
mengambil kuda-kuda. Sementara Daniel juga melangkah dari arah yang berlawanan
hingga ke depan pintu. Pintu berdentang terbuka otomatis dan Lucas mengangkat
pentungannya.
"Pengecut!"
caci Daniel ketika dia beringsut menjauh dan menekan sesuatu di dekat bantalan
karet kedua bilah logamnya. Sesuatu berdengung. Ketika Daniel
mengangkat kedua bilahnya menahan serangan Lucas, Bunga api kekuningan memercik
dan Lucas tersungkur. Tubuhnya terpaku.
Daniel menyeringai
dan dengan ujung sepatunya dia mengangkat dagu Lucas hingga da tertarik
berdiri lemas. Lucas terhuyung mundur keluar dari toko. Telinganya berdengung
dan pandangannya mengabur. Lucas samar-samar melihat Daniel hendak menerjang.
Kepalanya ditekukkan untuk menghindari sabetan bilah menyengat yang
dialiri listrik. Namun, Daniel menendang Lucas di dada menyebabkannya terlempar
ke belakang. Pandangan Lucas makin mengabur dengan air mata dan keringat
saat kepalanya menumbuk permukaan tembok yang basah.
Hingga beberapa saat
kemudian Lucas hanya berusaha memperjelas penglihatannya. Dia menyeka air mata
dan keringat di keningnya. Daniel masih belum berhenti. Ketika
Lucas kembali dapat melihat, hal pertama yang dilihatnya adalah tubuh
Daniel yang menerjang cepat ke arahnya dan kedua bilanhnya tengah terangkat
mengancam. Dengan refleks, Lucas mengingat satu hal penting. Gunakan
gaya lawanmu untuk membuat mereka memakan kembali serangannya.
Lucas memiringkan
kakinya ke atas dan tepat saat Daniel berada di depannya, Lucas menghadapkan
kakinya menahan perut Daniel, mempertahankan momentum sekuat yang dia bisa
sebelum melemparkannya ke arah manapun yang diinginkannya. Kala itu, Lucas
membuat Daniel seperti boneka terpantul yang tersungkur ke depan lalu terjebur
ke dalam kolam, yang sejak Lucas keluar dari toko telah ada disana.
Semenjak pertarungan
berlangsung segala ide dan pemikiran seolah ditarik pergi dari kepalanya.
Bahkan hingga saat ini, Lucas setengah sadar akan apa yang akan dia perbuat
berikutnya. Lucas cepat cepat berbalik merangkak mendekat ke kolam, melihat ke
arah Daniel. Ketika air menyelimuti Daniel sepenuhnya, ada percikan biru terang
yang menyebar seiring kosleting terjadi. Daniel menggeliat hingga listrik mati
bersama seluruh perangkatnya.
Kejutan listrik
sampai pada Lucas seperti cipratan kesemutan saat air bergolak mengenai
tangannya. Hanya setelah sengatan itu, Lucas yakin akan melakukan
apa. Meskipun tak banyak menunjukkan kreasi hebatnya, Lucas begitu bersemangat untuk mengakhiri
persaingan.
Sementara Daniel
setengah pingsan didalam kolam, Lucas berlari ke toko mencari berbagai
barang untuk membuat perangkat pegas dan sejenis pisau. Dia
menemukannya dan mengambil cukup banyak sebelum berlari kembali keluar pintu
dengan sisa tenaganya.
Dia berbisik dalam
hati, Seperti kataku, Daniel Corick! Kau mencoba membunuhku dengan
listrik dan kau mati dengan listrik. Dunia tak akan lagi menemukan Galileo
macam kamu.
Lucas mengangkat alat
pegas rakitannya yang nampak seperti crossbow dan menggunakan
pisau sebagai amunisi. Dengan cepat, dia dapat menaksir garis yang membawa
pisaunya menebas kabel listrik yang membentang sembarangan di atas kolam.
Tempat absurb ini seolah memberinya ruang.
Dua tembakan pisau
berhasil menebas putus kabel itu. Salah satu ujungnya terjatuh ke tepi kolam
dan mengalirkan listrik bertegangan tinggi, membunuh Daniel cukup cepat.
Suaranya seperti dengungan bercampur erangan. Lucas berpaling dari
kematian yang muram di hadapannya. Dia berlari terengah-engah ke
jalanan. Ada banyak hal berkecamuk di kepalanya.
Mimpi apa ini?
Rasa sakitnya terlalu
nyata untuk sebuah mimpi?
Apa Daniel sudah
mati?
Dimana aku?
Lucas berjalan
terhuyung hingga ambruk. Dia jatuh di pinggir jalan membentur sebuah taksi.
Ketika dia bersandar kelelahan, ada suara dari dalam taksi.
"Ada perlu, tuan
muda?" tanyanya aneh. Kedengarannya seperti seorang perempuan
muda. Tawanya yang lirih dan renyah terdengar oleh Lucas.
"Tolong..,"
bisik Lucas.
Lucas tak dapat
berfikir bagaimana seorang perempuan membuatnya terangkat hingga duduk di joo
belakang taksi. Dan bagi Lucas, terasa aneh ketika mobil itu melaju pelan
menerobos jalanan sunglyi bahkan menyeruak ladang gandum hingga tersibaklah
sebuah lautan memabukkan di depan mobil. Taksi terhenti dan wanita itu telah
berada di pantai sambilmemanggil Lucas.
"Keluarlah
Masoo..!" Dia memanggil sambil seringkali tertawa renyah seolah memanggil bacah
laki-laki dengan sebutan sayang.
Lucas membatin, Mimpi
apa..?
Lucas susah payah
keluar dari mobil. Dengan aneh, dia merasakan angin laut di senja
hari. Akalnya masih bekerja. Neuronnya baik. Di kepalanya masih
terbayang rangkaian terapan eksak yang akan dibuatnya. Tapi saat itu segala
fantasi di sekelilingnya rasanya akan membuatnya gila. Lalu di sana,
di depannya, seorang perempuan dengan kepala seperti terbuat dari bantal
melambai-lambaikan tangannya nampak teramat senang.
"Congratulations!"
ucapnya riang.
"Apa?"
"Lucas, kau
berhasil melewati tantangan. Dan sebagai tanda bintangnya, aku memberikanmu
seekor domba putih. Dia lucu, kok! Dan pastinya akan banyak membantu."
Seekor domba bergelung di kaki Lucas ketika perempuan itu bicara. "Ini
adalah awal bagimu melintasi ruang mimpi. Sebuah dunia besar yang rumit jika
harus ku jelaskan sekarang. Kau masih perlu melanjutkan perjalananmu dan
menyelesaikan mimpimu. Tadi itu aksi pembuka, kok!"
Lucas tertawa.
"Apa maksudnya semua ini?" Dia memijat kepalanya dan terus tertawa
lesu. "Meneruskan mimpi? Kalau benar ini mimpi di alam bawah sadarku, aku bisa
menarik diriku kembali ke tingkatan sadar dan mengakhiri semuanya, kapanpun aku
mau. Aku punya banyak pekerjaan."
"Coba saja,
Lucas!" Dia berbalik membelakangi Lucas. "Aku ini Ratu Huban.
Aku lebih tau soal mimpi dibanding manusia. Kau tak bisa pergi begitu
saja." Dia melangkah dan sosoknya makin mengabur.
"Selamat datang
di Dunia Mimpi, Master of Reveriers. Setidaknya jika kau berhasil, impianmu
juga akan berhasil."
Kata-kata dan sosok
Huban melebur menyisakan tawa riang di udara. Dan saat itu,
dunia mimpi bergejolak. Lucas terjatuh. Dengan letih dia berbaring bersama
dombanya. Seisi dunia seakan seakan penuh distorsi.
"Biar kupikirkan
nama untukmu," katanya. Lucas membelai kepala dombanya dan memejamkan
mata. Berfikir. Tapi juga bermimpi.
Aku bermimpi..
>Cerita selanjutnya : [ROUND 1 - 9I] 06 - LUCAS MASOLEUM | PENYELAMATAN DI STARBRIGHT.INC
>Cerita selanjutnya : [ROUND 1 - 9I] 06 - LUCAS MASOLEUM | PENYELAMATAN DI STARBRIGHT.INC
salah ketik emang nggak bs dihindari. kalo masalah tata cr kpenulisan saya kurang paham. karna slama ini cuma fokus bc crita doang.
BalasHapusikutan panik pas lagi ngrancang strategi. ^_^
hmm...'menggeliat'...ntah knp malah langsung bayangit ulat.
8 *\(^o^)/*
Thnks dear... you forgive my fail and give a good score
HapusAwal" saya bingung Francis ini maksudnya ayahnya Lucas atau apa, tapi kayaknya maksudnya Perancis negara ya?
BalasHapusSpasinya bikin entri ini kurang nyaman dibaca. Saya kira ini aja masalahnya, tapi ternyata gaya tulisannya juga kaku dan padet, bahkan lebih dari tulisan saya sendiri yang pake oc robot. Contohnya, terlalu banyak spam kata 'Lucas'. Mungkin keliatan sepele, tapi setelah hampir tiap kalimat (atau tiap paragraf) nemu kata Lucas ini atau Lucas itu, rasanya agak jengah juga
Dan saya bakal selalu ngasih poin minus buat entri prelim yang ga ngasih background sama motivasi jelas dari karakter yang dimunculinnya. Meski ada battlenya, tapi tetep aja saya ga dapet gambaran Lucas ini siapa, atau kenapa dia ngelawan Daniel. Entah, mungkin sayanya kurang jeli bacanya karena mata keburu capek duluan
Ada beberapa typo sepanjang entri, kayak joo, absurb, sunglyi, dst
Nilai 6
Halo, uncle sam.. err i mean brother sam..!!
Hapusthank buat penilaiannya.. i guess its really bothering you.. im so sorry abou typo and spam that was made you confused..
Apologize nya krn nulis dri hp dan cmn pk pc buat ngelayout dan kirim email.. bad anomaly isn't?
Dan soal spamming, aku setuju banget itu mengganggu.. membuat teks mnjadi monoton dan melelahkan..
Dan soal latar beLakang battle, lucas bicara soal tingkah Daniel selama ini. Dan bagaimana Daniel nampaknya memiliki sentimen pada Lucas, dan benar benar ingin tau siapa yg terbaik. Lucas, hanya me'er lakukan yg terbai.
Mungkin abang sam kurang teliti//yaiyalah kn tulisannya g rapih.. T.T
Thanks for krisar, bro...
Kurang paham kenapa Lucas melawan Daniel, dan mereka ini siapa. Apa yang melatarbelakangi mereka bertarung sampai mati? Lalu mengapa di sana hanya ada mereka berdua? Untuk spasi saya setuju, bikin mata lelah dan bingung ini tadi udah kebaca apa belum
BalasHapusKeren waktu bikin strategi, dan crossbow itu aku suka sekali. Membunuh dengan listrik
Nilai 7
Merald
Thanks before, Merald..
HapusBiar kujawab.. motif dan hubungan mereka tergambar dari dialog mrk sejak awal, meski gak terlalu detail memang..
Dan satu lagi..
Kesalahan besar seorang penulis adalah membuat pembaca tak nyaman..
Trims telah memaafkan hal itu, lalu memberiku cukup nilai.. Thats give me some spirit..
Mmmmmmm... entri Lucas ini bikin saya agak mixed juga komentarnya.
BalasHapusDi satu sisi, saya ngelihat Lucas sebagai seorang karakter sendiri cukup potensial meskipun hanya manusia biasa berbekal akal dan budi saja. Trik-trik yang dia pakai juga mengingatkan saya seperti McGuyver, si manusia serba bisa yang bisa membuka kunci pintu hanya berbekal klip kertas, hehehe.
Narasi ceritanya juga bisa dinikmati, meski formattingnya kurang.
Yang sangat disayangkan adalah, kurangnya pemanfaatan elemen cerita di sini. Maksud saya, konflik Daniel dan Lucas harusnya bisa digali lebih dalam, pertarungannya bisa lebih intense lagi, atau dialog-dialog mereka harusnya bisa lebih menggigit hati pembaca.
Gitu aja kayaknya. Untuk nilai akhir saya beri 7/10 deh. Saya menunggu saat dimana Lucas bisa mengalahkan monster besar hanya dengan sebuah jarum.
Salam Sejahtera dari Enryuumaru dan Mbah Amut
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAh, saya kira nggak akan ada entry kayak gini.
BalasHapusDari satu sampe ke enam ini kalau saya bikin sntry pasti fokus juga ke cerita, dalam artian kebanyakan peserta juga akan jelasin kenapa karakter mendadak berantem.
Kelemahanmu di sini adalah ga imbang antara cerita dan battle. lebih berat battlenya. Belum lagi saya lihat kamu melakukan kesalahan-kesalahan yang dulu saya lakukan waktu nulis....nggak ada variasi kalimat.
Salam, William Amadeus Anderson
Nilai : 6/10
It may the biggest fail.. but ill try to make better..
HapusProbably, just UKKsyndrome :v
8
BalasHapusOlive
mau komen soal persaingan/perdebatan/perselisihan yang melatarbelakangi konflik Lucas dan Daniel tapi kayaknya udah dibahas duluan. Dan setuju sih kalo masih samar-samar. Battlenya mantap. cepat, intens, tapi kurang didahului sama motif dan penokohan yg memadai. Tapi yg paling berkesan buat sy entri ini ditulis dgn lancar, pembawaannya bagus bgt. Istilahnya, sy punya banyak pilihan paragraf2 yg bisa dijadiin blurb. spasi mepet jd ga terlalu pengaruh kyknya. Elemen "dunia mimpi"-nya juga dapet. Dan ada beberapa kalimat yang quoteable juga. Keren
sejujurnya paragraf yang terlihat tanpa jeda itu membuat lelah membaca entry ini dan membaca entry ini dengan teknik scanning.
BalasHapuspemilihan konflik yang bagus, cuma eksekusinya yang agak membuat saya tidak begitu suka. ending cerita dengan membunuh lawan dengan listrik. well, cukup bagus idenya.
nilai dari saya 8. semoga sukses..
Dwi Hendra
OC : Nano Reinfield
GHOUL : “Allahu akbar!” (tunggu, lagi solat taraweh!) :=(D
BalasHapusSHUI : “Prolognya n alurnya lambat tapi entah napa aku enjoy it. Hanya aja pertarungannya masi kurang menggigit, masih mengecewakan padahal unik cara bikin senjatanya kayak di dapur mama seru dengan cara ambil barang2 di toko lalu de dirakit, mungkin kalo bisa sih durasi waktunya yang dibuat menegangkan saat memilih barang2 di toko itu supaya pertarungannya bisa lebih berkesan. Hm ngarep pertarungannya bisa sengit tapi belum sampai setengahnya. Plus OC-mu masih kurang berkarakter, jadi kurang berkesan mengenalinya, padahal kemampuannya seru.”
SUNNY : “’Bergemuruh acuh ‘maksudnya apa? ‘Acuh’ artinya ‘peduli’.
‘Napas’ bukan ‘navas’.
‘Dengan ujung sepatunya, dia…’ = sebelum kata ‘dia’ kasih tanda koma duluw…
di pertengahan dah mule memberontak typonya…
hm, banyak yang ngeluhin lay out-nya, makanya aku bawa ke word karna spacing before-nya otomatis, jadi enak deh bacanya. Hm…”
GHOUL : “Duh, padahal ini tipe battle serius cus aku suka babak belur yang serius, tapi tuh aja kali, kurang sengit, gak ada adegan yang bikin deg2an, kalo diolah lagi di mana letak deg2an bisa ditulis pasti lebih kece nih entri. Sayang bingo. Nukar nile 7 ama uang recehnya dong… “ :=(O
Oke, saya butuh bantuan fitur zoom HP saya karena tulisan agak kecil di dekstop ataupun HP. Karena beberapa komentator di atas sudah menyebutkan soal spasi antar paragraf, saya sarankan untuk memakai ukuran font yang lebih besar.
BalasHapusSejujurnya saya kurang bisa mendapat gambaran seperti apa sifatnya si Lucas dan kenapa Daniel dan Lucas tiba-tiba bertarung. Agak terasa dipaksakan kalau semisal mereka masih memiliki moral "Neutral" dan ini mungkin lebih menjorok ke "Evil" karena si Lucas yang memulai pertikaian(?)
Skill si Lucas sudah tershowcase dengan jelas ketika ia membuat alat untuk melawan Daniel, tapi seperti kata komentator-komentator sebelum saya, background Lucas kurang tereksplor.
Nilai : 7
OC : Nora
Well.. im disagree if you think Lucas unneutral..
HapusAnyhow, Danoel yg cari gara gara duluan.. dan lucas adalah yg pertama mengambil tindakan.. //ps: dia gk mau mati..
Tapi.., yaa utk fotmatting dan penulisan.. im very sorry, dude.. im just dumbly newbie..
Hai~
BalasHapusPersis seperti yang sudah disebut diatas, spasi antar paragraf. Itu penting banget soalnya berhubungan dnegan nyaman tidaknya si pembaca dalam membaca cerita. Saya saja perlu copas ke MS Word buat di edit ulang biar enak.
Persis lagi seperti diatas, latar belakang. Lucas itu siapa? Kenapa dia ngelawan Daniel dan sebagainya. Coba di eksplor dulu, coba ceritain seawal mungkin biar semua jelas.
Saya kasih 8
Maaf kalau ada yang menyinggung.
Raditya Chema | Zauber Magi
Sama seperti komentar-komentar di atas, formatting sangat penting. Sedikit tips dariku utk ngetik di word :
BalasHapus- Line spacing 1.0
- Remove space after paragraf
- Double enter lebih enak dilihat ketimbang Tabbing untuk paragraf baru, untuk menghindari wall of text
Lalu utk ceritanya sendiri, rasanya alurnya terlalu cepat utk diikuti pembaca. Sedikit saran dariku, pecah cerita jadi beberapa bagian agar pembaca tidak kelelahan, lalu beri jeda di antara satu arc dengan arc lainnya. Misal arc 1 isinya tentang prolog Daniel dan Lucas sebelum cerita dimulai, jeda (* * *), arc 2 isinya tentang percakapan Lucas dan Daniel, dengan sedikit penegasan kenapa mereka bisa menjadi rival.
Lalu arc 3 mulai battle, dengan penekanan bagaimana cara kerja kekuatan mereka, plus dan minus kekuatan mereka, dan bagaimana mereka bertarung. Lanjut arc 4 masuk ke klimaks, di mana pembaca sudah mengenal karakter Daniel dan Lucas, dan bisa masuk ke dalam battle mereka.
Arc 5 epilog dan cooldown arc setelah klimaks tadi.
Atau klo lagi ingin eksperimental, mulai cerita dari potongan arc 4 dulu. Terus jelasin ke pembaca "How we get here", dan mulai cerita dari 1-2-3-0-4-5. Prolog diletakkan di tengah sebelum klimaks melalui flashback, atau ditebarkan di sela-sela paragraf melalui flashback yg lebih singkat lagi. Banyak banget ada teknik yg bisa dieksplor, selama arcnya jelas, aku yakin pembaca pasti bisa ngikutin.
Lalu typo, Francis itu bener-bener distracting di awal. Biasakan proofread tiap 1-2 kalimat sekali klo males proofread sekalian pas selesai nulis. Jadi nggak perlu jauh-jauh backtrack klo nemu typo sebiji-dua biji.
Dariku 7/10
-FaNa
well... waktunya review
BalasHapusjujur, font kecil, spasi rapat dan paragraf padat bener-bener mengganggu kenyamanan saya dalam menikmati entri ini. gaya enarasinya juga masih perlu dibuat lebih luwes.
btwe plotnya juga harus lebih diperlogis lagi. konsepnya udah oke punya, cuma eksekusinya masih kurang mantap.
6/10
Well, sebagai satu OC yang sejenis dengan satan. Saya suka bagaimana Lucas membuat alat yang berguna untuk dirinya dengan barang-barang yang seadanya.
BalasHapusHanya saja, alur cerita di sini agak membingungkan dengan penjelasan yang mungkin terlalu sedikit (lihat detail saya sendiri juga gak yakin). gaya bahasanya ketahuan dari orang yang sering baca novel fantasy barat, tapi itu bagus kok.
dan satu lagi, ada salam dari Satan:
"Yah, untuk eksekusinya terlalu mudah di baca. Hahah."
Sayang sekali, saya hanya bisa kasih nilai 7. tapi, saya berharap akan melawannya nanti.
-Salam, Hyakunosen
OC: Satan Raizetsu
Halo, kak..
HapusHalo, satan..
Membaca komentar om bahwa aku pembaca novel fantasy barat, nampaknya memang benar.. yang menghabiskan ratusan dolar untuk mengoleksi nofan terjemahan, dan tegabung menjadi pasukan di legiun PNFI (Penggemar Novel Fantasi Indonesia) hheheh..
Any way, thanks for youryour C&C, i hope to meet satan, next time..
See you..
Sincerely, RJ Marjan
Hm...
BalasHapusIde dan strateginya lumayan, sayang dari segi teknik penulisan ini menyakitkan untuk dibaca. Selain itu konfliknya terkesan remeh, rival yang duel sampai mati, atau setidaknya itu yang saya tangkap.
Entahlah, tapi menurutku alasan mereka kurang terasa kuat untuk bisa sampai saling bunuh, apalagi Lucas terkesan dingin dan tanpa emosi setelahnya.
Well, saya hanya bisa beri poin 6 untuk ini.
Asibikaashi
Everybody said something like that..
HapusYah.. salah aku juga siih.. sok nahan nahan and misterius. Aku tak bisa berkilah.. tapi boleh lah, jika aku lolos kamu mendengar cerita Lucas lagi :D
Dan hey, apa yang menyakitkan? aku sungguh minta maaf. Kupikir yang menyakitkan bukan teknik penulisan, tapi formatting dan spacing.. hhehe..
Thanks before for C&C
Sincerely,
RJ Marjan