oleh : Ramiza
--
AYAT 01
SANG NABI AWAL ZAMAN
Maka akan muncul seorang nabi awal zaman generasi kelima
Yang berbeda dari 4 nabi sebelumnya
Nabi yang akan membimbing umat manusia pada kenyataan
Yaitu kejamnya permainan tuhan.
-Ayat 1, Potongan 15 Kitab Suci Varsakhtisav.
Satu.
Angka yang sangat sakral.
Tuhan hanya ada satu.
Ibadah itu nomor satu.
Pasangan hidup hanya boleh satu (tentu kau boleh menambah lebih dari satu jika kau se-brengsek itu).
Dan satu minggu lewat sudah pria berkulit emas ini menjadi nabi ke-5 agama Varsakhtan, agama kedamaian di bumi semesta ciptaan tuhan Varsakhtan.
Ia adalah Ganzo Rashura, pria dengan wajah tampan, kulit putih, rambut panjang lurus indah…
…Yah setidaknya itu satu tahun lalu.
Ganzo Rashura yang sekarang memiliki rambut botak terang dengan kulit berwarna emas bak cahaya resmi memegang gelar nabi. Itulah yang terjadi setiap kali seseorang bertapa selama 10 tahun di kuil Varsaria untuk menerima izin tuhan menyebarkan ajaran agama Varsakhtan di bumi. Ganzo Rashura telah berhasil menjalani segala cobaan tersebut.
Sebelum Ganzo, terdapat empat mendiang nabi yang memiliki tugas berbeda yakni:
Nabi pertama yang memiliki tugas memperbanyak populasi manusia…
Nabi kedua yang memiliki tugas menjadi guru pertama umat manusia…
Nabi ketiga yang memiliki tugas menyebarkan ajaran agama pada anak – anak dari nabi pertama yang melenceng dari ajaran Varsakhtan…
Dan nabi keempat yang memiliki tugas memerangi orang – orang radikal yang tidak menyukai ajaran Varsakhtan.
Sebagai generasi kelima yang masih terhitung sangat awal, Ganzo memiliki tugas yang berbeda dari nabi – nabi sebelumnya. Ia hanya diberikan informasi oleh Tuhan Varsakhtan sebagai berikut: "Tugasmu adalah membimbing seluruh umat manusia di semesta pada kenyataan" yang tentu saja membuat Ganzo masih belum paham apa sebenarnya yang harus ia lakukan.
"Sepertinya cukup untuk minggu ini, aku belum istirahat semenjak beberapa hari yang lalu…" Ganzo beranjak dari duduk meditasinya yang telah ia lakukan sejak beberapa hari yang lalu untuk mendapat petunjuk mengenai tugas yang tuhan berikan padanya.
Kuil Varsaria, sebuah bangunan yang diyakini lebih tua dari umur umat manusia ini adalah kuil sakral dimana para penganut agama Varsakhtan yang berambisi menjadi nabi akan datang dan bermeditasi disini hingga mendapat jawaban dari Tuhan Varsakhtan dan resmi menjadi nabi.
Kuil besar berlantai 5 diatas sungai bersih yang diapit oleh dua bukit batu dengan air terjun di masing masing bukit ini memiliki corak naga berwarna merah disetiap pillarnya memiliki kesan sejuk nan damai bagi siapapun yang melihatnya.
Setelah bermeditasi di bawah air terjun dekat kuil, Ganzo melangkahkan kakinya dengan tuntunan tongkat kayu yang selalu ia bawa. Pria berkulit emas itu memasuki salah satu kamar di dalam kuil Varsaria tersebut lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk didalam kuil besar berlantai lima itu.
'Aku bukanlah nabi terakhir, tapi tugasku lah yang paling berat… Yaah begitulah kira - kira katanya…' Gumam Ganzo sebelum memejamkan matanya.
Ia sempat melamun lalu terbang kembali ke masa lalu dimana ia sedang bermeditasi untuk mendapatkan kenabiannya…
---
"Nak, keluarga kita telah diselamatkan oleh biksu Varsakhtan dari kejaran para prajurit itu… Mereka tidak meminta imbalan apapun, bahkan mereka tidak meminta kita untuk masuk kedalam agama mereka… Tapi untuk hal ini aku tidak yakin…" Ucap pria tua yang duduk bersila dihadapan Ganzo disebuah rumah kecil. Ia adalah sang ayah dari nabi generasi kelima, Sanzo.
"Ya aku tau, ayah! Maka dari itu aku ingin meminta izinmu untuk hal ini…" Mohon Ganzo pada ayahnya.
"Tapi 10 tahun bukanlah waktu yang sebentar, dan kau… Kau masih berumur 19 tahun…" Lirih sang ayah.
"Tidak apa, yah… Selama aku berhasil membongkar pertanyaan yang selama ini kita cari... Aku akan menjadi nabi!" Dengan mantap Ganzo memberikan tatapan yang sangat serius pada sang ayah yang sudah sangat tua.
"Kau akan mendapat banyak sekali cobaan saat kau bermeditasi, dan itu tidaklah mudah! Jika saja kau gagal disalah satu cobaan tersebut… Aku ragu jika semua yang sudah kau lakukan nanti itu akan sia – sia…" Masih pada pendiriannya, sang ayah menanggapi tekad ambisius dari anaknya.
"Heh…" Ganzo tersenyum lalu menepuk pundak ayahnya. "Meskipun aku gagal, setidaknya aku sudah mencoba dan Tuhan pun memberikan cobaan – cobaan tersebut dalam jalan menuju kenabian tidak lah sia – siah, yah! Kalau begitu, aku pergi dulu!" Dengan sigap Ganzo berdiri lalu berlari keluar dari rumah tanpa memperdulikan ayahnya yang masih mengkhawatirkan dirinya.
"G-Ganzo!..."
"Baiklah nak… Jika itu pilihanmu, jangan kau kecewakan ayahmu ini…" Dengan setengah hati, Sanzo meratapi kepergian anaknya yang mencari jati diri kenabiannya.
---
BRUKKK
Tongkat yang sering Ganzo bawa jatuh ke lantai membuat lamunan Ganzo terpecah…
"Hmm… Aku tak menyangka kau akan pergi secepat aku merantau kesini, ayah…" Gumam Ganzo.
Ia beranjak duduk dari tempat tidurnya lalu membalikan bantal yang ia gunakan untuk merebahkan badan tadi, terdapat surat yang ia simpan selama bertahun – tahun. Ia pun membukanya.
'Ganzo... Aku adalah tetanggamu yang merawat ayahmu, semoga kau masih mengingatku… Aku tau ini mungkin akan menjadi cobaanmu yang terberat saat kau sedang bermeditasi menjadi nabi disana, tapi aku harus mengirimkanmu surat ini demi membuatmu lebih kuat dan memberitaumu kenyataan.
Maafkan aku tak bisa merawatnya dengan baik Ganzo, Ayahmu telah wafat dalam tidurnya…"
Begitulah isi surat yang Ganzo selalu simpan dibalik bantalnya.
"…Surat ini sempat membuatku tertekan dulu, yah setidaknya kau sudah tenang di alam sana ayah…" Ucap Ganzo lirih.
Ia kembali merebahkan badannya lalu mulai memejamkan matanya agar memasuki keadaan koma. Oh ya, semenjak ia mendapatkan kenabiannya ia jadi tidak bisa tidur, itu salah satu efek samping menjadi nabi. Satu - satunya cara untuk mengistirahatkan tubuh, mereka (para nabi) diberikan kemampuan untuk memasuki 'Fase Koma'.
Keadaan ini berbeda dengan tidur, mereka tidak akan merasakan mimpi yang biasa orang lain rasakan melainkan mereka akan berkomunikasi dengan Tuhan dalam fase ini. Dengan kata lain, Ganzo sudah tidak akan bisa lagi merasakan mimpi…
---
AYAT 02
DUA MIMPI, DUA TUHAN
Kulitnya boleh berwarna emas sangat terang, tapi kali ini ia menghadapi cahaya yang jelas lebih terang dari tubuhnya sendiri. Ia sadar ini mimpi! Semenjak Ganzo menjadi nabi ia belum pernah merasakan mimpi lagi kecuali kali ini, biasanya saat ia sadar bahwa ia sedang berada dalam fase koma maka saat itulah Ganzo akan berkomunikasi dengan tuhannya. Tapi kali ini berbeda.
"Oh Tuhan yang maha agung, kali ini apa yang akan kau sampaikan padaku?" Ganzo yakin ini sangat berbeda dengan yang biasanya ia rasakan saat berkomunikasi dengan tuhan, namun bagaimanapun ia tak tau apa yang ia hadapi kali ini jadi ia harus merendah.
"Reveriers…" sebuah bisikkan terdengar.
"A-apa?"
"Mahakarya…"
"Kau bukan tuhanku, siapa kau?!"
"…alam mimpi…"
"DEMI TUHAN VARSAKHTAN ENYAH LAH KAU!"
Teriakan Ganzo didalam mimpinya merubah seluruh cahaya terang tadi menjadi lautan kegelapan yang menenggelamkannya. Kali ini jelas Ganzo percaya, yang ia rasakan sekarang adalah saat dimana ia akan berkomunikasi dengan tuhannya yang sebenarnya alias.
"Wahai Tuhan yang maha esa, apa itu tadi? Aku belum pernah merasakannya…" Ganzo merendah menghadapi sang tuhan.
"Inilah saatnya… Saat – saat kau harus melaksanakan tugas yang kuberikan padamu…" Suara menggema yang terdengar seperti beberapa orang yang bicara secara bersamaan itu membalas pertanyaan Ganzo, ialah Tuhan Varsakhtan.
"Apa ini berhubungan dengan perkataanmu saat itu? Membimbing manusia pada kenyataan?" Ganzo kembali bertanya.
"Benar sekali, saat kau terbangun nanti kau akan mengetahuinya… Namun sekarang, aku perlu mengujimu terlebih dahulu apa kau benar - benar pantas…"
"Aku… Aku masih tidak mengerti, tapi apa yang harus kulakukan sekarang?" Tepat saat Ganzo bertanya, seluruh lautan hitam yang menenggelamkannya berubah menjadi sebuah jalan setapak yang cukup luas dengan padang rumput yang tak terihat ujungnya dikedua sisi kanan – kiri.
"Berjalanlah lurus dijalan setapak ini… Kau akan berhadapan dengan 4 nabi sebelummu, buatlah mereka mengizinkanmu melewati jalan tersebut baru kau kuanggap pantas" Gema tersebut kembali terdengar.
"Aku masih belum begitu mengerti, tapi kuharap setelah aku berhasil melewati keempat nabi didepan nanti aku dapat mendengar jawaban pasti mengenai apa yang terjadi sekarang dan apa tugasku!" Dengan ambisi kuat, Ganzo menepuk kedua lengannya lalu menunduk menunjukan hormatnya pada sang tuhan.
Dan ia pun berjalan menyusuri jalur setapak tersebut ditemani tongkat kayu yang selalu bersamanya…
---
Pria berkulit emas dengan jaket hoodie yang menutup kepala botaknya itu terlihat begitu mencolok, bagaimana tidak ia terlihat begitu seperti biksu modern (tentu berkat hoodienya) …
Kalung tasbih sebesar bola tenis mengalung dilehernya, tali tambang dengan kendi memeluk erat pinggangnya, celana yang digulung setumit dengan bakiak kayu dibawahnya dan tongkat bela diri terbuat dari kayu menuntunnya berjalan. Jika saja sepanjang jalan setapak sepi itu terdapat banyak orang asing, mungkin ia sudang dianggap sebagai pengembala atau bahkan c̶o̶s̶p̶l̶a̶y̶e̶r̶.
Yah bagaimanapun juga ia adalah nabi…
Setelah cukup lama berjalan, terlihat sesosok wanita botak berkulit emas dengan p̶a̶y̶u̶d̶a̶r̶a̶ serta p̶i̶n̶g̶g̶u̶l̶ yang sangat menggoda berdiri di kejauhan dengan gubuk yang tua yang berada di tengah – tengah jalan setapak. Tak salah lagi ia adalah seorang nabi. Tapi apa ada nabi seorang wanita?!
Dengan santai Ganzo mendekati wanita tersebut. "Selamat siang nyonya, apa kau Adeve? Nabi pertama umat manusia?" Tanya Ganzo dengan sopan.
"Yup! Kau adalah nabi generasi kelima itu ya?! Bagaimana keadaan cowok – cowok di dunia sekarang?" Nabi pertama yang diketahui bernama Adeve itu menjawab dengan nada riang.
"Salam, namaku Ganzo… Errr, cowok – cowok dunia baik - baik saja kok…" Ucap Ganzo dengan canggung masih tak percaya apakah wanita ini benar – benar seorang nabi. "Baiklah nyonya Adeve, bolehkah aku melewati gubukmu ini untuk melanjutkan perjalananku?"
"Tentu, masuk saja! Kau boleh melewati gubuk ini melalui pintu belakang… Ayo…" Adeve menuntun Ganzo memasuki gubuk tersebut.
Gubuk tua ini terlihat begitu antik dari dalam, banyak sekali pajangan – pajangan unik yang menempel di dinding. 'Sebenarnya apa yang harus kulakukan…' Begitulah yang Ganzo pikirkan sejak tadi.
Tepat ketika pintu belakang dari gubuk tersebut di depan mata, Adeve menarik Ganzo menuju sebuah kasur dengan sebuah tudung tipis lalu membaringkannya. "A-apa?! Apa yang anda lakukan nyonya Adeve?!" Tak melawan, Ganzo terbaring di kasur tersebut.
"Kau… Mau lewat bukan? Maka lakukan sesuatu untukku lebih dahulu anak muda~" Dengan nada menggoda Adeve merayap menggerayangi tubuh Ganzo dari atas.
"H-Hah…" Terbelalak melihat sifat sang nabi pertama, Ganzo mendorong dengan keras wanita tersebut untuk menjauh darinya. "APA KAU GILA NYONYA?! Apa kau tidak malu melakukan hal seperti itu dengan gelarmu sebagai nabi?! Apa kau tidak malu pada tuhan yang selalu melihatmu?!" Bentak Ganzo.
"A-aww, kau tidak perlu melakukan hal itu~… Apa aku ini kurang menarik dimatamu, wahai generasi kelima?" Dengan genit sang nabi generasi pertama itu berlaku seperti… Seperti… Pelacur?
'Sebenarnya wanita botak bukanlah tipe ku… Ah! Bukan itu yang seharusnya kupikirkan, yang seharusnya kupikirkan apakah dia benar – benar seorang nabi?' Umpat Ganzo didalam hatinya.
"Bukan begitu! Hanya saja kelakuanmu padaku tadi itu sangatlah tidak mencerminkan seorang nabi, nyonya Adeve…" Rasa kaget Ganzo berkurang dan mulai berbicara kembali dengan nada rendah.
"Hahahahaha apa maksudmu itu… Bukankah sudah jelas tugasku adalah memperbanyak populasi manusia? Sudah jelas aku hanya…" Tawa Adeve meredup menjadi sebuah lirih. "…Mesin pencetak manusia…"
!!!
'Apa maksudnya barusan…'
'Apa dia tidak takut tuhan mendengar perkataanya?'
"Maafkan aku nyonya Adeve, aku sangat tidak nyaman dalam keadaan ini… Mohon izinkan aku melewati rumah ini dan melanjutkan perjalananku…" Ganzo memakai kupluk hoodie nya berjalan menuju pintu keluar.
"Tentu, kuizinkan…" Lirih Adeve dengan menunduk. "…wahai sang perwujudan karma… bimbinglah umat manusia pada kenyataan…"
"Hm?!" Lagi – lagi Ganzo mendengar perkataan tersebut, dengan sigap ia menoleh kebelakang namun yang ia dapati hanya jalan setapak dan padang rumput luas.
Gubuk tua yang tadi ia tempati serta wanita botak yang menjadi nabi generasi pertama itu dengan sekejap hilang…
"Semua ini makin tidak benar, aku harus segera menyelesaikan hal ini…"
---
AYAT 03
NABI GENERASI KETIGA, MEREKA SI KEMBAR SIAM
Masih memikirkan apa yang baru saja terjadi padanya, Ganzo berjalan sangat jauh tanpa ia sadari. Kejadian tadi cukup membuatnya berpikir negative.
'Mesin pencetak manusia? Apa itu benar?'
'Mengapa dia bertingkah laku seperti pelacur?'
'Seberat itukah tugasnya dalam memperbanyak populasi manusia?'
Lalu ia kembali pada suatu bait di ayat 1 potongan 15 kitab suci Varsakhtisav. "Inikah yang dimaksud 'permainan tuhan' ?..." Gumamnya, namun dengan cepat ia menyingkirkan pemikiran tersebut. Ia yakin yang tadi hanyalah cobaan mental.
Tak sadar sudah sangat jauh ia berjalan, dikejauhan terlihat ada sebuah kuil kecil ditengah jalan setapak tepat seperti gubuk saat Ganzo bertemu dengan Adeve.
"Sekarang nabi kedua ya…"
Ganzo memasuki kuil tersebut dengan santai. Ia melihat sekelilingnya, tidak asing ini adalah kuil Varsaria versi lebih kecil lagi. Ia tahu betul corak serta property yang ada didalamnya sangatlah mirip dengan kuil Varsaria di bumi semestanya.
"Ganzo Rashura… Selamat datang di miniatur kuil Varsaria…" Terdengar suara seperti dua orang yang berbicara bersamaan dari balik tirai di penghujung kuil.
"Terima kasih, apa anda nabi generasi kedua?" Tanya Ganzo sopan dengan memberikan salam ala Varsakhta.
"Benar sekali, aku adalah nabi generasi kedua, Zhou" Ucap satu orang dari dalam tirai.
"Dan aku nabi generasi ketiga, Zhang" Satu orang lagi dengan nada lebih ringan.
Rupanya yang berbicara secara bersamaan tadi adalah mereka berdua…
Tirai pun terbuka menyisakan sosok manusia berkepala dua sedang tersenyum kearah Ganzo. Tak dapat dibohongi, mata Ganzo terbelalak melihat sosok tersebut.
"Kenapa? Kau kaget?" Ucap kepala kanan, diyakini ia adalah Zhang.
"A-apa yang terjadi pada kalian berdua?" Tanya Ganzo. Untuk kedua kalinya Ganzo terkejut setelah kejadian di gubuk sebelumnya.
"Tenang saja tidak usah takut, ini normal… Kami terlahir kembar siam, Zhang adalah kakakku dan kami berdua adalah nabi sebelummu tentunya…" Ucap kepala kiri, Zhou dengan nada yang berat.
'Sejujurnya aku bukannya takut, maafkan aku tuhan tapi hampir saja aku ingin menertawai dua makhluk ciptaanmu ini…' Ucap Ganzo dalam hatinya sambil mengelus dada. Bagaimana tidak, ia melihat sesosok manusia berwarna emas dengan dua kepala menyatu pada satu badan keluar dari sebuah tirai seperti teater komedi. DAN MEREKA BOTAK.
"Tentu saja tidak tuan – tuan… Tanpa mengurangi rasa hormat mari kita menuju intinya saja, saya yakin tuan – tuan sudah tau untuk apa kedatangan saya kemari, mohon izinnya agar saya diperbolehkan lewat…" Dengan penuh rasa hormat Ganzo meminta izin melewati kuil tersebut untuk melanjutkan perjalanan.
"Kau yakin?"
"Tentu saja"
"Kami adalah pengetahuan tertinggi yang pernah tuhan ciptakan, kau tau itu bukan? Nabi yang bertugas menyebarkan agama Varsakhta serta menjadi guru pertama umat manusia"
"Apa maksudmu tuan?" Tanya Ganzo dengan tatapan tajam.
"Atau bahasa lainnya, kami adalah otak dari tuhan… Apa tidak ada yang ingin kau ketahui?" Kedua kepala itu mengatakannya secara bersamaan.
"B-benarkah kau mengetahui segalanya yang tuhan ketahui?!" Tatapan tajam Ganzo berubah menjadi tatapang ingin tau yang sangat besar.
"Tentu, tapi dengan satu syarat… Kau hanya boleh bertanya 1 kali saja dan itu haruslah pertanyaan yang paling ingin kau ketahui, aku bisa membaca pikiranmu jadi jangan berbohong ya~" Ucap Zhang dengan santai.
"Jika kau menanyakan sesuatu yang bukan paling ingin kau ketahui maka kami takkan mengizinkanmu melewati kuil ini. Kau akan kami kunci di kuil ini selamanya…" Kali ini Zhou angkat bicara dengan nada serius.
'Pertanyaan yang paling ingin ku ketahui?'
'Tentu aku memiliki banyak pertanyaan, tapi untuk pertanyaan yang ingin ku ketahui… Aku tak tau mana pertanyaan yang ingin ku ketahui…'
'Apa tugasku sebagai nabi?'
'Apa itu membimbing umat mannusia pada kenyataan?'
'Apa itu permainan tuhan?'
'Tidak, itu semua adalah pertanyaan yang harus kucari tau sendiri jawabannya… Aku seharusnya punya pertanyaan yang sangat ingin kuketahui…'
'Tunggu…'
'…aku tau apa yang sangat ingin ku ketahui saat ini…'
'…ya, itulah yang sangat ingin ku ketahui untuk sekaranng'
Sekian lama Ganzo termenung dalam pikirannya, ia akhirnya menemukan sesuatu yang sangat ingin ia ketahui untuk saat ini. Ia menatap kedua mata dua nabi dihadapannya, lalu ia menarik nafas panjang.
"Tadi aku bermimpi..." Ucap Ganzo.
"Padahal sudah sangat lama semenjak aku menjadi nabi aku tak merasakan tidur apalagi mimpi, aku tau jelas itu adalah sebuah mimpi…" Lanjutnya.
"Mimpinya hanya sebentar, setelah itu aku memasuki fase koma hingga sekarang ini. Di mimpi itu aku mendengar beberapa patah kata…"
Zhou dan Zhang memasang wajah serius mendengarkan perkataan Ganzo…
"Alam mimpi…"
"…Reveriers…"
"…Mahakarya"
Suasana hening menyelimuti kuil miniatur Varsaria.
Terlihat wajah dari Zhou dan Zhang terkejut mendengar apa yang Ganzo katakan. Jelas mereka pasti mengetahui sesuatu mengenai mimpi yang Ganzo alami sebelum ia memasuki fase koman yang sedang ia jalani ini.
Suasana tetap hening, Ganzo dengan serius menanti jawaban dari Zhou dan Zhang yang sedari tadi diam.
"Err…" Zhang membuka percakapan.
"HAHAHAHAHA ITU ADALAH BUNGA TIDUR! Benar kan Zhou?" Memecah kesunyian, Zhang tertawa dengan sangat keras.
"Eh? Tentu saja..." Sahut Zhou dengan wajah canggung.
"Apa? …" Ganzo tak percaya. "Apa maksudmu? Aku sudah lama tak merasakan mimpi lagi, jelas ini sepertinya sesuatu tuan…"
"Kau tau, sebenarnya tak ada yang namanya 'Otak Tuhan', tak ada yang bisa menyamai tuhan! Kami hanya berpura – pura agar semua ini terlihat seru…" Ucap Zhang dengan ramah pada Ganzo.
"Hah… Tidak mungkin! Kalian pasti menyembunyikan sesuatu..." Ganzo memicingkan matanya mencurigai kedua nabi di hadapannya. "Lagipula untuk apa kau berpura – pura agar terlihat seru, ini bukanlah panggung teater…"
"Untuk apa? Tentu saja untuk 'permainan tuhan'" Jawab Zhang yang sedari tadi suaranya terdengar ramah berubah menjadi sama beratnya seperti saudaranya, Zhou.
"Cukup. Kau boleh lewat, Ganzo" Zhou menutup pembicaraan dengan membukakan sebuah pintu besar menuju jalan setapak dibelakang kuil.
'Yang benar saja…' Ganzo melangkah dengan berat hati, ia tau mereka menyembunyikan sesuatu. Dengan langkah berat, Ganzo keluar dari kuil lalu kembali melanjutkan perjalanannya.
Terdenngar bisikan dari belakang, Zhang dan Zhou seolah membicarakan sesuatu…
---
Alam mimpi, pembangunan bingkai mimpi semesta Varsakhta…
"Baiklah, sudah hampir jadi… Bersiaplah membangunkannya, Ratu Huban…" Ucap Zainurma sembari mengelap keringat di keningnya.
"Tentu, tuan Zainurma! Ngomong – ngomong aku seperti merasakan sebuah kehadiran sesosok yang mirip seperti Sang Kehendak… Tidak ini sedikit berbeda… Sedikit… Sedikit apa ya? Aku tak menemukan cara mendeskripsikannya!" Makhluk berkepala bantal itu memiliki nada berbicara yang riang, berbicara pada pria tua.
"Yaah itu adalah salah satu makhluk di semesta ini, makhluk itu memang mirip Sang Kehendak namun memang berbeda… Mereka menyebutnya Tuhan Varsakhta disini…" Ucap Zainurma sembari melihat langit – langit semesta Varsakhta.
"…Ia telah membangun semesta yang cukup indah…" Gumam Zainurma.
"J-Jadi itu adalah tuhan kah?! A-ampuni aku tuhan dari semesta ini, siapa tadi namanya? VarsShake?" Dengan lugu Ratu Huban menepukkan tangannya membentuk posisi tangan orang yang akan berdoa.
"Hmm ini aneh… Jika hawa keberadaan Tuhan Varsakhta ini masih dapat dirasakan berarti dia ingin ikut kedalam Bingkai Mimpi yang akan dibawa ke Alam Mimpi…" Zainurma bertopang dagu.
"A-apa itu berarti akan ada tuhan yang ikut serta, t-tuan Zainurma?!" Tanya Ratu Huban.
"Tidak, bukan tuhannya… Hambanya yang akan ikut serta, tapi tentu tuhannya juga akan meramaikan acara ini…" Zainurma menyeringai.
"…Baiklah, Tuhan Varsakhta… SELAMAT DATANG DI ALAM MIMPI!"
---
AYAT 04
NABI KEEMPAT, DEWA PERANG
Kejutan demi kejutan.
Pertanyaan demi pertanyaan.
Semua menyatu menjadi satu di benak Ganzo, semua datang serta pergi dengan cepat dan sangat mendadak.
Namun meditasi selama 10 tahun tidaklah sia – sia, semua hal ini ia tampung dalam pikirannya dan akan dikeluarkan nanti ketika waktunya tepat. Sabar adalah kuncinya, semua akan terungkap pada akhirnya…
…begitulah kira – kira yang diajarkan dari kitab Varsakhtisav.
Kali ini adalah cobaan terakhir Ganzo dalam ujiannya di dalam 'Fase Koma' yang ia alami sekarang, yakni bertemu nabi keempat. Nabi Perang Shamonten, itulah yang orang – orang serta pengikutnya ketahui mengenai nabi keempat.
Secara perlahan daerah sekeliling Ganzo berubah. Tak ada lagi padang rumput hijau indah nan luas, semakin melangkah jauh kanan kiri dari jalan setapak ini berubah menjadi lapang tandus dengan hawa yang panas.
"Apa yang terjadi disini…" Ganzo melihat sekeliling, seolah terjadi… Peperangan.
'Benar juga, selanjutnya adalah nabi keempat yaitu nabi perang… Wajar jika suasana nya berubah menjadi daerah peperangan begini…' Ucapnya dalam hati.
"KAU YANG DISANA!" Asik dengan lamunannya, tak sadar ada seseorang yang berteriak pada Ganzo. Suaranya sangat lantang dan mengerikan.
"Y-ya?" Sahut Ganzo. Ketika ia menoleh kedepan terdapat seorang raksasa setinggi 3 meter berdiri tegak, ia adalah orang yang berteriak pada Ganzo.
"Aku sudah menunggumu, kau adalah Ganzo Rashura bukan? Tak perlu menjelaskannya, jika kau mau kuizinkan lewat maka kau harus mengalahkanku!" Teriak orang tersebut.
Ia adalah Shamonten, nabi keempat dari agama Varsakhta. Badannya sangatlah besar, kira – kira tingginya 3 meter dengan otot yang terlatih, tatto hitam disekujur tubuhnya membentuk corak naga, kapak besar dengan gagang panjang bertengger kokoh ditangannya. Tentu dengan kulit emas dan kepala botak.
'Oh sial, inilah yang sedari tadi aku takutkan terjadi…'
"Maafkan aku, tapi apa ada cara lain selain bertarung denganmu wahai nabi generasi keempat?" Tanpa mengurangi rasa hormatnya pada seseorang dihadapannya Ganzo berusaha berunding.
"APA?! KAU MELECEHKANKU SIALAN?!" Teriak Shamonten dengan penuh amarah.
"A-astaga siapa yang melecehkanmu?! Aku jelas menghormatimu… Tak kusangka ada nabi dengan amarah yang besar sepertimu, bagaimana bisa kau mendapat pencerahan dari tuhan?" Terlanjur merasa tak dihormati, Ganzo pun melakukan hal yang sama.
"Heh, kami 4 nabi generasi sebelummu tak ada yang menggunakan cara meditasi 10 tahun! Kami dipilih langsung oleh tuhan! Maka dari itu kami bebas melakukan apapun, bahkan pembantaian!" Dengan senyum besar dan suara lantang ia menampar Ganzo dengan perkataan yang jelas ia benci. Pembantaian.
"H-haaah… Hmmm, jadi begitu ya kenapa aku disebut Nabi Awal Zaman, aku nabi pertama yang mendapatkan kenabian dari seleksi…" Ganzo menyeringai. "Tuan Shamonten! Tak peduli kau siapa, tapi jelas kau sudah melanggar hukum yang seharusnya kau tepati sebagai nabi, aku sebagai nabi tak bisa membiarkan hukum itu dipecah lebih jauh olehmu…" Ganzo memasang kuda – kuda.
"Lakukan sesukamu! Yang jelas cara untuk mendapat izin dariku adalah mengalahkanku!" Balas Shamonten lalu ia berlari menuju Ganzo.
"Bersiaplah menghadapi perwujudan dari hukuman tuhan, PERWUJUDAN DARI KARMA!" Ganzo melaju dengan menggenggam tongkat kayunya sangat keras.
Mereka berhadapan, kapak besi dari Shamonten mengayun keras dari atas ke bawah. Mengetahui tongkatnya takkan mampu menghalau serangan tersebut Ganzo melompat ke belakang Shamonten menggunakan tongkatnya sebagai pendorong lompatan lalu memasangkan kuda – kuda suatu jurus.
"Hmmm?!" Pergerakan lincah Ganzo membuat Shamonten memerlukan beberapa detik untuk sadar bahwa Ganzo berada dibelakangnya.
Tepat ketika Shamonten melihat kebelakang, Ganzo sudah bersiap untuk meninjunya.
"Shisakhta…" Ancang – ancang tinju disiapkannya, energi yang ia kepal ditangan ia keluarkan.
"FIST!!!" Tinju tersebut berhasil melemparkan manusia setinggi 3 meter itu.
DEEEEEEEEEGGGGGGGGG!
'H-haaah…'
'Perasaan apa ini?'
'Tinju barusan… Seolah adalah jurus tinju terakhirku, kenapa aku mendadak lupa cara melakukannya sekarang?'
'…Seolah cara melakukan jurus itu menghilang tepat setelah kulancarkan serangan tadi'
'I-itu tidak penting sekarang! Yang jelas aku harus mengalahkan nabi gila ini lebih dulu…'
"GGRRRRMMMHHHH…" Tak dapat dipercaya, tinju tadi tak memberikan luka apapun. Shamonten menggeram lalu melompat sangat tinggi berusaha menerjang dengan ayunan kapaknya Ganzo.
"S-Sial!" Ganzo kembali melompat, ayunan kapak dari Shamonten tadi berhasil menghancurkan permukaan tanah. "J-Jika tinju tadi tak mempan, seranganku yang lain pun takkan mempan…"
"Hei…" Shamonten bangkit membelakangi Ganzo lalu menolehkan kepalanya.
"Kau ini nabi kan? Tunjukan itu padaku… Jangan hanya menghindar seperti tikus yang sedang diburu…" Suara Shamonten cukup membuat mental Ganzo tergoyahkan.
"Kau sudah salah menilai gelar nabi! Nabi itu adalah orang yang membawa manusia pada jalur kebenaran, bukan hanya mengurusi perang! Nabi itu orang yang akan…"
"…Membawa umat manusia pada kenyataan… ?" Tanpa dia sadari dia berkata seperti itu.
'Apa yang kukatakan barusan?...'
"OMONG KOSONG SIALAN!" Tinju dari tangan besar Shamonten telak mengenai perut Ganzo hingga membuatnya terpental sangat jauh, lamunan Ganzo buyar beserta darah yang keluar dari mulutnya akibat tinju kuat yang menamparnya barusan.
Ganzo berusaha bangkit dari rasa sakit diperutnya, darah mengalir dari bibirnya menetes menuju tanah tandus nan panas pijakannya.
"SEKALI LAGI!" Dengan cepat Shamonten melesat menuju Ganzo mempersembahkan kepalan tangannya berusaha mengenai wajah Ganzo secara telak.
"…Bakusakhta Guard Stance" Ganzo memasang kuda – kuda bertahan.
BUUUUUUUUUUUGGGGGHHHHHHHHHH
Tinju keras itu telak mengenai wajah Ganzo, namun ia tak bergeser sedikit pun dari kuda – kudanya. Tekanan dari terbenturnya tinju tersebut melebar ke seluruh penjuru lapang tandus tersebut.
Ketika tinju tersebut mendarat telak di wajah Ganzo, ia merasakan hal yang sama seperti saat ia mengeluarkan jurus tinjunya tadi. Seluruh dunia seperti membeku, dan Ganzo tiba – tiba lupa cara menggunakan jurus yang dia gunakan barusan.
Seolah jurus itu hilang…
"Hm? Baru saja kau menahan tinjuku? Apa yang kau lakukan tadi?" Terkagum melihat Ganzo tak bergerak sejengkal pun, Shamonten melepaskan kepalan tangannya dari wajah Ganzo.
Terlihat Ganzo sedang berkomat kamit dengan nafas yang sangat teratur.
"Apa yang sedang kau lakukan, bodoh?" Tanya Shamonten keheranan.
"Menetralkan diri dari emosi…" Jawab Ganzo santai, ia masih berkomat kamit.
'Hilangkan emosimu Ganzo…'
'Tenangkan hatimu…'
'Bersihkan jiwamu…'
'Fokus, kalahkan dia tanpa emosi sama sekali…'
'Terbukalah…'
"VARSAKHTA SAGE MODE!!!"
Tubuh emas Ganzo menyala terang bak lampu, tongkat kayu yang sedari tadi ia genggam berubah menjadi tongkat keras terbuat dari emas, mata ganzo menyala sangat terang, getaran muncul dari area sekitar Ganzo. Kemampuan ini adalah mukjizat untuk para nabi yang berhasil mencapai kenabiannya melalui meditasi 10 tahun, kemampuan ini menggandakan kekuatan serta kecepatan penggunanya.
"A-Apa itu?!" Shamonten mundur beberapa langkah melihat kulit Ganzo bercahaya.
"Ini? Bukankah sudah kukatakan? Perwujudan Karma!" Dengan sangat cepat, lebih cepat dari Ganzo yang tadi, kecepatan dua kali lipat Ganzo melesat menuju Shamonten.
Shamonten sama sekali belum sadar bahwa Ganzo sudah berada didepannya, Ganzo pun menusuk tongkat emasnya ke perut lawannya. "Ruyisakhta Pillar Staff: Memanjang…" Tongkat tersebut menusuk telak keperut Shamonten lalu memanjang sangat cepat hingga mementalkan Shamonten berpuluh – puluh meter ke udara sebelum ia menyadari serangan tersebut.
Shamonten jatuh menghantam tanah dengan keras, terlihat ia memuntahkan darah. "SIAAALAAAANN!!!" Amarah menguasainya, Shamonten mengaum keras lalu mencari - cari keberadaan Ganzo yang tak ia lihat.
"Kemana lagi kau keparat…"
"Dibelakangmu, nabi gila…" Dengan santai Ganzo berdiri dibelakang Shamonten.
Tepat sebelum Shamonten menoleh, Ganzo menghantamkan tongkatnya telak ke pelipis raksasa tersebut hingga membuatnya tumbang tak sadarkan diri.
Cahaya di tubuh Ganzo mereda, Ganzo memendangkan pertarungannya.
"Selamat wahai hambaku, kau berhasil mengatasi seluruh ujian yang kuberikan… Sekarang kau akan terbangun dari 'Fase Koma'-mu dan nanti sekelilingmu akan berubah, jangan panik dan ikuti instruksi ku" Suara menggema tersebut muncul kembali, itu adalah Tuhan Varsakhtan.
"Terimakasih tuhan, Aku siap apapun yang akan terjadi nanti." Ganzo menepukkan tangan nya membuat pose seperti orang sedang berdoa.
---
AYAT 05
MASTERPIECE OF REVERIERS
Ganzo pun terbangun dari 'Fase Koma'-nya.
"Hambaku, sekarang kita tidak berada di dunia yang kau tinggali melainkan berada di Alam Mimpi… Tepatnya di Bingkai Mimpi, sekarang kau keluar dari kuil ini lalu jalan lurus menyusuri sungai. Kau akan menemui gerbang, bukalah gerbang itu niscaya kau akan mendapatkan jawaban yang selama ini kau tanyakan" Jelas sang Tuhan Varsakhtan.
"Baiklah, Tuhanku…"
Dengan sedikit terburu – buru Ganzo berjalan menelusuri sungai. Benar kata Tuhannya, ketika bangun dunianya akan berbeda, rupanya ia sedang ada disebuah alam bernama Alam Mimpi.
Bentuknya masih saja sama seperti hutan daerah Kuil Varsaria namun tempat ini seolah terbatas, langitnya pun berwarna emang terang seolah tempat yang ia pijaki ini mengambang disebuah lautan cahaya raksasa.
"Ini kah pintunya?"
Gerbang raksasa dengan ukiran – ukiran unik yang belum pernah Ganzo temui sebelumnya ini memiliki beberapa tulisan yang tidak begitu dapat dimengerti namun ada beberapa tulisan menuliskan kata 'Mimpi' , 'Reveriers' dan 'Mahakarya' seperti apa yang Ganzo alami saat bermimpi.
Pintu tersebut pun dibuka…
Terlihat sesosok pria tua dan makhluk berkepala bantal menggiring sebuah domba…
"Namaku Ratu Huban! Senang berkenalan denganmu, nabi~"
"Aku Zainurma, aku akan menjawab semua hal yang tak kau mengerti ini…"
"…Dan aku domba."
Ini semua diluar ekspektasi dari Ganzo…
Merasa ada sesuatu hebat yang seharusnya menunggunya di balik pintu ini…
…Rupanya hanya pria tua, sebuah bantal dan seekor domba.
"Oooh… Sip."
---
DAKWAH PERTAMA SANG NABI
-GANZO RASHURA PRELIMINARY BATTLE END-
>Cerita selanjutnya : [ROUND 1 - 4E] 21 - GANZO RASHURA | AYAT-AYAT PEPERANGAN
Jujur pas pertama liat charsheet OC ini saya agak skeptis sama agama fiktifnya, tapi pas baca entri prelim ini, ternyata lumayan menghibur juga. Yang saya seneng adalah gimana Ganzo keliatan punya sifat" mulia, tapi juga bikin saya bingung kenapa orang" tercela kayak nabi pertama dan keempat bisa jadi 'nabi'?
BalasHapusAnyway kayaknya lumayan seru kalo OC saya bisa ketemu Ganzo ini nantinya, karena bisa adu ideologi. Juga penasaran dakwah macem apa yang bakal dia sampein kalo ketemu OC lain
Nilai 8
Terimakasih komentar serta nilainya suhu xD
HapusMengenai sifat tercela nabi 1 Dan 4... Itu akan jadi bagian dari kanon yang tak bisa dipublish diawal Awal hehe
Semoga saja, Amin xD
-Secara teknik penulisan, terasa lebih baik dari tahun lalu.
BalasHapus-Gaya narasi sama karakternya Ganzo bikin si nabi ini kelihatan masih hijau, LOL. Beda citranya dari gambarnya yang kaya udah dapet pencerahan. Kesannya sih... ini nabi masih noob, tapi dalam situasi tertentu bisa nunjukin kekuatannya. Mungkin karena yang dilihatin di sini memang saat dia melalui tes sih.
-Ujian bertingkatnya asyik, terutama variasinya. Sayang, IMO, setiap tes ini rasanya kurang disampaikan dengan baik. Penutupnya terasa begitu aja. Yang paling epik akhir tes lawan Shamonten, tapi itu juga terasa kurang sempat membangun drama atau tensi.
-Membimbing umat manusia kepada kenyataan itu misi yang potensial untuk dimanfaatkan dengan baik, entah di canon penulis entah di canon musuh. Cukup menarik dan menggoda untuk dimanfaatkan kalau Ganzo harus ketemu Anita di awal-awal. (saya proyeksikan kalaupun harus ketemu, saya inginnya di tengah tengah sih).
-Anyway, bagi saya ini cerita yang berpotensi bagus, tapi kurang dikembangin dikit lagi. Jadi saya kasih ini nilai 7/10.
Fahrul Razi
OC: Anita Mardiani
Terimakasih atas komentar Dan nilainya, bang king :D
HapusAkan saya jadikan pacuan untuk kedepannya
super saia mode on!!! agama baru, hmm...kalo bc tntang agama kaya gmana gtu tp ini fantasy jadi syah2 aja. jalan crtanya enak. ok deh, 8
BalasHapusOC: Kuro Godwill
SUPER SAIYA TANPA RAMBUT!!!--Eh
HapusTerimakasih nilai serta komentarnya :D
justru itu, kekuatan super saiya yg sesungguhnya berada pada tingkat kebotakannya. semakin botak semakin kuat. hahaga. maafkan diriku yg gaje dan ngaco ini.
HapusGHOUL: “Soal ketuhanan? Wah, sensitif banget entri ini! Kalo lawanku orang ini, pasti aku bakal diceramahi habis-habisan!”
BalasHapusSHUI: “Ach! Aku takut baca tema religi yang gini-ginian, takut tobat!” (skip!)
GHOUL: “Huft, no coment doi! Unik nih fase komanya, dah mule tertarik aku tuk ngescroll saking penasarannya. Kok aku jadi teringat Avatar Aang, ya? Hm, perjalanan yang bagus dan unik. Jadi gitu ya cara memperbanyak populasi manusia?!” (Gubrak!)
SUNNY: “Aku suka gaya bahasanya. Hehe, boleh nambah pasangan jika kau seberengsek itu? Kita-kita gak bakal ya nambah bini, cukup satu aja bini kita nanti. (tersadar sudah kehilangan imej) Eh, kok bahas itu ya?! Nikah aja belum! (Kembali focus!) ‘Nak’, ‘Nyonya’, dan ‘Yah’—tuh sapaan, awalannya huruf besar. “
GHOUL: “Hm sekadar curhat aja sih, aku jadi kangen ama temen-teman biksu-ku di lab computer desain grafis—Mbak Mirna n Mbak Ida dkk form bali). Aku sayang ama mereka karna mereka biksu-biksu yang sangat baik dan super ramah. (T.T. kembali focus, gih) Sunny kasih 8 karna masih banyak typonya, tapi sebagai karakter utama, aku sih kasih 9 karna antimainstream.” \(^0^)/
Wahhh 9 pertamaku dalam sejarah BoR:')))) /overseneng
HapusGanzo: Aku sudah mempersiapkan berbagai macam dakwah untuk orang sepertimu, sampai bertemu nanti... Dan mohon jangan menyamakan ku dengan tetanggaku Suetama/Avatar Eeng hanya karna kepalaku...
Me: Hentikan itu ganz--- btw, terimakasih nilai komentar serta masukannya akan dijadikan acuan kedepannya :3
Konsep ceritanya bagus. Ide buat pertarungan bertingkat semacam itu cukup menarik. Dan karakter dari tokoh utama yang seorang nabi baru ini, well, you've described it well.
BalasHapusAda beberapa poin kritis dari saya:
- Kenapa tidak menghadirkan sebuah kata secara eksplisit saja? Mungkin jika memang ga mau dimunculkan, lebih baik ditiadakan atau diganti dengan kata-kata yang lebih umum dan ga terlalu tabu. Jadi ga perlu disensor seperti itu.
- Bagian flashback terasa agak janggal. Buat yang ga terbiasa sama alur maju-mundur mungkin bakal bingung bacanya. Tapi ini normal kok, tinggal diperbaiki penulisannya.
- Bagian "bicara dengan Tuhan" ga kerasa seperti bicara dengan Tuhan. Kesannya seperti Ganzo lagi di kantin sama Tuhan Varsakhtan sambil makan gorengan, bukan seperti kontak ilahiah antara Tuhan dan Hambanya.
Mungkin cuma itu komentar dariku.
Overall score: 6
At last, greetings~
Tanz, Father of Adrian Vasilis
Terimakasih atas komentar serta nilainya ! :D
HapusBtw maksud dari poin 1 itu ada beberapa kata yg 'nanggung' gitu? Kalau boleh tau yang maba ya? Biar bisa saya perbaiki kedepannya :D
Dan oh ya untuk poin 3 juga bingung sendiri saya... saya juga tau bahwa dialog sang tuhan ga memperlihatkan seolah mereka berbicara antara tuhan-hamba dan itu PASTI jadi nilai minus. Namun disisi lain saya juga sengaja melakukan hal itu untuk membangun sebuah kanon yang sudah saya persiapkan nanti dan tentu si tuhan harus berperilaku seperti itu di kanon ini huehue:( /malahcurhat
Cosplayer, payudara, pinggul. Menurutku lebih nyaman buat dibaca kalo ditulis apa adanya.
HapusAh, begitu ya.. ada hubungannya sama Permainan Tuhan kah? Well, kalau begitu lanjutkan saja. Walaupun tetap ada yang mengganjal dari penulisannya, entah apa.
Ada AVATAR di entri ini!!! QAQ
BalasHapus*abaikan...
Hmm,gimana yah. Awal-awalnya setelah bava istilah nabi dan lainnya, dalam pikiran kata-kata itu termasuk hal yang sensitif untuk sebuah tema tapi setelah saya baca entri ini lebih jauh lagi sampai akhir. Cerita ini punya keunikan sendiri, mulai dari penokohan tiap karakternya yang gak biasa (termasuk dua "nabi" itu), cara penarasiaan dari sudut pandang nabi "polos" ini sampai ke pertarungannya.
Cuma saya agak menyayangkan dengan proses kehilangan kemampuannya, eem terlalu gimana yah. Agak dipaksain gtu, andai dibuat sedikit dramatisir seperti saat dia hendak melancarkan tinjunya lagi, entah kenapa ada yg salah sblum mendaratkan tinjunya itu ketubuh lawan. Misalkan kehilangan tenaga tiba-tiba atau mendadak amnesia kaya lagi mempertanyakan "tangan gw mau ngapain yah tadi?" hehe. Ya kurang lebih kaya gitu, intinya saya masih kurang kerasa dalam proses "kehilangan imajinasi"nya but overall nice entry.
Nilai : 8
Mahapatih Seno
Ehem, saya menyukai konsep keTuhanan yang diusung Ganzo. Jalan ceritanya bagus dengan melawan nabi pertama sampai nabi keempat. Sepertinya nabi kedua dan ketiga yang bisik-bisik itu tau ya tentang Alam Mimpi?
BalasHapusPaling suka bagian "kehilangan inspirasi". Saya yang belum memulai menulis jadi memiliki gambaran tentang bagaimana "kehilangan inspirasi" itu. Jadi Ganzo yang kehilangan inspirasi di tengah-tengah pertarungan dengan lupa tentang bagaimana caranya melakukan tinju
Babak selanjutnya berusaha "mendapatkan inspirasi" lagi kan?
Nilai 9
Merald
Awal baca charsheet Ganzo ini saya udah menandai (seperti Zainurma) karena Ganzo yang notabene seorang nabi menggoyang rasa pengetahuan saya.
BalasHapusPerkara teknis lumayan, lah. Tapi yang mau saya sorot bukan itu.
Lagi, sama seperti Iris Lemma, tema yang diusung adalah sebuah tema yang bukan main-main. Dan pembawaannya yang dikemas dalam entri prelim Ganzo ini mempunyai potensi yang sangat besar. cerita dan pesan tersampaikan, namun sayangnya entah karena narasi atau adegannya yang mungkin kurang impact, rasanya jadi sayang, padahal alur dan sabab-musababnya sudah mantab abis.
dan setuju juga bagian kehilangan inspirasinya serasa terlalu mendadak, kurang alami.
Nevertheless, karena eksekusi tema yang mumpuni walau kurang mantab bisa dikasih 9/10 lah. Semoga Ganzo cepat-cepat dapat pencerahan
Salam Damai dari Enryuumaru dan Mbah Amut.
Beda dari yg lain. Sejak CS Ganzo muncul, saya kira bakal nemuin nabi yg agak nyentrik. Eh benar. Tantangan buat doi juga agak nyentrik.
BalasHapusCuma masalahnya di pembawaan kali ya. Ini entri imo bakal lbih berkesan kalau penulisan lebih rapi dan pnuturannya lebih dramatis.
Karakterisasi, okay. Acceptable. Gak buruk, tapi kurang spesial. Coba dikuatkan lagi ciri karakternya.
Tantangan bertingkatnya unik. Tapi terkesan begitu saja. Palingan cuma yg terakhir yg agak mending.
Kalo Sheraga ketemu Ganzo, semoga ada battle adu bacot filosofis. wkwkww.
Titip 8
Sheraga Asher
Ide : Sangat Baik = 2
BalasHapusPlot : Baik = 1.5
Tingkat kemudahan di cerna : Lumayan = 1
EYD : Sangat Baik = 2
Usaha : Sangat Baik = 2
Nilai : 2 + 1.5 + 1 + 2 + 2 = 8.5
Karena tidak boleh pakai koma jadi di Roundup
Saya agak sulit mencerna tulisan ini. Mungkin karena ada unsur-unsur religius fiktif yang sulit kupahami
Nilai : 9
Newbiedraft / Revand Arsend
entry tentang agama ya? kalo bisa sih dialognya dibuat agak ambigu biar terlihat lebih berat. menurut saya ceritanya masih terlalu ringan bila dibandingkan dengan tema agama yang diusung.
BalasHapustypo di beberapa kata nggak begitu pengaruh, tapi harus diperbaiki.
nilai dari saya 8. semoga sukses..
Dwi Hendra
OC : Nano Reinfield
dari segi tata bahasa dan teknik penarasiannnya udah lebih baik..
BalasHapusbetewe saya coba kritisi bagian konfliknya aja yah.. saya ga maksud kenapa tiga ujian sebelum shamonten kok keliatannnya cuma sambil lalu doang. coba misal di nabi pertama : ujiannya godaan nafsu duniawi, dikelilingi wnita cantik,
untuk yang shamonten aja itu tarungnya masih belum berkesan bagi saya. akan sangat seru klo ganzo sampe berdarah-darah (tp konsekuensinya, si ganzo bisa aja pake jurus bacot ala naruto) hehehehe
punten 7 dulu yah.
Hm...
BalasHapusDari segi penulisan tak perlu dikomentari, sudah cukup baik. Dari segi konflik, saya lebih tertarik dengan nabi 1-3 kalau saja mereka lebih diolah menjadi tes yang menguras otak buat Ganzo.
Untuk konflik dengan Shamonten, untuk yang sama-sama petarung fisik, baik Shamonten maupun Ganzo, pertarungan keduanya terasa agak datar buatku.
Dari segi narasi sendiri cukup baik dan tidak membuat saya tersendat bacanya~
This baldie can get 7 points from me!
Asibikaashi
Ada sedikit kesalahan sih, teknis, kaya tanda baca dsb, tapi karena ga ganggu lancarnya narasi jadi gausah ditunjuk yang mana-mananya ya. Langsung ke ceritanya,tes-tesnya Prophet Ganzo yang beragam ini, ga semuanya bakbikbuk, keren. Sifat dan keputusan si Nabi dapet sorotan yang cukup.Tapi setuju sama komentar di atas, pertarungan terakhir lawan nabi perang kayanya terlalu mudah. Daan kalo saya emang gasalah nangkep, domba di akhir bisa ngomong ya? Haha, manteuplah. 8/10
BalasHapusOc: Namol Nihilo
Sebenernya saya dah baca sebelumnya.
BalasHapusTapi lupa mulu kasih review. Maaf~
Bener-bener dapet feel dari entry ini.
Ane bingung gimana ngejelasinnya. Tapi, ini entry bener2 indah kalau ane boleh akui. Perjalanan nabi awal zaman ini sangat menghibur.
Dan unsur 'komedi pahit' bikin, ugh.. *elus dada*
Banyak pelajaran yang ane ambil dari sini.
Anyway, thank you for creating this awesome story.
----------------
Rate = 9
Ru Ashiata (N.V)
"Bersiaplah menghadapi perwujudan dari hukuman tuhan, PERWUJUDAN DARI KARMA!"
BalasHapus>> Like I always say to my friend, Karma is a bitch. Every action we take will be followed by it
Plus :
+ Konsep
Konsep Ketuhanan ini emang rasanya agak berat ya, cuma buat saya ga seberat Iris. Karena ini paham baru, agama baru, dengan nabi yang terdiri atas 5 generasi hahaha, jadi saya ngga pake merenung. But After all, konsep yang berhubungan dengan 'Tuhan' buat saya ga main-main
+ Bahasa
Bahasanya tergolong ringan, saya lancar bacanya.
+ Challenge
Ini kalau boleh saya bilang, seru. Variatif tantangan bertingkat gini, macam main game onlen yang makin keatas, makin beda.
Minus :
+ Last challenge
Dua mata pedang, tantangannya bagus, bertingkat gitu, tapi cara penyampaiannya kurang jadi berasa ada yang bolong dan dipaksakan. Tapi untuk awal ini sudah cukup bagus kok
Tulisannya, somehow kecil yang versi web. Saya sampe zoom 150% buat baca, dan beberapa typo, but again, this is not counted as minuses. Soale trivial
SCORE :
Basic : 5
Plus : 3
Minus : 1
Total Score : 7
-Odin-
1st impression saya buat entry ini: duh kok religius sih saya kurang suka yang terlalu menyangkut pautkan agama (apapun itu)
BalasHapussetelah baca...
wah boljug meskipun di beberapa bagian masih kurang nyaman sih yah karena penyebutan "Nabi" itu dan konsep semestanya bagus,,
sekian 8/10
Kagero Yuuka
OC: Airi Einzworth
Terimakasih komentar serta nilainya kawan kawan, eheheehe....
BalasHapusSaya ga mau ngebom jawaban di komentaran masing masing, so aku buat aja komentar ini untuk ngejawab~
1. Konsep agama dan ketuhanan yang saya usung ini benar benar AMBISIUS dan sudah saya persiapkan sejak lama. Mungkin banyak yang tak terbiasa atau mungkin kurang suka, oleh sebab itu sebisa mungkin saya ga mendeskripsikan agama serta tuhan ganzo ini dengan agama asli di real life . Tentu saja saya juga akan sejauh mungkin untuk tidak menyinggung atau menyangkut pautkan agama asli di real life dengan fiksi ini.
2.Cara penulisan, EYD, tanda baca akan saya perbaiki sebisa mungkin sebagaimana saran yang kawan kawan berikan
3.Battle. Main Battle dengan si nabi keempat itu awalnya mau jadi 1000 vs 1 tapi target words nya akan sangat panjang xD mungkin kedepanya saya akan memerhatikan alur cerita daripada words yang membludak (?) Karena rupanya ini membuat pembaca tidak nyaman
Once again, thanks for your rates and comments :D
Saya kira pertama entri ini bakal membosankan karena judulnya, tapi saya salah besar. Ganzo adalah seorang karakter gaul abis- meskipun seorang nabi. Saya penasaran, apa yang akan terjadi kalau Ganzo bisa bertemu dengan Adolf? Apakah dia akan mampu menunjukkannya jalan yang benar?
BalasHapusEniwei, saya juga suka dengan konsep keempat Nabi. Bagus, unik, dan lucu.
Sisanya, sudah banyak yang komen di atas jadi nggak bisa banyak ngomong lagi.
8/10 dari saya, OC: Adolf Castle
review wajib : 9-14 dan 16 - 21 Done
BalasHapusreview bonus :
Wogh, satu lagi entry yang menceritakan soal agama~
Ganzo ini nabi Newbie ya?
Battle bertingkat buat level up sama para Nabi sekilas mengingatkan saya sama perekrutan Yuffie di Final Fantasy VII
XD
Ganzo juga akrab banget sama Tuhannya.
._.
Saya gak masalah soal agama-agamaan gini, toh yang diceritain juga agama fiksi.
IMHO, cerita dengan tema religi seperti ini justru potensial untuk dijadikan media dengan pesan tersirat di dalamnya.
:D
Tapi gaya penceritaan yang terkesan renyah, membuat saya merasa keseluruhan cerita ini kurang Nendang kalo dibandingin entrant lain yang juga sama-sama mengonsep cerita bertema ketuhanan.
Point : 7
OC : Maria Venessa
Lah, ada catatan pribadi ikut kecopas, wkwkwkw
Hapusmaaf-maaf, tolong abaikan aja paragraf pertama di atas.